Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KIMIA AN ORGANIK 2

GOLONGAN IVB

OLEH
Kelompok II
Anggota :
1. Shinta Suci Ningrum 06101281320003
2. Ulfa Zuaimah Baroro 06101381320010
3. Ratu Ayu Jesika 06101281520058

Dosen Pengasuh : Prof. Fakhili Gulo, M.Si

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2017

| KATA PENGANTAR 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah mata kuliah Kimia An Organik 2 dengan materi
yang berkenaan dengan Logam Transisi Golongan IV B dapat diselesaikan secara tepat
waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan, baik secara isi
maupun bahasa yang digunakan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 31 Mei 2017

Penulis

| KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
I. Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
II. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 4
III. Tujuan ..................................................................................................................................... 5
BAB II..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
I. TITANIUM ................................................................................................................................. 6
a. Penemuan Titanium .................................................................................................................... 6
b. Pembuatan Titanium ................................................................................................................... 7
c. Sifat Fisik dan Sifat Kimia Titanium .......................................................................................... 8
d. Reaksi Kimia dan Persenyawaan Titanium................................................................................. 9
e. Kegunaan dan Kerugian Titanium ............................................................................................ 10
II. HAFNIUM .................................................................................................................................... 11
a. Penemuan Hafnium ................................................................................................................... 11
b. Pembuatan Hafnium.................................................................................................................. 12
c. Sifat Fisika dan Sifat Kimia Hafnium ....................................................................................... 12
d. Reaksi dan Persenyawaan ......................................................................................................... 13
e. Kegunaan dan Kerugian Hafnium............................................................................................. 13
III. ZIRKONIUM ............................................................................................................................ 14
a. Penemuan dan Pembuatan Zirkonium ...................................................................................... 14
b. Sifat Fisika dan Sifat Kimia Zirkonium .................................................................................... 14
c. Reaksi Kimia dan Persenyawaan Zirkonium ............................................................................ 15
d. Kegunaan dan Kerugian Zirkonium .......................................................................................... 16
BAB III ................................................................................................................................................. 17
PENUTUP ............................................................................................................................................ 17
I. Kesimpulan ............................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 18
| DAFTAR ISI 3
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Golongan IVB adalah salah satu golongan transisi yang memiliki konfigurasi yang
sub kulid d nya tidak terisi penuh atau terisi sebagian. Golongan IVB terdiri dari unsur
Titanium, Zirkonium dan Hafnium. Beberapa sifat golongan ini dapat kita lihat dalam Sistem
Periodik Unsur. Konfigurasi elektron terluar unsur ini adalah (n-1) d2 ns2.
Titanium mempunyai struktur elektron 3d24s2. Energi untuk mengeluarkan empat
elektron begitu besar, sehingga ion Ti4+ tidak bisa ada dan senyawaan titanium(IV) adalah
kovalen.
Bilangan oksidasi yang sering dijumpai adalah +2, +3 dan +4, namun untuk Zr dan Hf
dijumpai bilangan oksidasi +1. Bilangan oksidasi +4 dikatakan lebih stabil dari lainnya
karena bilangan oksidasi yang lebih rendah mengalami disproporsionasi. Seperti yang terjadi
pada Titanium.
2 Ti+3 Ti+2 + Ti+4
2Ti+2 Ti0 + Ti+4
Logam-logam ini sangat keras, merupakan konduktor yang baik memunyai titik didih
dan titik cair yang tinggi. Tidak reaktif pada suhu kamar tetapi jika dipanaskan dengan O2
pada suhu di atas 600 C akan membentuk MO2, sedang dengan halogen akan membentuk
MX4. Dalam larutan asam atau basa, logam ini tidaklah larut karena justru membentuk
oksidanya sebagai pelindung. Meskipun begitu, Zr larut dalam Aquaregia sedang Ti dapat
larut dalam HF yang kemudian membentuk H2TiF6 dan H2.
Hf mempunyai jari-jari atom yang sama dengan Zr dan oleh karena itu keduanya
memiliki sifat yang sama. Maka dari alasan inilah keduanya sukar dipisahkan.

