Anda di halaman 1dari 7

Tinjauan Pustaka

Pencegahan Penyakit Rabies dengan Pendekatan Lingkungan

Ferry Fong,* Djap Hadi Susanto**

*Program Profesi FK Ukrida ** Staf Pengajar Bagian IKM FK Ukrida


Alamat Korespondensi : Jl . Terusan Arjuna No. 6 Jakarta Barat 11510

Abstrak

Penyakit rabies atau dalam bahasa awam disebut sebagai penyakit anjing gila merupakan
penyakit zoonosis yang cukup menonjol di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh karena frekuensi kejadian
penyakit ini cukup tinggi dan daerah kejadiannyapun cukup meluas terutama di kawasan Timur
Indonesia. Berdasarkan laporan dari Departemen kesehatan Indonesia pada tahun 2000 saja telah
mencapai sebarannya di 18 propinsi, dengan jumlah kasus gigitan yang cukup tinggi setiap tahunnya
(16.000 kasus gigitan). Penyakit Rabies ini mortalitasnya cukup tinggi. Penyebabnya adalah antara lain
pengobatan yang tidak adekuat, keterlambatan penanganan kasus maupun karena virulensi kumannya.
Hal ini menimbulkan rasa cemas dan takut bagi orang-orang yang terkena gigitan dan kekhawatiran
serta keresahan bagi masyarakat pada umumnya.
Penyakit rabies sering ditemukan di mana saja baik di daerah perkotaan maupun pedesaan yang
memiliki hewan penular rabies, seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, tikus, dan rubah. Rabies
merupakan penyakit yang memiliki reservoir bibit penyakit (environmental reservoir) yaitu animal
reservoir berupa hewan penular rabies. Karena itu untuk pengendalian penyebaran penyakit rabies
diperlukan pengendalian penyebaran hewan penular rabies, pemberian vaksinasi bagi hewan penular
rabies, dan mengeliminasi animal reservoir penyakit rabies yaitu hewan-hewan penular rabies di daerah
wabah rabies.
Dalam tulisan ini dibahas tentang upaya pencegahan primer terutama upaya promotif dan
preventif dalam mencegah penularan penyakit Rabies. Diharapkan dengan semakin meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan penyakit rabies ini misalnya menghindari gigitan
anjing, bersikap lebih protektif dalam melindungi hewan peliharaannya akan berdampak penurunan
penyakit ini.

