Anda di halaman 1dari 28

PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

I. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya, baik
yang bias diperbaharui maupun tidak diperbaharui. Indonesia dipengaruhi control
tektonik yang bermacam-macam sehingga disetiap daerahnya itu memiliki
keanekaragaman mineralisasi yang banyak. Dan masing-masing mineralisasinya
berbeda-beda pada setiap daerah..
Mineral memiliki banyak manfaat dalam kehidupan. Secara langsung mineral
mineral yang memiliki nilai jual dapat langsung dimanfaatkan dan diambil melalui
proses tambang. Di sisi lain, mineral berfungsi sebagai indikator yang dapat
memberikan informasi di bidang eksplorasi minyak dan gas, serta geothermal.
Mineral ekonomis secara khusus dipelajari di bidang Geologi Ekonomi. Geologi
ekonomi merupakan cabanga dari geologi yang berhubungan dengan material bumi
yang dapat digunakan untuk tujuan ekonomi atau industri. Material tersebut mencakup
logam mulia dan logam murni, mineral non logam, batu untuk konstruksi, mineral
minyak bumi, batubara, dan air. Istilah ini umumnya mengacu pada endapan mineral
logam dan sumber mineral.
Proses pembentukan endapan mineral - mineral baik yang memiliki nilai
ekonomis, maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari
mengenai proses pembentukan , keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral mineral
tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis dapat diketahui bagaimana keberadaan dan
keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak
bernilai ekonomis.
Maka, dengan itu sangat diperlukan data berdasarkan tahapan eksplorasi, yang
menggambarkan pula tingkat keyakinan akan potensinya, dilakukan usaha
pengelompokan atau klasifikas sumberdaya mineral dan cadangan. Dasar atau criteria
klasifikasi di sejumlah Negara terutama adalah tingkat keyakinan geologi dan kelayakan
ekonomi. Dalam hal tersebut harus dilakukan beberapa proses eksplorasi penyelidikan,
pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa keberadaan suatu endapan mineral
tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat berpengaruh,antara lain banyaknya dan
distribusi unsur unsur kimia, aspek fisika dan biologis.
Secara umumnya proses pembentukan endapan mineral baik jenis endapan
logam maupun non logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan
oleh aktivitas magma ,dan endapan mineral ekonomis selain karena aktifitas magma
,juga dapat dihasilkan dari proses alterasi yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang
telah ada karena suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara mineralisasi
dan alterasi tidak terlepas dari faktor faktor tertentu yang selanjutnya akan dibahas lebih
detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

II. Maksud dan Tujuan


II.1. Maksud
Adapun maksud dalam praktikan asosiasi mineral ekonomis, yaitu untuk
mengetahui asosiasi mineral emas, tembaga, timah, besi, dan nikel
II.2. Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum asosiasi mineral ekonomis, antara lain :
1. Mampu memaparkan jenis-jenis asosiasi pada mineral-mineral ekonomis
2. Mampu membedakan bijih dengan mineral
3. Mampum mendeskrifsi asosiasi mineral pada mineral-mineral ekonomis
4. Mampu mengetahui genesa asosiasi mineral pada mineral-mineral ekonomis

III. Alat dan Bahan


III.1. Alat
Adapun alat yang digunkan dalam praktikum asosiasi mineral ekonomis, antara
lain:
1. Lap kasar
2. Lap halus
3. Lup pembesaran 10 X
4. Porselen/pecahan tegel
5. Alat penguji kekerasan
a. Kuku manusia (2,5 Skala mohs)
b. Kawat Tembaga (3 - 3,5 Skala mohs)
c. Pecahan kaca (5,5 - 6 skala mohs)
d. Kikir baja (6,5 7 Skala mohs)
6. Alat tulis menulis
7. Karet penghapus
8. Batuan/sampel
9. Buku penuntun

III.2. Bahan
Adapun bahan yang digunkan dalam praktikum asosiasi mineral ekonomis,
antara lain:
1. Problem set

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

IV. Tinjauan Pustaka

IV.1. Proses Pembentukan Mineral Ekonomis


Adapun menurut M Bateman maka proses pembentukan mineral dapat dibagi
atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu baik yang bernilai
ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral :
A. Proses Magmatis.
Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa lalu
mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan bijih.
Pada temperature tinggi > 600 C stadium likwido magmatis mulai membentuk mineral-
mineral baik logam maupun non logam. Asosiasi mineral yang terbentuk sesuai dengan
temperatur pendinginan pada saat itu. (Geologi. 2009)
1. Early magmatis yang terbagi atas :
a. Disseminated, contoh endapannya Intan
b. Segregasi, contoh endapan chromit
c. Injeksi, contoh magmatik Kiruna
B. Late magmatis yang terbagi atas :
a. Residual liquid segregation, contohnya Magmatis Taberg
b. Residual liquid injection ,contohnya magmatik Adirondack
c. Immiscible liquid segregation, contohnya sulfida Insizwa
d. Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein, Afrika Selatan.
B. Pegmatisme
Setelah proses pembentukan magmatisme, larutan sisa magma (larutan
pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini 600-450 C berupa
larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya berupa granit. (Geologi. 2009)
C. Pneumatolisis
Setelah temperatur mulai turun 550 450 C akumulasi gas mulai membentuk
mineral sampai pada temperatur 450 C volume unsur volatilnya makin menurun karena
membentuk jebakan pneumatolitis dan tinngal larutan sisa magma yang makin encer.
Unsur volatil akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping
disekitarnya kemudian akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun
karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan yang diterobosnya sehingga
terbentuk endapan mineral yang disebut endapan pneumatolitis. (Geologi. 2009)
D. Proses hydrotermal
Proses hydrotermal, merupakn proses pembentukan mineral yang terjadi oleh
pengaruh temperatut dan tekanan yang santa rendah ,dan larutan magma yang terbentuk
ini merupakan unsur volatil yang sangat encer yang terbentuk setelah tiga tahapan
sebelumnya.Secara garis besar endapan hidrotermal dapat dibagi atas:

