Anda di halaman 1dari 29

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Masalah kekurangan gizi merupakan masalah kesehatan tertinggi di dunia, terutama di


negara-negara berkembang. Gizi merupakan salah satu sasaran dari Millennium Development
Goals 2015. Data statistik dari United Nation Foods and Agriculture Organization (FAO),
menyatakan bahwa kekurangan gizi di dunia mencapai 1,02 milyar orang yaitu kira-kira 15%
populasi dunia dan sebagian besar berasal dari negara berkembang. Anak-anak adalah
golongan yang sering mengalami masalah kekurangan gizi. Kira-kira setengah daripada 10,9
juta anak yaitu kira-kira 5 juta anak meninggal setiap tahun akibat kekurangan gizi (FAO,
2009). Menurut data World Health Organization tahun 2009, terdapat empat jenis masalah
kekurangan gizi utama dan berpengaruh pada golongan berpendapatan rendah di negara
berkembang. Masalah gizi utama tersebut adalah Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi
Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
Masalah malnutrisi pada anak usia bawah lima tahun dapat mengganggu proses tumbuh
kembang secara fisikal maupun mental dan ini dapat memberikan dampak yang negatif pada
sumber daya manusia pada masa mendatang.1
Berdasarkan data terbaru dari UNICEF, jumlah balita penderita gizi kurang
mengalami lonjakan dari 1,8 juta (tahun 2005) menjadi 2,3 juta (tahun 2006). Jumlah
penderita gizi kurang ini sekitar 28% dari total balita di seluruh Indonesia.
Dari jumlah balita penderita gizi buruk dan gizi kurang, sekitar 10% berakhir dengan
kematian.2 Berdasarkan data SKDI (Survey Kesehatan dan Demografi Indonesia), angka
kematian balita pada tahun 2007, tercatat sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup, dan angka
kematian bayi sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup, dari angka kematian bayi dan balita
tersebut, separuhnya disebabkan oleh kekurangan gizi.3 Berdasarkan data dari Departemen
Kesehatan pada tahun 2007 prevalensi kurang vitamin A adalah 19,4%.4 Angka prevalensi
anemia pada ibu hamil masih cukup tinggi, dan sebagian besar penyebabnya adalah akibat
defisiensi zat besi. Prevalensi anemia pada ibu dalam masa nifas (bufas) tahun 2000-2004
sebesar 45%. Menurut laporan Riskesdas pada tahun 2007 tercatat prevalensi anemia akibat
defisiensi zat besi pada ibu hamil (Bumil) sebesar 24,5%.5 Berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6
bulan sebesar 42%.6 Berdasarkan Laporan Hasil Survei Morbiditas dan Perilaku Tatalaksana

1
Diare oleh Departemen Kesehatan tahun 2010 hanya 36,18% balita dengan diare yang diberi
oralit.7
Angka kematian bayi di Jawa Barat tahun 2010 masih yang tinggi, yaitu angka
kematian bayi sebesar 39 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan untuk kematian balita
mencapai 49 per 1.000 kelahiran hidup, dan untuk angka cakupan pemberian tablet zat besi
sebesar 68,58%. Dari data profil kesehatan Karawang tahun 2010, tercatat jumlah balita
dengan gizi buruk sebesar 1,01%, dan balita dengan gizi kurang sebesar 7,58%.
Melihat fakta-fakta di atas yang menunjukkan masih terdapat masalah gizi di
Indonesia maka perlu dilakukan perbaikan gizi, dimana salah satu upayanya adalah melalui
program Usaha Perbaikan Gizi Masyarakat (UPGM) yang bertujuan untuk meningkatkan
mutu gizi keluarga dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan keadaan gizi keluarga,
mengajarkan perilaku yang mendukung perbaikan gizi keluarga dan partisipasi serta
pemerataan kegiatan dalam masyarakat. Agar program UPGM berjalan dengan sebaik -
baiknya, maka diperlukan suatu evaluasi terhadap program tersebut di Kecamatan Cikampek,
Kabupaten Karawang periode Juli 2014 sampai dengan Juni 2015.

1.2 Permasalahan

1. Berdasarkan data FAO (2009), kekurangan gizi di dunia mencapai 1,02 milyar orang
yaitu kira-kira 15% populasi dunia dan sebagian besar berasal dari negara
berkembang.
2. Menurut WHO (2009), terdapat empat jenis masalah kekurangan gizi utama di dunia
yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A
(KVA) dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
3. Berdasarkan data SKDI (2007), angka kematian balita di Indonesia tercatat sebesar 44
per 1000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi sebesar 34 per 1000 kelahiran
hidup, dari angka kematian bayi dan balita tersebut, separuhnya disebabkan oleh
kekurangan gizi.
4. Angka kematian bayi di Jawa Barat (2010) masih yang tinggi, yaitu angka kematian
bayi sebesar 39 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan untuk kematian balita mencapai
49 per 1.000 kelahiran hidup.
5. Dari data profil kesehatan Karawang (2010), tercatat jumlah balita dengan gizi buruk
sebesar 1,01%, dan balita dengan gizi kurang sebesar 7,58%.