II. Rumusan Masalah


1. Bagaimana penemuan dan pembuatan dari unsur unsur golongan IVB?
2. Bagaimana sifat kimia dan sifat fisika dari unsur-unsur golongan IVB?
3. Bagaimana reaksi kimia dan persenyawaan dari unsur-unsur golongan IVB?
4. Bagaimana kegunaan dan kerugian dari unsur-unsur golongan IVB?

| BAB I 4
III. Tujuan
Adapun makalah ini dibuat dengan tujuan, agar mahasiswa mampu:
1. Mengetahui penemuan dan pembuatan dari unsur unsur golongan IVB.
2. Mengetahui sifat kimia dan sifat fisika dari unsur unsur golongan IVB.
3. Memahami reaksi kimia dan persenyawaan dari unsur unsur golongan IVB.
4. Mengetahui kegunaan dan kerugian dari unsur unsur golongan IVB.

| PENDAHULUAN 5
BAB II

PEMBAHASAN

I. TITANIUM

a. Penemuan Titanium
Titanium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Ti
dan nomor atom 22 yang ditemukan pada tahun 1791 tetapi tidak diproduksi secara
komersial hingga tahun 1950-an. Titanium ditemukan di Inggris oleh William Gregor
dalam 1791 dan dinamai oleh Martin Heinrich Klaproth untuk Titan dari mitologi
Yunani. Titanium merupakan logam transisi yang ringan, kuat, tahan korosi termasuk
tahan air laut dan chlorine dengan warna putih-metalik-keperakan. Titanium digunakan
dalam alloy T (terutama dengan besi dan alumunium) dan senyawa
terbanyaknya, titanium dioksida, digunakan dalam pigmen putih. Salah satu karakteristik
titanium yang paling terkenal yaitu bersifat sama kuat dengan baja tetapi beratnya hanya
60% dari berat baja. Sifat titanium mirip dengan zirconium secara kimia maupun
fisika. Titanium dihargai lebih mahal daripada emas karena sifat-sifat logamnya.

Unsur ini terdapat di banyak mineral dengan sumber utama adalah rutile danilmenit,
yang tersebar luas di seluruh Bumi. Ada dua bentuk alotropi dan lima isotop alami dari
unsur ini; Ti-46 sampai Ti-50 dengan Ti-48 yang paling banyak terdapat di alam
(73,8%).

Struktur Titanium

Titanium bersifat allotropy, yaitu memiliki dua struktur kristal yang berbeda pada
temperatur yang berbeda. Pada temperatur ruang, titanium murni memiliki struktur
kristal hexagonal closed packed (HCP). Struktur ini disebut fasa alpha, dan stabil sampai
temperature 1620oF (882oC) sebelum struktur kristalnya berubah.Pada temperatur yang
lebih tinggi, struktur kristal berubah menjadi body centered cubic (BCC). Struktur ini
disebut fasa beta. Temperature transisi dari alpha menjadi beta disebut beta transus. Fasa
alpha beta dari 1620 F sampai titik leleh (3130 F).

Pada paduan titanium, unsur yang ditambahkan cenderung mengubah jumlah fasa
yang ada dan temperatur beta transus. Unsur-unsur yang menaikkan temperatur beta
transus dengan menstabilkan fasa alpha disebut alpha stabilizer, yaitu aluminium,
oksigen, nitrogen, dan karbon. Unsur-unsur yang menurunkan temperatur beta transus

| BAB II 6
disebut beta stabilizer. Beta stabilizer dibagi menjadi dua, yaitu unsur beta isomorphous
(kelarutan tinggi dalam titanium, termasuk molybdenum, vanadium, niobium, tantalum)
dan beta eutectoid (kelarutan terbatas, termasuk silicon, kobalt, besi, nikel, tembaga,
kromium).

b. Pembuatan Titanium
Proses-proses yang diperlukan untuk mengekstrak titanium dari berbagai bijih
merupakan proses yang sulit dan mahal. Logamnya tidak dapat dibuat dengan mereduksi
bijih (rutil) oleh karbon (C), karena akan dihasilkan karbida yang sangat stabil. Logam Ti
murni pertama kali dibuat pada tahun 1910 oleh Matius A. Hunter di Rensselaer
Polytechnic Institute dengan memanaskan TiCl4 dengan natrium pada suhu 700-800C
yang disebut dengan proses Hunter. Logam Titanium tidak digunakan di luar
laboratorium sampai 1932 ketika William Justin Kroll membuktikan bahwa Ti dapat
dihasilkan dengan mereduksi titanium tetraklorida (TiCl4) dengan kalsium. Delapan
tahun kemudian proses ini disempurnakan dengan menggunakan Magnesium (Mg) yang
kemudian dikenal sebagai proses Kroll. Meskipun penelitian tentang proses untuk
menghasilkan logam Ti terus berlanjut agar proses produksi Ti menjadi lebih efisien dan
proses lebih murah (misalnya, proses FFC Cambridge), proses Kroll masih tetap
digunakan untuk produksi komersial walaupun mahal. Itulah yang menyebabkan
tingginya harga Titanium di pasaran, karena prosesnya pembuatannya yang rumit dengan
melibatkan logam mahal lainnya seperti magnesium.

