Praktikum Laboratorium Uji Tanah
Praktikum Laboratorium Uji Tanah
UJI TANAH
DISUSUN OLEH :
AJI SETIAWAN
NIM. 0931310007
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum uji tanah ini adalah agar mahasiswa mengetahui dan terampil
dalam menggunakan alat alat praktek tanah dan mengetahui struktur tanah dan sifat sifat
fisik tanah. Dalam praktikum ini dilakukan uji :
a.) Pengambilan contoh tanah ( soil sampling )
b.) Penentuan geser langsung ( direct shear )
c.) Penentuan kuat tekan bebas ( unconfined compressive strength )
d.) Penentuan triaksial ( triaxial )
e.) Konsolidasi
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh oleh mahasiswa adalah dapat melakukan praktikum dengan
baik dan benar. Selain itu, dapat mengetahui sifat sifat tanah dan jenis tanah sehingga
berguna dalam pekerjaan lapangan, misalnya dalam penentuan pondasi bangunan dan
perencanaan jalan raya.
2. Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terganggu (undisturbed soil aggregate)
yang diperlukan untuk penetapan ukuran agregat dan derajad kemantapan agregat
(aggregate stability)
3. Contoh tanah terganggu (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk penetapan
kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar lengas
kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR), konduktivitas hidrolik tak jenuh,
luas permukaan (specific surface), erodibilitas (sifat ketererosian) tanah menggunakan
hujan tiruan (rainfall simulator)
Untuk penetapan sifat kimia tanah misalnya kandungan hara (N, P, K, dll), kapasitas
tukar kation (KPK), kejenuhan basa, dll digunakan pengambilan contoh tanah terusik.
2. Cara Pelaksanaan
Tabung dan contoh sebaiknya ditekan ke dalam tanah secara langsung, dan jangan
dipukul. Ini biasanya hanya mungkin bila tersedia alat bor mesin (drilling rig).
3. Cara membuat dan membersihkan lubang bor.
Tanah pada dasar lubang bor harus betul-betul asli, dan sebelum tabung
dimasukkan, kotoran-kotoran serta lumpur yang ada harus terlebih dahulu
dikeluarkan dari lubang bor.
Setelah tabung contoh ditekan ke dalam tanah, hendaknya dibiarkan dulu selama
beberapa menit, dengan maksud untuk memberi kesempatan bagi terjadinya
pelekatan antar tanah dengan permukaan dinding tabung. Kemudian tabung contoh
ini diputar kira-kira 1800, untuk memotong tanah pada dasar tabung, sebelum
mencabutnya kembali. Setelah contoh diambil dari lubang bor, kemudian tabung
contoh tersebut ditutup dengan paraffin pada kedua ujungnya, untuk mencegah
terjadinya pengeringan, dan kemudian dibawa ke laboratorium untuk diselidiki.
Dengan adalah tegangan geser pada saat terjadinya keruntuhan atau kegagalan, dan
adalah tegangan normal pada saat kondisi tersebut. Garis kegagalan yang didefinisikan dalam
Persamaan (1.1), adalah kurva yang ditunjukkan dalam Gambar 1.1.
=
Q
f()
= C + tg
= C + tan .................................(1.2)
(4.2)
dimana :
= kuat geser tanah
C = kohesi tanah
tan = faktor geser di antara butir-butir yang bersentuhan
= sudut geser dalam tanah
= tegangan normal pada bidang runtuh
Persamaan (1.2) ini disebut kriteria keruntuhan atau kegagalan Mohr-Coulomb,
dimana garis selubung kegagalan dari persamaan tersebut dilukiskan dalam Gambar 1.1.
Pengertian mengenai keruntuhan suatu bahan dapat diterangkan dalam Gambar 1.1.
Jika tegangan-tegangan baru mencapai titik P, keruntuhan geser tidak akan terjadi.
Keruntuhan geser akan terjadi jika tegangan-tegangan mencapai titik Q yang terletak pada
garis selubung kegagalannya. Kedudukan tegangan yang ditunjukkan oleh titik R tidak akan
pernah terjadi, karena sebelum tegangannya mencapai titik R, bahan sudah mengalami
keruntuhan. Tegangan-tegangan efektif yang terjadi di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh
tekanan air pori. Terzaghi (1925) mengubah rumus Coulomb dalam bentuk tegangan efektif
dengan memasukkan unsur tekanan air pori sebagai berikut :
= C' + ( - u) tan ' ................................. (4.3)
= C' + ' tan ' (1.3)
dimana :
C = kohesi tanah dalam kondisi tekanan efektif
= tegangan normal efektif
u = tekanan air pori
= sudut geser dalam tanah kondisi efektif
Hubungan antara kekuatan geser (), kohesi ( C ) dan tekanan efektif () tampak
3 1
seperti pada Gambar 1.2. U
= C + tg
Bidang geser
1
C 3
Tekanan normal efektif = - U
Persamaan (1.2) menghasilkan data yang relatif tidak tepat, nilai-nilai C dan yang
diperoleh sangat tergantung dari jenis pengujian yang dilakukan. Persamaan (1.3)
menghasilkan data untuk nilai-nilai C dan yang relatif tepat dan tidak tergantung dari jenis
pengujiannya.
Kuat geser tanah juga bisa dinyatakan dalam bentuk tegangan-tegangan efektif 1 dan
3 pada saat keruntuhan terjadi. Lingkaran Mohr dalam bentuk lingkaran tegangan, dengan
= 45 + /2 f
f
3 3
f
1
C 2
3 f 1
Dari Gambar 1.3, hubungan antara tegangan utama efektif saat keruntuhan dan
parameter kuat gesernya juga dapat diperoleh. Besarnya nilai parameter kuat geser, dapat
ditentukan dari persamaan-persamaan :
1/2 1' - 3'
sin ' = .............................. (4.6)
C ctg ' + 1/2 1' + 3'
1' - 3' = 2 C cos ' + 1' + 3' sin ' .................(1.7)
(4.7)
Persamaan (1.7) digunakan untuk kriteria keruntuhan atau kegagalan menurut Mohr-
(1 - 3)Dengan menggambarkan kedudukan tegangan-tegangan ke dalam koordinat-
Coulomb.
koordinat p q, dengan :
p = (1 + 3) dan q = (1 - 3)
Titik tegangan
sembarang kedudukan tegangan dapat ditunjukkan oleh sebuah titik tegangan sebagai
ganti dari lingkaran Mohr (lihat Gambar 1.4).