2
6. Belum diketahuinya keberhasilan program perbaikan gizi masyarakat di UPTD
Puskesmas Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, periode Juli
2014 sampai dengan Juni 2015.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tingkat keberhasilan program Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat di UPTD
Puskesmas Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, periode Juli 2014
sampai dengan Juni 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Diketahuinya cakupan penimbangan balita di UPTD Puskesmas Kecamatan
Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, periode Juli 2014 sampai dengan Juni
2015.
2. Diketahuinya cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi di UPTD Puskesmas
Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, periode Juli 2014 sampai
dengan Juni 2015.
3. Diketahuinya cakupan pemberian kapsul vitamin A pada anak balita di UPTD
Puskesmas Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, periode Juli
2014 sampai dengan Juni 2015.
4. Diketahuinya cakupan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas di UPTD
Puskesmas Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, periode Juli
2014 sampai dengan Juni 2015.
5. Diketahuinya cakupan pemberian tablet zat besi (Fe3) pada ibu hamil di UPTD
Puskesmas Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, periode Juli
2014 sampai dengan Juni 2015.
6. Diketahuinya cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada baduta gakin di
UPTD Puskesmas Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, periode
Juli 2014 sampai dengan Juni 2015.
7. Diketahuinya cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan di UPTD
Puskesmas Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, periode Juli
2014 sampai dengan Juni 2015.

3
8. Diketahuinya cakupan pemberian ASI eksklusif di UPTD Puskesmas Kecamatan
Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, periode Juli 2014 sampai dengan Juni
2015.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator (dokter muda)
1. Mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah.
2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam merencanakan suatu program, khususnya
program kesehatan.
3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain,
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

1.4.2 Bagi Perguruan tinggi


1. Mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi
2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.

1.4.3 Bagi Puskesmas yang dievaluasi


1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program perbaikan gizi di
Puskesmas dan pemecahan masalahnya.
2. Memperoleh masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat

1.4.4 Bagi Masyarakat


1. Mendapatkan pelayanan gizi yang lebih baik dari puskesmas.
2. Memperoleh pembinaan mengenai program perbaikan gizi sehingga meningkatkan
peran serta masyarakat untuk lebih memperhatikan status gizi keluarganya.

1.5 Sasaran
Keluarga yang diantaranya adalah bayi, anak balita, ibu hamil (bumil) dan ibu nifas
(bufas), ibu yang mempunyai bayi dan/atau anak balita, wanita usia subur, dan bapak
yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Cikampek, Kabupaten
Karawang, Jawa Barat, periode Juli 2014 sampai dengan Juni 2015.

4
Bab II
Materi dan Metode

2.1 Materi

Data dari laporan bulanan dan tahunan kegiatan perbaikan gizi masyarakat di UPTD
Puskesmas Cikampek, Karawang, periode Juli 2014 sampai dengan Juni 2015.:
a. Penimbangan balita setiap bulan
b. Pemberian kapsul vitamin A pada bayi (6 11 bulan)
c. Pemberian kapsul vitamin A pada anak balita (12 59 bulan)
d. Pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas
e. Pemberian tablet zat besi (Fe3) pada ibu hamil
f. Pemberian makanan pendamping ASI penyuluhan pada baduta gakin
g. Perawatan terhadap balita gizi buruk
h. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia dari 0 - 6 bulan

2.2 Metode

Metode yang digunakan adalah dengan melakukan pengumpulan data, analisis data dan
pengolahan data sehingga dapat diinterpretasi untuk menjawab permasalahan yang ada pada
pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat, baik yang terjadi di awal, ditengah program
maupun diakhir program sehingga dapat dilakukan penilaian terhadap seluruh kegiatan
program apakah cakupan dapat tercapai sesuai tolok ukur atau tidak dan berusaha menemukan
penyebab masalah dengan pendekatan sistem.

5
Bab III
Kerangka Teori dan Tolok Ukur Keberhasilan

3.1 Kerangka Teoritis

LINGKUNGAN

(VI)

MASUKAN PROSES KELUARAN DAMPAK

(I) (II) (III) (V)

UMPAN BALIK

(IV)

Bagan diatas menerangkan sistem dengan definisi menurut Ryans adalah gabungan dari
elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai
salah satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
Bagian atau elemen dapat dikelompokkan dalam enam unsur, yakni:8
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut dan terdiri dari unsur tenaga
(man), dana (money), sarana (material) dan metode (method).
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan dan
terdiri dari unsur perencanaan (planning), organisasi (organization), pelaksanaan
(actuating) dan pengawasan (controlling).
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.

6
5. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
6. Lingkungan (environment) adalah segala sesuatu di luar sistem yang tidak dikelola
oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan
fisik dan non fisik.

3.2 Tolok Ukur Keberhasilan

Tolok ukur keberhasilan terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, umpan balik, dampak
dan lingkungan, digunakan sebagai pembanding atau tolok ukur yang harus dicapai dalam
program Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat sesuai rencana Dinas Kesehatan Kabupaten
Karawang pada tahun 2015. (Lampiran I)

7
Bab IV
Penyajian Data

4.1 Sumber Data:

Pengumpulan data dilakukan dengan data sekunder yang diperoleh dari:


1. Laporan Bulanan Program Gizi UPTD Puskesmas Kecamatan Cikampek untuk tahun
2014 2015.
2. Data demografi UPTD Puskesmas Cikampek tahun 2015.

4.1. Data Umum

4.1.1. Data Geografis

1. Lokasi Puskesmas
UPTD Puskesmas Cikampek, Kecamatan Cikampek adalah Puskesmas di
Kecamatan Cikampek, yang merupakan Puskesmas induk dan tidak memiliki
Puskesmas pembantu (Pustu). UPTD Puskesmas Cikampek terletak di tengah kota
pada ketinggian + 24 meter dpl (diatas permukaan laut).

