Anda di halaman 1dari 50

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia adalah proses menjadi lebih tua dengan umur mencapai 45 tahun
ke atas. Pada lansia akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial. Salah
satu contoh kemunduran fisik pada lansia adalah rentannya lansia terhadap
penyakit, khususnya penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif yang umum di
derita lansia salah satunya adalah hipertensi (Nugroho, 2006).
Pada umumnya pola penyakit utama pada lanjut usia didominasi oleh
penyakit-penyakit yang tergolong degenerative. Meskipun tidak semua lanjut usia
mengalami gangguan kesehatan namun para lanjut usia menunjukkan
kecenderungan prevalensi yang mencolok dalam kaitannya dengan
gangguangangguan yang bersifat kronis, seperti arthritis, hipertensi, gangguan
pendengaran, kelainan jantung, sinusitis kronik, penurunan visus, dan gangguan
pada tulang (Tamher & Noorkasiani, 2009).
Hipertensi merupakan penyakit yang kedua yang banyak diderita oleh
usia lanjut setelah artritis (Brunner & Sudarth, 2002). Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Framingham yang dikutip dari Sannet (2007) menyatakan bahwa
setelah usia pertengahan dan lansia, 90% populasi mengalami hipertensi dalam
sisa hidupnya dan 60% adalah hipertensi sistolik terisolasi. Hipertensi sistolik
terisolasi, yaitu terjadi peningkatan tekanan darah sistolik tanpa diikuti oleh
peningkatan tekanan darah diastolik. Umumnya tekanan sistolik akan meningkat
sejalan dengan bertambahnya usia dan begitu juga dengan tekanan darah diastolik
akan meningkat sampai usia 55 tahun, dan kemudian akan menurun.sejalan dengan
pengerasan (kekakuan) dinding pembuluh darah arteri yang semakin meningkat
(Andra, 2001).
2

Hipertensi sering disebut sebagai masalah utama dalam kesehatan


masyarakat, yang pada umumnya dialami oleh lansia. Penyakit ini sering tidak
menampakkan gejala. Begitu penyakit ini di derita, tekanan darah pasien harus
dipantau dengan teratur. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi tekanan darah
yang meningkat dan timbul gejala yang berlanjut pada organ tubuh seperti stroke,
penyakit jantung koroner (Armilawaty, 2007).
Penderita penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi di negara maju
merupakan kesehatan yang cukup dominan. Namun di Indonesia ancaman
penyakit ini tidak boleh diabaikan begitu saja, karena kebiasaan pola makan yang
tidak sehat telah dilakukan oleh masyarakat perkotaan seperti mengkonsumsi
makanan cepat saji, alkohol dan merokok (Darlimartha dkk, 2008). Akibatnya,
sejak sepuluh tahun terakhir penyakit hipertensi banyak menyerang masyarakat,
terutama yang berusia di atas 40 tahun, bahkan ada yang telah terserang pada usia
mulai sekitar 30 tahun.
Penyakit hipertensi juga disebut sebagai the silent desease karena tidak
terdapat tanda tanda atau gejala ynag dapat dilihat dari luar. Perkembangan
hipertensi berjalan secara perlahan, tetapi secara potensial sangat berbahaya
(Iskandar, 2008). Di seluruh dunia hampir 1 miliar orang atau sekitar seperempat
dari seluruh populasi orang dewasa menyandang hipertensi. Jumlah ini cenderung
meningkat di Inggris (UK), penyakit ini diperkirakan mengenai lebih 16 juta
orang. Di Inggris (England), 34% pria dan 30% wanita menyandang hipertensi (di
atas 140/90 mmHg) atau sedang mendapat pengobatan hipertensi. Pada populasi
lansia, angka penyandang hipertensi lebih banyak lagi dialami oleh lebih dari
separuh populasi orang berusia dia atas 60 tahun. Pada tahun 2025 penyandang
hipertensi akan mencapai hampir 1,6 miliar orang (Anna & Bryan, 2007).
Di Amerika, penyakit hipertensi diperkirakan diderita oleh 20% atau satu
di antara lima orang penduduknya. Sampai usia 55 tahun, laki-laki lebih banyak
menderita hipertensi daripada wanita. Namun, di atas usia 55 tahun, wanita lebih
berpeluang menderita hipertensi (Suyatmo, 2009).
3

Prevalensi hipertensi untuk Indonesia sebesar 14% dengan angka


prevalensi untuk Sumatera 13,9% , Jawa-Bali 14% , dan kawasan Indonesia Timur
13,9%. Diperkirakan pada tahun 2025 akan terjadi kenaikan kasus hipertensi
sebesar 80% terutama di Negara berkembang (Armilawaty, Amelia, Amirudin,
2008). Sedangkan untuk Sumatera barat sendiri 85 % penderita hipertensi adalah
lansia (DinKes Sumbar, 2008).
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, kejadian prevalensi
hipertensi di Indonesia telah mencapai 31,7% dari total penduduk dewasa.
Hipertensi menjadi penyakit penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan
tuberculosis di Indonesia (Syamsudin, 2011).
Dari studi yang telah dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih
Sayang Ibu Batu Sangkar, Pada tanggal 22 Februari 2017 setelah wawancara
dengan salah seorang petugas kesehatan di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih
Sayang Ibu Batu Sangkar, mengatakan saat ini jumlah lanjut usia 70 orang, dari
hasil frekuensi penyakit yang banyak diderita lansia,bronchitis 38,5%, Rematik
97,1%, hipertensi 20%, gastritis 17,1%, Demam 10%, Ispa 5,7%, kulit 8,57%,
Katarak 4,82%, DM 1,42%, Asma 14,2% (PSTW Batu Sangkar Desember, 2015).
Berdasarkan survey yang terjadi diatas dan banyaknya penderita hipertensi
pada lansia kelompok tertarik untuk oleh karena itu kelompok tertarik untuk
mengangkat kasus hipertensi sebagai bahan seminar.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menyelesaikan tugas seminar yang diberikan dan untuk melaksanakan
asuhan keperawatan langsung kepada pasien tentang konsep dasar penyakit
dan asuhan keperawatan pada Lansia dengan Hipertensi.
4