Garis selubung
kegagalan
a
45 45
(3 Laboraturium Uji Tanah
(1) Politeknik Negeri Malang
(1 + 3)
)
Gambar 1.4 Kondisi tegangan yang mewakili.
9
Pada Gambar 1.4 ini, garis selubung kegagalan ditunjukkan oleh persamaan :
(1 + 3) = a + (1 + 3) tg
dengan a dan adalah parameter modifikasi dari kuaat gesernya. Parameter C dan
dapat diperoleh dari persamaan :
' = arc sin tg ' .......................................................(1.8)
(4.8)
a'
C' = .................................................................(1.9)
(4.9)
cos '
Garis-garis dari titik tegangan yang membuat sudut 45 dengan garis horizontal
(Gambar 1.4), memotong sumbu horizontal pada titik yang mewakili tegangan utama 1 dan
3. Perlu diingat bahwa (1 - 3) = (1 - 3).
Untuk mempelajari kuat geser tanah, istilah-istilah berikut ini perlu diperhatikan, yaitu :
Kelebihan tekanan pori (excess pore pressure), adalah kelebihan tekanan air pori akibat
dari tambahan tekanan yang mendadak.
Tekanan overburden, adalah tekanan pada suatu titik di dalam tanah akibat berat material
tanah yang ada di atas titik tersebut.
Tekanan overburden efektif, adalah tekanan akibat beban tanah di atasnya, dikurangi
tekanan air (pori).
Tanah Normally Consolidated (terkonsolidasi normal), adalah tanah dimana tegangan
efektif yang membebani pada waktu yang sekarang, adalah nilai tegangan maksimum
yang pernah dialaminya.
Tanah Over Consolidated (terlalu terkonsolidasi), adalah tanah dimana tegangan efektif
yang pernah membebaninya pada waktu yang lampau, lebih besar daripada tegangan
efektif yang bekerja pada waktu sekarang.
Tekanan Prakonsolidasi (preconsolidation pressure), adalah nilai tekanan maksimum
yang pernah dialami oleh tanah tersebut.
Nilai banding Overconsolidation (overconsolidation ratio = OCR), adalah nilai banding
antara tekanan prakonsolidasi dengan tekanan overburden efektif yang ada. Jadi, bila OCR =
1, tanah dalam kondisi normally consolidated dan bila OCR > 1, tanah dalam kondisi
overconsolidated
10. Kondisi drainasi yang dipilih, drainasi terbuka (drained) atau tertutup (undrained).
11. Tekanan air pori yang ditimbulkan.
12. Kriteria yang diambil untuk penentuan kuat gesernya.
Butir (1) sampai (5) ada hubungannya dengan kondisi aslinya yang tak dapat dikontrol
tetapi dapat dinilai dari hasil pengamatan lapangan, pengukuran, dan kondisi geologi. Butir
(6) tergantung dari kualitas benda uji dan penanganan benda uji dalam persiapan
pengujiannya. Sedangkan butir (7) sampai (12) tergantung dari cara pengujian yang dipilih.
Ada beberapa cara pengujian tanah yang dapat dipakai untuk mendapatkan parameter-
parameter kuat geser tanah, antara lain :
Pengujian geser langsung (direct shear test).
Pengujian triaksial (triaxial test).
Pengujian tekan bebas (unconfined compression test).
Pengujian baling-baling (vane shear test).
Pengujian ini merupakan pengujian yang tertua dan paling sederhana untuk suatu
susunan uji geser, bentuk gambar diagram dari alat uji geser langsung ini terlihat pada
Gambar 1.5. Alat uji tersebut terdiri dari sebuah kotak logam berisi sampel tanah yang akan
diuji. Sampel tanah tersebut dapat berbentuk penampang bujur sangkar atau lingkaran.
Ukuran sampel tanah yang umum digunakan ialah sekitar 3 4 inchi 2 (1935,48 2580,64
mm2) luas penampangnya dan tingginya 1 inchi (25,4 mm). Kotak tersebut terbagi dua sama
sisi dalam arah horizontal. Kotak terpisah menjadi 2 (dua) bagian yang sama. Tegangan
normal pada benda uji diberikan dari atas kotak geser. Gaya geser diterapkan pada setengah
bagian atas dari kotak geser, untuk memberikan geseran pada tengah-tengah benda ujinya.
Gaya geser
h
Kotak
geser Batu tembus
Gaya geser
air
Contoh
Laboraturium Uji Tanah Politeknik Negeri Malang
tanah
Gambar 1.5 Alat uji geser langsung
12
Pada benda uji yang kering, kedua batu tembus air (porous) tidak diperlukan. Selama
pengujian, perpindahan akibat geser (L) dari setengah bagian atas kotak geser dan
perubahan tebal (h) benda uji dicatat.
Ada beberapa macam ukuran kotak pengujian geser langsung. Kotak pengujia geser
langsung yang berbentuk bujur sangkar dapat bervariasi dari yang luasnya 100 x 100 mm 2
sampai 300 x 300 mm2. Kotak geser dengan ukuran yang besar digunakan untuk pengujian
tanah dengan butiran yang berdiameter lebih besar. Gaya normal pada sampel tanah didapat
dengan menaruh suatu beban mati di atas sampel tanah tersebut. Beban mati tadi dapat
menyebabkan tekanan pada sampel tanah sampai 150 psi (1034,2 kN/m 2). Gaya geser
diberikan dengan mendorong sisi kotak sebelah atas sampai terjadi keruntuhan geser pada
tanah.
Tergantung pada jenis alatnya, uji geser ini dapat dilakukan dengan cara tegangan geser
terkendali (penambahan gaya geser dibuat konstan) atau dengan tegangan terkendali
(kecepatan geser yang diatur).
