Magnetik
Magnetik
METODE MAGNETIK
Dosen Pengampu :
Dr. SUNARYO S.Si,.M.Si
Oleh :
Asisten :
M. Tajul Arifin
Daftar Isi
4.1 Interpretasi............................................................................................................. 13
4.1.1 Kelompok Kuantitatif .................................................................................. .14
4.1.2 Kelompok Kualitatif .................................................................................... ..15
Daftar Pustaka
Lampiran
Laporan Akhir Workshop Geofisika
Laporan Akhir Workshop Geofisika
BAB I
PEDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam perkembangan zaman yang pesat sekarang ini, banyak alat-alat dan metode-
metode yang digunakan dalam eksplorasi ataupun sebagai alat bantu pendukung dalam bekerja.
Dalam ilmu geofisika terdapat beberapa metode yang digunakan untuk melakukan penelitian
untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi yang melibatkan sifat fisik lapisan bumi.
Secara unum diketahui dengan metode aktif and metode pasif dalam pelaksanaanya di
lapangan. Metode aktif adalah metode yang dilakukan dengan membuat medan gangguan
berupa ledakan dinamit, penginjeksian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan
lain sebagainya, kemudian mengukur respons yang dilakukan oleh bumi. Sedangkan metode
pasif dilakukan dengan mengukur medan alami seperti radiasi gelombang gempa bumi, medan
gravitasi bumi, medan magnetik bumi, medan listrik dan elektromagnetik bumi serta radiasi
radioaktifitas bumi.
1.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui litologi batuan yang
terdapat di Desa Sukodono Malang selatan, untuk mengetahui bentuk pemodelan batuan
bawah permukaan dan mengetahui apakah ada perbedaan dengan hasil penelitian yang
telah pernah dilakukan sebelumnya.
Pulau jawa bagian selatan secara geologi merupakan daerah yang terbentuk akibat adanya
Gunung api purba. Selain menyuburkan tanah di bagian Selatan, Gunung Api Purba ini juga
menghasilkan Endapan Mineral logam berupa Emas, Perak, dan Tembaga. Menurut Van
Bemmelen daerah selatan Pulau Jawa ini disebut dengan Old Andesite Formation.Sebutan
OAF ini karena sebagian besar selatan jawa terbentuk akbat endapan vulkanik purba yang
menghasilkan batuan dengan komposisi andesitik Endapan andesit ini lah yang menyusun
sebagian besar pegunungan selatan jawa. Kemenerusan pola ini juga melewati daerah selatan
Malang. Sehingga potensi logam emas sangat mungkin juga terdapat di Malang Selatan.
Secara geologi, Pegunungan yang terdapat di Malang Selatan tersusun atas endapan gunung
api, batuan terobosan dan batuan sedimen. Dari Tua ke muda batuan penyusunnya, dimana
formasi batuan di wilayah Malang selatan yaitu:
1. Formasi Mandalika, formasi ini terdiri dari endapan lava andesit, basal, trakit, dasit,
dan breksi andesit
2. Formasi Wuni, formasi ini terdiri dari breksi dan lava berkomposisi andesit dan basal,
breksi tuf, lahar, dan tuf pasiran.Formasi ini menindih tak selaras dengan formasi
mandalika.
3. Formasi Nampol, formasi ini terdiri dari endapan sedimen dan tak selaras dengan
Formasi Mandalika Formasi ini terdiri dari endapan batupasir tufaan, batulempung,
napal pasiran, batupasir gampingan, dan batulempung hitam.Formasi ini menjemari
dengan Formasi Wonosari
4. Formasi Wonosari, formasi ini trdiri dari terumbu gamping,gamping kristalin, napal
pasiran,batulempung kebiruan, dan batugamping pasiran.
1. Diorit Kuarsa, Batuan ini menerobos Formasi Mandalika dan ditemukan dalam keadaan
terekahkan atau terdapat kekar yang tak teratur di Kampung wediawu dan kampung
Purwodadi.
2. Granodiorit , Batuan ini menerobos Formasi Mandalika sehingga terkersikan dan
terpropilitkan dan terdapat di Kali Sat, Kali Tundo, Anak kali Purwo dan tebing - tebing
Menurut Nuha dalam Eksanti metode geomagnet adalah metode geofisika yang
memanfaatkan sifat kemagnetan bumi. Metode geomagnet didasarkan pada pengukuran
variasi intensitas medan magnet di permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi
distribusi benda termagnetisasi di bawah permukaan bumi atau disebut juga suseptibilitas
magnetik. Metode geomagnet banyak digunakan dalam eksplorasi panas bumi, pencarian
mineral dalam bumi, mencari nilai suseptibilitas magnetik tanah dan lain sebagainya.
Kelebihan dari metode geomagnet salah satunya adalah penerapan dan penggunaan alat
yang relatif mudah, sehingga banyak digunakan untuk proses eksplorasi bumi. Sedangkan
pada hasil penelitian metode geomagnet masih dirasa kurang, karena memerlukan proses
pengolahan data yang cukup banyak dan perlu ketelitian yang sangat tinggi. Sehingga
masih diperlukan metode geofisika lain untuk mendukung hasil dari penelitian metode
geomagnet.
Dasar teori dari metode geomagnetik adalah Gaya Coulomb. Jika dua buah benda atau
kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m1 dan m2, maka gaya
magnetik yang dihasilkan adalah
1 2
F= 1
2
Dimana F adalah gaya yang bekerja diantara dua magnet dengan kuat medan magnet
m1 dan m2. adalah permeabilitas medium yang melingkupi kedua magnet. r adalah jarak
kedua magnet. m1 adalah kuat kutub magnet 1. m2 adalah kuat kutub magnet 2 (Eksanti,
Zulaikah, & Fuati).
