Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kebijakan sektor pertanian terhadap ketahanan
pangan di Indonesia.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.2.2 Kebijakan Pemasaran
Badan-badan pemasaran yang dibentuk dimaksudkan untuk memberikan jaminan
harga yang minimum yang stabil pada petani. Sehubungan dengan usaha memperkuat
kedudukan pengusaha eksportir lemah telah diambil kebijakan kredit, yaitu dengan
memberikan kredit dengan bunga yang relatif rendah dan menyederhanakan prosedur ekspor
maka kebijakan pemasaran hasil-hasil tanaman perdagangan untuk ekspor maka kebijakan ini
meliputi pula pengaturan distribusi sarana-saran produksi bagi petani pemerintah berusaha
menciptakan persaingan yang sehat diantara para pedagang yang melayani kebutuhan petani
seperti pupuk, peptisida dan lain-lain sehingga petani akan dapat membeli saran-saran
produksi tersebut dengan harga yang tidak terlalu tinggi.
Kebijakan pemasaran merupakan usaha campur tangan pemerintah dalam bekerjanya
kekuatan-kekuatan pasar. Disatu pihak pemerintah dapat mengurangi pengaruh kekuatan-
kekuatan pasar supaya tidak terlalu merugikan para pedagang dan petani, tetapi dipihak lain
persaingan dapat didorong untuk mencapai efisiensi ekonomi yang tinggi. Dalam hal yang
terakhir ini berarti pemerintah memberi arah tertentu di dalam bekerjanya gaya-gaya pasar.
Dalam praktek kebijakan pemasaran dilaksanakan secara bersamaan dengan kebijaksanaan
harga.
3
4. Meningkatkan kesadaran, kemauan, tanggungjawab, rasa kebersamaan, harga diri dan
percaya pada diri penduduk miskin di masyrakat. Dengan ini sumberdaya manusia dan
sumberdaya alam diharapkan akan mencapai suatu pembangunan yang berkesinambungan.
4
pertanian; (2) pertanian primer (on-farm); (3) industri hilir pertanian (pengolahan hasil); dan
(4) jasa-jasa penunjang yang terkait. Mengingat bahwa pelaku utama agribisnis adalah petani
dan pengusaha, dan tanpa adanya insentif pendapatan mereka akan enggan menekuni
agribisnis, maka kata kunci dalam meningkatkan kinerja sektor ini adalah menciptakan
insentif ekonomi yang menunjang daya tarik agribisnis.
2. Membuat kebijakan yang dapat memperkuat pertahan pangan
Dengan memperhatikan beberapa azas kebijakan ketahanan pangan di daerah tersebut,
beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah tersebut diantaranya meliputi:
Pemerintah daerah perlu menyadari akan pentingnya memperhatikan masalah ketahanan
pangan di wilayahnya.
Perlunya apresiasi tentang biaya, manfaat, dan dampak terhadap pembangunan wilayah dan
nasional program peningkatan ketahanan pangan di daerah kepada para penentu kebijakan di
daerah.
Pemerintah daerah perlu menyusun perencanaan dan strategi untuk menangani masalah
ketahanan pangan di daerah.
Perlu dikembangkan suatu wahana untuk saling tukar menukar informasi dan pengalaman
dalam menangani masalah ketahanan pangan antar pemerintah daerah.
3. pengembangan inovasi teknologi seperti pengembangan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT)
Pengembangan teknologi guna meningkatkan efisiensi akan mencakup spektrum teknologi
yang sangat luas dari teknologi yang terkait dengan teknologi pengembangan sarana produksi
(benih, pupuk dan insektisida), teknologi pengolahan lahan (traktor), teknologi pengelolaan
air (irigasi gravitasi, irigasi pompa, efisiensi dan konservasi air), teknologi budidaya (cara
tanam, jarak tanam, pemupukan berimbang, pola tanam, pergiliran varietas), teknologi
pengendalian hama terpadu (PHT).
4. Diversifikasi Produksi Pangan
Diversifikasi produksi pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam ketahanan
pangan. Diversifikasi produksi pangan bermanfaat bagi upaya peningkatan pendapatan petani
dan memperkecil resiko berusaha. Diversifikasi produksi secara langsung ataupun tidak juga
akan mendukung upaya penganekaragaman pangan (diversifikasi konsumsi pangan) yang
merupakan salah satu aspek penting dalam ketahanan pangan.
5. Pemerintah harus lebih memberikan dukungan dan kontribusi terhadap komoditas
lokal. Kebijakan pemerintah harus mengacu pada produksi dan konsumen dalam negri serta
suplai pangan dalam negri harus rutin. Harus ada teknologi yang mendukung seperti
pengaturan curah ujan, dll.
6. Menghimbau kelompok tani yang ada di daerah memanfaatkan lumbung pangan untuk
menabung hasil panen mereka. Lumbung pangan yang dibangun pemerintah tersebut
berfungsi untuk menyimpan hasil panen padi petani, caranya hasil panen mereka ditabung di
lumbung pangan ini, keamanan dan mutu padi atau berasnya akan terjamin. Pembangunan
lumbung pangan di setiap kecamatan di daerah .
