Anda di halaman 1dari 5

KARAKTERISTIK KADAR INTERLEUKIN-10 PADA PASIEN TB PARU AKTIF

Fahidah Faisal, Nur Ahmad Tabri


Divisi Pulmonologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin, Makassar

ABSTRAK

PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (Mtb) yang masih menjadi permasalahan dunia kesehatan
hingga saat ini.1 World Helath Organization (WHO) memperkirakan sekitar sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mtb. Indonesia sendiri merupakan negara ke-empat
dengan insidens TB tertinggi di dunia pada tahun 2011.2 Data Riskesdas tahun 2011
menempatkan Sulawesi Selatan pada urutan ke-lima dengan jumlah TB paru BTA positif
sebanyak 8.860 kasus.3
Tuberkulosis dapat terjadi pada banyak organ dengan manifestasi klinis yang
beragam tergantung pada virulensi Mtb dan respons imun pejamu.4 Terdapat dua macam
respons imun terhadap infeksi Mtb yaitu respons imun selular (sel limfosit T dan makrofag)
dan respons imun humoral (antibody-mediated). Respons imun selular lebih banyak
memegang peranan dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi TB.5
Berdasarkan sitokin yang disekresikan, sel limfosit T-helper (Th) dibagi menjadi dua
kelompok, yakni sel Th1 dan Th2 dimana sitokin Th1 sangat penting dalam meningkatkan
imunitas, sedang sitokin Th2 justru sebaliknya akan melemahkan sistem imunitas.6
Interleukin-10 (IL-10) merupakan salah satu sitokin yang diproduksi oleh sel Th2 yang telah
diidentifikasikan sebagai faktor penghambat sitokin melalui kemampuannya menghambat
makrofag dan sel dendritik untuk mengaktifkan sel Th1 dan menghambat proses fagositosis
dan eliminasi mikroba sehingga memfasilitasi perkembangan basil Mtb.7 Berbagai studi telah
mengidentifikasi bahwa IL-10 berkorelasi dengan kerentanan terhadap TB. Studi oleh
Dietrich dan Doherty8 juga Vankayalapati, dkk9 menunjukkan bahwa ekspresi IL-10 dapat
meningkat secara signifikan pada pasien TB aktif.
Kondisi dimana terjadi resistensi insulin seperti sindroma metabolik dan diabetes
melitus (DM) justru dapat menurunkan kadar IL-10. Hal ini disebabkan oleh karena pada
kedua kondisi tersebut sitokin proinflamasi sangat meningkat sehingga menekan aktivasi
dari sel Th2 untuk menghasilkan IL-10. Penelitian oleh Esposito dkk10 dan van Exel dkk11
mendapatkan bahwa pada subyek sindroma metabolik dan DM kadar IL-10 yang lebih
rendah dibandingkan non sindroma metabolik dan non DM.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat karakteristik kadar IL-10 pada pasien TB
aktif baik secara demografi, status gizi, hasil pemeriksaan sputum BTA, dan status diabetik.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan subyek penelitian pasien TB paru
aktif yang datang berobat di klinik Paru RS Wahidin Sudirohusodo dan yang dirawat di Pusat
Infeksi RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Periode penelitian dilakukan mulai Oktober
2013 hingga Maret 2014.
Subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan anamnesis, pemeriksaan
fisis termasuk status gizi, pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS), dan kadar IL-10. Adapun
kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien TB paru aktif, kasus baru atau telah mendapatkan
OAT kurang dari 3 minggu, dan tidak ko-infeksi dengan HIV. Dikatakan pasien TB aktif
apabila ditemukan gejala dan tanda yang mengarah ke TB, pemeriksaan BTA menunjukkan
hasil positif, dan pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran infiltrat sesuai TB. Status gizi
berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) untuk Asia yaitu kurus jika IMT < 18,5 kg/m2, normal
jika IMT 18,5-22,9 kg/m2 dan obes jika IMT 23 kg/m2. Pembagian kelompok umur
berdasarkan nilai median dari seluruh subyek penelitian. Dikatakan DM apabila GDS > 200
mg/dl atau mendapatkan pengobatan baik anti diabetik oral atau insulin. Pemeriksaan kadar
glukosa darah dengan metode enzimatis kalorimetris menggunakan cara CHOD-PAP
sedangkan pemeriksaan kadar IL-10 dilakukan secara ELISA kemudian dilakukan nilai
rerata dari seluruh subyek penelitian. Pemeriksaan sputum BTA dilakukan secara
mikroskopik sesuai dengan standar IULTD.