Proses Kroll

Oksida (rutile atau ilmenite) pertama kali dikonversi menjadi klorida melalui
karboklorinasi dengan mereaksikan rutile atau ilmenite tersebut pada suhu nyala merah
dengan menggunakan karbon (C) dan klorin (Cl2) sehingga dihasilkan TiCl4 (titanium
tetraklorida) yang kemudian berlanjut dengan proses distilasi fraksionasi untuk
membebaskannya dari kotoran seperti FeCl3. Senyawa titanium tetraklorida, kemudian
direduksi oleh lelehan magnesium bersuhu 800 C dalam atmosfer argon. Ti yang
dihasilkan masih berbentuk massa yang berbusa dimana kelebihan Mg dan
MgCl2 kemudian dibuang melalui penguapan pada suhu 10000C. Busa tersebut
kemudian dilelehkan dalam loncatan listrik dan dicetak menjadi batangan Ti murni ;
harus digunakan atmosfer helium atau argon karena titanium mudah bereaksi dengan
N2 dan O2 jika dipanaskan.

| PEMBAHASAN 7
Metode penemuan terbaru, proses FFC Cambridge dikembangkan untuk
menggantikan proses Kroll bila memungkinkan. Metode ini menggunakan serbuk
titanium dioksida (hasil pemurnian rutil) sebagai bahan baku untuk menghasilkan hasil
akhir yang berupa bubuk atau spons. Jika campuran serbuk oksida digunakan, produk
yang dihasilkan akan menghabiskan biaya yang lebih rendah daripada proses multi tahap
peleburan konvensional. Proses FFC Cambridge dapat memproduksi titanium yang lebih
langka dan mahal untuk industri penerbangan dan barang-barang mewah, dan dapat
dilihat di banyak produk yang saat ini diproduksi dengan menggunakan bahan baku
aluminium dan baja.

Titanium paduan biasanya dibuat dengan proses reduksi. Sebagai contoh,


cuprotitanium (reduksi rutile dengan tambahan tembaga), ferrocarbon titanium (ilmenite
direduksi dengan coke dalam tanur listrik), dan manganotitanium (Rutile dengan mangan
atau mangan oksida) yang direduksi.

2FeTiO3 + 7Cl2 + 6C 2TiCl4 + 2FeCl3 + 6CO (900C)

2FeTiO3 + 7Cl2 + 6C 2TiCl4 + 2FeCl3 + 6CO (900C)

TiCl4 + 2Mg 2MgCl2 + Ti (1100 C) TiCl4 + 2Mg 2MgCl2 + Ti (1100 C)

c. Sifat Fisik dan Sifat Kimia Titanium


Sifat Fisika Titanium

Titanium bersifat paramagnetik (lemah tertarik dengan magnet) dan memiliki


konduktivitas listrik dan konduktivitas termal yang cukup rendah.

Sifat Fisik Keterangan


Fasa Padat
Massa jenis 4,506 g/cm3 (suhu kamar)
Massa jenis air 4,11 g/cm3 (pada titik lebur)
Titik lebur 1941 K (1668 C, 3034 F)
Titik didih 3560 K (3287 C, 5949 F)
Kalor peleburan 14,15 kJ/mol
Kalor penguapan 425 kJ/mol
Kapasitas kalor (25 C) 25,060 J/mol K
Penampilan Logam perak metalik

| PEMBAHASAN 8
Resistivitas listrik (20 C) 0,420 -m
Konduktivitas termal (300 K) 21,9 W/(mK)
Ekspansi termal (25 C) 8,6 m (mK)
Kecepatan suara (pada wujud 5090 m/s
kawat) (suhu kamar)