2. Tujuan Khusus
Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses
asuhan keperawatan serta mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan
asuhan keperawatan kelompok diharapkan mampu :
a. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan Hipertensi.
b. Menjelaskan pengkajian pada klien dengan Hipertensi.
c. Menjelaskan diagnosa pada klien dengan Hipertensi.
d. Menjelaskan intervensi pada klien dengan Hipertensi.
e. Menjelaskan implementasi pada klien dengan Hipertensi.
f. Menjelaskan evaluasi pada klien dengan Hipertensi.
g. Menjelaskan analisis kasus pada klien dengan Hipertensi.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada
Pasien sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis didalam
melaksanakan tugas seminar.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan
keperawatan.
3. Bagi Klien
Agar klien mengetahui dan memahami mengenai pemyakit maupun
pencegahan dan perawatan dirumah.
4. Bagi lahan Praktek
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan
untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu
menjaga mutu pelayanan
5

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Definisi Lansia
Lanjut usia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang (Azizah,
2010:1). Menjadi tua (aging) yaitu proses perubahan biologis secara terus
menerus yang dialami manusia pada semua tingkatan umur dan waktu,
sedangkan usia lanjut (old age) merupakan istilah untuk tahap akhir dari
proses penuaan tersebut (Suardiman: 2011).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan
ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).
Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lanjut usia (lansia)
dimulai pada abad ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun merupakan batas
minimal untuk kategori lansia. Namun, banyak lansia yang masih
menganggap dirinya berada pada masa usia pertengahan. Usia kronologis
biasanya tidak memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan penuaan lansia.
Setiap orang menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan
riwayat hidupnya. Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus
memberikan pendekatan yang berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya
(Potter & Perry, 2009).
6

2. Batasan Umur Lanjut Usia


Batasan usia lanjut didasarkan atas Undang-Undang No.13 Tahun
1998 adalah 60 tahun. Namun, berdasarkan pendapat beberapa ahli dalam
program kesehatan Usia Lanjut, Departemen Kesehatan membuat
pengelompokan seperti di bawah ini (Notoadmodjo, 2007):
1. Kelompok Pertengahan Umur Kelompok usia dalam masa verilitas,
yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik
dan kematangan jiwa (45-54 tahun).
2. Kelompok Usia Lanjut Dini Kelompok dalam masa prasenium, yaitu
kelompok yang mulai memasuki usia lanjut (55-64 tahun)
3. Kelompok Usia Lanjut Kelompok dalam masa senium (65 tahun ke
atas)
4. Kelompok Usia Lanjut dengan Resiko Tinggi Kelompok yang berusia
lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri,
terpencil, menderita penyakit berat atau cacat.
Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia
meliputi (Notoadmodjo, 2007):
1. Usia pertengahan adalah kelompok usia 45-59 tahun
2. Usia lanjut adalah kelompok usia antara 60-70 tahun
3. Usia lanjut tua adalah kelompok usia antara 75-90 tahun d. Usia
sangat tua adalah kelompok usia di atas 90 tahun

3. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan
Depkes RI (2003) dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri dari : pralansia
(prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi ialah
seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial ialah lansia yang masih
7

mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan


barang/jasa, lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari
nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
4. Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: berusia lebih dari 60
tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan),
kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif, lingkungan tempat tinggal bervariasi (Maryam dkk,
2008).
5. Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho
2000 dalam Maryam dkk, 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut.
- Tipe arif bijaksana. Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan
diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan.
- Tipe mandiri. Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi
undangan.
- Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga
menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,
pengkritik dan banyak menuntut.
- Tipe pasrah. Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan
agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
- Tipe bingung. Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh. Tipe lain dari lansia adalah
tipe optimis, tipe konstruktif, tipe independen (ketergantungan), tipe
8

defensife (bertahan), tipe militan dan serius, tipe pemarah/frustasi


(kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa
(benci pada diri sendiri).
6. Proses Penuaan
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai
usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena
yang kompleks multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan
berkembang sampai pada keseluruhan sistem. (Stanley, 2006).
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan
yang maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya
jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan
mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan
proses penuaan (Maryam dkk, 2008).
Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis
yang tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan (gradual) kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti serta mempertahankan
struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap cedera, termasuk
adanya infeksi. Proses penuaan sudah mulai berlangsung sejak seseorang
mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot,
susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batasan yang tegas, pada usia berapa kondisi kesehatan
seseorang mulai menurun. Setiap orang memiliki fungsi fisiologis alat tubuh
yang sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi tersebut
maupun saat menurunnya. Umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai
puncaknya pada usia 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh
akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun
sedikit demi sedikit sesuai dengan bertambahnya usia (Mubarak, 2009).
9

Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik


secara biologis, mental, maupun ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang,
maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat
mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya (Tamher, 2009). Oleh
karena itu, perlu perlu membantu individu lansia untuk menjaga harkat dan
otonomi maksimal meskipun dalam keadaan kehilangan fisik, sosial dan
psikologis (Smeltzer, 2001).
Teori-Teori Proses Penuaan
Menurut Maryam, dkk (2008) ada beberapa teori yang berkaitan
dengan proses penuaan, yaitu : teori biologi, teori psikologi, teori sosial, dan
teori spiritual.
1. Teori biologis Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi,
immunology slow theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai
silang.
- Teori genetik dan mutasi. Menurut teori genetik dan mutasi, semua
terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua
terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi.
- Immunology slow theory. Menurut immunology slow theory, sistem
imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
- Teori stres. Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat
hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha, dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
- Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas,
tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
10

oksidasi oksigen bahanbahan organik seperti karbohidrat dan


protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan
regenerasi.
- Teori rantai silang. Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa
reaksi kimia sel-sel yang tua menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastisitas kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
2. Teori psikologi
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya
penurunan dan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan
kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit
untuk dipahami dan berinteraksi.Persepsi merupakan kemampuan
interpretasi pada lingkungan. Dengan adanya penurunan fungsi sistem
sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima,
memproses, dan merespons stimulus sehingga terkadang akan muncul
aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada.
3. Teori sosial Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses
penuaan, yaitu teori interaksi sosial (social exchange theory), teori
penarikan diri (disengagement theory), teori aktivitas (activity theory),
teori kesinambungan (continuity theory), teori perkembangan
(development theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification
theory).
- Teori interaksi sosial. Teori ini mencoba menjelaskan mengapa
lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal
yang dihargai masyarakat. Pada lansia, kekuasaan dan prestasinya
berkurang sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga
berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka
untuk mengikuti perintah.
11