Kata kunci: rabies, environmental reservoir, animal reservoir, Case Fatality Rate
Pendahuluan dan hewan, namun demikian tampak terjadi
juga penurunan kasus.1
Rabies (penyakit anjing gila) merupakan 3. Jumlah ratarata per tahun kasus gigitan pada
penyakit zoonosis yang terpenting di Indonesia manusia oleh hewan penular rabies selama
karena penyakit tersebut tersebar luas di 18 tiga tahun terakhir (1997-1999) 13.880
propinsi, dengan jumlah kasus gigitan yang kasus, diantaranya 7.509 kasus (54,2%)
cukup tinggi setiap tahunnya (16.000 kasus divaksinasi anti rabies (VAR) dan 170 kasus
gigitan), serta belum ditemukan obat/ cara (1,2%) diberikan kombinasi serum anti
pengobatan untuk penderita rabies, sehingga rabies (SAR). Ditemukan rata-rata per tahun
selalu diakhiri dengan kematian pada hampir 88 kasus rabies pada manusia selama tiga
semua penderita rabies baik manusia maupun tahun (19971999), dan 2.002 spesimen
hewan sehingga menimbulkan rasa cemas dan hewan yang diperiksa rata-rata pertahun,
takut bagi orang-orang yang terkena gigitan dan diantaranya 1.111 spesimen (55,5%)
kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat menunjukkan positif rabies.1
pada umumnya.1 4. Situasi rabies pada tahun 1999, dilaporkan
Kasus rabies di Indonesia pertama kali kasus gigitan hewan pada manusia 5.930
dilaporkan oleh Esser pada tahun 1884 pada kasus (50%) diberi VAR dan 56 kasus (0,5
seekor kerbau, kemudian oleh Penning tahun %) diberi kombinasi VAR dan SAR.
1889 pada seekor anjing dan oleh Eilerls de Sedangkan kasus rabies pada manusia
Zhaan tahun 1889 pada manusia. Semua kasus sebanyak 131 kasus, dan dari 850 spesimen
ini terjadi di Propinsi Jawa Barat dan setelah itu hewan yang diperiksa, 767 spesimen (90,2%)
rabies terus menyebar ke daerah Indonesia menunjukkan positif rabies.1
lainnya.1 5. Jumlah korban tewas akibat gigitan anjing
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, yang tertular virus rabies di NTT periode
pemerintah secara sensitif dan sistematis 1997-2005 tercatat 135 orang, sedangkan
melakukan program pembebasan secara kasus gigitan mencapai 1.200 orang. Case
bertahap. Program ini dimulai pada Pelita V Fatality Rate untuk kasus rabies di NTT
(19891993) di Pulau Jawa dan Kalimantan, lalu mencapai 11,25 %. Jumlah tersebut terus
kemudian pada Pelita VI (19941998) diperluas meningkat tiap tahun bersamaan dengan
ke pulau yang sudah tertular yaitu Pulau Sumatra bertambahnya populasi anjing rabies di
dan Sulawesi. Dengan demikian program daerah endemik, terutama di Pulau Flores
pemberantasan rabies ini menjadi program dan Lembata. Untuk periode Januari-Oktober
nasional. Situasi rabies yang telah dicapai dalam 2005 jumlah korban tewas akibat rabies di
pelaksanaan program pembebasan rabies selama Flores sebanyak 7 orang dengan jumlah
ini mencakup : kasus gigitan 101 orang, case fatality rate di
1. Sampai saat ini 5 propinsi di Indonesia tetap Flores mencapai 7 %.2
bebas rabies yaitu Bali, Nusa Tenggara 6. Situasi rabies di pulau Kalimantan sampai
Barat, Maluku, Papua, dan Kalimantan dengan akhir Juli 2005 masih terjadi kasus
Barat. Sampai saat ini ada 18 propinsi yang positif sebanyak 47 kasus yang tersebar di
belum bebas kasus rabies, pada tahun 1998 empat propinsi yang berasal dari 15
Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menjadi kabupaten/kota tertular dari 24 kecamatan.
tertular rabies sejak terjadinya outbreak di Perkembangan kasus rabies cenderung naik
Pulau Flores, Kabupaten Flores Timur.1 dan tetap mengikuti pola alamiah secara
2. Propinsi Jawa Timur, D.I. Yogyakarta dan periodik yang mengalami peningkatan setiap
