BAB 2 Dan BAB 3
BAB 2 Dan BAB 3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
1. Diagnosis HIV
(nyeri otot), demam, dan berkeringat. Pasien mungkin mengalami beberapa gejala,
tetapi tidak mengalami keseluruhan gejala tersebut di atas. Pada stadium awal,
pemeriksaan laboratorium merupakan cara terbaik untuk mengetahui apakah
pasien terinfeksi virus HIV atau tidak.
ELISA merupakan tes yang baik, tetapi hasilnya mungkin masih akan negatif
sampai 6-12 minggu pasien setelah terinfeksi. Jika terdapat tanda-tanda infeksi
akut pada pasien dan hasil ELISA negatif, maka pemeriksaan ELISA perlu
diulang. Gejala infeksi akut yang mirip dengan gejala flu ini akan sembuh dan
pasien tidak menunjukkan tanda-tanda terinfeksi virus HIV samapai dengan
beberapa tahun. Periode ini disebut periode laten, virus HIV terus menyerang
kekebalan tubuh penderita meskipun tidak tampak tanda dan gejala infeksi HIV.
Stadium lanjut infeksi HIV dimulai ketika pasien mulai mengalami penyakit
AIDS . Gejala paling sering yang dijumpai pada stadium ini adalah penurunan
berat badan, diare dan kelemahan. Ada dua sistem klasifikasi yang bisa dipakai
yaitu menurut sistem klasifikasi WHO dan CDC.
Terdapat beberapa klasifikasi HIV/AIDS. Adapun sistem klasifikasi yang biasa
digunakan untuk dewasa dan remaja dengan infeksi HIV adalah menurut WHO
dan CDC (Centre for Diasease Control and Prevention).
Klasifikasi menurut CDC
CDC mengklasifikasi HIV/AIDS pada remaja (>13 tahun dan dewasa)
berdasarkan dua sistem, yaitu dengan melihat jumlah supresi kekebalan tubuh
ditunjukan oleh limfosit CD4+. Sistem ini didasarkan pada tiga kisaran CD4 + dan
tiga kategori klinis, yaitu:
Klasifikasi tersebut didasarkan pada jumlah limfosit CD4 + yang terendah dari
pasien. Klasifikasi CDC bisa digunakan untuk surveilans penyakit, penderita yang
dikategorikan kelas A3, B3, C1-3 dikategorikan AIDS. Sekali dilakukan
klasifikasi, maka pasien tidak dilakukan klasifikasi ulang, meskipun terjadi
perbaikan status imunologi misalnya peningkatan nilai CD4+ karena pengaruh
terapi atau faktor lain.
8
Tabel 3.1 Klasifikasi Klinis CD4 pasien remaja dan orang dewasa menurut CDC.
Angiomatosis basilari.
Kandidiasis orofaringeal.
Kandidiasis vulvovaginal.
Herpes zoster.
Listeriosis.
9
Neuropati perifer.
Kategori klinis C meliputi gejala yang ditemukan pada pasien AIDS. Pada tahap
ini, individu yang terinfeksi HIV menunjukan perkembangan infeksi dan
keganasan yang mengancam kehidupan, misalnya:
Kandidiasis esophagus.
Kriptokokosis di paru.
Sarkoma kaposi.
Limfoma burkitt.
Limfoma imunoblastik.
Mikobakterium jenis lain atau jenis yang tidak dikenal menyebar atau di
luar paru.
Toksoplasmosis di otakl.
a. Klasifiakasi Laboratorium
Limfosit CD4+/mm3
Stadium Stadium Stadium Stadium
klinis 1: klinis 2: klinis 3: klinis 4:
Asimptomati Awal Intermediet Lanjut
k
>2000 >500
1A 2A 3A 4A
1000- 200-500
2000 1B 2B 3B 4B
<1000 <200
1C 2C 3C 4C
b. Klasifikasi klinis
Pada beberapa negara, pemeriksaan limfosit CD4+ tidak tersedia. Dalam
hal ini pasien bisa didiagnosis berdasarkan gejala klinis, yaitu berdasarkan
pada tanda dan gejala mayor dan minor. Dua gejala mayor di tambah dua
gejala minor didefinisikan sebagai infeksi HIV simptomatik.
Gejala mayor:
Penurunan berat badan 10%.
Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan.
Diare kronis.
Tuberkulosis.
Gejala minor:
Kandidiasis orofaringeal.
11
Tabel 3.3 klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO
a. Asimptomatik.
b. Limfadenopati generalisata.
d. Kandidiasis orofaringeal.
c. Toksoplasmosis otak.
e. Kriptokokosis ekstrapulmonal.
h. Leukoensefalopati multifokal
progresf.
l. Septisemia salmonelosis
nontifoid.