2. Luas Wilayah Kerja


Luas Kecamatan Cikampek adalah 4.638 Ha dengan kondisi wilayah sebagian
besar merupakan dataran rendah dan bersifat agraris yang terdiri dari tanah sawah
seluas 492 Ha dan sisanya merupakan tanah darat dengan berbagai peruntukan
seluas 4.146 Ha. Batas wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cikampek yang terdiri dari
10 Desa yang memilki batas-batas fisik sebagai berikut: (Lampiran II)

- Sebelah Utara : Wilayah kerja Puskesmas Tirtamulya


- Sebelah Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Klari
- Sebelah Barat : Wilayah kerja Puskesmas Purwasari
- Sebelah Timur : Wilayah kerja Puskesmas Kotabaru
Luas tanah di Wilayah Kecamatan Cikampek secara terperinci dapat dilihat dalam
tabel berikut :

8
Tabel 1. Luas wilayah kecamatan Cikampek tahun 2015

No. Nama Desa Tanah Sawah Tanah Darat Jumlah


( ha ) ( ha ) ( ha )
1 Cikampek Kota 0 97 97
2 Cikampek Barat 21 173 194
3 Cikampek Timur 5 107 112
4 Cikampek Selatan 26 96 122
5 Cikampek Pusaka 35 339 374
6 Kamojing 4 923 927
7 Dawuan Timur 118 175 293
8 Dawuan Tengah 77 245 322
9 Dawuan Barat 168 196 364
10 Kalihurip 38 1.795 1.833
Kecamatan 492 4.146 4.638
Sumber : Profil Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cikampek Tahun 2015

4.1.2. Data Demografis

1. Jumlah penduduk secara keseluruhan di wilayah kerja UPTD Puskesmas


Cikampek, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang adalah sebesar 109.353
jiwa. (Lampiran III)
2. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki 56.097 jiwa dan
jumlah perempuan 53.256 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak yaitu Desa
Cikampek Barat dengan jumlah 20.626 jiwa.
3. Jumlah balita adalah 10.717 jiwa, jumlah bumil adalah 3018 jiwa, jumlah bulin
2881 jiwa, jumlah bufas 2881 jiwa, jumlah bayi (6-11 bulan) adalah 1372 jiwa,
jumlah bayi (0-11 bulan) adalah 2744 jiwa.
4. Jumlah desa yang termasuk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cikampek adalah
sebanyak 10 desa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 30.661.
5. Mata pencaharian terbanyak di Kecamatan Cikampek adalah pengrajin industri
kecil sebanyak 16.060 penduduk atau sebesar 34,1%.
6. Tingkat kepercayaan terbesar penduduk di Kecamatan Cikampek yang terbanyak
adalah Islam dengan presentase 95,7%.

9
7. Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Cikampek yang terbanyak adalah tamat
SMA sebanyak 57,19%.
8. Pada Kecamatan Cikampek didapatkan proporsi penduduk miskin sebanyak
22.588 orang atau sebesar 20,83% dan keluarga miskin sebanyak 6553 KK atau
21,37 %. Ini merupakan bukti cukup banyaknya penduduk miskin di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Cikampek, Kecamatan Cikampek, sehingga harus
menjadi perhatian dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
9. Jumlah posyandu adalah 91 ditambah 1 posyandu mandiri.

4.1.3. Fasilitas Kesehatan

Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja UPTD Puskesmas
Cikampek, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, antara lain:
Tabel 2. Jenis sarana kesehatan wilayah kerja UPTD Puskesmas Cikampek
No Sarana Kesehatan Jumlah
1 Puskesmas UPTD 1
2 Rumah Sakit Umum Swasta 4
3 Praktek Perorangan
a. Dokter Umum 11
b. Dokter 5
Spesialis 2
c. Dokter Gigi 34
d. Bidan
4 Balai Pengobatan 6
5 Rumah Bersalin 2
6 Klinik 24 jam 19
7 Klinik Kecantikan 1
8 Klinik Gigi 1
9 Apotek 20
10 Toko Obat 2
11 Optik 3
12 Pengobatan Tradisional 1
Total 112
Sumber : Profil kesehatan UPTD Puskesmas Cikampek Tahun 2015
10
4.3 Data Khusus

4.3.1. Masukan

1.1 Tenaga
Dokter umum : 3 orang
Bidan : 25 orang
Perawat : 11 orang
Farmasi : 1 orang
Petugas gizi : 1 orang
Kader Posyandu : 5 orang/posyandu maka 91 x 5 = 455
orang

1.2 Dana
Bantuan Operasional Keuangan (BOK)
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) I dan II
Swadaya Masyarakat

1.3 Sarana
Medis
i. Inventaris
a) Tensimeter : 4 buah
b) Stetoskop :-
c) Senter : 5 buah
d) Timbangan dewasa : 3 buah di puskesmas dan
1 buah/posyandu
e) Timbangan anak di puskesmas : 2 buah
f) Timbangan dacin balita : 1 buah/posyandu
g) Alat ukur tinggi badan / microtoa : 2 buah di puskesmas dan
1 buah/posyandu
h) Alat ukur panjang badan : 1 buah di puskesmas dan
1 buah / posyandu
i) WHO Child Growth Standard : 1 buah/posyandu

11
ii. Habis pakai
a) Kapsul vitamin A 100.000 IU (biru) : 850 kapsul
b) Kapsul vitamin A 200.000 IU (merah) : 15850 kapsul
c) Tablet zat besi : 41952 tablet
d) Data kohort ibu : Tersedia
e) KMS balita : Tersedia
f) Buku KIA : Tersedia

Non Medis
i. Inventaris
a) Meja : 7 buah
b) Kursi : 33 buah
c) Poster/gambar/alat peraga berupa contoh bahan makanan: Ada
ii. Habis pakai
a) Brosur /Pamflet : Tersedia
b) Alat tulis : Tersedia