HASIL
Jumlah subyek pada penelitian ini adalah sebanyak 32 orang dengan umur berkisar
antara 17 76 tahun dan rerata 41,8 + 15,2 tahun. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan, masing-masing 20 subyek (62.5%) dan 12 subyek (37.5%).
Berikut karakteristik subyek penelitian.
Tabel 1. Karakteristik subyek penelitian
Karakteristik n %
Umur < 40 tahun 16 50.0
> 40 tahun 16 50.0
IMT Kurus 14 43.8
Normal 16 50.0
Obes 2 6.3
BTA 1 POS 8 25.0
2 POS 12 37.5
3 POS 12 37.5
Diabetes Non-DM 25 78.1
DM 7 21.9
Keterangan: BTA, basil tahan asam; DM, diabetes melitus; IMT, indeks massa tubuh

Dari hasil penelitian didapatkan nilai rerata IL-10 dari seluruh subyek penelitian
adalah 29.5 + 80.9 ng/mL. Berikut karakteristik kadar IL-10 dari subyek penelitian
berdasarkan umur, IMT, hasil BTA, dan status diabetik subyek penelitian.

Tabel 2. Rerata kadar IL-10 pada subyek penelitian


Rerata SD
Karakteristik
(ng/mL) (ng/mL)
Umur < 40 tahun 15.57 26.17
> 40 tahun 43.41 111.56
IMT Kurus 11.02 6.17
Normal 47.97 113.06
Obes 11.01 4.30
BTA 1 POS 21.42 37.20
2 POS 15.49 16.82
3 POS 48.87 128.98
Diabetes Non-DM 34.16 91.40
DM 12.82 5.58
Keterangan: BTA, basil tahan asam; DM, diabetes melitus; IMT, indeks massa tubuh

Dari tabel tersebut terlihat bahwa rerata IL-10 lebih tinggi pada kelompok umur > 40
tahun, IMT normal, hasil pemeriksaan BTA 3 POS, dan non-DM.

