Anda di halaman 1dari 5

Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasal 33 ayat 3 UUD NRI 1945 menentukan bahwa, bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Selanjutnya, Pasal 33 ayat (2) menentukan, cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

Berdasarkan pengaturan di atas, listrik sebagai sumber energi sekunder mempunyai peran yang
sangat penting dan strategis dalam mewujudkan pembangunan nasional, oleh karena itu usaha
untuk menyediakan tenaga listrik dikuasai oleh negara dan penyediaannya harus terus
ditingkatkan sejalan dengan perkembangan pembangunan agar tersedia tenaga listrik yang
cukup, merata, dan bermutu.
Pembangunan ketenagalistrikan pada dasarnya bertujuan untuk menjamin ketersediaan tenaga
listrik dalam jumlah yang cukup, kualitas yang baik, dan harga yang wajar dalarn rangka
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan.

Kenyataan menunjukkan, di Sumatera Selatan, pada tahun 2011 rasio elektrifikasi baru mencapai
sekitar 66,77%. Hal ini menunjukkan, bahwa Sumatera Selatan masih membutuhkan tambahan
33,44% untuk memenuhi kecukupan rasio elektrifikasinya. Selanjutnya juga dapat dikemukakan,
bahwa dari 31.166 desa di Sumatera Selatan, baru 2.839 desa atau 89,67 % yang mendapat aliran
listrik.
Pemerataan pelayanan listrik, juga masih perlu ditingkatkan, karena dari 1.870.15 Rumah
Tangga (RT) di Sumatera Selatan, 1.248.65 RT telah mendapat yang pelayanan listrik, dan masih
terdapat 62.150. RT belum medapat pelayanan listrik.
Upaya untuk meningkatkan rasio elektrifikasi adalah suatu keniscayaan bagi Provinsi Sumatera
Selatan, karena potensi energi seperti minyak bumi, gas bumi, batu bara dan panas bumi tersedia
di Sumatera Selatan. Oleh kerena itu, peran aktif berbagai pihak dalam meningkatkan rasio
elektrifikasi di Sumatera Selatan sangat diperlukan, terutama peran pemerintah dan investor.
Investasi di bidang ketenagalistrikan diperlukan karena penyediaan listrik bersifat padat dan
teknologi.

Sejalan dengan prinsip otonomi daerah dan demokratisasi dalam tatanan kehidupan bermasyakat,
berbangsa dan bernegara, maka peran pemerintah daerah dalam penyediaan tenaga listrik
merupakan keharusan, terutama dalam menyediakan perangkat peraturan yang menjadi dasar
pembangunan ketenagalistrikan di daerah dalam rangka melaksanakan pelayan publik.
Merujuk pada Undang-Undang Ketenagalistrikan, Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki peran
strategis dalam pengembangan kelistrikan, bahkan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2009, Pasal 5 ayat (2) mendelegasikan 11 (sebelas) kewenangan pemerintah provinsi di bidang
ketenaga listrikan salah satunya adalah berwenang melakukan penetapan peraturan daerah
(Perda) provinsi di bidang ketenagalistrikan (Vide huruf a).
Upaya pembentukan Peraturan Daerah di bidang ketenagalistrikan merupakan upaya pemerintah
untuk memberikan pelayanan publik. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, pengertian pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi tiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif. Dengan
demikian, pelayanan publik atau pelayanan umum meliputi 3 (tiga) bidang, yaitu pelayanan
barang publik, pelayanan jasa publik, dan pelayanan administratif. Pemerintah provinsi wajib
memberikan ketiga bentuk pelayanan tersebut kepada publik berkaitan dengan penyediaan
tenaga listrik, berdasarkan payung hukum berupa Peraturan Daerah Provinsi.

