Anda di halaman 1dari 2

9/6/2017 AnalisisterhadapkesiapanpenerapanEProcurement(PengadaanBarang/JasasecaraOnLine)dilingkunganpemerintahKabupatenSleman

MAPPraa

AnalisisterhadapkesiapanpenerapanEProcurement
(PengadaanBarang/JasasecaraOnLine)dilingkungan
pemerintahKabupatenSleman
Penulis
Prabowo,Akbar
Pembimbing:Dr.ErwanAgusPurwanto

ABSTRACT : This research is aim to know the readiness of eprocurement application in Sleman Regency involves
stakeholders, namely: Local Government, Business Institution, and Civil Society. By target to carry out public services on
digital basis, one of egovernment Development Main Plan content is to implement eprocurement system on 2008.
The method which used is qualitative descriptive in order to describe the facts as they were. It used primary data which
is obtained from deep interview toward several informants from local government, auction association, internet
services provider, and also practitioners and experts in information technology at Sleman. Those data are then
completed with documents that concern with readiness of eprocurement application from every stakeholder who is
involved. The results showed that local government was not ready yet to implement it. We can see it from low
commitment of local head that indicated from the existence of politicalconomic motifs in procurement of
goods/services implementation. Besides that low capability of employees to execute this system. From business side is
also not ready yet, because of their business ethic is not obeyed and not implemented in government procurement
activity. Similarly, to partnership association, they should become an institution which straight the policies and
sanctions toward business ethic infraction and socialize effective rules and policies to the members. But, those control
functions were not implemented at all. In society side, with the highest rate of awareness of internet in Indonesia, a
number of educations institutional those become an agent of information technology distributing, so many attention
to enhance control on procurement of goods/services and availability internet network from ISP internet service
provider in Yogyakarta, showed that Sleman society is ready enough to support eprocurement system. As a result,
electronic government procurement in Sleman Regency is not able yet to implemented because of less ready of
stakeholder. From these results, there is several recommended suggestion: support and commitment from local head
to execute this system immediately is important, because the strong commitment will eventually motivate other
potential such as capability of officers and network infrastructure. In business side, the important thing is the easiness
of business ethic maintenance and the authority is not fully on association leader. Eventually, for society, it is necessary
to provide a wider voice space by local government, one of them by participatory socialization pattern.

INTISARI : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan penerapan pengadaan barang/jasa secara online e
procurement di Kabupaten Sleman dengan melibatkan dukungan dari beberapa stakeholder, yaitu : Pemerintah
Daerah, Dunia Usaha dan Masyarakat Sipil. Dengan target untuk menjalankan pelayanan publik berbasis digital, salah
satu rencana yang telah ditetapkan pada Rencana Induk Pengembangan RIP egovernment adalah untuk
mengimplementasikan sistem eprocurement di Tahun 2008. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif agar dapat menggambarkan faktafakta yang tampak sebagaimana adanya. Adapun data yang digunakan
bersumber dari data primer melalui wawancara mendalam kepada beberapa informan kunci baik dari unsur
pemerintah daerah, asosiasi rekanan, penyelenggara jasa internet, dan juga para praktisi dan pakar di bidang teknologi
informasi di Sleman. Kemudian data tersebut selanjutnya dilengkapi lagi dengan dokumen dokumen yang terkait
dengan kesiapan penerapan eprocurement dari tiap stakeholder yang terlibat. Hasil penelitian menyangkut kesiapan
eprocurement di Kabupaten Sleman menunjukkan bahwa pemerintah daerah belum siap untuk menjalankannya. Hal
ini dilihat dari masih rendahnya komitmen kepala daerah yang diindikasikan dari adanya motifmotif ekonomi politik
dalam menjalankan kebijakan pengadaan barang jasa. Selain itu masih sangat minimnya pegawai dengan kemampuan
yang dapat diandalkan untuk menjalankan sistem ini. Dari sisi bisnis juga dilihat masih kurang siap, dikarenakan etika
bisnis yang mereka miliki itu ternyata tidak dipatuhi dan tidak dijalankan pada saat pelaksanaan kegiatan pengadaan
barang/jasa pemerintah. Begitu juga dari asosiasi rekanan, seharusnya mereka yang menjadi lembaga yang bisa
menegakkan aturan dan sanksi terhadap pelanggaran etika bisnis serta wadah sosialisasi peraturan dan kebijakan yang
efektif bagi para anggotanya. Ternyata fungsi kontrol tersebut malahan tidak dijalankan. Dari sisi masyarakat, dengan
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=36454 1/2
9/6/2017 AnalisisterhadapkesiapanpenerapanEProcurement(PengadaanBarang/JasasecaraOnLine)dilingkunganpemerintahKabupatenSleman
tingkat melek internet tertinggi Indonesia, ditunjang dengan banyaknya lembaga pendidikan yang menjadi agen
penyebaran teknologi informasi, adanya perhatian banyak LSM untuk meningkatkan kontrol terhadap pengadaan
barang/jasa dan ketersediaan jaringan internet yang disediakan oleh ISP internet service provider di Yogyakarta yang
menjangkau sampai ke pelosokpelosok daerah, menunjukkan masyarakat di Sleman cukup siap untuk turut
mendukung keberhasilan sistem eprocurement. Dapat disimpulkan bahwa penerapan pengadaan barang/jasa secara
online di Kabupaten Sleman belum dapat diterapkan, dikarenakan kurang siapnya stakeholder yang terlibat. Dari hasil
penelitian ini, beberapa saran yang direkomendasikan antara lain perlunya dukungan dan komitmen dari kepala
daerah untuk segera menjalankan sistem ini, karena dengan komitmen yang kuat inilah pada akhirnya mampu
menggerakkan potensi lainnya seperti kemampuan aparat pelaksana dan infrastruktur jaringan. Dari sisi dunia usaha
yang perlu diperhatikan adalah pentingnya kepengurusan lebih berjenjang didalam asosiasi rekanan sehingga
penegakan terhadap etika bisnis lebih mudah dilaksanakan dan kewenangan tidak sepenuhnya berada pada ketua
asosiasi. Pada akhirnya bagi masyarakat sendiri perlu diberikan ruang voice yang lebih besar oleh pemerintah daerah,
salah satunya melalui pola participatory socialization.

Katakunci GoodGovernance,PengadaanBarang/Jasa,E,procurement
ProgramStudi MagisterAdministrasiPublikUGM

NoInventaris c.1(0020H2008)
Deskripsi xiii,170p.,bibl.,ills.,29cm
Bahasa Indonesia
Jenis Tesis
Penerbit [Yogyakarta]:UniversitasGadjahMada,2008
Lokasi PerpustakaanPusatUGM

File TulisanLengkapdapatDibacadiRuangTesis/Disertasi

<< kembali

TentangETD|KontakKami|AllRightReservedUniversitasGajahMada2010 Data&SoftwareMaintenancedbyUGMLibrary

http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=36454 2/2

Anda mungkin juga menyukai