Sifat Kimia Titanium

Sifat Kimia Keterangan


Nama, Lambang, Nomor atom Titanium, Ti, 22
Deret kimia Logam transisi
Golongan, Periode, Blok 4, 4, d
Massa atom 47.867(1) g/mol
Konfigurasi elektron [Ar] 3 d2 4s2
Jumlah elektron tiap kulit 2, 8, 10, 2
Struktur kristal Hexagonal
Bilangan oksidasi 4
elektronegativitas 1,54 (skala Pauling)
Energi ionisasi Ke-1 : 658.8 kJ/mol
Ke-2 : 1309.8 kJ/mol
Ke-3 : 2652.5 kJ/mol
Jari-jari atom 140 pm
Jari-jari atom (terhitung) 176 pm
Jari-jari kovalen 136 pm

d. Reaksi Kimia dan Persenyawaan Titanium


Reaksi dengan Air
Titanium akan bereaksi dengan air membentuk Titanium dioksida dan hydrogen.
Ti(s) + 2H2O(g) TiO2(s) + 2H2(g)

Reaksi dengan Udara


Ketika Titanium dibakar di udara akan menghasilkan Titanium dioksida dengan
nyala putih yang terang dan ketika dibakar dengan Nitrogen murni akan
menghasilkan Titanium Nitrida.

| PEMBAHASAN 9
Ti(s) + O2(g) TiO2(s)
2Ti(s) + N2(g) TiN(s)

Reaksi dengan Halogen


Reaksi Titanium dengan Halogen menghasilkan Titanium Halida. Reaksi dengan
Fluor berlangsung pada suhu 200C.
Ti(s) + 2F2(s) TiF4(s)
Ti(s) + 2Cl2(g) TiCl4(s)
Ti(s) + 2Br2(l) TiBr4(s)
Ti(s) + 2I2(s) TiI4(s)

Reaksi dengan Asam


Logam Titanium tidak bereaksi dengan asam mineral pada temperatur normal
tetapi dengan asam hidrofluorik yang panas membentuk kompleks anion (TiF6)3-
2Ti(s) + 2HF(aq) 2(TiF6)3-(aq) + 3 H2(g) + 6 H+(aq)

Reaksi dengan Basa


Titanium tidak bereaksi dengan alkali pada temperatur normal, tetapi pada keadaan
panas

e. Kegunaan dan Kerugian Titanium


Kegunaan Titanium

Titanium dioksida banyak digunakan sebagai pigmen putih dalam lukisan outdoor
karena memiliki sifat inert, daya pelapis mumpuni, serta tahan terhadap paparan sinar
UV matahari. Titanium dioksida juga pernah digunakan sebagai pemutih dan agen
opicifying pada enamel porselen sehingga tampak lebih cerah dan tahan asam. Sebuah
lipstik umumnya mengandung 10% titanium. Paduan titaium dikenal memiliki
karakteristik kuat meskipun berada pada suhu tinggi, ringan, tahan korosi, dan
kemampuannya menahan suhu ekstrim. Karena sifat-sifat ini, paduan titanium terutama
digunakan di pesawat terbang, pipa untuk pembangkit listrik, pelapis baja, kapal laut,
pesawat ruang angkasa, serta rudal. Titanium dikenal memiliki kekuatan setara baja
namun 45% lebih ringan. Dalam bidang medis, titanium digunakan untuk membuat
pinggul dan lutut buatan, serta pen untuk memperbaiki tulang yang patah.

| PEMBAHASAN 10
Kerugian Titanium

Implan berbasis titanium menimbulkan korosi dan menghasilkan puing-puing


logam sehingga berpotensi menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Titanium
tetraklorida berpotensi menyebabkan iritasi kulit dan gangguan pada paru-paru jika
terhirup Karsinogen (titanium dioksida). Menyebabkan batuk dan nyeri apabila terhirup
(titanium karbida)

II. HAFNIUM

a. Penemuan Hafnium
Penemu George de Hevesy lahir pada 1 Agustus 1885, di Budapest, Austria-
Hongaria (kini Hongaria). Hevesy menempuh perguruan tinggi di Technische
Hochschule di Berlin dan Universitas Freiburg. Ia memulai karya dalam kimia pada
1911 di Universitas Manchester di bawah Ernest Rutherford, yang mempengaruhinya
bereksperimen dengan isotopic tracers. Pada 1912, Hevesy pindah ke Wina, Austria
untuk berkolaborasi dengan Friedrich Paneth.