DISKUSI
Sebanyak 32 subyek penelitian dengan TB paru aktif dengan jenis kelamin laki-laki
lebih banyak dibandingkan perempuan dengan rerata umur 41,8 + 15,2 tahun. Pada
penelitian ini didapatkan bahwa rerata kadar IL-10 paling tinggi pada kelompok dengan BTA
3 POS (48.87 + 128.98 ng/mL) dibandingkan dengan BTA 1 POS (21.42 + 37.20 ng/mL) dan
BTA 2 POS (15.49 + 16.82 ng/mL). Hal ini disebabkan oleh karena lipoarabinomanan (LAM)
yang merupakan komponen utama dinding sel M. tuberculosis dapat mengikat molekul DC-
SIGN (Dendritic Cell-Specific Intercellular molecule-3-Grabbing Non-integrin, dikenal dengan
nama CD 209) yang diekspresikan pada permukaan sel dendritik. Ikatan dengan LAM
mengakibatkan terhambatnya proses pematangan sel dendritik oleh DC-SIGN, penurunan
produksi IL-12, dan menginduksi sel dendritik untuk mensekresikan IL-10.8(15).
Olobo dkk12 pada penelitiannya mendapatkan kadar IL-10 yang tinggi ditemukan
pada pasien TB paru (10 dari 24 subyek) dan pasien TB paru yang telah mendapat
pengobatan tuntas dan sembuh (5 dari 8 subyek). Vankayalapati dkk9 pada penelitian
menggunakan sampel pasien TB paru dan orang sehat dengan tes tuberkulin positif
menunjukkan bahwa kadar IL-10 secara signifikan ditemukan 15 kali lipat lebih tinggi pada
serum pasien dibandingkan dengan orang sehat dengan tes tuberkulin positif. Mereka
menyimpulkan bahwa kenaikan kadar IL-10 pada serum pasien tuberkulosis menghambat
produksi IFN- dan sitokin tipe 1 dalam merespon antigen Mtb.9
Sitokin-sitokin proinflamasi telah banyak dikaitkan dengan perkembangan sindroma
metabolik dan DM. Penelitian klinis baik pada manusia maupun pada hewan coba telah
memperlihatkan bahwa pemberian sitokin proinflamasi menginduksi hipertrigliseridemia dan
resistensi insulin. Selain itu sitokin proinflamasi juga menyebabkan peningkatan lipolisis dan
penghambatan aktivitas tirosin kinase. Sehingga pada kondisi dimana kadar sitokin
proinflamasi (IL-6 dan TNF-) sangat berlebihan maka akan menyebabkan penekanan pada
sitokin antiinflamasi (IL-10).11 Pada penelitian ditemukan rerata kadar IL-10 pada subyek
obes lebih rendah dibandingkan pada subyek dengan IMT normal (11.01 + 4.30 vs 47.97 +
113.06 ng/mL). Begitu juga dengan rerata kadar IL-10 pada subyek DM (12.82 + 5.58
ng/mL) lebih rendah dibandingkan dengan non DM (34.16 + 91.40 ng/mL).
Penelitian oleh van Exel dkk11 memperlihatkan bahwa kejadian DM menjadi lebih
tinggi pada kondisi dimana kadar IL-10 yang rendah dengan odd ratio DM meningkat 2.7 kali
(CI 1.5-4.9) pada kelompok dengan kadar IL-10 yang rendah. Esposito dkk10, pada
penelitiannya menemukan kadar IL-10 yang lebih rendah pada wanita obes dengan
sindroma metabolik dibandingkan dengan yang non sindroma metabolik (1.3 (0.7/2.1) pg/ml
vs 4.5 (4.3/7.4) pg/ml, p < 0.01)) maupun wanita non obese (0.9 (0.7/1.3) pg/ml vs 1.3
(0.9/3.3) pg/ml, p < 0.05).
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Konsensus Tuberkulosis: Pedoman
Penatalaksaan. Jakarta: PDPI; 2003.
2. World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2012. Geneva: WHO Press;
2012.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Data Kesehatan Indoensia Tahun
2011. Jakarta: Kemenkes RI; 2012.
4. Schluger NW. Recent advances in our understanding of human host responses to
tuberculosis. Respir Res 2001;2:157-63.
5. Bothamley GH. Serological diagnosis of tuberculosis. Eur Respi J Suppl 1995;20:676s-
88s.
6. Wasityastuti W, Subronto YW, Soesatyo MH. The Profile of Interferon- (IFN-) and
Interleukin-10 (IL-10) in Pulmonary Tuberculosis Patients. TMJ;1:13-22.
7. Redford PS, Murray PJ, O'Garra A. The role of IL-10 in immune regulation during M.
tuberculosis infection. Mucosal Immunol 2011;4:261-70.
8. Dietrich J, Doherty TM. Interaction of Mycobacterium tuberculosis with the host:
consequences for vaccine development. APMIS 2009;117:440-57.
9. Vankayalapati R, Wizel B, Weis SE, et.al. Serum Cytokine Concentrations Do Not
Parallel Mycobacterium tuberculosisInduced Cytokine Production in Patients with
Tuberculosis. Clin Infect Dis 2003;36:24-8.
10. Esposito K, Pontillo A, Giugliano F, et.al. Association of Low Interleukin-10 Levels with
the Metabolic Syndrome in Obese Women. J Clin Endocrinol Metab. 2003;88(3):1055-8.
11. van Exel E, Gussekloo J, Craen AJMd, et.al. Low Production Capacity of Interleukin-10
Associates With the Metabolic Syndrome and Type 2 Diabetes: The Leiden 85-Plus
Study. Diabetes. 2002;51(4):1088-92.
12. Olobo JO, Geletu M, Demissie A, et.al. Circulating TNF-alpha, TGF-beta, and IL-10 in
tuberculosis patients and healthy contacts. Scand J Immunol. 2001;53(1):85-91.

Anda mungkin juga menyukai