Pada uji tegangan-terkendali (stress-controlled), tegangan geser diberikan dengan
menambahkan beban mati secara bertahan, dan dengan penambahan yang sama besar setiap
kali sampai runtuh. Keruntuhan akan terjadi sepanjang bidang bagi dari kotak metal tersebut.
Setelah kita melakukan penambahan beban , maka pergerakan geser pada belahan kotak
sebelah atas diukur dengan menggunakan sebuah arloji ukur (dial gage) horizontal.
Perubahan tebal sampel (tanah dengan demikian juga merupakan perubahan volume sampel
tanah tersebut) selama pengujian berlangsung dapat diukur dengan pertolongan sebuah arloji
ukur lain yang mengukur perubahan gerak arah vertikal dari pelat beban.
Pada uji regangan-terkendali (strain-controlled), suatu kecepatan gerak mendatar
tertentu dilakukan pada bagian belahan atas dari pergerakan geser horizontal tersebut, dapat
diukur dengan bantuan sebuah arloji ukur horizontal. Besarnya gaya hambatan dari tanah
yang bergeser dapat diukur dengan membaca angka-angka pada sebuah arloji ukur ditengah
sebuah pengukur beban lingkaran (proving ring). Perubahan volume dari sampel tanah uji
berlangsung diukur seperti pada uji tegangan terkendali.
Kelebihan pengujian dengan cara regangan-terkendali adalah pada pasir padat, tahanan
geser puncak (yaitu tahanan pada saat runtuh) dan juga pada tahanan geser maksimum yang
lebih kecil (yaitu pada titik setelah keruntuhan terjadi) dapat diamati dan dicatat pada uji
tegangan-terkendali, hanya tahanan geser puncak saja yang dapat diamati dan dicatat. Juga
harus diperhatikan bahwa tahanan geser puncak pada uji tegangan-terkendali besarnya hanya
dapat diperkirakan saja. Ini disebabkan keruntuhan terjadi hanya pada tingkat tegangan geser
sekitar puncak antara penambahan beban sebelum runtuh sampai sesudah runtuh. Meskipun
demikian, uji tegangan-terkendali lebih menyerupai keadaan sesungguhnya keruntuhan di
lapangan dari pada uji regangan-terkendali.
Tegangan geser yang melawan pergerakan geser dapat dihitung sebagai berikut :
Gaya geser yang melawan gerakan
Teg. Geser ( ) = ........ (4.11)
Luas penamp. lintang sampel tanah
Hal-hal umum yang dapat dicatat berkaitan dengan variasi tegangan geser
(1.11)
penghambat dan perpindahan geser, yaitu :
1. Pada pasir lepas (renggang), tegangan geser penahan akan membesar sesuai
dengan membesarnya perpindahan geser sampai tegangan tadi mencapai tegangan
geser runtuh (f). Setelah itu besar tegangan geser akan kira-kira konstan sejalan
dengan bertambahnya perpindahan geser.
2. Pada pasir padat, tegangan geser penghambat akan naik sejalan dengan
membesarnya perpindahan geser hingga tegangan geser runtuh (f) maksimum
tercapai. Harga f ini disebut sebagai kekuatan geser puncak (peak shear strength).
Bila tegangan runtuh telah dicapai, maka tegangan geser penghambat yang ada
akan berkurang secara lambat laun dengan bertambahnya perpindahan geser
sampai pada suatu saat mencapai harga konstan yang disebut kekuatan geser akhir
maksimum (ultimate shear strength).
f = tan ................................(1.12)
(4.12)
Uji geser langsung umumnya agak mudah dilakukan, tetapi uji tersebut mempunyai
beberapa kelemahan. Juga keterandalan hasil ujinya dapat dipertanyakan (diragukan). Hal ini
karena pada uji ini sampel tanah tidak dapat runtuh pada bidang geser yang terlemah tetapi
runtuh sepanjang bidang di antara dua belahan kotak geser tersebut. Juga distribusi tegangan
geser pada bidang geser mungkin tidak merata. Akan tetapi, biarpun dengan adanya
kekurangan-kekurangan tersebut, uji geser langsung tetap merupakan uji yang paling mudah
dan paling ekonomis untuk tanah-tanah pasir jenuh ataupun kering.
Pengujian ini hanya cocok untuk jenis tanah lempung jenuh, dimana pada pembebanan
cepat, air tidak sempat mengalir keluar dari benda ujinya. Pada lempung jenuh, tekanan air
pori dalam benda uji pada awal pengujian negatif (tegangan kapiler). Tegangan aksial yang
diterapkan di atas benda uji berangsur-angsur ditambah sampai benda uji mengalami
keruntuhan. Pada saat keruntuhannya, karena 3 = 0, maka : 1 = 3 + f = f = qu
dengan qu adalah kuat tekan bebas (unconfined compression strength). Secara teoritis,
nilai dari f pada lempung jenuh seharusnya sama seperti yang diperoleh dari pengujian-
pengujian triaksial unconsolidated undrained dengan benda uji yang sama, jadi :
qu
su = cu = (1.14)
.............................................................. (4.14)
2
dimana su atau cu adalah kuat geser undrained dari tanahnya. Hubungan konsistensi
dengan kuat geser tekan bebas tanah lempung diperlihatkan dalam Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Hubungan kekuatan tekan bebas (qu) tanah lempung dengan konsistensinya.
Konsistensi qu (kg/cm2)
Lempung keras > 4,00
Lempung sangat kaku 2,00 4,00
Lempung kaku 1,00 2,00
Lempung sedang 0,50 1,00
Lempung lunak 0,25 0,50
Lempung sangat lunak < 0,25
Sumber : Mek-Tan I, Hary Christady H
Contoh
3 = 0 tanah 3 = 0
Hasil uji tekan bebas biasanya tidak begitu meyakinkan bila digunakan untuk
menentukan nilai parameter kuat geser tanah tak jenuh. Dalam praktek, untuk mengusahakan
agar kuat geser undrained yang diperoleh dari hasil uji tekan bebas mendekati sama dengan
hasil uji triaksial pada kondisi keruntuhan, beberapa hal harus dipenuhi, antara lain (Holtz
dan Kovacs, 1981) :
1. Benda uji harus 100 % jenuh, kalau tidak akan terjadi desakan udara di dalam ruang
pori yang mnyebabkan angka pori (e) berkurang sehingga kekuatan benda uji
bertambah.