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

1. Endapan hipotermal, dengan ciri-ciri yaitu :


a. Tekanan dan temperatur pembekuan relatif paling tinggi.
b. Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi dengan
kedalaman yang besar.
c. Asosiasi mineralnya berupa sulfida, misalnya pirit, kallopirit, galena, dan spalerit
serta oksidasi besi.
d. Pada intrusi granit sering berupa nedapan logam Au, Pb, Sn, W, dan Z.
2. Endapan Mesotermal, dengan ciri-ciri yaitu :
a. Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan
hipotermal.
b. Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan permukaan
bumi.
c. Tekstur akibat cavity filling jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses
penggantian antara lain berupa crustification dan banding.
d. Asosiasi mineralnya berupa sulfida, misalnya Au, Cu, Ag, As, Sb dan Oksida Sn.
e. Proses pengayaan sering terjadi.
3. Endapan Epitermal, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
b. Tekstur penggantian tidak luas, jarang terjadi.
c. Endapan bias dekat atau pada permukaan bumi.
d. Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa fissure-vein.
e. Struktur khas yang sering terjadi adalah cockade structure.
f. Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral ganguenya berupa
klasit dan zeolit disamping kuarsa.
Adapun bentuk bentuk endapan mineral yang dapat dijumpai sebagai endapan
hidrotermal adalah sebagai Cavity filling Cavity filling yaitu proses mineralisasi berupa
pengisian ruang-ruang bukaan atau rongga rongga dalam batuan yang terdiri atas
mineral mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaanbukaan batuan. , yang
berupa Fissure veins, Shear-zone deposits, Stockworks, Ladder veins, Saddle reefs,
Tensio crack fillings, Breccia fillings : vulkanik, Tektonik, dan Collapse, Solution-cavity
fillings: Caves and channels, Gash veins, Pore space fillings, Vessiculer fillings.
(Geologi. 2009)
E. Replacement, atau metasomatic replacement
Replacement, atau metasomatic replacement merupakan proses dalam
pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic yang didominasi oleh pembentukan
mineral pada endapan Hypothermal dan Mesothermal dan sangat penting dalam group
Epithermal. Mineral-mineral bijih pada endapan metasomatic kontak telah di bentuk

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

oleh proses ini, dimana proses ini dikontrol oleh pengayaan unsur-unsur sulfida dan
dominasi pada formasi unsur-unsur endapan mineral lainnya.Replacement diartikan
sebagai proses dari larutan yang sangat penting berupa pelarutan kapiler dan
pengendapan yang terjadi secara serentak di mana terjadi penggantian suatu mineral
atau lebih menjadi mineral mineral baru yang lain. Atau dapat diartikan bahwa
penggantian mineral membutuhkan ion yang tidak mempunyai ion secara umum dengan
zat kimia yang di gantikan. Penggantian mineral yang dibawa dalam larutan dan zat
kimia yang dibawa keluar oleh larutan dan merupakan kontak terbuka.terbagi atas :
Massive, Lode fissure, dan Disseminated. (Geologi. 2009)
F. Sedimenter, terbagi atas endapan besi, mangan, phospate, nikel dll.
G. Evaporasi, terdiri atas evaporasi laut, danau, dan air tanah.
H. Konsentrasi Residu dan mekanik, terbagi atas ;
1. Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dll
2. Konsetrasi mekanik (endapan placers ), berupa : sungai, pantai, elivial, dan eolian.
I. Supergen enrichment
J. Metamorfisme, terbagi atas : endapan termetamorfiskan dan endapan metamorfisme
IV.2. Emas (Au)
Emas merupakan elemen yang dikenal sebagai logam mulia dan komoditas yang
sangat berharga sepanjang sejarah manusia. Elemen ini memiliki nomor atom 79 dan
nama kimia aurum atau Au. Emas termasuk golongan native element, dengan sedikit
kandungan perak, tembaga, atau besi. Warnanya kuning keemasan dengan kekerasan
2,5-3 skala Mohs. Bentuk kristal isometrik octahedron atau dodecahedron. Specific
gravity 15,5-19,3 pada emas murni. Makin besar kandungan perak, makin berwarna
keputih putihan. (Genesa Emas. 2009)
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.
Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan
hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan
letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan
endapan plaser. (Genesa Emas. 2009)
Emas terdapat di alam dalam dua tipe deposit, pertama sebagai urat (vein) dalam
batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa. Lainnya yaitu endapan atau
placer deposit, dimana emas dari batuan asal yang tererosi terangkut oleh aliran sungai
dan terendapkan karena berat jenis yang tinggi. Emas native terbentuk karena adanya
kegiatan vulkanisma, bergerak berdasarkan adanya thermal atau adanya panas di dalam
bumi, tempat tembentukan emas primer, sedangkan sekudernya merupakan hasil
transportasi dari endapan primer umum disebut dengan emas endapan flaser, sedangkan

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

asosiasi emas atau emas bersamaan hadir dengan mineral silikat, perak, platina, pirit dan
lainnya. (Genesa Emas. 2009)
Kenampakan fisik bijih emas hampir mirip dengan pirit, markasit, dan kalkopirit
dilihat dari warnanya, namun dapat dibedakan dari sifatnya yang lunak, berat jenis
tinggi, dan ceratnya yang keemasan. Emas berasosiasi dengan kuarsa, pirit, arsenopirit,
dan perak. Sifat fisik unsur ini sangat stabil, tidak korosif ataupun lapuk dan jarang
bersenyawa dengan unsur kimia lain. Konduktivitas elektrik dan termalnya sangat baik,
malleable sehingga dapat dibentuk dan juga bersifat ductile. Emas adalah logam yang
paling tinggi densitasnya. (Genesa Emas. 2009)
Selain itu, emas sering ditemukan dalam penambangan bijih perak dan tembaga.
Penambangan emas dilakukan besar-besaran untuk memenuhi permintaan dunia,
diantaranya ditambang di Afsel, Autralia, USA, Meksiko, Brasil, Indonesia, dan negara
lainnya. Penggunaan utama emas adalah untuk bahan baku perhiasan dan benda-benda
seni. Selain itu, karena konduktif, emas penting dalam aplikasi elektronik. Kegunaan
lain ada di bidang fotografi, pigment, dan pengobatan. (Genesa Emas. 2009)
IV.3. Genesa Endapan Bijih Tembaga
1. Genesa Primer
Logam tembaga, proses genesanya berada dalam lingkungan magmatik, yaitu
suatu proses yang berhubungan langsung dengan intrusi magma. Bila magma
mengkristal maka terbentuklah batuan beku atau produk-produk lain. Produk lain itu
dapat berupa mineral-mineral yang merupakan hasil suatu konsentrasi dari sejumlah
elemenelemen minor yang terdapat dalam cairan sisa. (Genesa Tembaga. 2014)
Pada keadaan tertentu magma dapat naik ke permukaan bumi melalui rekahan-
rekahan (bagian lemah dari batuan) membentuk terowongan (intrusi). Ketika mendekati
permukaan bumii, tekanan magma berkurang yang menyebabkan bahan volatile terlepas
dan temperatur yang turun menyebabkan bahan non volatile akan terinjeksi ke
permukaan lemah dari batuan samping (country rock) sehingga akan terbentuk
pegmatite dan hidrotermal. Endapan pegmatite sering dijumpai berhubungan dengan
batuan plutonik tapi umumnya granit yang kaya akan unsur alkali, aluminium, kuarsa
dan beberapa muskovit dan biotit. (Genesa Tembaga. 2014)
Endapan hidrotermal merupakan endapan yang terbentuk dari proses
pembentukan endapan pegmatite lebih lanjut, dimana larutan bertambah dingin dan
encer. Cirri khas endapan hidrotermal adalah urat yang mengandung sulfida yang
terbentuk karena adanya pengisian rekahan (fracture) atau celah pada batuan semula.
(Genesa Tembaga. 2014)
Endapan bijih tembaga porfiri merupakan suatu endapan bijih tembaga yang
mempunyai kadar rendah, tersebar relatif merata dengan jumlah cadangan yang besar.