- Teori penarikan diri. Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan yang


diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan
seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di
sekitarnya.
- Teori aktivitas. Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses
bergantung bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam
melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih
penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan.
- Teori kesinambungan. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup
seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat
ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku,
dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun ia telah
menjadi lansia.
- Teori perkembangan. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana
proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana
jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat
bernilai positif ataupun negatif. Akan tetapi, teori ini tidak
menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan atau
yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.
- Teori stratifikasi usia. Keunggulan teori stratifikasi usia adalah
bahwa pendekatan yang dilakukan bersifat deterministik dan dapat
dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia secara kelompok dan
bersifat makro. Setiap kelompok dapat ditinjau dari sudut pandang
demografi dan keterkaitannya dengan kelompok usia lainnya.
Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk
menilai lansia secara perorangan, mengingat bahwa stratifikasi
sangat kompleks dan dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas
dan kelompok etnik.
12

4. Teori spiritual Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada


pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu
tentang arti kehidupan.
7. Tugas Perkembangan Lansia
Lansia harus menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang terjadi
seiring penuaan. Waktu dan durasi perubahan ini bervariasi pada tiap
individu, namun seiring penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan
fungsi tubuh akan terjadi. Perubahan ini tidak dihubungkan dengan penyakit
dan merupakan perubahan normal. Adanya penyakit terkadang mengubah
waktu timbulnya perubahan atau dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.
Adapun tugas perkembangan pada lansia dalam adalah : beradaptasi terhadap
penurunan kesehatan dan kekuatan fisik, beradaptasi terhadap masa pensiun
dan penurunan pendapatan, beradaptasi terhadap kematian pasangan,
menerima diri sebagai individu yang menua, mempertahankan kehidupan
yang memuaskan, menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah
dewasa, menemukan cara mempertahankan kualitas hidup (Potter & Perry,
2009).

8. Hipertensi Pada Lanjut Usia


Pengertian Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah
diastolik dan sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan
darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50
tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring
bertambahnya usia (Stockslager , 2008).
Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan
peningkatan sistolik dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan hipertensi
sistolik pada usia diatas 65 tahun. Tekanan diastolik meningkat usia sebelum
60 tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun tekanan sistolik meningkat
dengan bertambahnya usia (Temu Ilmiah Geriatri Semarang, 2008).
13

Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan menjadi
faktor utama payah jantung dan penyakit koroner. Lebih dari separuh
kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan
serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas: a. Hipertensi pada
tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan
sistolik sama atau lebih 90 mmHg.
Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (Nugroho,2008).
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa hipertensi lanjut usia dipengaruhi oleh
faktor usia. 2. Pembagian Hipertensi Hipertensi diklasifikasikan 2 tipe
penyebab : a. Hipertensi esensial (primer atau idiopatik) Penyebab pasti masih
belum diketahui. Riwayat keluarga obesitas diit tinggi natrium lemak jenuh
dan penuaan adalah faktor pendukung. b. Hipertensi sekunder akibat penyakit
ginjal atau penyebab yang terindentifikasi lainya ( Stockslager , 2008).

Tabel 1
Pengelompokan Tekanan Darah dan Hipertensi Berdasarkan Pedoman Joint National
Committee 7
14

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia


Menurut Darmojo (2006), faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut
usia adalah :
1. Penurunanya kadar renin karena menurunya jumlah nefron akibat proses
menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi
glomerelo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus
2. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Dengan bertambahnya
usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium.
3. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan
meningkatakan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan
hipertensi sistolik.
4. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi
endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan subtansi
kimiawi lain yang kemudian meyebabkan resorbi natrium di tubulus
ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan
lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah. Dengan perubahan
fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi lain meliputi diabetes
ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor gaya hidup seperti obesitas
asupan garam yang tinggi alkohol yang berlebihan (Stockslager, 2008)
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi
hipertensi yang dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:
Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
1. Jenis kelamin Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan
wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler
sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause
dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan
kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang
tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
15

penjelasan a danya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada


premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon
estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya
mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian
didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis
kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini , 2009). Hipertensi lebih
banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi
lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan
perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).
2. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi
orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi
dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus
ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal
dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus
benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak
terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia
diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon
sesudah menopause. Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa
kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari
keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan
akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri
ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya
penyesuaian diri.
16

3. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%
kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga
(Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi (Marliani, 2007).
Faktor resiko yang dapat dikontrol:
1. Obesitas
Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori
mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya
aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat
memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia dapat memicu
timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh
darah, hipertensi (Rohendi, 2008). Indeks masa tubuh (IMT)
berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan
darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang
obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat
badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-
30% memiliki berat badan lebih.
2. Kurang olahraga Olahraga banyak dihubungkan dengan
pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan
teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga
17

menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang


lebih berat karena adanya kondisi tertentu Kurangnya aktivitas
fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya
risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif
cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung
mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin
keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula
kekuaan yang mendesak arteri (Rohaendi, 2008).
3. Kebiasaan Merokok Merokok menyebabkan peninggian tekanan
darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan
insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri
renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort
prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and
Womens Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang
awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok,
36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14
batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15
batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8
tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi
terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih
dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).
4. Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi
risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan
adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6
gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler
18

meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke


luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada
timbulnya hipertensi. (Hans Petter, 2008).
5. Minum alkohol Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol
dapat merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh
darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu
faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).
6. Minum kopi Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu
cangkir kopi mengandung 75 200 mg kafein, di mana dalam satu
cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10
mmHg.
7. Stres Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui
aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan
darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian
di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi,
2003). Menurut Anggraini (2009) mengatakan stres akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres
ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi,
dan karakteristik personal
10. Patofisiologi Hipertensi Lanjut Usia
Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan
peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan meregang
19

pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat sangat tinggi dengan penambahan
volume intravaskuler yang sedikit menunjukan kekakuan pembuluh darah
pada lanjut usia. Secara hemodinamik hipertensi sistolik ditandai penurunan
kelenturan pembuluh arteri besar resistensi perifer yang tinggi pengisian
diastolik abnormal dan bertambah masa ventrikel kiri.
Penurunan volume darah dan output jantung disertai kekakuan arteri
besar menyebabkan penurunan tekanan diastolik. Lanjut usia dengan
hipertensi sistolik dan diastolik output jantung, volume intravaskuler, aliran
darah keginjal aktivitas plasma renin yang lebih rendah dan resistensi perifer.
Perubahan aktivitas sistem syaraf simpatik dengan bertambahnya
norepinephrin menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor beta
adrenergik pada sehingga berakibat penurunan fungsi relaksasi otot pembuluh
darah (Temu Ilmiah Geriatri , 2008).
Lanjut usia mengalami kerusakan struktural dan fungsional pada arteri
besar yang membawa darah dari jantung menyebabkan semakin parahnya
pengerasan pembuluh darah dan tingginya tekanan darah.