2. Benda uji tidak boleh mengandung retakan atau kerusakan yang lain. Dengan kata lain
benda uji harus utuh dan merupakan lempung homogen. Dalam praktek, sangat jarang
lempung overconsolidated dalam keadaan utuh, dan bahkan sering terjadi pula lempung
normally consolidated mempunyai retakan-retakan.
3. Tanah harus terdiri dari butiran sangat halus. Tegangan kekang efektif (effective
confining pressure) awal adalah tekanan kapiler residu yang merupakan fungsi dari
tekanan pori residu (-ur). Hal ini berarti bahwa penentuan kuat geser tanah dari uji takan
bebas hanya cocok untuk tanah lempung.
4. Proses pengujian harus berlangsung dengan cepat sampai contoh tanah mencapai
keruntuhan. Pengujian ini merupakan uji tegangan total dan kondisinya harus tanpa
drainase selama pangujian berlangsung. Jika waktu yang dibutuhkan dalam pengujian
terlalu lama, penguapan dan pengeringgan benda uji akan menambah tegangan kekang
dan dapat menghasilkan kuat geser yang lebih tinggi. Waktu yang cocok biasanya
sekitar 5 sampai 15 menit.
Consolidated Undrained Test (CU-test), atau Consolidated Quick test (uji terkonsolidasi
cepat), benda uji mula-mula dibebani dengan tegangan sel tertentu dengan mengijinkan
air mengalir ke luar dari benda uji sampai konsolidasi selesai. Tahap selanjutnya,
tegangan deviator diterapkan dengan katup drainase dalam keadaan tertutup sampai banda
uji mengalami keruntuhan. Karena katup drainase tertutup, volume benda uji tidak
berubah selama penggeseran. Pada pengujian dengan cara ini, akan terjadi kelebihan
tekanan air pori dalam benda uji. Pengukuran tekanan air pori dapat dilakukan selama
pengujian berlangsung.
Consolidated Drained Test (CD-test), mula-mula tegangan sel tertentu diterapkan pada
benda uji dengan katup drainase terbuka sampai konsolidasi selesai. Setelah itu, dengan
katup drainase tetap terbuka, tegangan deviator diterapkan dengan kecepatan yang rendah
sampai benda uji runtuh. Kecepatan pembebanan yang rendah dimaksudkan agar dapat
menjamin tekanan air pori nol selama proses penggeseran. Pada kondisi ini seluruh
tegangan selama proses pengujian ditahan oleh gesekan antar butiran tanah.
Pada uji kuat geser tanah, bila terdapat air di dalam tanah, pengaruh-pengaruh seperti :
jenis pengujian, permeabilitas, kadar air, akan sangat menentukan nilai-nilai kohesi (C)
dan sudut gesr dalam (). Nilai-nilai kuat geser yang rendah terjadi pada pengujian
dengan cara Unconsolidated-Undrained (UU-test). Pada tanah lempung yang jenuh air
nilai sudut geser dalam () dapat mencapai nol, sehingga pada pengujian hanya diperoleh
nilai kohesinya (C). Parameter-parameter kuat geser yang diukur dengan menggunakan
ketiga cara pengujian di atas, hanya relevan untuk kasus-kasus dimana kondisi drainase
di lapangan sesuai dengan kondisi drainase di laboratorium. Kuat geser tanah pada
kondisi drainase terbuka (drained) tidak sama besarnya bila diuji pada kondisi tak
drainase (undrained). Kondisi tak drainase (undrained) dapat digunakan untuk kondisi
pembebanan cepat pada tanah permeabilitas rendah, sebelum konsolidasi terjadi. Kondisi
terdrainase (drained) dapat digunakan untuk tanah dengan permeabilitas rendah hanya
sesudah konsolidasi di bawah tambahan tegangan totalnya telah betul-betul selesai.
Tabel 1.2 Nilai-nilai estimasi sudut geser dalam () dari hasil pengujian triaksial
(Bowles, 1977)
Pasir - -
Kering & tidak padat 28 - 34 - -
Jenuh & tidak padat 28 - 34 - 43 - 45
Kering & padat 35 - 46
Jenuh & padat 1 - 2 kurang - 43 - 50
dari kering &
padat
BAB II
PENGAMBILAN CONTOH TANAH
2.3.2 Bahan
Benda uji sampel tanah berupa tanah undisturbed ( tidak terganggu ).
2.5 Pelaporan
1. Tanggal mulai dan selesainya kegiatan :
Kegiatan pengambilan contoh tanah dengan metode test pit ini dilakukan pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 14 Oktober 2010
Waktu : 15.00 - 17.00 WIB
2. Lokasi kegiatan :
Kegiatan ini dilakukan di Ds. Buring Kec. Kedungkandang Malang
100 cm
20 100 cm
cm A
20
cm
Tabung Contoh
Tampak Atas
Muka tanah
80 cm
Tabung Contoh 20 cm
Potongan A
2.6 Kesimpulan
Dari pelaksanaan pengambilan contoh tanah dengan test pit ini diperoleh 1 jenis benda
uji undisturbed ( tidak terganggu ) yaitu 1 potongan tanah berbentuk kubus dengan ukuran
20x20x20 cm dan pengambilan dengan tabung contoh (tube sampler) diperoleh benda uji
sebanyak 6 buah.
2.7 Referensi
1. ASTM D 1452-80, D 1587-83
2. Bowles, J. E., Engineering Properties of Soils and their Measurement Experiment
No.2.
BAB III
GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR)
= c + n tan
dimana :
= kekuatan geser maksimum [kg/cm2]
c = kohesi [kg/cm2]
n = tegangan normal [kg/cm2]
= sudut geser dalam []
Prinsip dasar dari pengujian ini adalah pemberian beban secara horisontal terhadap
benda uji melalui cincin/kotak geser yang terdiri dari dua bagian dan dibebani vertikal
dipertengahan tingginya, dimana kuat geser tanah adalah tegangan geser maksimun yang
menyebabkan terjadinya keruntuhan.