13
n. Limfoma
o. Sarkoma kaposi.
p. Ensefalopati HIV**
Keterangan tabel mengenai gangguan klinis lain yang diakibatkan oleh HIV
adalah:
Berat badan turun lebih dari 10% ditambah diare kronis lebih dari 1 bulan
atau demam lebih dari satu bulan yang tidak disebabkan oleh penyakit
lain.
b. Ensefalopati
Bayi yang tertular HIV dari ibu bisa saja tampak normal secara klinis
selama peridoe neonatal. Penyakit penanda AIDS tersering ditemukan
pada anak adala pneumonia yang disebabkan Pneumocyti carinii. Gejala
umum yang ditemukan pada bayi denga infeksi HIV adalah gangguan
tumbuh kembang, kandidiasi oral, diare kronis, atau hepatosplenomegali
(pembesaan hepar dan lien).
seperti pada orang dewasa. Terdapat dua klasifikasi yang bisa digunakan
untuk mendiagnosis bayi dan anak dengan HIV yaitu menurut CDC dan
WHO.
a. Klaifikasi CDC
CDC mengembangkan klasifikai HIV pada bayi dan anak berdasarkan
hitungan limfosit CD4+ dan manifestasika klinis penyakit. Pasien
dikategorikan berdasarkan derajat omunosuprei ( 1, 2 atau 3) dan kategori
klinis ( N, A, B, C, A) klasifikasi ini memungkinkan adanya surveinlas
serta perawatan pasien yang lebih baik. Pada klasifikasi pediatri, kategori
E berarti bayi terinfeksi HIV secara vertikal dari ibu, tapi statusnya masih
belum jelas. Bila jumlah limfosit CD4 + tidak ada tanda tanda infeksi
HIV, maka bayi dan anak tersebut diklasifikasikan dalam N1.
Anak yang masuk dalam kategori C diklasifikasikan dalam AIDS.
Penyakit paru seperti limfoid intertitial pneumonitis ( LIP) dan pulmonary
lymphoid hyprerplasia (PLH) menandakan bahwa si anak telah teinfeksi
AIDS, tetapi bukan pada orang dewasa. Kedua penyakit ini
diklasifikasikan CDC dalam kategori B. Beberapa penyakit lain seperti
virus sitomegalo. Herpes simplex dan toksoplasmosis otak hanya
menunjukan AIDS pada anak usia lebih dari satu bukan dan orang dewasa.
Klasifikasi klinis dan imunologi ini bersifat eksklusif, sekali pasien
diklasifikasikan dala suatu kategori, maka klasifikasi ini tidak berubah
meskipun diklasifikasikan dalam suatu kategori, maka klasifikasi ini tidak
berubah meskipun telah terjadi perbaikan status karena pemberian terapi
atau faktor lain. Seorang bayi yang terinfeksi HIV dari ibunya
dikategorikan salam status E, status ini menjadi awalan untuk kode
klasifikasi yang sesuai (misalnya EN1).
b. Klasifikasi WHO
18
Tabel 3.5 Sistem klasifikasi kategori klinis dan imunologi HIV pada
remaja/dewasa
Salah satu kategori klinis yang dikombinasikan dengan kategori imun diklasifikasi
sebagai AIDS; salah satu kategori imun yang di kombinasikan dengan kategori
klinis C di klasifikasikan sebagai AIDS.
Tabel 3.6 sistem klasifikasi kategori imunologi pada anak-anak usia 12 tahun
Kategori umum < 12 bulan Anak usia 1-5 Anak usia 6-12
tahun tahun
Kategori 1: >1500/L (25%) >1000/L (25%) >500/L (25%)
No supresion
Kategori 2: 750-1499/L (15- 500-999/L (15- 200-499/L (15-
Mild supresion 25%) 24%) 24%)
Kategori 3: <750/L (<15%) <500/L (<15%) <200/L (<15%)
Severe supresion
Sumber: CDC, (1994)
Untuk semua sistem klasifikasi kategori klinis pada anak-anak dibawah usia 13
tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.7 Sistem Klasifikasi kategori klinis HIV pada anak-anak
c
Kondisi simptomatik yang tidak masuk dalam kategori A maupun C.
d
AIDS dengan perkecualian dari LIP yaitu bagi yang masih di kategori B.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada umumnya, penanganan pasien HIV memerlukan tindakan yang
hampir sama. Namun berdasarkan fakta klinis saat pasien control ke rumah
sakit menunjukkan adanya perbedaan respon imunitas (CD4). Hal tersebut
21
menunjukkan terdapat factor lain yang berpengaruh, dan factor yang diduga
sangat berpengaruh adalah stress.
Tes skrining yang digunakan untuk mendiagnostikan HIV adalah ELISA.
Untuk mengidentifikasi antibodi terhadap HIV, tes ELISA sangat sensitif, tapi
tidak selalu spesifik, karena penyakit lain bisa juga menunjukan hasil postif.
Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan false positif, antara lain adalah
penyakit autonomi, infeksi virus, atau keganasan hematonologi. Kehamilan
juga bisa menyebabkan false positif. Tes yang lain biasanya digunakan untuk
mengkonfirmasi hasil ELISA, antara lain Western Blot (WB), indirect
immunoflueresence assay(IFA) ataupun radio-immuno-precipitation assay
(RIPA).
3.2 Saran
Diharapkan ini bisa memberikan masukan bagi rekan-rekan mahasiswa calon
perawat, sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai konsep dasar HIV /
AIDS.
20