Berdasarkan kewenangannya, maka Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan prinsip


otonomi daerah dan kewenangan delegasi berwenang menetapkan kebijakan, pengaturan,
pengawasan, dan melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik yang dapat dilakukan oleh badan
usaha milik negara dan badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya
masyarakat.
Kewenangan pembentukan Peraturan Daerah tersebut ada pada Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Provinsi Sumatera Selatan dan Gubernur Sumatera Selatan sebagaimana yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang otonomi daerah dan undang-
undang ketenagalistrikan.
Dalam rangka penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Ketenagalistrikan, diperlukan
pengkajian secara ilmiah. Kajian akademik dalam konteks ini adalah hasil penelitian atau
pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah hukum sehubungan
dengan penyediaan tenaga istrik di Sumatera Selatan yang disusun secara tertulis dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

B. Identifikasi Masalah

Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk dan pertumbuhan


industri, kebutuhan energi listrik di Sumatera Selatan dan sekitarnya juga meningkat. Kesalahan
dalam perencanaan dapat menyebabkan kebutuhan energi listrik meningkat jauh lebih pesat
dibanding dengan yang dapat disediakan oleh PT. PLN. Kondisi demikian mengakibatkan
terjadinya pemadaman bergilir di berbagai daerah di Sumatera Selatan.

Pemadaman listrik secara bergilir di Sumatera Selatan sebagai akibat kekurangan daya listrik
atau kelebihan beban, mengakibatkan kerugian materil maupun immaterial. Oleh karena itu
mendesak dan penting untuk diatasi secara terencana, terarah dan mempunyai landasan hukum
yang jelas dalam bentuk Peraturan Daerah.

Untuk memberikan landasan ilmiah bagi penyusunan rancangan Peraturan Daerah bagi
Pembangunan Ketenagalisrikan di Provinsi Sumatera Selatan, maka kajian akademik
mengidentifikasi beberapa permasalahan berkaitan dengan penyusunan rancangan peraturan
daerah provinsi sumatera selatan tentang ketenagalistrikan sebagai berikut:
1. Landasan dan asas-asas apa saja yang akan digunakan sebagai pendekatan dalam
penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan tentang
Ketenagalistrikan;
2. Kewenangan Pemerintah Provinsi dalam kaitannya dengan pembuatan kebijakan publik
dalam arahan jangkauan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan tentang
Ketenagalistrikan; dan
3. Sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah
pengaturan materi Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan tentang
Ketenagalistrikan.

C. Tujuan dan Kegunaan Penyusunan Kajian Akademik

Tenaga listrik adalah salah satu cabang produksi yang penting dan strategis bagi rakyat, oleh
karena itu usaha penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh negara yang dalam penyelenggaraannya
ditujukan untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat.

Berdasarkan hal di atas, maka kajian akademik ini bertujuan untuk memberikan arah dan
menetapkan ruang lingkup kerangka filosofis, sosiologis, dan yuridis tentang perlunya upaya
pengaturan ketenagalistrikan di Provinsi Sumatera Selatan dalam rangka memenuhi kebutuhan
listrik daerah Sumatera Selatan dan sekitarnya

1. Tujuan Penyusunan Kajian Akademik

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang menyangkut upaya pembangunan
ketenagalistrikan, maka tujuan penyusunan kajian akademik ini dirumuskan sebagai berikut:

Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam rangka Pembangunan Ketenagalisrikan


di Provinsi Sumatera Selatan.
Merumuskan permasalahan hukum yang ada sehingga perlu dibuat Peraturan Daerah
Sumatera Selatan tentang Ketenagalistrikan sebagai salah satu dasar hukum
pembangunan ketenagalistrikan di Sumatera Selatan dan sekitarnya.
Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan
Rancangan Daerah Sumatera Selatan tentang Ketenagalistrikan.
Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan
arah pengaturan dalam pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Sumatera Selatan
tentang Ketenagalistrikan.