Selama pengujian pembacaan beban horisontal dilakukan pada interval regangan tetap
tertentu (Strain controlled).
Umumnya diperlukan minimal 3 (tiga) buah benda uji yang identik, untuk meleng-kapi
satu seri pengujian geser langsung.
Prosedur pembebanan vertikal dan kecepatan regangan geser akibat pembebanan
horisontal, sangat menentukan parameter-parameter kuat geser yang diperoleh.
Dalam pelaksanaannya, percobaan geser langsung dapat dilaksanakan dalam 3 (tiga)
cara:
- Consolidated Drained Test: Pembebanan horisontal dalam percobaan ini dilaksanakan
dengan lambat, yang memungkinkan terjadi pengaliran air, sehingga tekanan air pori
bernilai tetap selama pengujian berlangsung. Parameter c dan yang diperoleh
digunakan untuk perhitungan stabilitas lereng.
- Consolidated Undrained Test: Dalam pengujian ini, sebelum digeser benda uji yang
dibebani vertikal (beban normal) dibiarkan dulu hingga proses konsolidasi selesai.
Selanjutnya pembebanan horisontal dilakukan dengan cepat.
- nconsolidated Undrained Test: Pembebanan horisontal dalam pengujian ini dilakukan
dengan cepat, sesaat setelah beban vertikal dikenakan pada benda uji. Melalui
pengujian ini diperoleh parameter-parameter geser cu dan u.
Pada dasarnya percobaan Geser Langsung lebih sesuai untuk jenis pengujian
Consolidated Drained test, oleh karena panjang pengaliran relatif lebih kecil jika
dibandingkan dengan pengujian yang sama, pada percobaan Triaksial.
- Alat penggeser horisontal, dilengkapi dengan cincin beban (prov-ing ring), arloji
regangan horisontal, dan arloji deformasi vertikal.
- Kotak uji yang terbagi atas dua bagian dilengkapi baut pengunci.
- Pelat berpori 2 (dua) buah.
- Sistim pembebanan vertikal,terdiri dari penggantung dan keping beban.
2. Alat pengeluar contoh (extruder) dan pisau pemotong
3. Cetakan untuk membuat benda uji benda uji
4. Pengukur waktu (stopwatch)
5. Timbangan dengan ketelitian 0.1gram
6. Peralatan untuk penentuan kadar air
7. Peralatan untuk membuat benda uji buatan
3.3.1 Bahan
1. Benda uji yang digunakan berbentuk bujur sangkar
2. Benda uji mempunyai tebal minimum 1,25cm
3. Benda uji mempunyai diameter/lebar minimum 2 kali tebal.
4. Untuk benda uji asli, contoh tanah yang digunakan harus cukup untuk membuat
sebanyak minimal 3 (tiga) buah benda uji yang identik
Persiapkan benda uji sehingga tidak terjadi kehilangan kadar air, dan hati-hati dalam
melakukan pencetakan benda uji (terutama pada jenis tanah dengan nilai kepekaan
tinggi), agar struktur tanah asli tidak berubah
5. Untuk benda uji buatan (remoulded), contoh tanah yang digunakan diupayakan
mempunyai kadar air dan berat isi tanah yang sesuai dengan yang dikehendaki
Khususnya untuk tanah pasir lepas, contoh tanah biasanya dicetak langsung kedalam
kotak geser dengan nilai kepadatan relatif yang dikehendaki.
Sedangkan untuk jenis tanah yang lain contoh dipadatkan terlebih dahulu dalam
cetakan sesuai prosedur percobaan pemadatan.
3. Pasang penggantung beban vertikal guna memberi beban normal pada benda uji.
Sebelumnya timbang dan catat lebih dahulu berat penggantung beban tersebut. Atur
arloji deformasi vertikal pada posisi nol pembacaan.
4. Pasang batang penggeser horisontal untuk memberi beban mendatar pada kotak
penguji. Atur arloji regangan dan arloji beban sehingga menunjukkan angka nol.
5. Beri beban normal yang pertama sesuai dengan beban yang diperlukan. Sebagai
pedoman besar beban normal pertama (termasuk berat penggan-tung) yang diberikan,
diusahakan agar menimbulkan tegangan pada benda uji minimal sebesar tegangan
geostatik dilapangan.
Pada pengujian Consolidated drained/undrained, segera beri air sampai diatas permukaan
benda uji dan pertahankan selama pengujian.
6. Pada pengujian tanpa konsolidasi (unconsolidated), beban geser dapat segera diberikan
setelah pemberian beban normal pada langkah (5).
Sedangkan pada pengujian dengan konsolidasi (consolidated), sebelum melakukan
penggeseran, lakukan terlebih dahulu pencatatan proses konsolidasi tersebut pada
waktu-waktu tertentu, dan tunggu sampai konsolidasi selesai.
Gunakan cara Taylor untuk menetapkan waktu (t 20), yaitu setiap kenaikan bacaan 20
div.
7. Kecepatan penggeseran horisontal dapat ditentukan berdasarkan jenis pengujian:
- Pada pengujian tanpa pengaliran (undrained test) ditetapkan sebesar 0.00 s/d 20 div.
8. Lepaskan baut pengunci, kemudian pasangkan pada 2 (dua) lubang yang lain, berikan
putaran secukupnya sehingga kotak geser atas dan bawah terpisah 05mm.
9. Lakukan penggeseran sampai jarum pada arloji beban pada 3 (tiga) pembacaan terakhir
berturut-turut menunjukkan nilai konstan. Baca arloji geser dan arloji beban setiap
15detik sampai terjadi keruntuhan.
10. Lepaskan benda uji kemesin cari kadar air, berat isi, dan lain sebagainya.
11. Untuk benda uji kedua, beri beban normal 2 (dua) kali beban normal yang pertama
kemudian ulangi langkah-langkah (6 s/d 10).