1.4 Metode
a. Penimbangan balita:
Pada balita memakai timbangan dacin. Balita memakai baju tipis dan tidak
menggunakan popok disposable yang basah, kemudian ditimbang di atas
dacin, lalu dicatat diatas secarik kertas, kemudian dicatat hasilnya di KMS
balita dan buku register.
Pencatatan hasil penimbangan 12x/tahun.
Apabila balita tidak rutin datang ke posyandu, paling sedikit dua bulan berturut
turut untuk melakukan penimbangan, maka dilakukan kunjungan rumah oleh kader,
tokoh masyarakat, dan tokoh agama.
b. Pemberian kapsul vitamin A (100.000 IU) untuk bayi (6-11 bulan) diberikan
secara langsung oleh petugas dengan menggunting bagian atas kapsul dan
meneteskan ke mulut bayi. Dilakukan sebanyak 2 x pada bulan Februari dan
Agustus. Apabila bayi yang tercatat dalam data kependudukan namun tidak
datang ke posyandu untuk pemberian kapsul vitamin A, maka dilakukan
kunjungan rumah oleh kader, tokoh masyarakat, dan tokoh agama.

12
c. Pemberian kapsul vitamin A (200.000 IU) pada anak balita (12-59 bulan)
diberikan secara langsung oleh petugas dengan menggunting bagian atas
kapsul dan meneteskan ke mulut anak balita. Dilakukan sebanyak 2x setiap
bulan Februari dan Agustus. Apabila balita yang tercatat dalam data
kependudukan namun tidak datang ke posyandu untuk pemberian kapsul
vitamin A, maka dilakukan kunjungan rumah oleh kader, tokoh masyarakat,
dan tokoh agama.
d. Pemberian kapsul vitamin A (200.000 IU) pada ibu nifas dengan menggunting
bagian atas kapsul dan meneteskan ke mulut, dapat juga langsung ditelan.
Dilakukan pertama kali sesaat setelah melahirkan, lalu 1 kapsul lagi 24 jam
berikutnya.
e. Pemberian tablet zat besi pada bumil diberikan setiap hari selama hamil hingga
masa nifas.
f. Pemberian makanan pendamping ASI baduta gakin:
Penyiapan data sasaran penerima MP-ASI baduta gakin dengan prioritas
pada BGM dan 2T.
Melalui puskesmas keliling, posyandu, dan kunjungan rumah, ibu dengan
badutanya diberikan MP-ASI 90 hari berupa buah, bubur susu/makanan
lumat, bubur saring, makanan keluarga tanpa banyak bumbu.
Di posyandu menimbang berat badan sasaran penerima MP-ASI selama 3
bulan berturut turut dan mencatat hasil penimbangan ke dalam formulir
SIP.
Penyuluhan untuk baduta dengan status gizi baik dan gizi kurang
mengenai makanan bergizi.
Dilakukan dalam bentuk demonstrasi dimana petugas Puskesmas
melakukan demo masakan sehat untuk baduta termasuk mengolah,
menyediakan dan menghidang bahan makanan yang bergizi dan
menjelaskan manfaat gizinya.
g. Penanganan gizi buruk
Balita yang ditemukan oleh kader dirujuk ke Puskesmas. Dilakukan
dengan cara kader memberikan rujukan balita yang hasil penimbangannya
dua kali berturut-turut tidak naik dan/atau berada di bawah garis merah
(BGM) ke Puskesmas yang kemudian dari Puskesmas dilacak balita

13
dengan status gizi buruk menurut Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan
(TB) atau Berat Badan (BB) dan Panjang Badan (PB) dengan Z-score <
3SD berdasarkan tabel rujukan Standar Antropometri WHO 2005, dan
atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwasiorkor, dan marasmus-
kwasiorkor) dari semua rujukan balita itu untuk mendapatkan Pemberian
Makanan Tambahan pemulihan di Puskesmas.
Diberikan PMT pemulihan
Khusus ditujukan untuk balita dengan status gizi buruk menurut Berat
Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) atau Berat Badan (BB) dan
Panjang Badan (PB) dengan Z-score < 3SD berdasarkan tabel
rujukan Standar Antropometri WHO 2005, dan atau dengan tanda-
tanda klinis (marasmus, kwasiorkor, dan marasmus-kwasiorkor) pada
keluarga miskin.
Biasanya diberikan setiap hari sampai ada peningkatan status gizi
(minimal 3 bulan).
Makanan yang diberikan biasanya makanan dengan protein dan kalori
yang tinggi.
h. Pemantauan dan pencatatan jumlah seluruh bayi usia 0-6 bulan yang hanya
diberi ASI saja (ASI eksklusif) tanpa pemberian makanan tambahan dengan
menggunakan KMS dan data kohort ibu. Bayi yang tidak datang untuk
pencatatan ASI eksklusif, akan dilakukan kunjungan rumah bersamaan dengan
program penimbangan balita di posyandu.

4.3.2. Proses

4.3.2.1 Perencanaan, ada perencanaan tertulis mengenai:


a. Penimbangan balita, pencatatan, dan kunjungan rumah. Dilakukan oleh kader
setiap minggu ke 1-3 dan pelaporan ke Puskesmas pada minggu ke-4.
b. Pemberian kapsul vitamin A 100.000 IU pada bayi (6-11 bulan) dan kunjungan
rumah. Dilakukan oleh kader setiap bulan Februari dan Agustus.
c. Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU pada anak balita (12-59 bulan) dan
kunjungan rumah. Dilakukan oleh kader setiap bulan Februari dan Agustus.