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen
medan magnet bumi, yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas kemagnetannya.
Parameter fisis tersebut meliputi :
Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal yang
dihitung dari utara menuju timur
Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-nilai
medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut International Geomagnetiks
Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut
diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang
dilakukan dalam waktu satu tahun. Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian (Blakely,
1996):
1. Medan magnet utama (main field)
Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran
dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih dari
106 km2. Gauss pada tahun 1839, menyimpulkan bahwa medan magnet utama bumi
(main field) bersumber dari dalam inti bumi (internal original). (Blakely, 1995).
Dimana persamaan matematisnya :
Suatu benda yang berada dalam medan magnetik H akan mengalami magnetisasi oleh
imbas medan magnet. Imbas tersebut memiliki intensitas magnet I yang di definisikan
berupa momen dipol M per volume benda V. Secara matematis penjabarannya adalah :
= /
Sedangkan untuk derajat magnetisasi dalam daerah isotropik mengikuti kaidah dari
persamaan diatas, dimana k adalah suseptibilitas magnet.
=
Suseptibilitas magnetik adalah salah satu sifat bahan magnetik yang menunjukkan
tingkat respon bahan terhadap medan magnet eksternal. Besar kecilnya harga suseptibilitas
magnetik pada bahan bergantung pada jenis mineral magnetik, konsentrasi dan ukuran bulir
mineral magnetik pada bahan. Suseptibilitas (kerentanan) magnetik merupakan parameter
yang menyebabkan timbulnya anomali magnetik. Setiap jenis batuan mempunyai sifat dan
karakteristik tertentu dalam medan magnet yang dimanifestasikan dalam parameter
kerentanan magnetik batuan atau mineralnya (k). Kemudahan suatu benda magnetik untuk
termagnetisasi ditentukan oleh suseptibitas kemagnetan . Masing-masing jenis batuan
memiliki respon magnetik yang berbeda, secara umum adalah:
1) Batuan sedimen, biasanya mempunyai jangkauan susceptibilitas (0-4000) x 10-6
emu dengan rata-rata (10-75) x 10-6 emu, contoh: dotomine, limestone, sandstone
dan shales.
2) Batuan beku, biasanya mempunyai jangkauan susceptibilitas (0-97) x 10-6 emu
dengan rata-rata (200-13500) emu, contoh granite,rhyolite, basalt, dan andesit.
3) Batuan metamorf, biasanya mempunyai jangkauan susceptibilitas(0-5800) x 10-6
emu dengan rata-rata(60-350) x 10-6 emu, contoh amphibolite, shist, phyllite,
gneiss, quartzite, serpentine dan slate.
Berdasarkan sifat magnetik yang ditunjukkan oleh kerentanan magnetiknya, batuan dan
mineral dapat diklasifikasikan dalam :
a) Diamagnetik, mempunyai kerentanan magnetik (k) negatif dan kecil artinya bahwa
orientasi elektron orbital substansi ini selalu berlawanan arah dengan medan magnet
luar. Contohnya : graphite, marble, quarts dan salt.
b) Paramagnetik, mempunyai harga kerentanan magnetik (k) positif dan kecil. Contoh
: olivine, garnet, biotit, amfibolity, dan lain-lain.
Pengambilan data dilakukan pada hari pertama workshop tanggal 9 November 2015. Dengan
lokasi di desa Sukodono, Malang Selatan, Jawa timur. Dengan 15 titik data pengambilan.
3.3.2 Processing
Data hasil akuisisi yang terdiri dari, nilai pembacaan, koordinat GPS, dan waktu
ditabulasikan menggunakan microsoft Excel. Tabulasi data ini berguna agar data
dapat tersusun rapi dan mudah dalam penghitungan koreksi. Kemudian langkah yang
dilakukan dalam prosesing data dilakukan seperti pada diagram alir dibawah ini.
Surfer
Tahapan permodelan dengan software Surfer yaitu:
Buka software Surfer, yang nantinya akan muncul tampilan awal.
Setelah itu klik menu File => New => Worksheet
Isi kolom X, Y, dan Z dengan data longitude, latitude dan anomaly magnetik
total dari Ms. Excel
Simpan data worksheet dengan menekan tombol ctrl + S dengan format file
(*.bln) dan beri nama file (misal: magnetik .bln).
Selanjutnya klik plot kemudian klik menu Grid => Data => pilih file yang
berformat (*.dat) => open, dan klik Ok. Setelah itu klik save.
Pada peta geologi (Gambar 4.3) berdasarkan informasi yang didapat dari peta
geologi juga diketahui batuan penyusun pada daerah penelitian adalah tuff halus.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah litologi batuan yang terdapat
pada daerah penelitian adalah batuan yang mengandung logam dengan ni ilai supseptibilitas
yang tinggi nilai supseptibilias yang tinggi tersebut diindikasikan sebagai nilai batuan
metamorf. Namun belum bisa dipastikan, dikarenakan nilai misfit dalam modeling yang
masih terlalu besar (lebih dari 20) selain itu, apabila di lihat kembali pada titik-titik akuisisi,
terdapat beberapa kesalahan pada marking titik.
5.2. Saran
Saran yang diberikan oleh penulis untuk penelitian selanjutnya adalah sebaiknya
menggunakan metode geofisika eksplorasi lainnya. Selain itu, disarankan agar praktikan
dalam melakukan marking area atau titik dilakukan secara benar, agar titik yang dimaksud
tepat pada titik akuisisi yang sebenarnya.