Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
Setelah kita mengetahui apa yang melatar belakangi masalah tata kelola etis suatu
perusahaan. Maka masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Bagaimana tata kelola dan kerangka kerja akuntabilitas modern bagi pemegang saham
dan pemangku kepentingan lainnya.
2) Bagaimana ancaman terhadap tata kelola yang baik dan akuntabilitas.
3) Bagaimana elemen kunci tata kelola perusahaan dan akuntabilitas.
4) Bagaimana kewajiban direktur dan pejabat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tata Kelola dan Kerangka Kerja Akuntabiltas Modern Bagi Pemegang Saham dan
Pemangku Kepentingan lainnya.
1. Ekspektasi Baru Kerangka Kerja untuk Mengembalikan Kredibilitas
Budaya yang berbeda tidak menjadi masalah, personel dapat salah memahami
tujuan organisasi dan peran mereka sendiri dan tugas fidusia. Misalnya pada kasus Enron,
banyak direksi dan karyawannya percaya bahwa tujuan perusahaan terpenuhi dengan baik
oleh tindakan-tindakan yang membawa keuntungan jangka pendek, sehingga perusahaan
melakukan manipulasi untuk memperoleh keuntungan tersebut yang ternyata berujung
pada kehancuran perusahan tersebut.
3) Konflik Kepentingan.
Konflik kepentingan telah menjadi topik yang sangat penting dalam skandal yang
muncul baru baru ini, dimana karyawan, agen, dan para professional gagal untuk
melakukan penilaian yang tepat atas nama principal mereka. Konflik kepentingan terjadi
ketika penilaian independen seseorang bergoyang, atau mungkin berayun, dari mengambil
keputusan demi kepentingan terbaik dari orang lain yang bergantung pada penilaian itu.
Seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan harus dapat menjaga kondisi yang
bebas dari konflik kepentingan. Konflik kepentingan terjadi ketika penilaian independen
seseorang menjadi goyah, atau ada kemungkinan goyah dalam membuat keputusan terkait
dengan kepentingan terbaik lainnya yang bergantung pada penilaian tersebut. Hal ini bisa
saja terjadi karena karyawan dan pimpinan perusahaan baik secara langsung maupun
tidak langsung memiliki kepentingan pribadi dalam mengambil suatu keputusan yang
seharusnya diambil secara objektif, bebas dari keragu-raguan, dan demi kepentingan
terbaik dari perusahaan. Konflik kepentingan ini lebih dari sekedar bias, dimana dapat
diukur dan disesuaikan. Jadi karena ketidakjelasan sifat dan besarnya pegaruh, perhatian
harus benar-benar diberikan pada setiap kecenderungan yang menuju kepada bias.
3. Kepemimpinan Etika
Salah satu unsur penting dari tata kelola dan akuntabilitas perusahaan adalah
tone at the top dan peran pimpinan dalam membangun, membina, melaksanakan,
dan memantau budaya perusahaan yang diharapkan. Jika para pemimpin senior atau
junior hanya bersuara untuk menyatakan nilai-nilai yang diinginkan di dalam
perusahaan, maka karyawan akan mempertimbangkan hal tersebut sebagai suatu yang
tidak patut diperhatikan. Meskipun budaya formal organisasi menetapkan nilai
tersebut, namun jika tidak didukung oleh budaya informal maka hal tersebut hanya
akan diangap sebagai suatu ocehan atau istilah lainnya window dressing.
Tata kelola etika dan akuntabilitas perusahaan bukan hanya sekedar bisnis yang
bagus, namun merupakan suatu hukum. SOX Seksi 404 mengharuskan perusahaan
meneliti efektivitas sistem pengendalian internal mereka terkait dengan pelaporan
keuangan. CEO, CFO, dan auditor harus melaporkan dan menyatakan efektivitas tersebut.
Pendekatan COSO terkait dengan sistem pengendalian internal menjelaskan bagaimana
cara suatu perusahaan mencapai tujuannnya melalui 4 dimensi, yaitu strategi, operasi,
pelaporan, dan kepatuhan. Melalui 4 dimensi tersebut, kerangka manajemen etika
melibatkan 8 unsur yang saling terkait mengenai cara manajemen menjalankan
perusahaan dan bagaimana mereka terintegrasi dengan proses manajemen yang meliputi
lingkungan internal, penetapan tujuan, identifikasi kejadian, penilaian risiko, tanggapan
terhadap risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan
(monitoring).
Etika dan budaya etis perusahaan memainkan peran penting dalam penetapan
pengendalian lingkungan, dan juga dalam menciptakan manajemen risiko etika yang
efektif yang berorientasi pada sistem pengendalian internal dan perilaku yang dihasilkan.
Oleh karena itu, hal tersebut dapat menentukan tone at the top, kode etik, kepedulian
pegawai, tekanan untuk memperoleh tujuan yang tidak realistis, kesediaan manajemen
untuk mengabaikan pengendalian, kepatuhan dalam penilaian kinerja, pemantauan
terhadap efektivitas pengendalian internal, program whistle-blowing, dan tindakan
perbaikan dalam menanggapi pelanggaran kode etik.