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

Endapan bahan galian ini erat hubungannya dengan intrusi batuan Complex Subvolcanic
Calcaline yang bertekstur porfitik. Pada umumnya berkomposisi granodioritik, sebagian
terdeferensiasi ke batuan granitik dan monzonit. Bijih tersebar dalam bentuk urat-urat
sangat halus yang membentuk meshed network sehingga derajat mineralisasinya
merupakan fungsi dari derajat retakan yang terdapat pada batuan induknya (hosted
rock). Mineralisasi bijih sulfidanya menunjukkan perkembangan yang sesuai dengan
pola ubahan hidrotermal. (Genesa Tembaga. 2014)
2. Genesa Sekunder
Dalam pembahasan mineral yang mengalami proses sekunder terutama akan
ditinjau proses ubahan (alteration) yang terjadi pada mineral-mineral urat (vein).
Mineral sulfida yang terdapat di alam mudah sekali mengalami perubahan. Mineral
yang mengalami oksidasi dan berubah menjadi mineral sulfida kebanyakan mempunyai
sifat larut dalam air. Akhirnya didapatkan suatu massa yang berongga terdiri dari kuarsa
berkarat yang disebut Gossan (penudung besi). Sedangkan material logam yang terlarut
akan mengendap kembali pada kedalaman yang lebih besar dan menimbulkan zona
pengayaan sekunder. (Genesa Tembaga. 2014)
Pada zona diantara permukaan tanah dan muka air tanah berlangsung sirkulasi
udara dan air yang aktif, akibatnya sulfida-sulfida akan teroksidasi menjadi sulfat-sulfat
dan logam-logam dibawa serta dalam bentuk larutan, kecuali unsur besi. Larutan
mengandung logam tidak berpindah jauh sebelum proses pengendapan berlangsung.
Karbon dioksit akan mengendapkan unsur Cu sebagai malakit dan azurit. Disamping itu
akan terbentuk mineral lain seperti kuprit, gunative, hemimorfit dan angelesit. Sehingga
terkonsentrasi kandungan logam dan kandungan kaya bijih. (Genesa Tembaga. 2014)
Apabila larutan mengandung logam terus bergerak ke bawah sampai zona air
tanah maka akan terjadi suatuproses perubahan dari proses oksidasi menjadi proses
reduksi, karena bahan air tanah pada umumnya kekurangan oksigen. Dengan demikian
terbentuklah suatu zona pengayaan sekunder yang dikontrol oleh afinitas bermacam
logam sulfida. (Genesa Tembaga. 2014)
Logam tembaga mempunyai afinitas yang kuat terhadap belerang, dimana
larutan mengandung tembaga (Cu) akan membentuk seperti pirit dan kalkopirit yang
kemudian menghasilkan sulfida-sulfida sekunder yang sangat kaya dengan kandungan
mineral kovelit dan kalkosit. Dengan cara seperti ini terbentuk zona pengayaan
sekunder yang mengandung konsentrasi tembaga berkadar tinggi bila dibanding bijih
primer. (Genesa Tembaga. 2014)
IV.4. Timah putih
Timah merupakan logam dasar terkecil yang diproduksi, yaitu kurang dari
300.000 ton per tahun, apabila dibandingkan dengan produksi aluminium sebesar 20

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

juta ton per tahun. Timah putih merupakan unsur langka, kelimpahan rata-rata pada
kerak bumi sekitar 2 ppm, dibandingkan dengan seng yang mempunyai kadar ratarata
94 ppm, tembaga 63 ppm dan timah hitam 12 ppm. Sebagian besar (80%) timah putih
dunia dihasilkan dari cebakan letakan (aluvial), sekitar setengah produksi dunia berasal
dari Asia Tenggara. Mineral ekonomis penghasil timah putih adalah kasiterit (SnO2),
meskipun sebagian kecil dihasilkan juga dari sulfida seperti stanit, silindrit, frankeit,
kanfieldit dan tealit. (Geography. 2012)
Asal mula timah di Indonesia adalah di daerah jalur timah yang membentang
dari Pulau Kundur sampai Pulau Belitung dan sekitarnya diawali dengan adanya intrusi
granit yang berumur 222 juta tahun pada Trias Atas. Magma bersifat asam
mengandung gas SnF4, melalui proses pneumatolitik hidrotermal menerobos dan
mengisi celah retakan, dimana terbentuk reaksi: SnF4 + H2O -> SnO2 + HF2.
(Geography. 2012)
Cebakan bijih timah merupakan asosiasi mineralisasi Cu, W, Mo, U, Nb, Ag, Pb,
Zn, dan Sn. Busur metalogenik terbentuknya timah 100 - 1000 km. Terdapat tiga tipe
kelompok asosiasi mineralisasi timah putih, yaitu stanniferous pegmatites,
kuarsakasiterit dan sulfida-kasiterit . Urat kuarsa-kasiterit, stockworks dan greisens
terbentuk pada batuan beku granitik plutonik, secara gradual terbentuk stanniferous
pegmatites yang ke arah dangkal terbentuk urat kuarsa-kasiterit dan greisen . Urat
berbentuk tabular atau tubuh bijih berbentuk lembaran mengisi rekahan atau celah.
(Geography. 2012)
Tipe kuarsa-kasiterit dan greisen merupakan tipe mineralisasi utama yang
membentuk sumber daya timah putih pada jalur timah yang menempati Kepulauan
Riau hingga Bangka-Belitung. Jalur ini dapat dikorelasikan dengan Central Belt di
Malaysia dan Thailand . Mineral utama yang terkandung di dalam bijih timah berupa
kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit,
kalkopirit, xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan. Timah putih dalam bentuk
cebakan dijumpai dalam dua tipe, yaitu cebakan bijih timah primer dan sekunder.
(Geography. 2012)
IV.5. Bijih Besi
Bijih besi adalah cebakan yang digunakan untuk membuat besi gubal. Biji besi
terdiri atas oksigen dan atom besi yang berikatan bersama dalam molekul. Besi sendiri
biasanya didapatkan dalam bentuk magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), goethit, limonit
atau siderit. Bijih besi biasanya kaya akan besi oksida dan beragam dalam hal warna,
dari kelabu tua, kuning muda, ungu tua, hingga merah karat anjing Saat ini, cadangan
biji besi nampak banyak, namun seiring dengan bertambahnya penggunaan besi secara
eksponensial berkelanjutan, cadangan ini mulai berkurang, karena jumlahnya tetap.