Jawa Tengah telah berhasil dibebaskan dari 4-5 tahun. Hal ini juga terlihat pada
kasus rabies dengan diterbitkan surat perkembangan rabies di Kalimantan dalam
keputusan meteri Pertanian lima tahun terakhir dimana terjadi
No.892/Kpts/TN.560/9/97 tanggal 9 peningkatan kasus hampir di semua
September 1997. Namun untuk Pulau Jawa, kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah,
Propinsi Jawa Barat masih dinyatakan terlihat mencolok di Kota Palangkaraya,
sebagai daerah tertular rabies karena masih diikuti oleh Kabupaten Barito Timur.
dilaporkan adanya kasus rabies pada manusia Kejadian rabies di Propinsi Kalimantan
Selatan bersifat sporadis di bagian utara dan
mewabah sampai ke Banjarbaru. Kondisi di karena sering menyebabkan kematian serta
Kalimantan Timur juga masih ditemukan mempengaruhi dampak perekonomian
kasus yang bersifat sporadis seperti di khususnya bagi pengembangan daerah-
Kabupaten Pasir, Kutai Timur dan Kutai daerah pariwisata di Indonesia yang tertular
Barat. Sedangkan Propinsi Kalimantan Barat rabies.
yang semula merupakan daerah bebas rabies 8. Perkembangan kasus rabies cenderung naik
pada tahun 2005 muncul wabah di dan tetap mengikuti pola alamiah secara
Kabupaten Ketapang.3 periodik yang mengalami peningkatan setiap
4 - 5 tahun.
Mengingat akan bahayanya rabies
terhadap kesehatan dan ketenteraman masyarakat Lingkungan
karena dampak buruknya sering diakhiri Lingkungan Fisik
kematian serta dapat mempengaruhi dampak Penyakit rabies bisa ditemukan di mana
perekonomian khususnya bagi pengembangan saja baik di daerah perkotaan maupun pedesaan
daerah-daerah pariwisata di Indonesia yang yang memiliki hewan penular rabies, seperti
tertular rabies, maka usaha pengendalian anjing, kucing, kelelawar, kera, tikus, dan rubah.
penyakit berupa pencegahan dan pemberantasan Rabies merupakan penyakit yang memiliki
perlu dilaksanakan seintensif mungkin, bahkan reservoir bibit penyakit (environmental
menuju pada program pembebasan.1 reservoir) yaitu animal reservoir berupa hewan
Program pembebasan rabies merupakan penular rabies. Karena itu untuk pengendalian
Kesepakatan Nasional dan merupakan kerjasama penyebaran penyakit rabies diperlukan
kegiatan 3 (tiga) Departemen, yaitu Departemen pengendalian penyebaran hewan penular rabies,
Pertanian (Ditjen Peternakan), Departemen pemberian vaksinasi bagi hewan penular rabies,
Dalam Negeri (Ditjen PUOD) dan Departemen dan mengeliminasi animal reservoir penyakit
Kesehatan (Ditjen PPM & PL) sejak awal Pelita rabies yaitu hewan-hewan penular rabies di
V tahun 1989 hingga diperpanjang sampai tahun daerah wabah rabies.
2000.1 Dalam pemberantasan rabies perlu
dilakukan pembagian status daerah dan
Permasalahan penentuan batas daerah yang terdapat kasus
1. Rabies merupakan penyakit zoonosis yang rabies agar kasus rabies tidak meluas.
terpenting di Indonesia karena penyakit A. Status daerah:
tersebut tersebar luas di 18 propinsi di 1. Daerah bebas kriterianya :
Indonesia. Daerah yang secara historis tidak pernah
2. Rabies merupakan penyakit yang memiliki ditemukan penyakit rabies.
case fatality rate yang tinggi. Daerah yang tertular rabies tapi dalam 2
3. Propinsi Nusa Tenggara Timur telah tertular tahun terakhir tidak ada kasus secara
rabies sejak terjadinya outbreak di Pulau klinis dan epidemiologis serta sudah
Flores, Kabupaten Flores Timur pada tahun dikonfirmasi secara laboratoris.
1998. 2. Daerah Tertular Kriterianya:
4. Propinsi Jawa Barat masih dinyatakan sebagai Daerah yang dalam 2 tahun terakhir
daerah tertular rabies karena masih pernah ada kasus rabies pada hewan dan
dilaporkan adanya kasus rabies pada manusia manusia (baik secara berurutan atau