Pada 1923, bersama dengan Dirk Coster, Hevesy menemukan unsur kimia
hafnium. Ia menjadi guru besar di Universitas Freiburg pada 1926 di mana ia
menentukan kuantitas komparatif unsur kimia. Pada 1934, Hevesy mulai mencari
isotop radioaktif fosfor melalui tubuh manusia untuk mempelajari proses kimia.

Setelah melarikan diri dari Nazi pada 1943, Hevesy dianugerahi Hadiah Nobel
Kimia untuk karyanya dengan isotop radioaktif. Hevesy merupakan perintis dalam
penelitian cermat dalam mata pelajaran biokimia dalam badan hidup dengan
memperkenalkan isotop radioaktif atau pencari jejak isotop. Proses ini dikenal dengan
metode pengusutan dan menyumbang bagi pengetahuan dunia tentang urutan kimia
yang terjadi dalam siklus kehidupan. Hevesy meninggal pada 5 Juli 1966, di Freiburg
im Breisgau, Jerman Barat, di usia 80.

Sejarah Hafnium

Penamaan Hafnium berasal dari Hafnia (nama Latin untuk Kopenhagen yang
merupakan kota asal ditemukannya unsur tersebut). Unsur ini ditemukan oleh Dirk
Coster dan George von Hevesey pada tahun 1932 di Kopenhagen, Denmark. Hafnium
tidak terdapat di alam dalam bentuk unsur. Diperoleh dari alvite mineral ([(Hf, Th, Zr)
SiO4.H2O]), thortveitite dan zirkon (ZrSiO4 yang biasanya mengandung antara 1 dan
| HAFNIUM 11
5% hafnium). Sesuai dengan teori Bohr, unsur baru ini diasosiasikan dengan zirkonium.
Unsur ini berhasil ditemukan di zirkon dengan analisis spektroskopi sinar X di
Norwegia. Kebanyakan mineral zirkonium mengandung 1- 5% hafnium. Hafnium pada
awalnya dipisahkan dari zirkonium dengan cara rekristalisasi berulang-ulang amonium
atau kalium fluorida oleh von Hevesey dan Jantzen. Logam hafnium pertama kali
dipersiapkan oleh van Arkel dan Jan Hendrik de Boer dengan cara menyalurkan uap
tetraiodida di atas filamen tungsten yang dipanaskan. Hampir semua logam hafnium
sekarang ini diproduksi dengan cara mereduksi tetraklorida dengan magnesium atau
dengan sodium (proses Kroll).

b. Pembuatan Hafnium
Hafnium alami merupakan campuran dari 6 isotop stabil yaitu : Hafnium 174
(0,2%), Hafnium 176 (5,2%), Hafnium 177 (18,6%), Hafnium 178 (27,1%), Hafnium
179 (13,7%), dan Hafnium180(35,2%). Logam Hafnium resistan terhadap kondisi
alkali, namun Hafnium bereaksi dengan Halogen membentuk Hafnium Tetrahalides,
misalnya HfCl4, Hf f4. Selain itu, pada temperature tinggi, Hafnium dapat bereaksi
dengan Oksigen membentuk HfO2, dengan Nitrogen membentuk HfN yang mana
mempunyai titik didih 3305oC, dengan Karbon membentuk HfC, dengan Melting Point
mendekati 3890oC ,dan Boron, Silikon serta Sulfur.

c. Sifat Fisika dan Sifat Kimia Hafnium


Sifat fisika Hafnium

a. Titik didih : 4876K (4603 C)

b. Titik lebur : 2506K (2233 C)

c. Kepadatan : 13.31g/cm3

d. Kalor peleburan : 27.2 kJmol1

e. Kalor penguapan : 571 kJmol1

f. Kapasitas kalor : 25.73 Jmol1K1

| HAFNIUM 12
Sifat Kimia Hafnium

a. Nama : Hafnium

b. Lambang : Hf

c. Nomor : 72

d. Massa atom standar : 178.49 g / mol

e. Golongan :4

f. Blok : Blok d

g. Periode :6

h. Jenis unsur : Logam transisi

i. Konfigurasi electron : [Xe] 4f14 5d2 6s2

j. Warna : Abu-abu baja

k. Klasifikasi : Metalik

d. Reaksi dan Persenyawaan


Reaksi dengan Air
Hafnium tidak bereaksi dengan air di bawah kondisi normal.