12. Untuk benda uji ketiga beri beban normal 3 (tiga) kali beban normal yang pertama,
kemudian ulangi langkah-langkah (6 s/d 10).
3.5 Perhitungan
1. Hitung tegangan geser (terkalibrasi) i, untuk setiap pergeseran horisontal ke-i dari
ketiga benda uji, dengan rumus:
Pi
i =
A
dimana :
i = tegangan geser untuk pergeseran horisontal ke-i [kg/cm2]
Pi = gaya geser untuk pergeseran horisontal ke-i [kg]
A = luas bidang geser [cm2]
2. Gambarkan grafik hubungan antara tegangan geser terhadap pergeseran horisontal
untuk masing-masing tegangan normal (Gambar 3.1).
Dari grafik yang diperoleh tentukan nilai tegangan geser maksimum (maks.).
3. Hitung tegangan normal (n) yang dikenakan pada masing-masing benda uji dengan
rumus: Wi
ni [kg/cm 2 ]
A
dimana:
ni = tegangan normal dari benda uji ke-i
WI = beban vertikal pada benda uji ke-i (termasuk berat penggan-
tung)
A = luas permukaan bidang geser
4. Buatlah grafik hubungan antara tegangan normal dengan tegangan geser maksimum.
Hubungkan ketiga titik yang diperoleh sehingga membentuk garis lurus yang
memotong sumbu vertikal. Nilai kohesi (c) adalah jarak yang dihitung dari titik potong
tersebut sampai sumbu mendatar, dan sudut geser dalam () adalah sudut kemiringan
garis tersebut terhadap sumbu horisontal, yang memenuhi persamaan:
= c + ntan [kg/cm2]
3(maks.)
2(maks.)
1(maks.)
Gambar 3.1
Hasil Percobaan
Pembebanan vertikal terdiri dari keping beban Benda uji setelah dibebani
3.7 Kesimpulan
Dari pengujian geser langsung ini diperoleh nilai sudut geser dalam ( ) dan nilai
kohesinya. Berdasarkan data pengujian, dapat disimpulkan bahwa nilai sudut geser dalam
sebesar 58,21dan nilai kohesi sebesar 0,186 kg/cm.
3.8 Referensi
1. ASTM D 3080 82
2. Bowles, J.E., "Engineering Properties of Soils and their Measurement" , Experiment
No.17.
3. Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No.01/MN/BM/1976, PB - 0116 - 76
BAB IV
KUAT TEKAN BEBAS
( UNCONFIED COMPRESIVES STRENGTH )
Tabel 4.1
Kuat Geser Undrained
Konsistensi tanah
(kg/cm2)
Sangat lunak < 2.0
Lunak 2.0 - 4.0
Lunak s/d kenyal 4.0 - 5.0
Kenyal 5.0 - 7.5
Sangat kenyal 7.5 - 10.0
Kaku 10.0 - 15.0
Sangat kaku s/d keras >15.0
4.3.2 Bahan
1. Benda uji yang digunakan berbentuk silinder, dengan diameter minimal 2 kali
diameter.
2. Untuk benda uji dengan diameter 3,00cm, besar butir maksimum yang terkandung
dalam benda uji harus < 0,1 diameter benda uji
3. Untuk benda uji dengan diameter 6,80cm besar butir maksimum yang terkandung
dalam benda uji harus <1/6 diameter benda uji
4. Pembuatan benda uji:
a. Benda uji asli dari tabung contoh tanah.
- Keluarkan contoh tanah dari tabung sepanjang 1-2cm dengan alat pengeluar
contoh (extruder), dan kemudian potong dengan pisau kawat.
- Pasang cetakan benda uji diatas tabung contoh, keluarkan contoh dengan alat
pengeluar contoh sepanjang cetakan dan potong dengan pisau kawat.
- Ratakan kedua sisi benda uji dengan pisau tipis dan keluarkan dari cetakan.
b. Buatan ( remoulded )
- Siapkan contoh tanah dari benda uji asli bekas pengujian, atau sisa-sisa contoh
tanah yang sejenis.
- Siapkan data berat isi dan kadar air asli, serta volume cetakan.
- Sesuaikan kadar air dari contoh tanah agar sama atau mendekati nilai kadar air
asli.
- Cetak benda uji kedalam tabung contoh yang telah diketahui volumenya,
sehingga mempunyai berat isi yang sama atau men-dekati berat isi tanah asli.
- Terhadap benda uji yang terdapat dalam tabung, ulangi langkah (a) diatas.
4.5 Perhitungan
1. Besar regangan aksial dihitung dengan rumus:
L
= x 100% Laboraturium Uji Tanah Politeknik Negeri Malang
Lo
36
dimana:
= regangan aksial [%]
L = perubahan panjang benda uji [cm]
Lo = panjang benda uji semula [cm]
2. Luas penampang benda uji rata-rata pada regangan tertentu:
Ao
A = [cm 2 ]
1-
dimana :
Ao = luas penampang benda uji mula-mula [cm2]
3. Nilai tegangan normal :
P
n [kg/cm 2 ]
A
dimana:
P = n x [kg]
n = tegangan normal [kg/cm2]
P = gaya aksial [kg]
A = luas penampang rata-rata pada regangan tertentu [cm2]
n = bacaan arloji beban [div]
= kalibrasi dari ring beban [kg/div]
qu
Tegangan aksial [kg/cm2]
Tegangan aksial
37
qu = 3
Regangan aksial [%]
Hasil Pengujian
Pengukur
Mesin Bacaan
Beban (Load Beban & Regangan
Frame)
Proses Pembebanan pada benda uji Mengukur tinggi Akhir Benda Uji
setelah
Pembebanan
4.7 Kesimpulan
Dari hasil pengujian diperoleh tanah di daerah buring mempunyai nilai unite strain
sebesar 10,569 % dan nilai tegangan deviator sebesar 0,647 kg/cm2.