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

Sebagai contoh, Lester Brown dari Worldwatch Institute telah memperkirakan bahwa
bijih besi bisa habis dalam waktu 64 tahun berdasarkan pada ekstrapolasi konservatif
dari 2% pertumbuhan per tahun. (Geography. 2012)
Bijih besi batuan dan mineral dari mana logam besi dapat secara ekonomis
diekstrak. Bijih-bijih biasanya kaya oksida besi dan bervariasi dalam warna dari abu-
abu gelap, kuning cerah, ungu dalam, menjadi merah berkarat. Besi itu sendiri biasanya
ditemukan dalam bentuk magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), goethite (FeO (OH),
limonit (FeO (OH) n (H2O). Atau siderite (FeCO3). Bijih membawa jumlah yang sangat
tinggi dari hematite atau magnetit (lebih besar dari besi ~ 60%) yang dikenal sebagai
"bijih alami" atau "bijih pengiriman langsung", yang berarti mereka dapat diberi makan
langsung ke pembuatan besi blast furnace. Sebagian besar cadangan bijih tersebut kini
telah habis. Bijih besi adalah bahan baku yang digunakan untuk membuat pig iron, yang
merupakan salah satu bahan baku utama untuk membuat baja. 98% dari bijih besi
ditambang digunakan untuk membuat baja. Memang, telah berpendapat bahwa bijih
besi "yang lebih integral untuk ekonomi global daripada komoditas lainnya, kecuali
mungkin minyak. (Geography. 2012)
IV.6. Genesa Endapan Nikel Laterit
1. Endapan Nikel Laterit
Endapan nikel laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses pelapukan
batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. Istilah Laterit sendiri diambil dari
bahasa Latin later yang berarti batubata merah, yang dikemukakan oleh M. F.
Buchanan (1807), yang digunakan sebagai bahan bangunan di Mysore, Canara dan
Malabr yang merupakan wilayah India bagian selatan. Material tersebut sangat rapuh
dan mudah dipotong, tetapi apabila terlalu lama terekspos, maka akan cepat sekali
mengeras dan sangat kuat. (Genesa Nikel. 2011)
Smith (1992) mengemukakan bahwa laterit merupakan regolith atau tubuh
batuan yang mempunyai kandungan Fe yang tinggi dan telah mengalami pelapukan,
termasuk di dalamnya profil endapan material hasil transportasi yang masih tampak
batuan asalnya. (Genesa Nikel. 2011)
Sebagian besar endapan laterit mempunyai kandungan logam yang tinggi dan
dapat bernilai ekonomis tinggi, sebagai contoh endapan besi, nikel, mangan dan bauksit.
Dari beberapa pengertian bahwa laterit dapat disimpulkan merupakan suatu material
dengan kandungan besi dan aluminium sekunder sebagai hasil proses pelapukan yang
terjadi pada iklim tropis dengan intensitas pelapukan tinggi. Di dalam industri
pertambangan nikel laterit atau proses yang diakibatkan oleh adanya proses lateritisasi
sering disebut sebagai nikel sekunder (Genesa Nikel. 2011)

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

2. Ganesa Pembentukan Endapan Nikel Laterit


Proses pembentukan nikel laterit diawali dari proses pelapukan batuan ultrabasa,
dalam hal ini adalah batuan harzburgit. Batuan ini banyak mengandung olivin, piroksen,
magnesium silikat dan besi, mineral-mineral tersebut tidak stabil dan mudah mengalami
proses pelapukan. (Genesa Nikel. 2011)
Faktor kedua sebagai media transportasi Ni yang terpenting adalah air. Air tanah
yang kaya akan CO2, unsur ini berasal dari udara luar dan tumbuhan, akan mengurai
mineral-mineral yang terkandung dalam batuan harzburgit tersebut. Kandungan olivin,
piroksen, magnesium silikat, besi, nikel dan silika akan terurai dan membentuk suatu
larutan, di dalam larutan yang telah terbentuk tersebut, besi akan bersenyawa dengan
oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. (Genesa Nikel. 2011)
Endapan ferri hidroksida ini akan menjadi reaktif terhadap air, sehingga
kandungan air pada endapan tersebut akan mengubah ferri hidroksida menjadi mineral-
mineral seperti goethite (FeO(OH)), hematit (Fe2O3) dan cobalt. Mineralmineral
tersebut sering dikenal sebagai besi karat. (Genesa Nikel. 2011)
Endapan ini akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan
magnesium, nikel dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun
selama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian proses ini
merupakan proses pelapukan dan leaching. Unsur Ni sendiri merupakan unsur tambahan
di dalam batuan ultrabasa. Sebelum proses pelindihan berlangsung, unsur Ni berada
dalam ikatan serpentine group. Rumus kimia dari kelompok serpentin adalah X2-3
SiO2O5(OH)4, dengan X tersebut tergantikan unsur-unsur seperti Cr, Mg, Fe, Ni, Al, Zn
atau Mn atau dapat juga merupakan kombinasinya. (Genesa Nikel. 2011)
Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar, maka
Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di zona air sudah
tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus bedrock (Harzburgit). Ikatan dari Ni
yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral garnierit dengan
rumus kimia (Ni,Mg)Si4O5(OH)4. Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka
yang akan terjadi adalah proses pengkayaan supergen (supergen enrichment). Zona
pengkayaan supergen ini terbentuk di zona saprolit. Dalam satu penampang vertikal
profil laterit dapat juga terbentuk zona pengkayaan yang lebih dari satu, hal tersebut
dapat terjadi karena muka air tanah yang selalu berubah-ubah, terutama dari perubahan
musim. (Genesa Nikel. 2011)