11. Penatalaksanaan
Menurut : Darmojo (2008), Pemakain obat pada lanjut usia perlu dipikirkan
kemungkinan adanya :
- Gangguan absorsbsi dalam alat pencernaan
- Interaksi obat
- Efek samping obat.
- Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya
melalui ginjal.
Pengobatan hipertensi menurut : Kowalski (2010) tiga hal evaluasi
menyeluruh terhadap kondisi penderita adalah :
- Pola hidup dan indentifikasi ada tidaknya faktor resiko
kardiovaskuler
20

- Penyebab langsung hipertensi sekunder atau primer


- Organ yang rusak karena hipertensi. Melaksanakan terapi anti
hipertensi perlu penetapan jadwal rutin harian minum obat,
hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan stroke dan
serangan jantung. Mencatat obat-obatan yang diminum dan
keefektifan mendiskusikan informasi ini untuk tindak lanjut
(Stoskslager, 2008).
Pengendalian tekanan darah dan efek samping minimal diperlukan
terapi obat-obatan sesuai, disertai perubahan pola hidup. b. Non Farmakologi
Upaya non farmakologi menurut: Darmojo (2006) terdiri atas:
- Berhenti merokok
- Penurunan berat badan yang berlebihan
- Berhenti/mengurangi asupan alkohol
- Mengurangi asupan garam. Upaya non farmakologi menurut: stanley
(2007)
pencegahan primer dari hipertensi esensial terdiri atas:
- Mempertahankan berat badan ideal
- Diet rendah garam
- Pengurangan stres
- Latihan aerobik secara teratur
21

Asuhan Keperawatan Teoritis

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data

individu, kelurga dan kelompok ( Carpenito dan moyet, 2007 )

1. Identitas

a. Identitas klien

Identitas klien meliputi nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis

kelamin, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir,

diagnose medis dan alamat.

b. Identitas keluarga atau orang lain yang penting/ dekat yang dapat

dihubungi

Nama, alamat, no. telephone, dan hubungan dengan klien

2. Keluhan utama

Sering menjadi alas an klien meminta pertolongan kesehatan adalah sakit

kepala, nyeri pada tengkuk, sering buang air kecil, detak jantung berdebar-

debar, sering merasa kelelahan melakukan aktivitas

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan sekarang

Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang

sedang dijabarkan dari keluhan utama yaitu dengan menggunakan

PQRST

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


22

Saat dikaji pasien hipertensi biasanya didapat riwayat penyakit jantung

coroner, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, tingkat stress yang

tinggi dan gaya hidup yang kurang beraktivitas .

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes

mellitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.

4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Kaji tingkat kesadaran (GCS) dan kaji tanda-tanda vital

b. Kepala

Kaji pernah mengalami trauma kepala, adanya hematoma atau riwayat

operasi, apakah adam massa, lesi, kaji warna rambut, karakteristik

rambut, bentuk kepala dan kebersihan kepala

c. Mata

Kaji kesimetrisan mata, apakah ada nyeri tekan, ikhterus/ tidak, pupil

isokor/ unisokor, konjungtiva anemis atau tidak. Penglihatan adanya

kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus( nervus II)

gangguan dalam mengangkat bola mata ( nervus III) gangguan dalam

memutar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan

bola mata kelateral (nervus VI).

d. Hidung
23

Adanya gangguan pada penciuman karena terganggunya pada nervus

olfaktori (nervus I) kaji apakah hidung ada skret/ tidak, simetris/ tidak,

nyeri tekan/ tidak.

e. Mulut

Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus,

adanya kesulitan dalam menelan, kaji adanya kotoran/ tidak, kaji

kebersihan mulut, kaji membrane mukosa lembab atau tidak

f. Dada

Inspeksi : bentuk dada simetris / tidak

Palpasi : adanya massa atau benjolan/ tidak, nyeri tekan atau

Tidak

Perkusi : kaji bunyi jantung

Auskultasi : Napas cepat dan adanya bunyi suara napas tambahan

g. Abdomen

Inspeksi : Bentuk dada simetris/ tidak, apakah ada lesi, asites dll

Palpasi : apakah ada nyeri tekan

Perkusi : apakah adanya nyeri perut

Auskultasi : kaji bagaimana bising usus dan frekuensinya

h. Ektermitas

Pengukuran kekuatan otot menurut ( Arif muttadin, 2008 )

1) Nilai 0 : bila tidak terlihat kontraksi sama sekali


24

2) Nilai 1 : bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan

pada sendi

3) Nilai 2 : bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan

grafitasi

4) Nilai 3 : bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat

melawan tekanan pemeriksaan

5) Nilai 4 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi

kekuatannya berkurang

6) Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan

kekuatan penuh

i. Kulit

Kaji warna kulit, kelembapan kulit, kaji turgor kulit.

5. Riwayat psikososial dan spiritual

Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi

meningkat, interaksi social terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan,

hubungan dengan tentangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan, dan

apakah klien rajin dalam melakukan aktivitas ibadah sehari-hari.

6. Pola kebiasaan sehari- hari

a. Nutrisi

Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan yang

mengandung lemak, makanan apa yang sering dikonsumsi oleh pasien,


25

misalnya : masakan yang mengandung garam, santan, goreng-

gorengan, suka makan hati, limfa, usus, bagaimana nafsu makan klien

b. Minum

Apakah ada ketergantungan mengkomsumsi obat, narkoba, minum

yang mengandung alcohol

c. Eliminasi

Pada pasien hipertensi biasanya didapat data bahwa pasien dengan

pola eliminasi yaitu sering buang air kecil . bagaimana eliminasi BAK

apakah ada kesulitan, warna , bau, berapa jumlahnya. Begitu juga

dengan BAB

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut b/d agen injuri

2. Intoleransi aktifitas fisik b/d ketidakseimbangan suplai darah dan


kebutuhan oksigen

3. Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung


4. Resiko injuri/cedera b/d proses penyakit
26

Intervensi keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
.
1. Nyeri Akut b/d NOC Fluid management
agen injuri Fluid balance - Pertahankan intake
Kriteria Hasil dan output yang
- Rata-rata TD berlebihan
dalam batas - Monitor vital sign
normal - Monitor indikasi
- Tekanan vena kelebihan cairan
sentral dalam - Monitor status
batas normal nutrisi
- Keseimbangan - Kolaborasi
intake dan output pemberian diuretic
- BB stabil - Dorong masukan
- Tidak haus oral
berlebihan
- Urine dalam batas
normal
2. Intoleransi NOC Energy management
aktifitas fisik Activity tolerance - Kaji batas
Kriteria Hasil kemampuan klien
- Tekanan systole - Batasi aktivitas
dalam batas klien
normal - Rencanakan
- Tekanan diastole aktivitas kepada
dalam batas klien secara
normal bertahap
- Langkah berjalan - Gunakan batasan
kuat aktif / pasif untuk
- Mampu berjalan melatih kegiatan
dengan jarak jauh otot
- Beri semangat
kepada klien untuk
melakukan aktivitas
diluar/didalam
tubuh
3. Penurunan curah NOC : NIC :