4.8 Referensi
1. ASTM D 2166 - 85.
2. AASHTO.
3. Bowles, J.E., "Engineering Properties of Soils and their Measurement" , Experiment
No.14
4. Head, K. H.,"Manual of Soil Laboratory Testing" Vol.I Section 2.5.
BAB V
TRIAKSIAL (TRIAXIAL)
Pembebanan dilakukan dengan lambat, dimana tegangan air pori yang timbul cukup
kecil, sehingga tidak mempeng-aruhi parameter geser yang diperoleh. Seperti halnya
pada CU-test parameter geser yang diperoleh berdasarkan konsep tegangan efektif
(effective stress), yang dinyatakan dalam notasi c' dan '.
Ukuran sel Triaksial yang sesuai dengan diameter benda uji tersedia dalam berbagai
ukuran, namun yang umum digunakan adalah sel untuk benda uji berdiameter 38mm, dengan
perbandingan tinggi terhadap diameter (L/d) yang disyaratkan berkisar antara 2.0 sampai 3,0.
Pengujian dengan diameter benda uji yang lebih besar dapat dilakukan, selama peralatan
yang diperlukan tersedia. Sesuai dengan keperluannya benda uji dapat dibuat dari contoh
tanah asli (undisturbed), maupun buatan (remoulded).
Untuk satu seri percobaan Triaksial, diperlukan minimal 2 (dua) buah benda uji dengan
kadar air dan berat isi yang kurang lebih sama (identik).
Prinsip dasar dari pelaksanaan pengujian yaitu; mula-mula terhadap masing-masing
benda uji diberikan tegangan sel dan ditunggu sampai stabil, selanjutnya berikan tegangan
deviator dimana beban dibaca pada regangan tetap tertentu (strain controlled), hingga
tercapai keruntuhan. Tergantung pada jenis pengujian, selama pemberian tegangan sel, keran
pengaliran dapat dalam keadaan tertutup (unconsolidated), atau terbuka (consolidated).
Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan pengujian, dapat
digambarkan grafik lingkaran Mohr untuk menentukan kohesi (c) dan sudut geser dalam ( )
tanah yang diperlukan untuk berbagai perhitungan stabilitas.
5.3.1 Peralatan
1. Mesin tekan yang dilengkapi dengan cincin beban dan arloji regangan dengan
ketelitian 0.01mm.
2. Sel Triaksial.
3. Tabung belah pencetak benda uji.
4. Karet membran, karet seal, penjepit dan batu pori.
5. Pompa vakum dan tabung isap.
6. Timbangan dengan ketelitian 0.1gram, jangka sorong, pisau tipis, dll
7. Tabung air bertekanan, dilengkapi manometer pengukur tegangan.
8. Peralatan untuk penentuan kadar air.
5.3.2 Bahan
Cara pembuatan benda uji dari contoh tanah non-kohesif (pasir lepas) jauh lebih sulit
dibandingkan dengan tanah kohesif (lempung).
Berikut ini dijelaskan cara pembuatan benda uji dari jenis tanah kohesif, yang dapat
dicetak langsung dari tabung contoh, contoh kubus, ataupun dari contoh tanah buatan.
1. Benda uji berbentuk silinder, dengan tinggi minimum 2 kali diameter.
2. Benda uji dapat dibuat dari:
- Tanah asli dalam tabung contoh.
a. Keluarkan contoh tanah dari tabung sepanjang 1-2cm dengan alat pengeluar
contoh (extruder), kemudian potong dan rata-kan dengan pisau/kawat tipis.
b. Pasang cetakan belah benda uji diatas tabung contoh, keluar-kan contoh
dengan alat pengeluar contoh sepanjang cetakan belah, kemudian potong dan
ratakan dengan pisau/kawat tipis.
c. Ratakan sisi yang lain dengan pisau tipis, kemudian keluar-kan dari cetakan.
- Tanah buatan (remoulded).
a. Siapkan contoh tanah dari bekas benda uji asli atau contoh tanah lain sejenis.
b. Sesuaikan kadar air, kemudian cetak contoh tanah kedalam tabung yang telah
diketahui volumenya, agar didapatkan berat isi yang dikehendaki.
c. Selanjutnya lakukan seperti langkah pada benda tanah asli.
3. Timbang berat, dan ukur diameter serta tinggi benda uji.
- Catat tinggi benda uji dari rata-rata 4 (empat) tempat pengukuran.
- Catat diameter benda uji rata-rata dengan rumus:
` da + 2dt + db
do = [mm]
4
dimana:
do = diameter benda uji rata-rata, digunakan untuk menghitung luas
penampang mula-mula (Ao).
da = diameter rata-rata dari 2 (dua) pengukuran pada bagian atas benda uji.
dt = diameter rata-rata dari 2 (dua) pengukuran pada bagian tengah benda
uji.
db = diameter rata-rata dari 2 (dua) pengukuran pada bagian bawah benda
uji.
4. Pasang karet membran pada benda uji yang telah disiapkan, lakukan secara hati-hati
agar struktur tanah tidak terganggu, gunakan tabung isap dan pom-pa vakum
5.5 Perhitungan
1. Besar regangan aksial dihitung dengan rumus:
Ao
A = [cm 2 ]
1-
Pi
i = [kg/cm 2 ]
A
dimana :
i = tegangan deviator untuk regangan ke-i [kg/cm2]
Pi = beban aksial (terkalibrasi) untuk regangan ke-i, dari masing-
masing benda uji [kg]
A = luas penampang rata-rata [cm2]
3. Tegangan deviator:
fi = 3i +
dimana :
fi = tegangan aksial runtuh dari benda uji ke-i [kg/cm2]
3i = tegangan keliling dari benda uji ke-i [kg/cm2]
i = tegangan devitor runtuh dari benda uji ke-i [kg/cm2]
4. Tegangan utama terbesar (major principle stress) :
- Jarak pusat lingkaran (OC) diukur pusat sumbu dapat ditentukan dengan rumus:
1i 3i
OCi = [kg/cm2]
2
Laboraturium Uji Tanah Politeknik Negeri Malang
47
1i - 3i
ri = [kg/cm2]
2
Tegangan aksial
Hasil Pengujian
5.7 Kesimpulan
5.8 Referensi
1. ASTM D 2580-70.
2. AASHTO T234-70.
3. Bowles, J. E., Engineering Properties of Soils and their Measurement Experiment
No.15..