7. Perlindungan lahan pertanian pangan
Adanya alih fungsi lahan-lahan pertanian subur selama ini kurang diimbangi oleh upaya-
upaya terpadu mengembangkan lahan pertanian melalui pencetakan lahan pertanian baru
yang potensial.
5
. BAB III
PEMBAHASAN
6
3.1.2 Kebijakan stabilisasi Harga
Berbeda dengan banyak negara, Indonesia hingga saat ini belum memiliki
perundangan yang menetapkan komoditas pangan strategis. Dalam UU No 18 Tahun 2012
tentang Pangan, DPR dan pemerintah tidak menetapkan pasal yang mewajibkan pemerintah
untuk menetapkan apa saja komoditas pangan yang dianggap strategis. Padahal, penetapan
jenis komoditas pangan strategis sangat penting karena pengendalian harga untuk pangan
strategis perlu kebijakan di sisi produsen dan konsumen yang komprehensif dan jelas.
Jadi, apabila Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan juga presiden-presiden mendatang
ingin serius melakukan pengendalian harga pangan strategis, maka ada sederetan syarat
kebijakan yang tidak hanya difokuskan untuk melindungi konsumen, tetapi juga melindungi
kepentingan produsen. Pengendalian harga pangan tidak boleh lagi dilakukan dengan
komoditas pangan impor seperti saat ini, tetapi menjaga stok pangan dengan produksi petani
serta menstabilkan harga jual para petani melalui kebijakan yang komprehensif, baik
perdagangan, fiskal maupun dukungan infrastruktur, untuk mendorong produksi dan
mencapai swasembada pangan
7
3.2.1 Ancaman Krisis Pangan
Kapasitas produksi terbatas, karena petani menghadapi berbagai kendala dan masalah dalam
berusaha tani, terutama disebabkan : (a) lambatnya penemuan dan pemasyarakatan teknologi
inovasi; (b) rendahnya insentif finansial untuk menerapkan teknologi secara optimal; (c)
melemahnya sistem penyuluhan pertanian sehingga adopsi teknologi lambat; (d)
ketidakpastian penyediaan air untuk produksi pangan karena rusaknya lebih dari 50 persen
prasarana pengairan; (e) terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian;
(f) meningkatnya jumlah petani gurem (luas garapan < 0.5 ha) dari 10.7 juta menjadi 13.3
juta kepala keluarga.
Berdasarkan proyeksi kebutuhan pangan tahun 2010-2015, upaya peningkatan produksi untuk
memenuhi ketersediaan pangan diperkirakan meningkat sekitar 1,3-1,5 kali dibandingkan
tahun 2011. Bahkan untuk kedelai meningkat sampai 8,6 kali. Berbagai masalah dan
tantangan tersebut, apabila tidak segera dipecahkan secara tepat dan terencana bisa berubah
menjadi ancaman krisis pangan di masa depan.
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Indonesia merupakan negara agraris dan menjadi lubung holtikultura, sebagai negara
yang memiliki dua musim sebenarnya Indonesia memiliki potensi sungguh besar, yaitu
memiliki kekayaan sumberdaya komoitas pertanian yang tinggi serta keserdiaan lahaan
pertanian yang lebih luas, namun anehnya malah mengalami kelangkaaan. Kelangkaan ini
dinilai karena pemerintah minim menerbitkan kebijakan yang mendukung kesejahteran kaum
petani.
Ketidakberpihakan pemerintah kepada petani membuat ketahanan pangan di dalam negeri
menjadi rapuh. Misalnya, terjadi krisis pangan, untuk mengatasi hal itu pemerintah bukan
melakukan pendistribusian tanah untuk menggenjot produksi pangan namun melakukan
impor. Pemerintah malah membuka kran impor pangan dengan alasan untuk menekan harga
pangan dan sifatnya jangka pendek. Padahal, jika pemerintah serius, untuk menanam bahan
pangan seperti kedelai dan jagung tidak membutuhkan masa panen yang lama. Hanya butuh
3 bulan untuk panen. Ini berarti pemerintah tidak serius.
4.2.Saran
1) Pengembangan komoditas strategis harus terpadu, konsisten dan berkelanjutan, dengan lebih
memperhatikan peningkatan produktivitas dengan peningkatan adopsi teknologi unggul oleh
petani, peningkatan kualitas penyuluhan dan penguatan kelembagaan petani, perluasan areal
tanam dengan pencetakan lahan sawah baru dan pemanfatan lahan kering dan peningkatan
intensitas pertanaman, aspek distribusi pangan dan perdagangan, serta aspek tata niaga dan
harga pangan.
2) Stabilitas harga pangan strategis harus dijaga melalui penguatan pemantauan harga beberapa
pangan pokok dan strategis, khususnya pada bulan-bulan tertentu saat produksi menurun dan
saat kebutuhan meningkat, atau pada musim panen. Apabila terjadi gejolak harga yang
meresahkan masyarakat, pemerintah harus melakukan tindakan intervensi untuk
menstabilkan kembali pada tingkat yang dapat diterima.
3) Melindungi pasar domestik untuk komoditas pangan strategis terhadap praktek perdagangan
internasional yang tidak adil, dengan kebijakan promosi, sepeti subsidi produksi dan insentif
harga, serta kebijakan proteksi seperti pengenaan tarif, pengenaan kuota dan non-tarif.
9
DAFTAR PUSTAKA
10