jantung b/d respon Cardiac Pump Cardiac Care
27

fisiologis otot effectiveness - Evaluasi adanya


jantung Circulation Status nyeri dada (
Vital Sign Status intensitas,lokasi,
Kriteria Hasil : durasi)
- Tanda Vital - Catat adanya
dalam rentang disritmia jantung
normal (Tekanan - Catat adanya tanda
darah, Nadi, dan gejala
respirasi) penurunan cardiac
- Dapat putput
mentoleransi - Monitor status
aktivitas, tidak kardiovaskuler
ada kelelahan - Monitor status
- Tidak ada edema pernafasan yang
paru, perifer, dan menandakan gagal
tidak ada asites jantung
- Tidak ada - Monitor abdomen
penurunan sebagai indicator
kesadaran penurunan perfusi
- Monitor balance
cairan
- Monitor adanya
perubahan tekanan
darah
- Monitor respon
pasien terhadap efek
pengobatan
antiaritmia
28

- Atur periode latihan


dan istirahat untuk
menghindari
kelelahan
- Monitor toleransi
aktivitas pasien
- Monitor adanya
dyspneu, fatigue,
tekipneu dan
ortopneu
- Anjurkan untuk
menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
- Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
- Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah dan
pernapasan
4. Resiko NOC: Environment
injuri/cedera tidak mengalami injuri / management
cedera - Sediakan
Kriteri Hasil: lingkungan yang
- Klien terbebas aman untuk klien
dari cedera - Identifikasi
- Klien mampu kebutuhan
menjelaskan cara keamanan klien
mencegah cedera sesuai dengan
- Klien mampu kondisi fisik, dan
menjelaskan kognitif klien
factor resiko dari dengan riwayat
lingkungan / penyakit terdahulu
perilaku personal. - Hindarkan dari
29

lingkungan yang
berbahaya
- Sediakan tempat
tidur yang aman dan
bersih
- Menempatkan
saklar lampu
ditempat yang
mudah dijangkau
klien
- Berikan penerangan
yang cukup
5. Intoleransi NOC : NIC :
aktivitas Energy conservation
b/d Energy Management
ketidakseimbanga Self Care : ADLs - Observasi adanya
n suplai dan Kriteria Hasil : pembatasan klien
kebutuhan - Berpartisipasi dalam melakukan
oksigen. dalam aktivitas aktivitas
fisik tanpa disertai - Dorong anal untuk
peningkatan mengungkapkan
tekanan darah, perasaan terhadap
nadi dan RR keterbatasan
- Mampu - Kaji adanya factor
melakukan yang menyebabkan
aktivitas sehari kelelahan
hari (ADLs) - Monitor nutrisi dan
secara mandiri sumber energi yang
adekuat
- Monitor pasien akan
adanya kelelahan
fisik dan emosi
secara berlebihan
30

- Monitor respon
kardiovaskuler terh
adap aktivitas
- Monitor pola tidur
dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
- Kolaborasikan
dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalam
merencanakan
progran terapi yang
tepat.
- Monitor respon
fisik, emosi, social
dan spiritual

Implementasi
Setelah dilakukan rencana keperawatan diharapkan dilakukan dalam
tidakan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan
keperawatan harus cukup mendetail dan bersigat khusus agar tujuan tercapai,
dan semua rencana keperawatan dalam terlaksana dengan baik sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan (Hidayat,2006).

Evaluasi
Merupakan kegiatan atau tindakan akhir dari proses keperawatan untuk
mengidentifikasi hal-hal yang diharapkan. Mengawasi sejauh mana masalah
31

klien dapat teratasi atau intervensi harus dilanjutkan atau dihentikan dengan
membandingkan hasil yang didapat dengan kriteria yang telah ditentukan
(Hidayat,2006)
32

BAB III
LAPORAN KASUS

A. Pengkajian
1. Biodata
Nama lengkap : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 83 Tahun
Status pekerjaan : Tidak Bekerja
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD kelas 3
Alamat : Ombilin
Tanggal MRS :-
Tanggal pengkajian : 23 februari 2017
Diagnosa medis : Hipertensi
2. Keluarga atau Orang Lain Yang Terdekat/ yang dapat dihubungi
Nama : Tn. A
Alamat :Danau Maninjau
No. telepon :-
Hubungan dengan klien : Adik Kandung klien
3. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
Pekerjaan saat ini : Tidak Bekerja
Pekerjaan sebelumnya : Pedagang
Sumber pendapatan : Dari PSTW (77.000/bulan)
Kecukupan pendapatan : Klien Mengatakan Uang Bulanan Dari Panti
Cukup Untuk Memenuhi Kebutuhan Sehari
Hari Klien
4. Aktivitas Rekreasi
Hobi :-
Bepergian/ wisata : klien mengatakan ada mengikuti kegiatan
rekreasi yang di adakan oleh panti yaitu satu
33

kali dalam setahun


Keanggotaan organisasi : Tidak ada

5. Riwayat Keluarga

No Nama Keadaan saat ini keterangan


1 Anwar Sehat

b. Riwayat kematian keluarga dalam ( 1 tahun terakhir)


Klien mengatakan tidak ada keluarga yang meninggal dunia dalam satu
tahun terakhir ini
c. Kunjungan Keluarga
Klien mengatakan keluarga ada mengunjunginya apabila ditelfon oleh
pengasuh
B. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi
Frekuensi Makan : 3x/ hari
nafsu makan : klien mengatakan nafsu makan kurang
jenis makanan : makanan biasa (MB)
kebiasaan sebelum makan : tidak ada
makanan yang tidak disukai : klien mengatakan menyukai semua jenis
makanan
alergi terhadap makanan : ada
pantangan makanan : makanan bersantan, makanan jero-jeroan
keluhan : klien mengatakan akhir-akhir ini selera makan
menurun
2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi dan waktu :klien memakai pempers
kebiasaan BAK pada malam hari : ada
keluhan : tidak ada
b. BAB
Frekuensi dan waktu : 1x/3 hari
kebiasaan BAB pada malam hari : tidak ada
keluhan : tidak ada
34