dan hewan. tunggal) secara klinis, epidemiologis dan
5. Jumlah korban tewas akibat gigitan anjing dikonfirmasi secara laboratoris. Khusus
yang tertular virus rabies di NTT periode untuk manusia kasusnya berasal dari
1997-2005 tercatat 135 orang, sedangkan daerah tersebut (bukan kasus import).
kasus gigitan mencapai 1.200 orang. 3. Daerah Tersangka kriterianya :
6. Situasi rabies di pulau Kalimantan sampai Daerah yang dalam 2 tahun terakhir ada
dengan akhir Juli 2005 masih terjadi kasus kasus rabies secara klinis dan
positif sebanyak 47 kasus yang tersebar di epidemiologis tapi belum dibuktikan
empat propinsi. secara laboratoris.
7. Rabies memberi dampak buruk terhadap Daerah yang berbatasan langsung dalam
kesehatan dan ketenteraman masyarakat satu daratan dengan daerah tertular.
B. Batas daerah: Rabies merupakan penyakit viral yang
Yang dapat dijadikan pegangan dalam disebabkan oleh virus rabies jenis Rhabdho virus
menentukan batasan daerah adalah : (tipe ssRNA virus; genus Lyssavirus; family
1. Pulau. Rhabdoviridae) yang dapat menyerang susunan
2. Propinsi/Kabupaten/Kota yang mempunyai saraf pusat (SSP) semua hewan berdarah panas
sarana pengawawasan lalu lintas hewan penular dan manusia, terutama menyerang anjing dan
rabies yang mencegah penularan rabies (batas kucing. Penyakit ini bersifat zoonosis dan paling
alam, check point). ditakuti di seluruh dunia karena infeksinya dapat
mengakibatkan kematian baik pada hewan
Lingkungan Non-Fisik maupun manusia.5, 6, 7
Keadaan sosial ekonomi masyarakat di
suatu daerah dapat mempengaruhi pengendalian
penyebaran penyakit rabies di suatu daerah yang
terdapat kasus penyakit rabies. Berhasil tidaknya
usaha pengendalian penyakit rabies sangat erat
hubungannya dengan kesadaran, pengetahuan
dan partisipasi masyarakat..
Kepedulian pemilik hewan peliharaan,
masyarakat, dan pemerintah daerah di daerah
dengan kasus rabies juga berpengaruh terhadap
pengendalian penyakit rabies, karena penyebaran
kasus rabies sering disebabkan dibiarkannya
anjing dan kucing dengan penyakit rabies
berkeliaran di berbagai tempat. Hewan-hewan itu
juga tidak divaksin karena pemerintah Gambar 1. Virus Rabies
kekurangan vaksin anti rabies.
Kultur sosial dan budaya masyarakat Penyakit rabies diketemukan di kota
juga berpengaruh dalam pengendalian penyakit maupun di pedesaan (rural area) dengan sumber
rabies karena dengan jumlah anjing atau kucing utama binatang anjing, hewan piaraan yang
yang besar yang ada di masyarakat yang tidak sangat erat hubungannya dengan manusia. Virus
diperhatikan perkembangannya (tidak rabies terdapat dalam air liur hewan yang
divaksinasi) dan dibiarkan berkeliaran secara terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada
bebas akan meningkatkan risiko terinfeksi rabies hewan lainnya atau manusia melalui gigitan dan
di daerah endemik rabies.9 kadang melalui jilatan. Virus akan masuk melalui
saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak,
Pembahasan dimana mereka berkembangbiak. Selanjutnya
virus akan berpindah lagi melalui saraf ke
Rabies (penyakit anjing gila) adalah kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur. Banyak
penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat hewan yang bias menularkan rabies kepada
yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan manusia. Yang paling sering menjadi sumber
melalui gigitan hewan penular rabies terutama dari rabies adalah anjing; hewan lainnya yang
anjing, kucing dan kera.4 juga bisa menjadi sumber penularan rabies
adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, rubah.1,
4, 8
Gambar 2. Transmisi virus rabies melalui luka gigitan hewan