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

V. Prosedur Kerja
1. Menentukan warna segar mineral
2. Menentukan tekstur mineral
3. Menentukan ceratnya dengan menggoreskan mineral tersebut pada porselen atau
pecahan tegel
4. Menentukan kilap mineral tersebut apakah kilapnya kaca atau logam
5. Menentukan belahannya
6. Menentukan pecahannya
7. Menentukan tingkat kekerasannya dengan menggunakan alat penguji kekerasan.
Yaitu: kuku manusia (2,5), kawat tembaga (3 - 3,5), pecahan kaca (5,5 - 6) dan kikir
baja (6,5 - 7)
8. Menentukan berat jenisnya
9. Menentukan tenacity-nya ( kemampuan mineral saat ditempah)
10. Menentukan komposisi mineralnya
11. Menentukan system kristalnya
12. Menentukan nama mineralnya

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

VI. Hasil
VI.1 Mineral 1
Warna : Putih
Cerat : Putih
Kilap : Kilat kaca
Belahan : Tidak sempurna
Pecahan : Tidak rata
Kekerasan : Kikir baja (7)
3
Berat Jenis : 2,65 gr /cm
Tenacity : Britle (hancur kasar)
Komposisi Kimia : SiO2
Sistem Kristal : Eksagonal
Asosiasi : Emas (Au)
Nama mineral : Kuarsa (SiO2)

Gambar 6.1 Kuarsa (SiO2)

Praktikum Asisten

( Rahmat Rosadi ) ( Muh. Karnoha Amir )


RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR
093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

VI.2 Mineral 2
Warna : Hijau Kehitaman
Cerat : Hitam
Kilap : Logam
Belahan : Perfect (Sempurna)
Pecahan : Hackly (Pecahannya tajam).
Kekerasan : 5,5 6 Skala Mohs
3
Berat Jenis : 5,01 gr /cm
Tenacity : Secktile (Mudah Terpotong)
Komposisi Kimia : FeS2
Sistem Kristal : Isometrik
Asosiasi : Emas (Au)
Nama mineral : Pyrite (FeS2)

Gambar 6.2 Pyrite (FeS2)

Praktikum Asisten

( Rahmat Rosadi ) ( Muh. Karnoha Amir )


RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR
093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

VI.3. Mineral III


Warna : Putih Bening
Cerat : Putih
Kilap : Non-Logam (Kaca)
Belahan : Sempurna
Pecahan : Konkoidial (Pecahan Bergelombang)
Kekerasan : 3 Skala Mohs
Berat Jenis : 27,1 gr /cm3
Tenacity : Britle (Mudah hancur)
Komposisi Kimia : CaCO3
System Kristal : Trigonal
Asosiasi : Tembaga (Cu)
Nama Mineral : CALCITE (CaCO3)

Gambar
Mineral
6.4
CALCITE (CaCo3)

Praktikum Asisten

( Rahmat Rosadi ) ( Muh. Karnoha Amir )


VI.4. Mineral IV
Warna : Ungu
Cerat : Hitam Keabuan
Kilap : Non-Logam (Kaca)
Belahan : Indistinct (Tidak Jelas)
Pecahan : Konkoidial (Pecahan Bergelombang)
Kekerasan : 3 Skala Mohs

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

Berat Jenis : 5,06 5,08 gr /cm 3


Tenacity : Brittle (Mudah hancur)
Komposisi Kimia : Cu5FeS5
System Kristal : Isometrik
Asosiasi : Tembaga (Cu)
Nama Mineral : Bornit (Cu5FeS5)

Gambar 6.4 Bornit (Cu5FeS5)

Praktikum Asisten

( Rahmat Rosadi ) ( Muh. Karnoha Amir )


VI.5. Mineral V
Warna : Abu-abu timah
Cerat : Abu-abu
Kilap : Logam
Belahan : Distinct (Jelas)
Pecahan : Konkoidial (Pecahan Bergelombang)
Kekerasan : 2,5 Skala Mohs
Berat Jenis : 7,2 7,6 gr /cm 3
Tenacity : Brittle (Mudah hancur)
Komposisi Kimia : PbS
System Kristal : Isometrik
Asosiasi : Timah (Sn)
Nama Mineral : Galena (PbS)

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

Gambar 6.5
Galena (PbS)

Praktikum Asisten

( Rahmat Rosadi ) ( Muh. Karnoha Amir )


VI.6. Mineral VI
Warna : Kuning
Cerat : Putih
Kilap : Non-Logam (Kaca)
Belahan : Ferfect (sempurna)
Pecahan : Uneven (Pecahan Tidak Teratur)
Kekerasan : 5 - 5,5 Skala Mohs
Berat Jenis : 4,6 5,7 gr /cm 3
Tenacity : Brittle (Mudah hancur)
Komposisi Kimia : (Ce La Th, Nd, Y) PO4
System Kristal : Isometrik
Asosiasi : Timah (Sn)
Nama Mineral : Monazite (Ce La Th, Nd, Y) PO4

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

Gamabar 6.6 Monazite (Ce La Th, Nd, Y) PO4

Praktikum Asisten

( Rahmat Rosadi ) ( Muh. Karnoha Amir )


VI.7. Mineral VII

Warna : Hitam
Cerat : Hitam
Kilap : Logam
Belahan : Indistinct (Tidak jelas)
Pecahan : Conchoidal (Pecahan Bergelombang)
Kekerasan : 5,5 6,5 Skala Mohs
Berat Jenis : 5,18 gr /cm3
Tenacity : Britle (Mudah hancur)
Komposisi Kimia : Fe3O2
System Kristal : Isometrik
Asosiasi : Besi (Fe)
Nama Mineral : Magnetit (Fe3O2)

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

Gambar 6.7 Magnetit (Fe3O2)

Praktikum Asisten

( Rahmat Rosadi ) ( Muh. Karnoha Amir )


VI.8. Mineral VIII

Warna : Kuning
Cerat : Hitam
Kilap : Logam
Belahan : Indistinct (Tidak jelas)
Pecahan : Conchoidal (Pecahan Bergelombang)
Kekerasan : 3,5 - 4 Skala Mohs
Berat Jenis : 4,28 gr /cm3
Tenacity : Britle (Mudah hancur)
Komposisi Kimia : CuFeS2
System Kristal : Tetragonal
Asosiasi : Besi (Fe)
Nama Mineral : Kalkopirit (CuFeS2)

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

Gambar 6.8 Kalkopirit (CuFeS2)

Praktikum Asisten

( Rahmat Rosadi ) ( Muh. Karnoha Amir )


VI.9. Mineral IX

Warna : Kuning Kehijauan


Cerat : Putih
Kilap : Non-Logam (Kaca)
Belahan : Indistinct (Tidak jelas)
Pecahan : Uneven (Kasar dan tidak teratur)
Kekerasan : 6,5 - 7 Skala Mohs
3
Berat Jenis : 3,5 4,3 gr /cm
Tenacity : Britle (Mudah hancur)
Komposisi Kimia : (MgFe)2 (SiO4)
System Kristal : Ortorombik
Asosiasi : Nikel (Ni)
Nama Mineral : Olivin (MgFe)2 (SiO4)