14
d. Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU pada ibu nifas. Dilakukan oleh tenaga
kesehatan atau kader. Yang pertama sesaat setelah melahirkan, kemudian yang
kedua pada 24 jam berikutnya.
e. Pemberian tablet zat besi pada bumil. Dilakukan oleh tenaga kesehatan atau
kader setiap kunjungan kehamilan.
f. Pemberian MP-ASI pada baduta gakin. Dilakukan oleh tenaga kesehatan atau
kader selama 90 hari.
g. Perawatan balita gizi buruk. Dilakukan oleh dokter dibantu perawat, kader, dan
tenaga pelaksana gizi selama 90 hari.
h. Pemantauan dan pencatatan bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif dan
kunjungan rumah. Dilakukan oleh kader selama setiap bulan selama 6 bulan.

4.3.2.2 Pengorganisasian
Terdapat bagan dan struktur organisasi tertulis seperti dibawah, namun struktur
organisasi dalam melaksanakan tugas perbaikan gizi, pembagian tugas dan tanggungjawab
yang jelas tidak ada secara bertulis.

KEPALA UPTD UPTD PUSKESMAS


CIKAMPEK
dr. H. Deddy Ferry Rachmat, MKM

KA. SUB BAGIAN TATA


USAHA
PROGRAM UPAYA PERBAIKAN GIZI
MASYARAKAT Tuti Susilowati
Petugas Gizi : Mohamad Isa

Bidan desa dan Kader Posyandu

Bagan Struktur Organisasi Program Gizi di UPTD Puskesmas Cikampek Tahun 2015
Struktur organisasi yang tidak lengkap.
sumber: Data Profil Program Gizi UPTD Puskesmas Cikampek tahun 2015

4.3.2.3 Pelaksanaan
a. Penimbangan balita dan pencatatan di posyandu dilakukan. Namun kunjungan
rumah kurang terlaksana dengan baik.
b. Pemberian kapsul vitamin A 100.000 IU pada bayi (6-11 bulan) dilakukan.
Namun kunjungan rumah kurang terlaksana dengan baik.

15
c. Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU pada anak balita (12-59 bulan)
dilakukan.
d. Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU pada ibu nifas dilakukan.
e. Pemberian tablet zat besi pada bumil dilakukan.
f. Pemberian MP-ASI pada baduta gakin tidak dilakukan.
g. Perawatan balita gizi buruk dilakukan.
h. Pemantauan dan pencatatan bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif
dilakukan. Namun kunjungan rumah kurang terlaksana dengan baik.

4.3.2.4 Pengawasan
a. Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan setiap bulan : Ada tapi tidak lengkap
b. Laporan bulanan dan rapat bulanan: Ada
c. Laporan triwulanan dan pertemuan triwulanan: Ada

4.3.3 Keluaran

a. Cakupan penimbangan balita: (Lampiran IV)


Cakupan pencapaian program penimbangan (K/S)
= 8346/8359 x 100% = 99,84%
Cakupan peran dan partisipasi masyarakat dalam program gizi (D/S)
= 4720/8359 x 100% = 56,46%
Cakupan kelangsungan program penimbangan (D/K)
= 4720/8346 x 100% = 56,55%
Cakupan keberhasilan program gizi (N/S)
= 2858/8359 x 100% = 34,19%
Cakupan kecenderungan status gizi (N/D)
= 2858/4720 x 100% = 60,55%

16
b. Cakupan pemberian vitamin A 100.000 IU pada bayi (6-11 bulan):
Cakupan Distribusi = bayi umur 6 - 11 bulan yang dapat kapsul satu kali
Jumlah
Kapsul Vitamin A = dengan dosis 100.000 SI (kapsul berwarna biru) selama 1
Bagi Bayi (6 11 = (satu) tahun di wilayah kerja Puskesmas x 100%
bulan) Jumlah sasaran bayi (6 - 11 bulan) selama 1 (satu) tahun di
1
wilayah kerja Puskesmas
3
= 1351 x 100% = 98,47%
1372

c. Cakupan pemberian vitamin A 200.000 IU pada anak balita (12 -59 bulan):
Jumlah anak balita (umur 12 - 59 bulan) yang mendapat
Cakupan kapsul Vit.A 200.000 SI (kapsul warna merah) pada
Distribusi Kapsul bulan Februari dan Agustus yang ada di wilayah kerja
Vitamin A Bagi = Puskesmas x 100%
Anak Balita Bayi Jumlah sasaran anak balita (12 - 59 bulan) yang ada di
(12 - 59 bulan) wilayah kerja Puskesmas pada bulan Februari dan
Agustus
= 13241 x 100% = 96,90%
13667

d. Cakupan pemberian vitamin A 2 x 200.000 IU pada ibu nifas


Jumlah ibu nifas yang mendapat 2 (dua) kapsul vitamin A
Cakupan dosis tinggi dalam wilayah kerja Puskesmas dalam waktu
Distribusi Kapsul = satu tahun x 100%
Vitamin A bagi Jumlah ibu nifas yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Ibu Nifas dalam kurun waktu satu tahun
= 2232 x 100% = 77,47%
2881

17
e. Cakupan pemberian tablet zat besi (Fe3) pada bumil:
Jumlah ibu hamil yang mendapat 90 TTD (Fe3) sampai
Cakupan dengan bulan berjalan (kumulatif) di wilayah kerja
Distribusi tablet = Puskesmas x 100%
Fe3 pada Bumil Jumlah sasaran ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
sampai dengan bulan berjalan
= 2741 x 100% = 90,82%
3018

f. Cakupan perawatan balita dengan gizi buruk:


Jumlah balita gizi buruk mendapat perawatan di sarana
Cakupan pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas pada kurun
Perawatan Balita = waktu satu tahun x 100%
Gizi Buruk Jumlah seluruh balita gizi buruk yang ditemukan di wilayah
kerja Puskesmas pada kurun waktu satu tahun
= 65 x 100% = 100%
65

g. Cakupan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada bayi (0-6 bulan):
Jumlah bayi umur 0 - 6 bulan dengan ASI Esklusif di
Cakupan ASI wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu satu tahun
= x 100%
Eksklusif Jumlah bayi umur 0 - 6 bulan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas pada kurun waktu satu tahun
= 1133 x 100% = 16,72%
6775

4.3.4 Umpan Balik

a. Adanya pencatatan dan pelaporan setiap bulan maupun setiap tahun namun masih
terdapat kelemahan pada pencatatan dan pelaporan dimana data yang dicatat dan
dilaporkan baik pada laporan bulanan maupun tahunan belum lengkap.
b. Adanya rapat kerja baik yang dilakukan setiap bulan maupun setiap tiga bulan
sekali yang membahas laporan kegiatan-kegiatan untuk mengevaluasi program
yang telah dijalankan, mengenai kendala yang terdapat dalam pelaksanaan
program tersebut untuk mencari pemecahan masalahnya.

18
4.3.5 Dampak

a. Langsung : Belum dapat dinilai.


b. Tidak langsung : Belum dapat dinilai. Diharapkan penurunan angka morbiditas
dan mortalitas ibu, bayi dan anak balita akibat kurang gizi serta peningkatan
kesejahteraannya dalam rangka mewujudkan keluarga yang berkualitas.

4.3.6 Lingkungan

1. Fisik
a) Lokasi Puskesmas
Lokasi puskemas mudah dijangkau oleh masyarakat di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Cikampek, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang.
b) Transportasi
Tersedia sarana transportasi umum yang relatif murah seperti ojek dan
mobil angkutan umum.
Jalur jalan raya yang rata dan tidak sukar dilalui oleh prasarana
trasportasi darat.
Di Puskesmas terdapat sebuah ambulans yang siap pakai.
c) Fasilitas kesehatan
Kurang adanya kerjasama yang baik antara Puskesmas dengan fasilitas
kesehatan yang lain seperti rumah sakit swasta dan klinik swasta, terutama
dalam pencatatan dan pelaporan cakupan vitamin A pada ibu nifas.

2. Non Fisik
a) Pendidikan : mayoritas berpendidikan cukup (tamat SMA) sebanyak
57,19%. Namun, terdapat banyak ibu ibu dan masyarakat yang masih
memiliki kurang pengetahuan mengenai pentingnya ASI eksklusif dan vitamin
A pada bayi.
b) Sosial ekonomi : mayoritas bekerja sebagai pengrajin industri kecil
sebanyak 16.060 orang (14,68%), rata rata kembali ke rumah saat sore hari.
Tingginya mobilisasi penduduk dan tempat tinggal yang berpindah pindah
cukup menyulitkan pencapaian program.

19
Bab V
Pembahasan

Variabel Keluaran Tolok Pencapaian Masalah


Ukur
1. Cakupan D/S 85% 56,46 % 33,58%

2. Cakupan pemberian vitamin A pada bayi 100% 97,90% 2,10%


(6-11 bulan)
3. Cakupan pemberian vitamin A pada ibu 100% 75,48% 24,52%
nifas
4. Cakupan pemberian ASI eksklusif 90% 16,72% 81,42%

Variabel Masukan Tolok Ukur Pencapaian Masalah


1. Masukan
Dana Ada dan mencukupi Ada namun +
tidak mencukupi
untuk baduta gakin

Variabel Proses Tolok Ukur Pencapaian Masalah


1. Pelaksanaan Ada Tidak terlaksana +
dengan baik, yaitu
kunjungan rumah
oleh kader kurang
maksimal

20
Variabel Lingkungan Tolok Ukur Pencapaian Pengaruh
1. Fisik
Fasilitas kesehatan lain Adanya kerjasama Masih +
yang baik antara kurangnya
fasilitas kesehatan kerjasama antara
lain dengan fasilitas
puskesmas kesehatan lain
dengan
puskesmas
terutama dalam
hal pencatatan
dan pelaporan
2. Non Fisik
a. Pendidikan - Kurang +
b. Sosial Ekonomi - Tingginya +
mobilisasi dan
tuntutan
pekerjaan
menyulitkan
pencapaian
program

Variabel Umpan Balik Tolok Ukur Pencapaian Masalah


1. Pencatatan dan pelaporan Ada dan lengkap Ada namun tidak +
yang lengkap dan sesuai lengkap tepat
dengan waktu yang waktu
ditentukan.

Keterangan: Data tabel pembahasan secara lengkap terlampir pada Lampiran V

21
Bab VI
Perumusan Masalah

Masalah sebenarnya :
6.1 Masalah menurut keluaran :
A. Cakupan penimbangan balita adalah 56,46% dari tolok ukur 85%. Besar masalah
33,58%.
B. Cakupan pemberian vitamin A pada bayi (6-11 bulan) adalah 97,90% dari tolok ukur
100%. Besar masalah 2,10%.
C. Cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas adalah 75,48% dari tolok ukur 100%.
Besar masalah 24,52%.
D. Cakupan pemberian ASI eksklusif adalah 16,72% dari tolok ukur 90%. Besar masalah
81,42%.