Pada bulan Januari 2006, direktur Hewlett-Packard (HP), Patricia Dunn, membentuk
tim investigasi yang terdiri dari ahli elektronik dan pengamanan data untuk menyelidiki
kebocoran tentang strategi jangka panjang perusahaan yang menjadi rahasia perusahaan. Pada
bulan September 2006, media memberitakan adanya penyadapan dari tim investigasi
terhadap dewan dan beberapa wartawan. Mereka melakukan penyadapan terhadap telpon
dewan dan 9 wartawan termasuk reporter CNET, New York Times dan Wall Street Journal.
Penyadapan yang tidak etis dan melanggar hukum dilakukan dengan pretexting. Patricia
Dunn menyatakan dia tidak mengetahui metode yang dipakai tim investigasi untuk mencari
sumber kebocoran, namun mengundurkan diri setelah scandal tersebut terbongkar. Sepuluh
hari sebelumnya. George Keyworth, direktur yang bertanggung jawab terhadap kebocoran,
mengundurkan diri dari HP setelah menjadi direktur selama 21 tahun di perusahaan tersebut.
HP didirikan tahun 1939 dan beroperasi lebih dari 170 negara. Penjualan terbesar
adalah komputer personal, dan menyediakan produk dan jasa yang beragam seperi foto
digital, entertaimen digital, penghitungan, printer. Sebagai tambahan HP menyediakan
infrastruktur dan penyediaan superkomputer yang sangat kuat yang mengendalikan berbagai
peralatan. HP termasuk dalam jajaran perusahaan IT besar dengan total pendapatan pada
kuartal keempat 2007 yang berakhir 31 Desember 2007 sebesar $ 107,7 juta. HP menduduki
rangking ke 14 dari daftar 500 perusaan terbesar menurut the Forbes. Kantor pusat
perusahaan di di Palo Alto California.
3. Permasalahan Kasus
a. Kebocoran Informasi Rahasia dan Investigasi HP
Patricia Dunn bergabung dengan HP tahun 1998 dan pada bulan Februari 2005
menjadi direktur. Sebelumnya dia menjadi direktur perusahaan investasi Barclay Global.
Pada Januari 2006, di web CNET memberitakan tentang strategi jangka panjang HP yang
dikutip dari sumber orang dalam perusahaan yang tidak disebutkan namanya. Informasi
yang diberitakan merupakan informasi yang hanya diketahui para dewan. Menindak
lanjuti dari artiket CNET, Patricia Dunn dibantu dengan pegawai yang menangani
security data dan penasihat mengotorisasi tim ahli security dan electronic yang
independen untuk menyelidiki sumber kebocoran. Target dari penyelidikan adalah
komunikasi para manajer perusahaan yaitu telepon dan email bukan hanya account
perusahaan tetapi juga account pribadi.
Tim penyelidik tidak mendengarkan percakapan di telpon secara langsung.
Mereka menyelidiki siapa yang ditelpon atau menelpon. Penyelidikan menggunakan
taktik yang beragam dari yang kontroversial sampai yang melanggar hukum. Termasuk
dalam taktik ini menggunakan penyelidik swasta yang berkedok sebagai dewan HP dan
kemudian menipu operator telpon untuk mendapatkan data percakapan para direktur. Hal
yang sama dilakukan terhadap 9 wartawan. Teknik ini dikenal dengan pretexting.
Setelah pengunduran diri George Keyworth, Tom Perkins salah satu direktur,
kapitalis ventura dari lembah Silicon dan teman dari pendiri HP, memprotes adanya
penyelidikan internal secara rahasia, yang menurutnya ilegal, tidak etis dan menilai Dunn
salah menempatkan prioritas. Perkin adalah sekretaris dewan dan komite tata kelola yang
tidak memperoleh informasi dari Dunn tentang penyelidikan dari Dunn, walaupun dia
mengetahui bahwab Dunn berniat menyelidiki kasus tersebut. Setelah dewan menyetujui
pengunduran diri Keyworth, Perkin juga mengumumkan untuk mengundurkan diri yang
diumumkan oleh perusahaan keesok harinya tanpa disebutkan alasannya. HP melaporkan
pengunduran Perkin ke SEC empat hari kemudian juga tidak menyebutkan alasannya.