Gambar 6.7 Olivin (MgFe)2 (SiO4)

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

Praktikum Asisten

( Rahmat Rosadi ) ( Muh. Karnoha Amir )


VI.10. Mineral X

Warna : Hitam
Cerat : Hitam
Kilap : Logam
Belahan : Indistinct (Tidak jelas)
Pecahan : Conchoidal (Pecahan Bergelombang)
Kekerasan : 3,5 - 4 Skala Mohs
Berat Jenis : 2,9 3,6 gr /cm 3
Tenacity : Britle (Mudah hancur)
Komposisi Kimia : (CaMgFeNaAlTi) Si2O6
System Kristal : Monoklin
Asosiasi : Nikel (Ni)
Nama Mineral : Piroksen ((CaMgFeNaAlTi) Si2O6)

Gambar 6.10 Piroksen ((CaMgFeNaAlTi) Si2O6)

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

Praktikum Asisten

( Rahmat Rosadi ) ( Muh. Karnoha Amir )


VII. Pembahasan
VII.1 Mineral 1
Mineral ini mempunyai ciri-ciri yaitu berwarna putih dan warna ceratnya bila di
goreskan pada porselin akan menghasilkan warna putih. Kemudian mempunyai kilap
non-logam (kaca) dengan belahannya tidak sempurna dan pecahannya tidak rata.
Pada mineral ini mempunyai kekerasan 7 skala mohs dengan berat jenis 2,65
gr /cm 3 . Adapun tenacity mineral ini yaitu Britle (Hancur kasar) dengan memiliki
system Kristal heksagonal. Mineral ini merupakan asosiasi dari emas (Au) dan nama
mineral ini adalah KUARSA (SiO2).
Proses pembentukan mineral ini, melalui pembentukan magma yang bersifat
asam. Mineral ini di jumpai dengan batuan beku asam seperti granit grano diorit,
tonalit.
Teknik pertambangan kuarsa adalah di tambang dengan di gunakannya system
tambang terbuka. Kegunaan mineral ini adalah untuk industry kaca atau pun alat optic

VII.2 Mineral 2
Mineral ini mempunyai ciri-ciri yaitu berwarna hijau kehitaman dan warna
ceratnya bila di goreskan pada porselin akan menghasilkan warna hitam. Kemudian
mempunyai kilap logam dengan belahannya perfect (sempurna) dan pecahannya
Hackliy (Pecahannya tajam).
Pada mineral ini mempunyai kekerasan 5,5 - 6 skala mohs dengan berat jenis
5,01 gr /cm3 . Adapun tenacity mineral ini yaitu secktile (Mudah Terpotong) dengan
memiliki system Kristal isometrik. Mineral ini merupakan asosiasi dari emas (Au) dan
nama mineral ini adalah PYRITE (FeS2)
Pyrite terbentuk dari proses pembekuan magma yang mengalami hidrotermal
ataupun berasal dari reaksi mineral-mineral tertentu. Pirit Terbentuk dari kombinasi
antara sulfur (belerng) dan unsur tertentu. Pirit terbentuk di sekitar wilayah gunung api
yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Pada daerah yang terjadi intrusi air laut
yang membawa senyawa-senyawa belerang (S), dimana kandungan belerang (S) dalam
air laut sangat tinggi kurang lebih 885 ppm. Pirit biasanya berasosiasi dengan kalsit,
kuarsa, fluorit, emas maupun tembaga dan lainnya.

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

Adapun cara penambangannya yaitu dengan cara tambang terbuka. Mineral pirit
banyak digunakan sebagai bahan produksi pembuatan asam sulfat. Selain itu dapat
digunakan sebagai bahan obat kulit.

VII.3. Mineral III


Mineral ini memiliki warna putih bening dan ceratnya berwarna putih. Kilap
mineral ini Non-Logam (kaca) dengan belahan sempurna dan pecahannya Konkoidal
(pecahan yang bergelombang melengkung seperti kulit bawang atau botol pecah)
3
Kekerasan mineral ini 3 skala mohs, dengan berat jenis 2,71 gr /cm . Adapun
tenacity-nya Britle (Mineral mudah hancur menjadi tepung halus), dengan komposisi
kimia CaCO3, dan system kristalnya Trigonal. Mineral ini merupakan asosiasi dari
tembaga (Cu) dan nama mineral ini adalah CALCITE (CaCO3)
CALCITE (CaCO3) adalah terbentuk dari pengendapan kalsium yang kaya air,
biasanya terletak di gua-gua atau di tebing kapur. dan semua itu ada dalam bentuk
stalagmit, stalaktit, flowstone dan pertumbuhan globular yang aneh. zat-zat tersebut
terus menumpuk dan membentuk lapisan tersendiri, sehingga terbentuklah mineral
kasilt
Cara penambangan CALCITE (CaCO3) yaitu dengan cara tambang terbuka.
Penimbungan tanah penutpnya yang tipis, kemudian tahap selanjudnya adalah
penambangan batuan secara berjenjang dengan pengeboran dan peledakan atau dengan
menggunakan peralatan sederhana. Adapun manfaat CALCITE (CaCO3) sumber
senyawa CaC, digunakan untuk membuat semen, bahan baku semen dan bahan baku
bangunan.

VII.4. Mineral IV
Mineral ini berwarna ungu dan ceratnya hitam keabuan. Kilap mineral ini Non-
Logam (kaca) dengan belahan indistinct (Tidak jelas) dan adapun pecahannya
Konkoidal (pecahan yang bergelombang melengkung seperti kulit bawang atau botol
pecah)
3
Kekerasan mineral ini 3 skala mohs, dengan berat jenis 5,06 5,08 gr /cm .
Adapun tenacity-nya Britle (Mineral mudah hancur menjadi tepung halus), dengan
komposisi kimianya Cu5FeS5, dan system kristalnya isometrik. Mineral ini merupakan
asosiasi dari tembaga (Cu) dan nama mineral ini adalah BORNIT (Cu5FeS5)

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

BORNIT (Cu5FeS5) berasal dari mineral-mineral bijih primer dan percampuran


urat-urat sulfida. Jarang dari hasil alterasi supergen. Kadang-kadang dapat terjadi dalam
lingkungan temperatur tinggi dari pegmatit.
Cara penambangannya yaitu dengan cara tambang terbuka dan tambang bawah
tanah sesuai dengan keterdapatannya. Kegunaan dari mineral ini yaitu sebagai bahan
baku untuk bangunan.