Penyebab masalah pada keluaran :


6.2 Masalah menurut proses :
Pelaksanaaan:
Tidak terlaksana dengan baik yaitu kunjungan rumah oleh kader kurang maksimal.
6.3 Pengaruh lingkungan terhadap sistem:
Fasilitas kesehatan lain:
Masih kurangnya kerjasama antara fasilitas kesehatan lain dengan puskesmas
terutama dalam hal pencatatan dan pelaporan.
Pendidikan:
Kurangnya pengetahuan ibu dan masyarakat akan pentingnya ASI eksklusif dan
vitamin A pada bayi.
Sosial ekonomi:
Banyak waktu yang harus dipakai untuk bekerja dan banyak penduduk yang tidak
hanya tinggal di karawang, namun berpindah ke tempat lain sehingga sasaran tidak
ditemukan saat program dilaksanakan.
6.4 Masalah menurut umpan balik:
Pencatatan dan pelaporan yang tidak lengkap tepat waktu setiap bulannya sehingga
umpan balik tidak dapat cepat untuk memperbaiki program.

22
Bab VII
Prioritas Masalah

Masalah sebenarnya berdasarkan keluaran:


A. Cakupan penimbangan balita adalah 56,46% dari tolok ukur 85%. Besar masalah 33,58%.
B. Cakupan pemberian vitamin A pada bayi (6-11 bulan) adalah 97,90% dari tolok ukur
100%. Besar masalah 2,10%.
C. Cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas adalah 75,48% dari tolok ukur 100%. Besar
masalah 24,52%.
D. Cakupan pemberian ASI eksklusif adalah 16,72% dari tolok ukur 90%. Besar masalah
81,42%.

Dengan menggunakan parameter seperti berikut:


No. Parameter A B C D
1 Besarnya masalah 2 1 2 5
2 Berat ringan akibat yang 2 4 2 3
ditimbulkan
3 Keuntungan sosial karena 2 4 2 3
terselesaikannya masalah
4 Teknologi yang tersedia 4 4 4 4
dan dapat dipakai
5 Sumber daya yang 5 5 5 5
tersedia untuk
menyelesaikan masalah
Total 15 18 15 20

Keterangan derajat masalah:


5 : Sangat Tinggi
4 : Tinggi
3 : Cukup
2 : Rendah
1 : Sangat Rendah

23
Yang menjadi prioritas masalah adalah:
A. Cakupan pemberian vitamin A pada bayi (6-11 bulan) adalah 97,90% dari tolok ukur
100%. Besar masalah 2,10%.
B. Cakupan pemberian ASI eksklusif adalah 16,72% dari tolok ukur 90%. Besar masalah
81,42%.

24
Bab VIII
Penyelesaian Masalah

A. Cakupan pemberian vitamin A pada bayi (6-11 bulan) adalah 97,90% dari tolok ukur
100%. Besar masalah 2,10%.
Penyebab masalah:
Kurangnya pengetahuan ibu mengenai pentingnya vitamin A untuk bayi.
Kurang maksimalnya kunjungan rumah oleh kader pada bayi yang belum
mendapatkan vitamin A pada bulan vitamin A tersebut.
Ketidakberadaan ibu dan bayi pada saat diadakannya posyandu dan kunjungan pada
bulan tersebut.
Kurang cepatnya umpan balik untuk perbaikan program.
Penyelesaian masalah:
Memberikan penyuluhan kepada ibu akan pentingnya vitamin A bagi bayi untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat mengikuti posyandu.
Meningkatkan kedisiplinan dan ketekunan kader dalam melakukan kunjungan rumah
bagi ibu yang tidak membawa bayinya (6-11 bulan) untuk mendapatkan vitamin A di
posyandu lalu dicatat dan dilaporkan dengan baik. Meningkatkan kerjasama dengan
bidan desa yang mengatur hubungan dengan kader desa tersebut, dengan
meningkatkan insentif atau pemberian reward untuk kerja yang baik.
Menyesuaikan hari posyandu dengan hari hari tertentu, misalnya hari ibadah, hari
pasar, menyesuaikan dengan jam kerja masyarakat dan diinformasikan dengan baik
kepada masyarakat dengan bantuan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan lainnya
sehingga saat kunjunganpun keberadaan ibu dan bayi dapat lebih dipastikan.
Meningkatkan kedisiplinan petugas puskesmas dengan motivasi dan punishment.

B. Cakupan pemberian ASI eksklusif adalah 16,72% dari tolok ukur 90%. Besar masalah
81,42%.
Penyebab masalah:
Kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya ASI eksklusif untuk bayi.
Kurangnya waktu dan tingginya stress bagi ibu untuk memberikan ASI eksklusif
karena tuntutan pekerjaan.

25
Kurang maksimalnya kunjungan rumah oleh kader ke rumah ibu yang tidak datang ke
posyandu.
Ketidakberadaan ibu dan bayi pada saat diadakannya posyandu dan kunjungan pada
bulan tersebut.
Kurang cepatnya umpan balik untuk perbaikan program.
Penyelesaian masalah:
Diadakan lebih banyak penyuluhan bagi ibu hamil, ibu menyusui, keluarga, dan
bahkan seluruh masyarakat mengenai berbagai cara pemberian ASI eksklusif dalam
berbagai kondisi dan pentingnya ASI eksklusif.
Meningkatkan kedisiplinan dan ketekunan kader dalam melakukan kunjungan rumah
bagi ibu yang tidak datang ke posyandu, sehingga tidak diketahui data kohort ASI
eksklusif. Meningkatkan kerjasama dengan bidan desa yang mengatur hubungan
dengan kader desa tersebut, dengan meningkatkan insentif atau pemberian reward
untuk kerja yang baik.
Menyesuaikan hari posyandu dengan hari hari tertentu, misalnya hari ibadah, hari
pasar, menyesuaikan dengan jam kerja masyarakat dan diinformasikan dengan baik
kepada masyarakat dengan bantuan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan lainnya
sehingga saat kunjunganpun keberadaan ibu dan bayi dapat lebih dipastikan.
Meningkatkan kedisiplinan petugas puskesmas dengan motivasi dan punishment.