Reaksi dengan Udara


Hf (s) + O2 (g) HfO2 (s)

Reaksi dengan Halogen


Hf (s) +2F2 (g) HfF4 (s)

e. Kegunaan dan Kerugian Hafnium


Kegunaan Hafnium

Digunakan dalam lampu diisi gas dan lampu pijar, batang kendali reaktor karena
kemampuannya untuk menyerap neutron juga sebagai pemulung gas dalam tabung
vakum. Digunakan sebagai elektroda dalam plasma cutting karena kemampuannya
untuk melepaskan elektron ke udara. Hal ini juga digunakan dalam besi, titanium,
niobium, tantalum, dan paduan logam lainnya.

| HAFNIUM 13
Kerugian Hafnium

Kehati-hatian perlu dijaga jika membentuk logam hafnium, karena Hafnium yang
terbelah-belah kecil dapat terbakar secara spontan di udara dan sangat piroforik (bahan
yang dapat terbakar ketika kontak dengan udara pada suhu < 54,44 0C). Jangan
terekspos pada hafnium lebih dari 0,5 mg/jam (berdasarkan 8 jam berat rata-rata,
selama 40 jam per minggu).

III. ZIRKONIUM

a. Penemuan dan Pembuatan Zirkonium


Penemuan Zirkonium

Zirkonium ditemukan oleh Martin Heinrich Klaproth, seorang kimiawan asal


Jerman ketika menganalisis komposisi mineral jargon (ZrSiO4) pada tahun 1789. Nama
zirkonium berasal dari bahasa Persia zargun yang berarti seperti emas. Zirkonium
diisolasi oleh Jns Jacob Berzelius, seorang kimiawan asal Swedia pada tahun 1824 dan
akhirnya dalam bentuk murninya pada tahun 1914.

Pembuatan Zirkonium

Untuk memperoleh zirconium dalam bentuk murninya sangat sulit karena sifat
kimianya sama dengan hafnum, sebuah unsur yang selalu ditemukan bersama
zirconium, sekarang, sebagian besar zirkonium diperoleh dari mineral zircon (ZrSiO4)
and baddeleyite (ZrO2) melalui proses yang dikenal dengan proses Kroll.

b. Sifat Fisika dan Sifat Kimia Zirkonium


Sifat Fisika Zirkonium

No Atom 40

Massa atom 91,224

2128 K (1855C or
Titik leleh
3371F)

4682 K (4409C or
Titik didih
7968F)

| ZIRKONIUM 14
Massa jenis 6.52 gram/cm3

Fasa saat suhu


Padat
kamar

klasifikasi unsur Logam

periode 5

golongan IVB

keadaan oksidasi +4

Sifat Kimia Zirkonium

Zirkonium adalah logam kuat, bisa ditempa, ulet, dan berwarna perak abu-abu.Sifat
kimia dan fisika logam ini mirip dengan titanium. Zirkonium sangat tahan terhadap
panas dan korosi. Zirkonium lebih ringan dari baja dan kekerasannya mirip dengan
tembaga.Saat berada dalam bentuk bubuk, logam ini dapat secara spontan menyala di
udara, terutama pada suhu tinggi. Zirkonium bubuk berwarna hitam dan dianggap
berbahaya karena mudah terbakar. Zirkonium bukan merupakan unsur langka, tetapi
karena mineralnya yang paling umum, zirkon, sangat tahan terhadap pelapukan,
persebaran unsur ini menjadi terbatas. Zirkonium dua kali lebih melimpah dari tembaga
dan seng dan 10 kali lebih melimpah dibandingkan timbal.

c. Reaksi Kimia dan Persenyawaan Zirkonium


Reaksi dengan Air
Zirkonium tidak bereaksi dengan air pada keadaan di bawah normal.

