Anda di halaman 1dari 2

RESUME JURNAL

KARAKTERISTIK KLINIS DAN KUALITAS HIDUP PASIEN DERMATITIS


SEBOROIK DI DAERAH TROPIS

Abstrak
Latar Belakang : Dermatitis seboroik adalah kondisi inflamasi kronis pada kulit yang sering
terjadi dan berdampak negatif terhadap kualitas hidup pasien. beberapa studi telah dilakukan
untuk menilai karakteristik klinis penyakit tersebut dan kualitas hidup pasien, khususnya di
daerah tropis.
Metode : Dilakukan studi potong lintang di rumah sakit berbasis universitas dan rumah sakit
rujukan tersier di Bangkok, Thailand. Indeks kualitas hidup dermatologi (DLQI) telah
divalidasi berdasarkan versi Thailand dan digunakan pada studi ini untuk mengevaluasi
kualitas hidup pasien.
Hasil : Total sampel sebanyak 166 sampel. 147 pasien mengalami episode erupsi multipel.
Rata-rata terjangkit sebanyak 7,8 kali per tahun, mulai dari sekali setiap 4 tahun hingga
mingguan. Faktor yang paling sering dilaporkan memperburuk dermatitis seboroik adalah
faktor musim (34,9%), khususnya musim panas. Rata-rata (SD) total skor DLQI adalah 8,1
(6,0) dengan jarak 0-27. Tidak ada perbedaan signifikan antara dua kategori DLQI
berdasarkan durasi penyakit, tingkatan penyakit, gejala atau perjalanan penyakit.
Kesimpulan : Walaupun ringan dan asimptomatik, dermatitis seboroik dapat berdampak
hebat terhadap kualitas hidup. Usia muda, jenis kelamin wanita, dan lesi di kulit kepala
sangat berhubungan dengan skor DLQI yang lebih tinggi.
Dermatitis seborik adalah kondisi inflamasi kronis pada kulit yang sering terjadi dan
berdampak negatif terhadap kualitas hidup pasien. Penyakit kulit kronis dapa berpengaruh
terhadap fisik dan emosional pada kualitas hidup pasien seperti ketidaknyamanan, stigma
masyarakat, kehilangan kepercayaan diri, dan keterbatasan aktivitas sosial. Sebagian lainnya
bahkan berdampak negatif terhadap kualitas hidupnya yang sebanding dengan penyakit
kardiovaskular.
Pruritus scalp dan luas dermatitis seboroik dapat membentuk stigma negatif
masyarakat sehingga menyebabkan pasien diisolasi dari masyarakat. Studi terbatas telah
dilakukan untuk menilai karakteristik klinis penyakit dan kualitas hidup pasien. beberapa
studi telah dilakukan di negara beriklim dimana karakteristik klinis pasien dapat berbeda
dibanding pasien dari daerah tropis.
Total sampel sebanyak 166 sampel. Terdapat 94 wanita (56,6%) dan 72 pria (43,4%).
Rata-rata dermatitis seboroik umur pasien adalah 41,9 (18,9) tahun, dengan rentang umur 18-
89 tahun. Rata-rata usia pada saat didiagnosis adalah 35,5 tahun (19,3). Waktu median
penyakit berulang adalah sejak 3 tahun dari diagnosis. Jenis kulit wajah paling umum adalah
kulit kombinasi, kemudian kulit berminyak. 84 pasien (50,6%) dilaporkan memiliki riwayat
atopi personal. Atopi paling umum adalah rinitis alergi, kemudian konjungtivitis alergi, asma
dan dermatitis atopik. 65 pasien (39,2%) memiliki riwayat atopi keluarga. Data demografis
ditunjukkan pada tabel 1. 3 pasien (1,8%) pada studi ini terinfeksi HIV. Nilai hitung rata-rata
sel imun CD4 adalah 401 sel/mm3, dengan rentang 18-850 sel/mm3.
Seluruh pasien melengkapi 10 pertanyaan kuesioner DLQI. Rata-rata (SD) dari total
skor DLQI adalah 8,1 (6.0) dengan rentang 0-27. 6 pasien (3,6%) memiliki skor DLQI lebih
dari 20, yang berarrti memiliki efek sangat luas terhadap kualitas hidupnya. Pada kasus ini,
beberapa hanya merasakan lesi ringan, asimptomatik dan lesi terlokalisir. Tabel 3 dan gambar
2 menunjukkan skor DLQI pada tiap pertanyaan. Pertanyaan 1 (gejala) dan pertanyaan 2
(keadaan memalukan) memiliki rata rata skor DLQI paling tinggi (1,5), sementara pertanyaan
9 memiliki rata-rata paling rendah (0.1).
Tabel 4 menunjukkan karakteristik pasien dikategorikan dengan skor DLQI. Tidak
ada perbedaan signifikan antara 2 kategori DLQI berdasarkan durasi penyakit, luas area
terkena, gejala, atau perjalanan penyakit. Rata-rata (SD) skor DLQI untuk pasien yang
pertama kali terkena, kronis berulang, kronis menetap tidak ada perbedaan signifikan dengan
skor 8,1 (4,7), 7,7 (5,9), dan 8,9 (7,3), secara berurut. Jenis kelamin wanita, usia muda, lesi
kulit kepala sangat berhubungan dengan skor DLQI yang lebih tinggi. Jenis kelamin, usia,
durasi penyakit, perjalanan penyakit, lokasi lesi, luas area lesi, dan gejala dimasukkan dalam
analisis regresi logistik multipel; namun, hanya faktor tertentu yang berhubungan dengan
skor DLQI tinggi yang tampak pada tabel 5. Wanita memiliki skor lebih tinggi daripada pria
pada pertanyaan 2 (keadaan memalukan) dan pertanyaan 4 (pilihan pakaian).

Anda mungkin juga menyukai