Rabies pada anjing masih sering 3.Air liur keluar berlebihan


ditemukan di Amerika Latin, Afrika dan Asia, 4.Ekor dilengkungkan ke bawah perut
karena tidak semua hewan peliharaan diantara dua paha.
mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini. 5.Menyerang dan menggigit apa saja yang
Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies dijumpai
buas atau rabies jinak. Pada rabies buas, hewan 6.Kejang-kejang kemudian lumpuh
yang terkena tampak gelisah dan ganas, 7.Biasanya mati setelah 4-7 hari
kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies
jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal Rabies Tenang:
atau kelumpuhan total. Meskipun sangat jarang 1. Bersembunyi di tempat gelap dan sejuk.
terjadi, rabies bisa ditularkan melalui 2. Kejang-kejang berlangsung sangat singkat,
penghirupan udara yang tercemar. Telah bahkan sering tidak sempat terlihat.
dilaporkan dua kasus yang terjadi pada 3. Terjadi kelumpuhan, mulut terbuka dan air
penjelajah yang menghirup udara di dalam goa liur keluar berlebihan.
dimana banyak terdapat kelelawar.4 4. Kematian terjadi dalam waktu singkat.
Kasus gigitan oleh anjing perlu peran
aktif masyarakat dalam upaya pengendalian Rabies asymtomatis:
penyakit rabies, dimana masih ada anjing, kucing Hewan tidak menunjukan gejala sakit dan
berkeliaran yang tak bertuan disekitar kita. dapat tiba-tiba mati.
Peningkatan peran aktif masyarakat dalam Bilamana seseorang digigit oleh
pemeliharaan anjing, kucing dan kera bila dapat anjing/kucing/kera :
berubah, akhirnya dapat membantu sepenuhnya 1. Hewan yang menggigit, sudah dinyatakan
usaha-usaha mewaspadai penyakit rabies yang sebagai tersangka rabies.
sewaktu-waktu dapat terjadi di lingkungan kita.8 2. Hewannya dilaporkan ke Dinas yang
Gejala hewan berpenyakit rabies, ada tiga yaitu membidangi peternakan dan kesehatan hewan
rabies ganas, rabies tenang, dan rabies guna perlu diobservasi selama 14 hari.
asymtomatis. 3. Bila dalam waktu 14 hari hewan masih hidup
Rabies Ganas: maka hewan bebas dari penyakit Rabies, dan
1. Tidak mau lagi tunduk pada perintah bila dalam waktu kurang dari 14 hari hewan
pemilik. mati dan menunjukan gejala rabies maka perlu
2. Takut pada air diambil preparat hipokampus (dalam otak)
dilakukan konfirmasi laboratorium tipe A (Balai dikubur di dalam tanah sedalam minimal
Besar Veteriner).8 2 m atau dibakar.
Untuk manusia yang digigit: Pada daerah yang endemik rabies dapat
1. Mencuci luka gigitan dengan sabun detergent juga dilakukan eliminasi (depopulasi)
atau sabun cair yang diulang-ulang selama 5-10 terhadap hewan penular rabies seperti
menit. anjing, kucing, tikus, dan kera.
2. Penderita harus segera ke Puskesmas atau Setelah dilakukan eliminasi perlu
rumah sakit, untuk mendapat suntikan anti dilakukan desinfeksi area yang diduga
rabies. terkontaminasi air liur hewan penular
Bila menggigit pada ternak, ternak tidak rabies secara menyeluruh.
diperkenankan dipotong untuk konsumsi dan
harus dikubur sedalam 2 meter.8 Kesimpulan
Langkah-langkah untuk mencegah rabies
bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera Penyakit anjing gila (rabies) adalah suatu
setelah terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi bisa penyakit menular yang akut, menyerang susunan
diberikan kapada orang-orang yang beresiko saraf pusat, disebabkan oleh virus yang dapat
tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu : dokter menyerang semua hewan berdarah panas dan
hewan, petugas laboratorium yang menangani manusia.
hewan-hewan yang terinfeksi, orang-orang yang Rabies merupakan penyakit menular
menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang memiliki reservoir bibit penyakit
di mana rabies pada anjing banyak ditemukan, (environmental reservoir) berupa animal
para penjelajah gua kelelawar. Vaksinasi reservoir yaitu hewan-hewan penular rabies,
memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi karena itu strategi pengendalian penyakit ini
kadar antibodi akan menurun, sehingga orang adalah dengan mengendalikan penyebaran hewan
yang berisiko tinggi terhadap penyebaran penular rabies, memvaksinasi hewan penular
selanjutnya harus mendapatkan dosis booster rabies, dan mengeliminasi animal reservoir
vaksinasi setiap 2 tahun.8 penyakit ini di daerah wabah rabies.
Pengendalian penyakit rabies juga perlu Pengendalian penyakit rabies perlu
diperhatikan adalah dengan penanganan dilakukan dengan memperhatikan hewan-hewan
lingkungan yang terkait dengan virus rabies peliharaan masyarakat untuk divaksinasi dan bila
seperti 10: sudah didiagnosa rabies perlu dieliminasi lalu
Hewan ternak yang terinfeksi virus dikubur di dalam tanah sedalam minimal 2 m
rabies harus dikubur sedalam 2 m di atau dibakar, sedangkan area-area yang diduga