3. Personal Hygiene
Mandi : klien mengatakan mandi 1x/hari, pagi hari
Oral Hygine : klien mengatakan menggosok gigi 1x/hari
Cuci Rambut : klien mengatakan mencuci rambut 1x/2hari
Kuku dan Tangan : klien mengatakan memotong kuku 1x/minggu apabila
kuku kaki/tangan sudah tampak kotor
4. Istirahat dan Tidur
lama dan tidur malam : klien tidur dari jam 21.00-05.00 (8 jam)
Tidur Siang : klien mengatakan tidur siang selama 3 jam
keluhan : tidak ada

5. kebiasaan mengisi waktu luang


olahraga : klien mengatakan tidak ada mengikuti kegiatan senam
di PSTW
Nonton TV : klien mengatakan jarang menonton TV
Berkebun/ memasakan: klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan dipanti

6. Kebiasaan Yang Mempengaruhi Kesehatan


klien mengatakan tidak ada kebiasaan klien yang mempengaruhi
kesehatannya

7. Uraian Kronologis Kegiatan Sehari-Hari

No Jenis kegiatan Lama waktu


1 Shalat tahajjut Tidak ada
2 Shalat subuh Tidak ada
3 Masak untuk sarapan 15 menit
4 Membersihkan halaman rumah Tidak ada
5 Belanja Tidak ada
6 Nonton TV Tidak ada
7 Masak untuk makan siang Tidak ada
8 Shalat zuhur Tidak ada
9 Makan siang 30 menit
10 Tidur siang 3 jam
35

11 Mandi 15 menit
12 Shalat azhar Tidak ada
13 Nonton TV Tidak ada
14 Shalat magrib dan isya Tidak ada
15 Makan malam 15 menit
16 Nonton TV Tidak ada
17 Tidur 8 jam

C. Status kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir
klien mengatakan nyeri pada kepala, klien tampak meringis, skala nyeri 5,
nyeri pada tengkuk, dating tiba-tiba dan biasanya berlangsung lama. Klien
mengatakan saat nyeri datang klien hanya tidur dan berbaring saja, klien
mengatakan badan terasa lemah dan kaki sulit digerakkan
b. Gejala yang dirasakan
klien mengatakan nyeri pada kepala dan tengkuk
c. Timbulnya Keluhan
klien mengatakan nyeri datang tiba-tiba dan berlangsung lama
d. waktu timbulnya keluhan
klien mengatakan nyeri biasanya datang pada sore hari frekuensi nya 1-2
jam
e. Upaya mengatasi
klien mengatakan saat nyeri kepala dan tengkuk datang klien hanya tidur
dan berbaring saja.
2. Riwayat kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah di derita
klien mengatakan penyakit yang pernah diderita Ny. S sebelumnya hanya
flu, batuk atau demam biasa saja dan biasanya Ny. S mengatasinya dengan
membeli obat diwarung saja. Kalau untuk hipertensi nya Ny. S belum ada
mengatasinya dengan pengobatan apapun
b. Riwayat alergi
klien mengatakan dia mempunyai riwayat alergi yaitu terong dan ikan
tongkol
36

c. Riwayat kecelakaan
klien mengatakan pernah terpeleset ketika ingin pergi kekamar mandi dan
kaki klien mengalami luka
d. Riwayat di rawat di rumah sakit
klien mengatakan pernah dirawat dirumah sakit selama 5 hari
e. Riwayat pemakaian obat
klien mengtakan klien hanya minum obat-obatan dari PSTW saja.

3. pengkajian / pemeriksaan fisik


a. Keadaan umum (ttv)
TD : 180/100 mmHg
N : 93x/ menit
RR : 21x/mnt
S : 36,5C
b. BB sehat : 50 kg
BB sekarang : 45 kg
TB : 145 cm
c. Rambut
Inspeksi : bentuk kepala simetris, rambut beruban. Kenersihan cukup
Palpasi : tidak ada benjolan, masa (-). Nyeri tekan (-)
d. mata
inspeksi : simetris ki-ka, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,
palpebra udema, pandangan kabur.
e. Telinga
inspeksi : daun telinga tampak simetris ki-ka, pendengaran agak kurang,
seruman tidak ada.
f. mulut, gigi, bibir
inspeksi : mukosa bibir lembab, jumlah gigi atas dan bawah
tidak lengkap, kebersihan gigi kurang, tidak ada
sariawan, dan gusi bengkak dan berdarah
g. dada
- jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Perkusi : ictus cordis teraba
Palpasi : batas jantung dalam batas normal
37

Auskultasi : bunyi jantung normal (lup dup)


- paru
Inspeksi : perkembangan nafas simetris
Perkusi : fremitus ki-ka
Palpasi : sonor
Auskultasi : vesikuler
h. abdomen
inspeksi : tidak ada pembengkakan
palpasi : tidak ada nyeri tekan, hepar tidak teraba
perkusi : redup
auskultasi : bunyi bising usus normal 3-5x/i
i. kulit
turgor kulit tidak elastis, warna kulit sawo matang, kulit tampak keriput.
j. Ekstremitas atas
Klien mengatakan tangan sebelah kiri kadang sulit digerakkan,
k. Ekstremitas bawah
Klien mengatakan kaki kirinya sulit digerakkan, klien mengatakan kaki
kirinya lemah dan berat, kaki tampak bengkak, dan dijari kaki kiri tampak
ada luka setelah jatuh dan belum sembuh, dan apabila disentuh klien
mengeluhkan nyeri.