26
Bab IX
Kesimpulan dan Saran

9.1 Kesimpulan

Dari hasil evaluasi dengan cara pendekatan sistem, dapat diambil kesimpulan bahwa
program perbaikan gizi di UPTD Puskesmas Cikampek ini sudah berjalan dengan cukup baik,
namun beberapa program masih harus ditingkatkan lagi kualitas pelayanannya, melihat
adanya berbagai cakupan yang belum mencapai target, antara lain:
A. Cakupan penimbangan balita adalah 56,46% dari tolok ukur 85%. Besar masalah 33,58%.
B. Cakupan pemberian vitamin A pada bayi (6-11 bulan) adalah 97,90% dari tolok ukur
100%. Besar masalah 2,10%.
C. Cakupan pemberian vitamin A pada anak balita (12-59 bulan) adalah 96,90% dari tolok
ukur 90%. Maka tidak ada masalah.
D. Cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas adalah 75,48% dari tolok ukur 100%. Besar
masalah 24,52%.
E. Cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil dibagi Fe I dan Fe III. Cakupan Fe I pada
bumil adalah 99,37% dari tolok ukur 90%. Maka tidak ada masalah. Cakupan Fe III pada
bumil adalah 90,82% dari tolok ukur 90%. Maka tidak ada masalah.
F. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada baduta gakin adalah 0%
dari tolok ukur 100%. Besar masalah 100%.
G. Cakupan perawatan balita dengan gizi buruk adalah 100% dari tolok ukur 100%. Maka
tidak ada masalah.
H. Cakupan pemberian ASI eksklusif adalah 16,72% dari tolok ukur 90%. Besar masalah
81,42%.

Dari hasil evaluasi tersebut, diprioritas dua masalah yaitu:


A. Cakupan pemberian vitamin A pada bayi (6-11 bulan) adalah 97,90% dari tolok ukur
100%. Besar masalah 2,10%.
B. Cakupan pemberian ASI eksklusif adalah 16,72% dari tolok ukur 90%. Besar masalah
81,42%.

27
9.2 Saran

Saran yang diusulkan kepada UPTD Puskesmas Cikampek untuk penyelesaian masalah
adalah:
Memberikan penyuluhan kepada ibu akan pentingnya vitamin A bagi bayi untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat mengikuti posyandu.
Diadakan lebih banyak penyuluhan bagi ibu hamil, ibu menyusui, keluarga, dan
bahkan seluruh masyarakat mengenai berbagai cara pemberian ASI eksklusif dalam
berbagai kondisi dan pentingnya ASI eksklusif.
Meningkatkan kedisiplinan dan ketekunan kader dalam melakukan kunjungan rumah
bagi ibu yang tidak membawa bayinya (6-11 bulan) untuk mendapatkan vitamin A di
posyandu lalu dicatat dan dilaporkan dengan baik. Meningkatkan kerjasama dengan
bidan desa yang mengatur hubungan dengan kader desa tersebut, dengan
meningkatkan insentif atau pemberian reward untuk kerja yang baik.
Menyesuaikan hari posyandu dengan hari hari tertentu, misalnya hari ibadah, hari
pasar, menyesuaikan dengan jam kerja masyarakat dan diinformasikan dengan baik
kepada masyarakat dengan bantuan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan lainnya
sehingga saat kunjunganpun keberadaan ibu dan bayi dapat lebih dipastikan.
Meningkatkan kedisiplinan petugas puskesmas dengan motivasi dan punishment.
Melakukan demo masak dan pemberian MP-ASI dengan swadaya masyarakat serta
pemanfaatan pekarangan untuk pelaksanaan MP-ASI baduta gakin.

Dengan dilaksanakannya saran yang telah diberikan, diharapkan masalah yang ada
pada program gizi di UPTD Puskesmas Cikampek akan terselesaikan.

28
Daftar Pustaka

1. WHO. Global database on child growth and malnutrition. 16 Agustus 2014. Diunduh dari
http://www.who.int/nutgrowthdb/database/countries/idn/en. 28 Agustus 2015.
2. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Pedoman usaha perbaikan gizi keluarga. Volume
40. Edisi I. Jakarta: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta; 2007.
3. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Buku kader posyandu: dalam usaha perbaikan
gizi keluarga. Edisi XX. Jakarta: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta; 2007.
4. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaran Perbaikan Gizi Masyarakat
2004. Diunduh dari http://www.depkes.go.id/gizi masyarakat/0713. 28 Agustus 2015.
5. Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Ibu Hamil di Indonesia. Diunduh dari
http://www.kompas-cetak/0705/05/Fokus/3504261. 28 Agustus 2015.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Pemberian ASI eksklusif 2012.
Diunduh dari http/depkes.go.id/ASI eksklusif/243. 28 Agustus 2015.
7. Pengendalian Diare di Indonesia tahun 2012. Diunduh dari http/depkes.go.id/diare/0208.
28 Agustus 2015.
8. Susanto DH. Pedoman evaluasi program. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
dan Kedokteran UKRIDA; 2011.

29

Anda mungkin juga menyukai