dalam tanah atau dibakar dan tidak boleh sudah terkontaminasi oleh hewan yang terinfeksi
dikonsumsi. harus dibersihkan dan didisinfeksi dengan larutan
Desinfeksi perlu dikerjakan pada area desinfektan.
terkontaminasi seperti: kandang binatang Pengendalian penyakit rabies juga
yang terkena rabies, piring makanan, memerlukan kerjasama antara dinas peternakan
atau peralatan yang digunakan untuk dan pertanian, dinas kesehatan, serta pemerintah
memelihara binatang tersebut; gunakan daerah setempat untuk dapat mengambil
1:32 larutan (4 ounces per gallon) dari kebijakan untuk mencegah meluasnya suatu
pemutih pakaian untuk menginaktifkan wabah rabies dan meningkatkan keikutsertaan
virus dengan cepat. masyarakat untuk pemberantasan penyakit rabies
Pada kasus hewan yang dicurigai rabies dengan merawat dan tidak membiarkan binatang
harus dikarantina untuk pencegahan peliharaannya untuk berkeliaran secara bebas.
penularan pada manusia dan hewan lain.
Hewan yang dibiarkan lepas dan Saran
dianggap liar atau diduga menderita Saran kepada pemerintah daerah setempat, antara
rabies akan ditangkap oleh petugas lain:
penertiban dari dinas peternakan. Meningkatkan kerjasama dengan dinas
Pada hewan yang didiagnosa rabies peternakan dan pertanian, dan dinas
harus segera dilakukan euthanasia dan kesehatan.
Meningkatkan anggaran untuk pengadaan Daftar Pustaka
vaksin anti rabies di tempat pelayanan
kesehatan masyarakat. 1. Fahmi U. Petunjuk Pemberantasan Rabies di
Memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia. Last updated: Juni 2000. [cited: 20
tentang keseriusan penyakit rabies dan September 2008]. Available at:
bahayanya bagi masyarakat untuk http://www.pppl.depkes.go.id.
meningkatkan kewaspadaan dan 2. Mentan Nilai Rabies Lebih Barbahaya dari Flu
kepeduliaan terhadap kasus rabies. Burung. By: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Last updated: 18 November 2005.
Memberlakukan kebijakan untuk
[cited: 20 September 2008]. Available at:
mengeliminasi (depopulasi) semua hewan http://www.depkes.go.id.
penular rabies di daerah endemik rabies, lalu 3. Wijanarko JSK, Hadi S, Supriyadi A. Strategi
mengubur hewan-hewan itu pada kedalaman Upaya Pembebasan Rabies dalam Menunjang
2 m untuk dikubur atau dibakar. Pengendalian Penyakit Zoonosis di Kalimantan.
Melakukan desinfeksi secara menyeluruh di Last updated: 12 Juni 2008. [cited: 20 September
area sekitar hewan penular rabies. 2008]. Available at: http://www.
Melakukan vaksinasi bagi hewan-hewan peternakan.litbang.deptan.go.id.
peliharaan masyarakat di daerahnya. 4. Rabies. By: Wikipedia Indonesia. Last updated:
Memberikan informasi kepada masyarakat 16 September 2008. [cited: 20 September 2008].
Available at: http://www.id.wikipedia.org.
cara mendapat pertolongan pertama bila
5. Sarosa A, Adjid RMA, Sidharta TG. Study of
digigit hewan penular rabies dan tempat- Rabies in Endemic Area: Prevalency of Rabies
tempat yang dapat memberikan pertolongan Virus Infection on Dog, Cat, and Mouse in
(terdapat vaksin anti rabies). Padang, West Sumatra. Last updated: 19
September 2000. [cited: 20 September 2008].
Saran kepada masyarakat di daerah endemik Available at: http://www.fao.org.
rabies, antara lain: 6. Penyakit Anjing Gila / Rabies. By:
Tidak membiarkan binatang peliharaannya IndoFamilyPets. Last updated: 20 April 2008.
berkeliaran secara bebas. [cited: 20 September 2008]. Available at:
Memelihara kebersihan kandang hewan http://www.indofamilypets.com.
7. Penyakit Rabies. By: vet-klinik. Last updated: 24
peliharaan dengan sanitasi yang baik dan
Januari 2008. [cited: 20 September 2008].
desinfeksi pada tempat tinggal binatang. Available at: http://www.hewan-
Memvaksinasi hewan peliharaannya ke kesayangan.blogspot.com.
dokter hewan atau dinas peternakan. 8. Raditya. Waspada Terhadap Penyakit Rabies.
Mengubur hewan penular rabies yang mati Last updated: 25 Juli 2008. [cited: 20 September
atau dimatikan dengan dikubur di tanah 2008]. Available at: http://www.
sedalam minimal 2 m atau dilakukan disnak.jawatengah.go.id
pembakaran. 9. Rotinsulu H. Upaya Penanggulangan Penyakit
Melaporkan kepada dinas peternakan dan Menular Rabies di Sulut. Last updated: 19
pertanian bila menemukan hewan yang Agustus 2008. [cited: 20 September 2008].
Available at: http:// www.mdopost.com.
dicurigai terinfeksi rabies untuk dapat
10. Haydon DT, Laurenson MK, Sillero ZC.
ditangkap dan dikarantina. Integrating epidemiology into population
Merelakan hewan peliharaannya bila ada viability analysis: Managing the risk posed by
kebijakkan dari pemerintah daerah bila rabies. Last updated: February 2002. [cited: 20
dilakukan eliminasi (depopulasi) massal September 2008]. Available at: http://www.
terhadap hewan penular rabies. cat.inist.fr.

Anda mungkin juga menyukai