2. Kegunaan Penyusunan Kajian Akademik

Selaras dengan tujuan di atas, kajian akademik ini secara umum berguna sebagai acuan atau
referensi dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Sumatera Selatan tentang
Ketenagalistrikan. Adapun kegunaan secara teoritik dan praktis sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritik
Kajian akademik ini merupakan kajian yang memberikan sumbangan pemikiran konseptual
untuk pembentukan norma-norma bagi penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Sumatera
Selatan tentang Ketenagalistrikan.
Kajian akademik ini juga memberikan dukungan teoritik (theoritical validity) pentingnya
Rancangan Peraturan Daerah Sumatera Selatan tentang Ketenagalistrikan

b. Kegunaan Praktis
Hasil kajian kajian akademik ini berkontribusi praktis sebagai sebagai bahan utama bagi
penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Sumatera Selatan tentang Ketenagalistrikan

D. Metode

Penyusunan kajian akademik adalah kegiatan penelitian yang bermetode. Kajian akademik
menggunakann metode penelitian hukum yuridis normatif maupun yuridis empiris dengan
menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan non hukum.
Pendekatan yang digunakan meliputi, statute approach, conceptual approach dan comparative
approach. Keseluruhan pendekatan yang digunakan signifikan fungsinya dalam Rancangan
Peraturan Daerah Sumatera Selatan tentang Ketenagalistrikan.

Secara normatif, statute approach dilakukan dengan mengkaji perundang-undangan yang


relevan, baik segi substansi permasalahan hukumnya, maupun segi konseptual pembentukan
peraturan perundang-undangan yang baik. Dengan statute approach juga dilakukan penyusunan
peraturan daerah provinsi yang harus berpijak pada legislasi dan regulasi agar tampak jelas
konsistensi, sinkronisasi dan sistematisasi Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera
Selatan dengan peraturan sejenis serta peraturan perundang-undangan lainnya.

Pengkajian demikian dilakukan, karena peraturan daerah merupakan jenis peraturan perundang-
undangan yang dapat diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat
sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk
berdasarkan kewenangan. Hal ini sejalan pula dengan conceptual approach yang mengedepankan
pemahaman-pemahaman konseptual mengenai ranah hukum dalam pembentukan Perda provinsi.

Comparative approach, digunakan dalam kajian ini berdasarkan pertimbangan, suatu perumusan
norma dalam pembentukan rancangan perda harus membandingkan dengan beragam perangkat
hukum yang terkait maupun dengan disiplin ilmu non hukum yang menjadi obyek kajian dan
pengaturan yang akan dituangkan dalam Perda. Suatu Perda dibuat untuk mewadahi banyak
kepentingan yang harus dituangkan dalam rumusan norma. Perlu ditekankan bahwa Perda
bukanlah gejala netral yang tidak bersentuhan dengan ilmu lain melainkan justru mewadahi
semua sektor yang terkait dan pemangku kepentingan (stakeholders).

Untuk memperkuat landasan teoritis, pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan


penelitian ini ditopang oleh pengkajian terhadap dokumen hukum lain, hasil penelitian, serta
berbagai referensi. Metode yuridis normatif ini dilengkapi dengan review hasil penelitian empiris
dan dideskripsikan secara terstruktur dan sistematis.

E. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan Perda, dibutuhkan kajian akademik tentang pengaturannya. Oleh karena itu,
kajian akademik dalam rangka penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera
Selatan tentang Ketenagalistrikan mengikuti sistematika penulisan Naskah Akademik yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, yaitu:

Judul Naskah Akademik

1. Bab I Pendahuluan
2. Berisi uraian latar belakang, identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan, dan metode
pendekatan.
3. Bab II Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
4. Bab III Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait
5. Bab IV Landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis
6. Bab V Sasaran, Arah, Jangkauan Pengaturan, dan Ruang Lingkup Materi Muatan
Peraturan Daerah
7. Bab VI Penutup

Lampiran: Draf Rancangan Perda Provinsi Sumatera tentang Ketenagalistrikan

Anda mungkin juga menyukai