VII.5. Mineral V
Mineral ini memiliki warna abu-abu timah dan ceratnya abu-abu. Kilap mineral
ini Logam dengan belahan distinct (jelas) dan adapun pecahannya Konkoidal (pecahan
yang bergelombang melengkung seperti kulit bawang atau botol pecah)
3
Kekerasan mineral ini 2,5 skala mohs, dengan berat jenis 7,2 7,6 gr /cm .
Adapun tenacity-nya adalah Britle (Mineral mudah hancur menjadi tepung halus),
dengan komposisi kimianya PbS, dan system kristalnya yaitu isometrik. Mineral ini
merupakan asosiasi dari Timah (Sn) dan nama mineral ini adalah GALENA (PbS).
Mineral ini terdapat dalam urat-urat Hidroternal dengan spalerit, kalkopirit, pirit,
supfira, kuarsa, kalsit, dolomite, barit dan fluorite. Mineral ini terdapat dalam batuan
sedimen, urat-urat hidrotermal dan juga pegmatik.
Kegiatan penambangan galena umumnya menggunakan peledakan atau
membuka singkapan dengan alat berat kemudian mengambil secara manual. Kandungan
belerang dalam GALENA (PbS) membuat mineral ini sangat rapuh dan reaktif untuk
pengobatan kimia. Jika seseorang mengalami kontak dengan GALENA (PbS) dapat
menghadapi risiko tinggi keracunan dengan mineral dan debu yang mematikan. Jika
diekstrak, konten dari mineral ini akan berdampak pada lingkungan dan menimbulkan
ancaman kesehatan. Mineral galena ini banyak berguna dalam industri pengolahan besi
dan baja, terutama bila terdapat unsur tembaga (Cu) di dalamnya.
VII.6. Mineral VI
Mineral ini memiliki warna kuning dan ceratnya putih. Kilap mineral ini Non-
Logam (Kaca) dengan belahan perfect (sempurna) dan adapun pecahannya uneven
(pecahan tidak teratur)
3
Kekerasan mineral ini 5 - 5,5 skala mohs, dengan berat jenis 4,6 5,7 g/cm .
Adapun tenacity-nya Britle (Mineral mudah hancur menjadi tepung halus), dengan
komposisi kimia (CeLaThNdY) PO4, dan system kristalnya isometrik. Mineral ini
merupakan asosiasi dari Timah (Sn) dan nama mineral ini adalah MONAZITE
(CeLaThNdY) PO4.

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

MONAZITE (CeLaThNdY) PO4. Terbentuk pada lingkungan batuan beku, yaitu


sebagai mineral asosiasi dalam granit, sienit pada lingkungan pegmatit, dan sebagai
mineral rombakan berbentuk pasir dalam lingkungan sedimen. berasosiasi dengan
zirkon, xenotim, magnetit, apatit, ilmenit, rutil dan kolumbit.
Cara penambangannya yaitu dengan cara tambang terbuka dengan metode
Alluvial mine yaitu dengan cara semprot, kapal keruk untuk penambangan endapan
aluvial darat yang luas dan dalam serta endapan timah lepas pantai dan cara manual
yang dilakukan oleh masyarakat. Manfaatnya yaitu Sebagai bijih (ore) pada mineral
logam khususnya thorium, cerium dan lanthanum, radioaktif dan sebagai spasemen
mineral.

VII.7. Mineral VII


Mineral ini memiliki warna hitam dan ceratnya hitam. Kilap mineral ini Logam
dengan belahan indistinct (tidak jelas) dan adapun pecahannya Konkoidal (pecahan
yang bergelombang melengkung seperti kulit bawang atau botol pecah).
3
Kekerasan mineral ini 5,5 6,5 skala mohs, dengan berat jenis 5,18 gr /cm .
Adapun tenacity-nya Britle (Mineral mudah hancur menjadi tepung halus), dengan
komposisi kimia Fe3O2, dan system kristalnya isometrik. Mineral ini merupakan
asosiasi dari Besi (Fe) dan nama mineral ini adalah MAGNETIT (Fe3O2).
MAGNETIT (Fe3O2), mineral ini terbentuk dari hasil sublimasi dalam
hubungannya dengan gunung api. Terjadi juga dalam endapan metamorfosa kontak dan
0
sebagai mineral tambahan dan terbentuk pada suhu yang tinggi sekitar 800 C
0
900 C maka mineral ini mempunyai bentuk yang sempurna. Dijumpai pada batuan
beku granit dan batu pasir merah sebagai penyemen. Dapat terbentuk pada 1.
lingkungan batuan beku sebagai mineral asesori, atau sebagai deposit segregasi
magmatik bersama apatit dan piroksen,.
Cara penambangannya dengan cara tambang terbuka dengan menggunakan alat
pengerukkan. Manfaat MAGNETIT (Fe3O2) yaitu digunakan dalam bahan baku
bangunan yang berhubugan dengan besi. Karena digunakan dalam bahan campuran
untuk melapisi besih.

VII.8. Mineral VIII


Mineral ini memiliki warna kuning dan ceratnya hitam. Kilap mineral ini Logam
dengan belahan indistinct (tidak jelas) dan adapun pecahannya Konkoidal (pecahan
yang bergelombang melengkung seperti kulit bawang atau botol pecah).
3
Kekerasan mineral ini 3,5 4 skala mohs, dengan berat jenis 4,28 gr /cm .
Adapun tenacity-nya Britle (Mineral mudah hancur menjadi tepung halus), dengan

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

komposisi kimia CuFeS2, dan system kristalnya tetragonal. Mineral ini merupakan
asosiasi dari Besi (Fe) dan nama mineral ini adalah KALKOPIRIT (CuFeS2).
KALKOPIRIT (CuFeS2) ini terbentuk melalui proses hidrotermal, terutama
terdapat dalam deposit mesotermal dan hipotermal. Dalam deposit hipotermal,
khalkopirit terdapat bersama pirit, turmalin, kuarsa dan kasiterit. Dijumpai juga dalam
batuan beku, pegmatit dan dalam deposit metamorfisme kontak. Dan adapun mineral ini
terbanyak bersama dengan tembaga dan lebih sedikit bersama sulfida. Sebagai mineral
bijih primer berkarakteristik hipotermal dan urat-urat mesotermal bertemperatur lebih
tinggi. Juga terbentuk di bawah kondisi epitermal ke duanya dalam urat dan berbentuk
kristal.
Cara penambangan mineral ini yaitu dengan cara tambang terbuka dengan
metode alluvial mine dengan cara menggunakan alat penyemprot untuk memisahkan
bijih dengan lumpur, yang kedua menggunakan kapal pengeruk untuk mengambil bijis
yang terendapkan di sungai-sungai yang dangkal, dan yang ketiga yaitu dengan cara
manual yang dikerjakan langsung oleh manusia dengan menggunakan alat yang
sederhana. Manfaat mineral ini yaitu mineral dengan sumber utama penghasil logam
tembaga yang banyak dimamfaat dalam kehidupan sehari-hari, seperti dengan alat-alat
rumah tangga, bahan baku bangunan dll.