D. Hasil Pengkajian Khusus


a. Masalah kesehatan kronis
Klien mengatakan sudah lama menderita penyakit darah tinggi (hipertensi)
klien mengeluh nyeri pada kepala dan tengkuk. Klien mengatakan hanya tahu
penyakitnya dan obatnya secara sekilas dan tidak tahu secara benar dan pasti,
Klien mengatakan tidak tahu apa penyebab penyakitnya tanda dan gejala
penyakitnya serta komplikasi penyakitnya,Klien mengatakan tidak ada orang
yang memberitahukan padanya tentang penyakitnya, Klien tidak dapat
menjawab pertanyaan perawat tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala
tekanan darah tinggi, Klien tampak bingung saat ditanya apa penyebab dari
penyakitnya serta komplikasi dari penyakitnya, Klien menjawab hanya
sepengetahuannnya saja dan tidak secara benar.
38

b. Status Fungsional
Dalam kehidupan sehari klien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari
klien harus dibantu dibuktikan dalam table status fungsional didapatkan skor
0.
c. Status psikologis
Klien sering mengeluh terkait dengan anak-anaknya, dan klien sering
mengeluh dan mengatakan bahwa dia tidak dikasih uang belanja oleh anaknya
apa salah dan apa yang telah klien lakukan sehingga anak klien tidak punya
rasa iba/ kasih sayang pada klien.

d. Dukungan keluarga
Klien mengatakan dikunjungi oleh keluarga apabila pengasuh menelfon
keluarganya. Klien mengatakan pernah menelpon anak klien, tetapi anak klien
tidak mau mengakui klien dan mengatakan tidak kenal dengan klien.

E. Lingkungan Tempat Tinggal


1. Kebersihan dan kerapihan ruangan
Lingkungan sekitar bersih, lantai bersih dan tidak licin, kamar mandi bersih
dan lantainya tidak licin, meja makan tidak berbau, peralatan makan
diletakkan pada rak piring sudang disediakan.
2. Penerangan dan sirkulasi udara
Ruangan cukup terang, klien tidak suka ruangan gelap, terdapat lampu 1
sebagai penerang, klien merasa nyaman dengan penerangan yang ada di
kamarnya. Setiap kamar di wisma delima mempunyai 1 jendela. Pada pagi
hari jendela kamar dan pintu diwisma delima di buka agar udara segar masuk
ke dalam ruangan.
3. Keadaan Kamar mandi dan WC
Bersih, persediaan air lancar, lantai kamar mandi sedikit basah, bersih, dan
tidak berbau.
4. Pembuangan air kotor
Air kotor dibuang keselokan dan saluran selokan lancar.
5. Sumber air minum
Klien mengatakan Air minum disediakan dari dapur, sumber air jernih
(PDAM), tidak berbau.
6. Pembuangan sampah.
39

Sampah dibuang pada tempat sampah yang sudah disediakan, tidak tercium
bau sampah.
7. Sumber pencemaran
Tidak ada sumber pencemaran.
8. Penataan halaman
Halaman di rapikan oleh lansia yang tinggal diwisma delima serta didampingi
oleh pengasuh.
9. Privacy
Privasi kelayan terjaga, pintu kamar tidak ada masalah, pintu kamar mandi
tidak ada masalah
10. Resiko injuri
Klien memiliki resiko cedera, karena kaki klien sakit, dan jalan klien tampak
tidak normal. Klien menggunakan alat bantu jalan.

I. Masalah kesehatan kronis

Keluhan kesehatan /
gejala yang di rasakan Tdk
Jarang
No kelayan dalam waktu 3 Selalu (3) Sering(2) pernah
(1)
bulan terakhir berkaitan (0)
dengan fungsi fungsi
Fungsi penglihatan
1. Penglihatan kabur
A.
2. Mata berair
3. Nyeri pada mata
Fungsi pendengaran
4. Pendengaran
B. berkurang
5. Telinga
berdenging
Fungsi paru (Pernafasan)
6. Batuk lama
C.
disertai keringat
malam
40

7. Sesak nafas
8. Berdahak / sputum
Fungsi Jantung
9. Jantung berdebar-
debar
D.
10. Cepat lelah
11. Nyeri dada

Fungsi pencernaan
12. Mual / muntah
13. Nyeri ulu hati
14. Makan dan minum
E. banyak
15. Perubahan
kebiasaan BAB

(mencret atau
sembelit)
Fungsi pergerakan
16. Nyeri kaki saat
berjalan
17. Nyeri pinggang
F.
atau tulang
belakang
18. Nyeri persendian
atau bengkak
Fungsi persarafan
19. Lumpuh atau
kelemahan pada
kaki dan tangan
G.
20. Kehilangan rasa
21. Gemetar / tremor
22. Nyeri / pegal pada
daerah tengkuk
H. Fungsi saluran perkemihan
41

23. BAK banyak


24. sering BAK pada
malam hari
25. tidak mampu
mengontrol
pengeluaran air
kemih
Jumlah 3 16 7 0
Total 26

Analisis hasil :
Score : 25 : tidak ada masalah kesehatan kronis
Score : 26-50 : masalah kesehatan kronis sedang
Score : 51 : masalah kesehatan kronis berat
Kesimpulan : dari data di atas dapat disimpulkan bahwa klien mengalami
gangguan kesehatan kronis sedang.

II. Fungsi kognitif


No Item pertanyaan Benar Salah
Jam berapa sekarang ?
1. Jawab
: 13.30
Tahunl berapa sekarang?
2. Jawab
: 2017
Kapan Ny. S lahir?
3. Jawab
: 83 tahun yang lalu
Berapa umur Ny.S?
4. Jawab
: 83 tahun
Dimana alamat Ny.S?
5.
Jawab
42

:ombilin
Berapa jumlah anggota keluarga yang
tinggal bersama?
6.
Jawab
: 2 orang
Siapa nama anggota keluarga yang tinggal
bersama Ny. S?
7.
Jawab
: Tn.A
Tahun berapa hari kemerdekaan indonesia?
8. Jawab
: 17 agustus 1945
Siapa nama presiden Republik Indonesia
Sekarang?
9.
Jawab
: Jokowidodo
Coba hitung angka terbalik dari angka 20 ke
1?
10. Jawab:
20,19,18,17,16,15,14,13,12,11,10,9,8,7,6,5,
4,3,2,1

Analisis hasil :
Skor benar : 8-10 : tidak ada gangguan
Skor benar : 0-7 : ada gangguan

Kesimpulan : dari data di atas didapatkan hasil kesalahan tidak ada, dapat
disimpulkan bahwa klien tidak mengalami gangguan intelektual.