4. Manual Pemeriksaan Bahan jalan No. 01/MN/BM/1976, PB-0116-76.
BAB VI
KONSOLIDASI ( CONSOLIDATION )
Kegunaan dari pengujian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai besaran
kecepatan dan penurunan pondasi bangunan yang didirikan diatas tanah lempung jenuh.
6.3.2 Bahan
Pasang kertas saring dan batu berpori yang telah dijenuhkan sebelumnya, pada
kedua sisi permukaan benda uji yang telah dipersiapkan pada langkah
(4.14.4) diatas, kemudian letakkan kedalam sel konsolidasi.
Pasang alat penumpu diatas batu berpori, sehingga bagian atasnya menyentuh
tepat pada sistim pembeban, kemudian berikan pembebanan awal (seating
pressure) sebesar 0.05kg/cm2, serta atur arloji pengukur deformasi pada posisi
pembacaan awal. Untuk benda uji yang terdiri dari jenis tanah lempung sangat
lunak, beban awal yang diberikan adalah 0,025 kg/cm2 atau kurang.
Sebelum dibebani, benda uji dijenuhkan terlebih dahulu dengan mengisikan
air pada sel konsolidasi dan dibiarkan selama 24jam. Jika benda uji berupa
jenis tanah expansif, penambahan air baru dilakukan pada pembacaan 1 (satu)
menit setelah pembebanan pertama.
Pasang beban pertama sehingga tegangan yang bekerja pada benda uji sebesar
0.25kg/cm2. Catat perubahan arloji deformasi pada menit-menit ke: 0.25;
1.00; 2.25; 4.00; 6.25; 9.00; 12.25; 16.00; 25.00; 36.00; 49.00; 64.00; 81.00;
100.00.
6.5 Perhitungan
- Cara Casagrande
Tetapkan 2 (dua) buah titik pada awal kurva yang berbentuk pa-rabola,
misalnya titik (a) dan (b) pada gambar 12.1 dengan rasio selang waktu 1 : 4.
Sebagai contoh titih (a) digambarkan pada waktu (t) = 0.5 menit, maka titik (b)
digambarkan pada waktu (t) = 2menit.
Tentukan letak titik (d), dengan mengukur jarak (ad) sama dengan (ac)
secara vertikal.Ulangi langkah diatas dengan interval waktu (t) yang lain,
misalnya 0.25 dan 1.00menit, serta 0.75 dan 3.00menit, tetapkan letak titik (d)
dengan cara yang sama. Tetapkan letak titik (d) rata-rata dari dua atau tiga
pembacaan diatas yang merupakan posisi teoritis derajat konsolidasi U = 0%.
Letak teoritis derajat konsolidasi U = 100% yaitu titik (E), dapat dicari
dengan menggambarkan garis-garis singgung (AB) dan (CD) melalui
perubahan arah lengkungan pada akhir kurva.Dengan demikian waktu (t 50)
untuk U = 50% yang merupakan standar perhitungan Cv dengan cara
Casagrande, dapat ditentukan
- Cara Taylor
0.197 H 2
Cv = [mm 2 /menit]
t50
- Cara Taylor
0.848 H 2
Cv = [mm 2 /menit]
t90Laboraturium Uji Tanah Politeknik Negeri Malang
57
dimana:
H = panjang pengaliran (ketebalan benda uji rata-rata untuk peng-aliran
tunggal) pada tahap pembebanan tertentu [mm]
t50 = waktu yang diperlukan untuk derajat konsolidasi 50% [menit]
t90 = waktu yang diperlukan untuk derajat konsolidasi 90% [menit]
Ws
2H0 = [cm]
Gs x A
dimana:
2H0 = tinggi butir tanah awal
Ws = berat tanah kering
2H - 2H0
e0 =
2H0
dimana:
e0 = angka pori
2H = tinggi benda uji awal
2H0 = tinggi butir tanah awal
Gambar 12.3
e0
Jari-jari
minimum Garis bagi Garis konsolidasi
Angka pori (e) A laboratorium
Garis konsolidasi
lapangan
Penambahan
beban
Pengurangan beban
0.42
e0 O Pc P0
Log - Tegangan
Perhitungan Indeks Pemampatan tanah C
Gambar 12.4
Angka pori
(e)
Garis konsolidasi
e lapangan
e2
O P1 P2
Log - Tegangan
(kg/cm2)
e1 - e2 e
Cc = =
log P2 - log P1 log (P2/P1)
dimana:
e1
Laboraturium Uji Tanah Politeknik Negeri Malang
59
e1 - e2 e
Cc = =
log P2 - log P1 log (P2/P1)
dimana:
wet = berat isi tanah basah [gram/cm3]
w = bera isi air [gram/cm3]
d = kedalaman lokasi pengambilan benda uji [cm]
dw = ketinggian muka air [cm]
Hasil Pengujian
6.6 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang kami lakukan dapat diperoleh nilai e 0 = 0,738
dan nilai Cc = 0.165.
6.7 Referensi
1. ASTM D 2435-80
2. AASHTO T216-81
3. Bowles, J. E.,"Engineering Properties of Soils and their Measurement"
4. Experiment No.13
5. British Standart BS Test 17
6. Head, K. H.,"Manual of Soil Laboratory Testing", Vol.2 - Chapter 14
7. Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No.01/MN/BM/1976, PB - 0115 - 76
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
Dalam praktik uji tanah ini terdiri dari penentuan geser langsung, penentuan
kuat tekan bebas, penentuan triaksial . Dalam penelitian pun prosedur kerjanya
sudah cukup jelas. Mungkin yang perlu diperhatikan adalah ketelitian dalam
proses pengujian terutama dalam pengukuran atau penimbangan berat benda uji.
Teliti dalam melakukan penimbangan. Usahakan agar hasil yang diperoleh betul-
betul akurat. keaktifan dari para mahasiswa untuk bertanya dan asisten secara
berkala setelah pengujian selesai.