VII.9. Mineral IX
Mineral ini memiliki warna kuning kehijauan dan ceratnya putih. Kilap mineral
ini Non-Logam (kaca) dengan belahan indistinct (tidak jelas) dan adapun pecahannya
uneven (Kasar dan tidak teratur).
Kekerasan mineral ini 6,5 7 skala mohs, dengan berat jenis 3,5 - 4,3
gr /cm 3 . Adapun tenacity-nya Britle (Mineral mudah hancur menjadi tepung halus),
dengan komposisi kimia (MgFe)2.SiO4, dan system kristalnya tetragonal. Mineral ini
merupakan asosiasi dari Nikel (Ni) dan nama mineral ini adalah OLIVIN
((MgFe)2.SiO4).
OLIVIN ((MgFe)2.SiO4). ini terbentuk pada lingkungan batuan beku, khususnya
dalam lingkungan batuan beku basa dan ultrabasa dapat menjadi penyusun utama dalam
batuan beku ultrabasa yaitu Dunit.
Cara penambangannya yaitu dengan cara tambang terbuka apapun manfaatnya
digunakan sebagai batu permata, khususnya fariasi warna hijau cerah-cerah, dan dibuat
pasir refractory yang dipakai dalam industry pengecoran. Dan digunakan sebagai bahan
baku bangunan dll

VII.10. Mineral X

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

Mineral ini memiliki warna hitam dan ceratnya hitam. Kilap mineral ini Logam
dengan belahan indistinct (tidak jelas) dan adapun pecahannya Konkoidal (pecahan
yang bergelombang melengkung seperti kulit bawang atau botol pecah).
Kekerasan mineral ini 3,5 4 skala mohs, dengan berat jenis 2,9 3,6
gr /cm 3 . Adapun tenacity-nya Britle (Mineral mudah hancur menjadi tepung halus),
dengan komposisi kimia (MgFe)2.SiO4, dan system kristalnya tetragonal. Mineral ini
merupakan asosiasi dari Nikel (Ni) dan nama mineral ini adalah PIROKSEN
((CaMgFeNaAlTi) Si2O6)
PIROKSEN ((CaMgFeNaAlTi) Si2O6) yaitu mineral yang terdiri dari mineral
Augit. Berbentuk prismatik pendek berisi kelipatan 4 dengan belahan 2 arah menyudut.
Merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang berbentuk prisma pendek bersisi
delapan. Striasi bersudut kira-kira 900. Pyroxen adalah senyawa yang kompleks dari
Calsium, Magnesium, Ferum, dan Silikat. Warna coklat tua hingga hitam. Kekerasan 5 -
8. Mineral golongan ini antara lain : Enstatit, Hypersten, Diopsid, dan yang paling
banyak terdapat ialah Augit dengan rumus kimia Ca (MgFe) (SiO3)2 (AlFe)2 O3.
Cara penambangan mineral ini yaitu dengan cara tambang terbuka dengan
metode alluvial mine dengan cara menggunakan alat penyemprot untuk memisahkan
bijih dengan lumpur, yang kedua menggunakan kapal pengeruk untuk mengambil bijis
yang terendapkan di sungai-sungai yang dangkal, dan yang ketiga yaitu dengan cara
manual yang dikerjakan langsung oleh manusia dengan menggunakan alat yang
sederhana. Kegunaan mineral ini yaitu sebagai bahan dasar industri bahan bagunan
untuk pembuatan jembatan, jalan, beton, dll.

VIII. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum asosiasi mineral ekonomis, yaitu
mineral ekonomis yaitu mineral yang mempunyai keuntungan lebih besar dari biaya
produksinya dengan memenuhi syarat dari faktor budaya, politik, lingkungan, geografis,
dan teknologi. Jenis-jenis mineral ekonomis yaitu emas, tembaga, Timah, besi, nikel dll.
Bijih suadah pasti dikatakan mineral, yang dimana suatu mineral dari bahan
induknya logam yang terlepas dari mineral induknya dan mempunyai nilai ekonomis,
sedangkan mineral adalah zat logam secara alamiah yang terbentuk di alam dan mineral
itu belum tentu mempunyai nilai ekonomis
Mineral-mineral ekonomis itu mempunyai asosiasi masing-masing seperti
contohnya emas (Au) beasosiasi dengan mineral kuarsa (SiO2) dan pyrite (FeS2),
tembaga (Cu) besasosiasi dengan calsite (CaCO 3) dan bornit (Cu5FeS5), timah
berasosiasi dengan Galena (PbS) dan monazite (CeLaThNdY)PO 4, besi berasosiasi

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

dengan Magnetit (Fe3O2) dan kalkopirit (CuFeS2) dan Nikel berasosiasi dengan Olivin
(MgFe)2 (SiO4) dan piroksen (CaMgFeNaAlTi)Si2O6.

IX. Saran
Adapun saran praktikan terhadap laboratorium, yaitu sebaiknya sampel
mineralnya diperbesar lagi ukurannya dengan cara diganti dengan mineral yang lebih
besar ukurannya agar mudah untuk di deskripsi.
Dan untuk asisten, agar selalu senantiasa memberika bimbingan yang terbaik
untuk para praktikum-praktikum selanjudnya.
X. Daptar Pustaka
Alviriana Dewi Monica.2013.Obsidian. Universitas Lambung Mangkurat:
Banjarmasing
Crisman Erian. 2013. Geology . Yogyakarta
Graha Setia Dody. 1987. Batuan dan mineral. Nova; Bandung
Korps Asisten.2015.Penuntun Praktikum. Universitas Muslim Indonesia: Makassar
Simon & Schusters Guide. 2012. Rocks and Minerals. Martin Prinz, George Harlow
dan Josep Peters
S. Proptop. 1984 . Interpertasi penginderaan jauh untuk geomorfolog. Fakultas geografi
UGM

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASOSIASI MINERAL EKONOMIS

Praktikum Asisten

( Rahmat Rosadi ) ( Muh. Karnoha Amir )

RAHMAT ROSADI MUH. KARNOHA AMIR


093 2014 0066 093 2012 0210

Anda mungkin juga menyukai