III. Status fungsional

Mandiri Tergantung
No Aktivitas
(1) (0 )
43

1. mandi dikamar mandi (menggosok,



membersihkan, dan mengeringkan badan)
2. Menyiapkan pakaian, membuka

pakaian,mengenakannya
3. Memakan makanan yang telah di siapkan
4. Memelihara kebersihan diri untuk
penampilan diri (menyisir rambut, mencuci
rambut, menggosok gigi, mencukur kumis)
5. BAB di WC (membersihkan dan
mengeringkan daerah Bokong)
6. Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja)
7. Buang BAK di kamar mandi
(membersihkan dan mengeringkan daerah
kemaluan)
8. Dapat mengontrol pengeluaran kemih
9. Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau
keluar ruangan tanpa alat bantu, seperti
tongkat
10. Menjalankan ibadah sesuai agama dan
kepercayaan yang dianut
11. Melakukan pekerjaan rumah, seperti:
merapihkan tempat tidur, mencuci pakaian,
memasak, dan membersihkan ruangan.
12. Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau

kebutuhan keluarga.
13. Mengelola keuangan (menyimpan dan

menggunakan uang sendiri)
14. Menggunakan sarana sarana transportasi

umum untuk bepergian.
15. Menyiapkan obat dan minum obat sesuai
dengan aturan (takaran obat dan waktu
minum obat tepat)
44

16. Merencanakan dan mengambil keputusan


untuk kepentingan keluarga dalam hal
penggunaan uang, aktifitas social yang
dilakukan dan kebutuhan akan layanan
kesehatan.
17. Melakukan aktifitas diwaktu luang
(kegiatan keagamaan, social, rekreasi,
olahraga, dan menyalurkan hoby)
JUMLAH POIN MANDIRI
Analisis hasil :
Point : 13-17 : mandiri
Point : 0-12 : ketergantungan
Kesimpulan : dari data di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas klien dalam
kehidupan sehari- hari dibantu oleh pengasuh atau mahasiswa.

IV. Status psikologis

No. Apakah bapak atau ibu dalam 1 minggu terakhir ya Tidak


1. Merasa puas dengan kehidupan yang di jalani
2. Banyak meninggalkan kesenangan dari minat dan
kesenangan dan aktifitas anda
3. Merasa bahwa kehidupan anda hampa
4. Sering merasa bosan
5 Penuh pengharapan akan masa depan
6 Mempunyai semangat yang baik setiap waktu
7 Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat

diungkapkan
8 Merasa bahagia disebagian besar waktu
9 Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda
10 Sering kali merasa tidak berdaya
11 Sering merasa gelisah dan gugup
12 Memilih tinggal dirumah dari pada pergi

melakukan sesuatu yang bermanfaat
45

13 Sering kali merasa khawatir akan masa depan


14 Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan
daya ingat dibanding orang lain
15 Berfikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan

sekarang
16 Sering kali merasa merana
17 Merasa kurang bahagia
18 Sangat khawatir terhadap masa lalu
19 Merasa bahwa hidup ini sangat menggairahkan
20 Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang

baru
21 Merasa dalam keadaan penuh semangat
22 Berfikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan
23 Berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik

daripada anda
24 Sering kali menjadi kesal dengan hal yang sepele
25 Sering kali merasa ingin menangis
26 Merasa sulit untuk berkonsentrasi
27 Menikmati tidur
28 Memilih menghindar dari perkumpulan sosial
29 Mudah mengambil keputusan
30 Mempunyai pikiran yang jernih
JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU 9

Analisa hasil
Nilai 6-15 : depresi ringan sampai sedang
Nilai 16-30 : depresi berat
Nilai 0-5 : normal
Kesimpulan : dari data di atas dapat disimpulkan data bermasalah 9npoint, sehingga
dapat disimpulkan bahwa klien mengalami depresi ringan.
46

Analisa Data
Nama : Ny.S
Wisma : Delima
Diagnosa Medis : Hipertensi
Tanggal Symptom Problem Etiologi
23-2-2017 DS : Nyeri Akut Proses
- Klien mengatakan nyeri perjalanan
pada kepala penyakit
- Klien mengatakan nyeri
pada tengkuk
- Klien mengatakan nyeri Kerusakan
datang tiba-tiba dan vaskuler
biasanya berlangsung pembuluh
lama darah
- Klien mengatakan saat
nyeri datang ia hanya Penyumbatan
tiduran dan berbaring saja pembuluh
- Klien mengatakan nyeri darah
biasanya datang pada sore
hari. Freq nyeri 1-2 jam
DO : Vasikonstrik
- Klien tampak meringis si
- Skala nyeri 5
- Wajah tampak memerah Gangguan
saat menahan nyeri sirkulasi
- TTV
TD : 180/100 mmhg Resistensi
N : 93x/i pembuluh
darah otak
S : 36,5 C
47

P : 21x/i meningkat
23-02-2017 DS : Gangguan Nyeri kepala
- Klien mengatakan nafsu pemenuhan
makan berkurang kebutuhan nutrisi
- Klien mengatakan hanya
menghabiskan porsi Mual dan
makanan muntah
- Klien mengatakan mual
muntah. Freq 2x/hari
DO : intake asupan
- Klien tampak tidak makanan
menghabiskan makanan yang kurang
- Klien tampak tidak
bersemangat untuk makan
- BB sehat : 50 kg
- BB sakit : 45 kg
48

23-02-2017 DS: Intoleransi Gangguan


- Klien mengatakan sulit Aktivitas sirkulasi
pergi kekamar mandi
- Klien mengatakan Pembuluh
aktivitas sehari-hari darah
dibantu oleh petugas sistemik
atau mahasiswa
- Klien mengatakan Vasokontriks
badan terasa lemah i
dan berat
DO: Afterload
- Klien tampak berbaring meningkat
ditempat tidur
- Klien tampak lemah Intoleransi
- Klien tampak tidak bisa aktivitas
melakukan aktivitas
sehari-hari
23-02-2017 DS : Kurang Tidak
- Klien mengatakan hanya pengetahuan mengenal
sumber
tahu penyakitnya dan
informasi
obatnya secara sekilas dan
tidak tahu secara benar
dan pasti
Keterbatasan
- Klien mengatakan tidak
informasi
tahu apa penyebab
penyakitnya tanda dan
gejala penyakitnya serta
komplikasi penyakitnya
49

- Klien mengatakan tidak


ada orang yang
memberitahukan padanya
tentang penyakitnya

DO :
- Klien tidak dapat
menjawab pertanyaan
perawat tentang
pengertian, penyebab,
tanda dan gejala tekanan
darah tinggi.
- Klien tampak bingung
saat ditanya apa penyebab
dari penyakitnya serta
komplikasi dari
penyakitnya
- Klien menjawab hanya
sepengetahuannnya saja
dan tidak secara benar.

Diagnosa Keperawatan
No. Tanggal muncul Diagnosa keperawatan
1. 23 Februari 2017 Nyeri Akut
2. 23 Februari 2017 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
3 23 Februari 2017 Intoleransi aktivitas
4 23 Februari 2017 Kurang pengetahuan
50

Anda mungkin juga menyukai