Pada awal bulan Agustus, setelah HP menolah permohonannya untuk mengambil
langkah, Perkin secara formal meminta SEC untuk memerintahkan HP mempublikasikan
surat pengunduran dirinya. Pada awal bulan september HP memberikan pada SEC, dan
pada saat itu Perkin membeberkan pada media. Pada tanggal 21 September 2006, Mark
Hund, pengganti Keyword dalam press realease menyatakan: Yang dimulai untuk
mencegah kebocoran informasi rahasia dari ruang dewan berakhir dengan arah yang tidak
diantisipasi. Sehari kemudian Patricia Dunn mengundurkan diri. Dalam surat
pengunduran dirinya dia menyatakan:
Saya mengundurkan diri atas permintaan dewan. Pembeberan informasi yang
rahasia merupakan pelanggaran yang serius terhadap perusahaan. Saya mengambil
langkah yang semestinya dengan bantuan pegawai yang menangani security. Saya
tidak memilih orang yang menangani penyelidikan, yang dilakukan setelah
konsultasi dengan anggota dewan. Saya menerima bahwa saya bertanggung jawab
untuk mencari siapa yang membocorkan, tetapi saya tidak menyarankan metode
spesifik yang dipakai dalam investigasi. Saya sendiri menjadi subyek yang
diselidiki. Catatan telpon saya juga diselidiki bersama dengan catatan telpon yang
lainnya. Namun disayangkan, orang yang diandalkan untuk melakukan investigasi
ini menghancurkan saya dan perusahaan.
4. Pertanyaan Kasus
1) Haruskah Dewan Direksi diizinkan melakukan penyelidikan mengenai kelemahan
dalam sistem pengendalian perusahaan ?
2) Apakah strategi pretexting dapat diterima dalam arti untuk memperoleh informasi
yang critical yang memperkuat sistem pengendalian intern? Berikut adalah saran
hukum yang diperoleh pada subjek oleh HP: Komite tersebut telah disarankan
oleh pengacara luar komite bahwa penggunaan dalih pada saat penyelidikan itu
tidak secara umum melanggar hukum (kecuali yang terkait dengan lembaga
keuangan), tapi nasihat tersebut tidak dapat memastikan bahwa teknik yang
digunakan oleh perusahaan konsultan luar dan pihak yang ditahan oleh perusahaan
yang memenuhi aturan hukum yang berlaku.
3) Apakah alasan pengundurunan diri dari dewan direktur selalu diumumkan ke
publik?
5. Jawaban Kasus
1) Sesuai dengan fungsi dan struktur perusahaan yang memiliki wewenang untuk
melakukan penyelidikan sistem pengendalian internal adalah komite audit dari
perusahaan tersebut, namun mengenai apakah dewan direksi berhak untuk
memulai penyelidikan mengenai kelemahan dalam sistem pengendalian internal
sebuah perusahaan. Menurut kami, direksi memiliki tanggung jawab untuk
membuat dan memelihara Sistem Pengendalian Intern yang efektif serta
memastikan bahwa sistem tersebut berjalan baik sesuai dengan tujuan
pengendalian intern yang ditetapkan oleh Perusahaan. Sebagai pelaksana tertinggi
fungsi pengelolaan, maka Direksi berhak dan berwenang untuk melaksanakan
fungsi pengawasan. Namun, seharusnya Dewan Direksi dibantu oleh Komite
Audit, yang secara efektif dapat melaksanakan proses pengawasan terhadap
perusahaan serta memberikan nasihat dan laporan kepada Direksi mengenai
tingkat prosedur pengendalian intern dalam suatu perusahaan, sehingga dapat
berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip GCG, serta membantu meningkatkan
efektivitas, akuntabilitas, transparansi dan obyektivitas dalam pengelolaan
Perusahaan.
Kebutuhan untuk tata kelola perusahaan yang etis bukan hanya baik bagi bisnis, kini
diwajibkan oleh hukum. Perubahan terbaru dalam tata peraturan sedang mengubah harapan
secara signifikan. Dalam era keterbukaan yang mengikat, di mana perilaku etis dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan secara mendalam adalah untuk kepentingan
para pemegang saham, direktur, dan eksekutif bahwa sistem tata perusahaan mereka
menyediakan pedoman yang memadai dan berakuntabilitas.
Direksi harus menunjukan due diligience dalam pengelolaan bisnis perusahaan dan
risiko etika. Mereka harus memastikan bahwa budaya etis yang efektif berlaku di perusahaan
mereka. Hal ini memerlukan pengembangan kode etik, dan sarana penting untuk menciptakan
kesadaran tentang perilaku yang tepat, perilaku yang memperkuat, dan memastikan bahwa
nilai-nilai yang mendasari tertanam dalam strategi perusahaan dan operasi. Posisi perusahaan
pada konflik kepentingan, pelecehan seksual, dan topic serupa harus terlibat dari awal,
dengan waspada memutakhirkan informasi untuk mengikuti harapan budaya perusahaan saat
ini.
Jika para direktur mampu mengenali dan mempersiapkan perusahaan mereka untuk
era baru akuntabilitas pemangku kepentingan melalui sistem, tata kelola etika yang efektif,
mereka tidak hanya akan mengurangi risiko, tetapi akan menghasilkan keunggulan
kompettitif di antara pelanggan, karyawan, mitra, lingkungan dan pemangku kepentingan
lainnya yang pasti akan menarik bagi pemegang saham.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Leonard J. & Paul Dunn, 2010, Business & Professional Ethics for Accountants, 5th
edition, South-Western Cengage Learning.