Reaksi dengan Udara


Zr (s) + O2 (g) ZrO2 (s)

Reaksi dengan Halogen


Zirkonium bereaksi dengan Halogen membentuk Zirkonium (IV) Halida.
Zr (s) + 2F2 (g) ZrF4 (s)
Zr (s) + 2Cl2 (g) ZrCl4 (s)

| ZIRKONIUM 15
Zr (s) +2Br2 (g) ZrBr4 (s)
Zr (s) + 2I2 (g) ZrI4 (s)

Reaksi dengan Asam


Hanya terdapat sedikit kemungkinan logam Zirkonium bereaksi dengan asam.
Zirkonium tidak dapat bercampur dengan asam hidrofluorik, HF, membentuk
kompleks fluoro.

d. Kegunaan dan Kerugian Zirkonium


Kegunaan Zirkonium

Zirkonium digunakan dalam paduan seperti zircaloy yang digunakan dalam


aplikasi nuklir karena tidak mudah menyerap neutron.Logam ini juga digunakan dalam
catalytic converters dan batu bata tungku. Baddeleyite dan zirkonium tidak murni
(zirkonia) digunakan dalam cawan lebur di laboratorium. Zirkon (ZrSiO4) digunakan
oleh refraktori, pewarna keramik, dan pasir pengecoran. Zirkon juga dipasarkan sebagai
batu permata yang digunakan dalam perhiasan. Logam ini juga memiliki banyak
kegunaan lain, di antaranya digunakan pada blitz fotografi dan instrumen bedah, untuk
membuat kaca televisi, untuk membersihkan sisa gas dari tabung vakum elektronik, dan
sebagai agen pengeras di paduan logam, terutama baja. Industri kertas dan kemasan
menemukan senyawa zirkonium menjadi pelapis permukaan yang baik karena kuat dan
tahan air.

Kerugian Zirkonium

Zirkonium dan garamnya umumnya memiliki sifat racun rendah. Perkiraan asupan
dari makanan adalah sekitar 50 mikrogram. Saat memasuki tubuh, sebagian besar
zirkonium tidak diserap usus, dan bila diserap cenderung terakumulasi di tulang
daripada di jaringan. Zirkonium 95 adalah salah satu radionuklida yang terlibat dalam
pengujian senjata nuklir. Radionuklida ini berumur panjang dan akan terus
meningkatkan risiko kanker selama puluhan tahun dan berabad-abad yang akan datan

| ZIRKONIUM 16
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan
Unsur dalam golongan IV B termasuk dalam unsur transisi yaitu unsur blok d yang
konfigurasi elektronnya diakhiri oleh sub kulit d. Unsur-unsur yang termasuk dalam golongan
IV B yaitu Titanium (Ti), Zirkonium (Zr), Hafnium (Hf).
Salah satu karakteristik Titanium yang paling terkenal adalah sifat yang sama kuatnya
dengan baja namun hanya dengan 60% berat baja.
Zirkonium banyak terdapat dalam alam mineral seperti zircon (Hyacianth) dan zirconia
(baddeleyit). Baddeleyit sendiri merupakan oksida zirkonium yang tahan terhadap suhu luar
biasa tinggi sehingga digunakan untuk pelapis tanur tinggi.
Titanium murni merupakan logam putih yang sangat bercahaya. Titaniummerupakan satu-
satunya logam yang terbakar dalam nitrogen dan udara. Titanium jugamemiliki resistansi terhadap asam sulfur
dan asam hidroklorida yang larut, kebanyakanasam organik lainnya, gas klor dan solusi klorida.
Titanium murni diberitakan dapatmenjadi radioaktif setelah dibombar dir dengan
deuterons. Radiasi yang dihasilkanadalah positrons dan sinar gama.
Hafnium diperkirakan menyusun kurang lebih 0,00058 % dari lapisan bumi. Logam ini
ditemukan dalam campuran senyawa Zirkonium yang mana tidak ditemukan dalam unsur
bebas di alam. Mineral yang mengandung Zirkonium seperti Alvite [(Hf, Th, Zr) SO4 H2O],
Thortveitite dan Zirkon (Zr SlO4) biasanya mengandung 1%-5% Hf. Antara logam Hafnium
dan Zirkonium mempunyai sifat yang sama sehingga sulit dipisahkan.

| BAB III 17
DAFTAR PUSTAKA

Catherine,dkk. 2008. Inorganic Chemistry Third Edition, England. Preantice Hall

Cotton, dkk. 2000. Kimia Anorganik DasaR. Jakarta .U-I Press

E.Brady, James. Kimia Universitas Asas dan Struktur,jilid 2, Tangerang. Binapura Aksara

H.Petrucci, Ralph. 1897. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Edisi Keempat jilid 3.
Bogor. Erlangga

Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung. ITB

| DAFTAR PUSTAKA 18

Anda mungkin juga menyukai