Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

Coronary Artery Bypass Graft (CABG)

A. Pengertian CABG

Coronary Artery Bypass Graft (CABG) merupakan salah satu penanganan intervensi
dari Penyakit Jantung Koroner, dengan cara membuat saluran baru melewati arteri
koroner yang mengalami penyempitan atau penyumbatan (Feriyawati, 2005).

Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) atau bedah pintas koroner merupakan
salah satu upaya atau tindakan yang di lakukan untuk revaskularisasi pada penderita
penyakit jantung koroner. Upaya ini bertujuan untuk mengatasi berkurang atau
terhambatnya aliran arteri koroner akibat adanya penyempitan bahkan penyumbatan ke
otot jantung dengan memberikan aliran darah baru ke otot jantung yang mengalami
gangguan pembuluh suplai darah akibat tersumbatnya aliran darah koroner.

B. Tujuan Pemasangan CABG

Pengobatan penyakit jantung adalah untuk memaksimalkan curah jantung. Melaui


pembedahan, ini dapat di lakukan dengan memperbaiki fungsi otot miokardia dan aliran
darah melaui tandur bypass arteri koroner (CABG) dan atau penggantian katup yang
rusak. Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) bertujuan untuk mengatasi
terhambatnya aliran artery coronaria akibat adanya penyempitan bahkan penyumbatan ke
otot jantung.

C. Etiologi
Operasi CABG merupakan salah satu penanganan penyakit jantung koroner. Penyakit
jantung koroner disebabkan oleh hal hal sebagai berikut :
1. Faktor yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin, riwayat keluarga dan ras.
2. Faktor yang dapat diubah :
a) Mayor : peningkatan lipid serum, hipertensi, merokok, gangguan toleransi
glukosa, giet tinggi lemak jenuh, kolesterol, dan kalori.
b) Minor : gaya hidup yang kurang bergerak, stress dan tipe kepribadian.
Patofisiologi

Faktor faktor risiko Terdapat plak pada dinding


aterosklerosis arteri koroner

Kolesterol, merokok, obesitas, Penyempitan lumen arteri,


hipertensi, hipertensi, DM, gaya hidup ruptur plak, trombosis,
spasme arteri

Penyumbatan arteri koronaria

Aterosklerosis

Operasi CABG (Coronary Artery


Bypass Grafth)

Lapisan endotel pembuluh arteri koroner yang normal akan mengalami kerusakan
oleh adanya faktor risiko antara lain : hipertensi, asap rokok, diet, diabetes melitus,
hiperkolesterolemia, obesitas, merokok, dan kepribadian. Akibat kerusakan endotel
tersebut maka terbentuk plak atherosklerosik pada dinding arteri koroner. Plak tersebut
mengakibatkan penyempitan arteri, ruptur plak, trombosis dan spasme arteri. Kemudian
terjadi penyumbatan arteri koronaria. Sehingga perlu dilakukannya operasi CABG
(Coronary Artery Bypass Grafth).

D. Indikasi CABG
Pasien penyakit jantung koroner yang dianjurkan operasi bypass adalah mereka
yang hasil katerisasi jantung ditemukan adanya :

1. Penyempitan > 50% dari arteri koroner kiri utama (left main disease), atau mean left
equivalent yaitu penyempitan menyerupai left main arteri misalnya ada penyempitan
dibagian proksimal dari arteri anterior desenden dan arteri sirkumflex.

2. Penderita dengan 3 vessel disease yaitu tiga arteri koroner semuanya mengalami
penyempitan sehingga menyebabkan fungsi jantung mulai menurun (ejection
fraction < 50%).

3. Penderita yang gagal dilakukan balonisasi dan stent. Penyempitan 1 atau 2


pembuluh namun pernah mengalami henti jantung. Anatomi pembuluh darah sesuai
untuk operasi bypass.
E. Kontraindikasi CABG

Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang tidak dianjurkan untuk operasi bypass
adalah usia lanjut, fungsi ventrikel kiri jelek (< 30%), struktur arteri koroner yang tidak
memungkinkan untuk disambung.

F. Komplikasi

Komplikasi operasi bypass yang sering terjadi adalah pendarahan, infeksi pada
sternum, serangan jantung atau gangguan irama sampai pasien meninggal, gangguan
pernapasan.

G. Dischard Planing

Berikan instruksi kepada pasien dan orang terdekat tentang hal berikut :

1. Obat-obatan, meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, tindakan pencegahan,


interaksi obat/obat dan makanan/obat dan potensial efek samping.

2. Gejala yang merugikan yang memerlukan perhatian medis untuk pasien yang minum
warfarin : perdarahan dari hidung, hemoptisis, hematulia, melena, memar luas.
Selain itu, tekankan hal berikut : minum warfarin pada waktu yang sam setiap hari :
beritahu dokter bila timbul tanda perdarahan ; pertahankan perjanjian pemeriksaan
masa protrombin (PT) ; hindari obat bebas kecuali diketahui dokter ; hndari pakaian
ketat atau konstriktif.

3. Pertahankan diet rendah natrium, lemak dan kolesterol.

4. Pentingnya aktivitas berjalan dirumah dan memungkinkan periode istirahat sering.

5. Teknik untuk mengkaji nadi radialis, suhu dan berat badan, bila indikator ini
memerlukan pemantauan dirumah, dan melaporkan perubahan bermakna pada
dokter.

6. Tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medis segera : nyeri dada, dispnea,
sesak nafas, BB bertambah, toleransi latihan menurun.

7. Pembatasan aktivitas (misal tidak boleh mengangkat barang berat lebih dari 5 kg,
mendorong, atau menarik selama minimal 6 mingggu), memulai kembali aktivitas
seksual, kerja dan mengendarai mobil.

8. Perawatan tempat insisi dan pentingnya mengkaji tanda infeksi : drainase, demam,
kemerahan menetap, hangat lokal dan nyeri tekan.

9. Rujukan ke program rehabilitasi jantung.

10. Pembahasan tentang lingkungan rumah pasien dan potensial kebutuhan perubahan
atau adaptasi (misal terlalu banyak anak tangga untuk melangkah).
H. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a) Status Neurologi : tingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap


cahaya, kekuatan genggaman, gerakan ekstrimitas, reflek.

b) Status Jantung : frekuensi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah
arteri, tekanan vena central (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru
(PAWP : Pulmonary Artery Wedge Pressure), tekanan atrium kiri (LAP), curah
jantung atau indeks, drainase rongga dada dan status, fungsi pacemaker.

c) Status Respiratori : gerakan dada, suara nafas, penentuan ventilator (frekuensi,


volume tidal, konsentrasi oksigen, kecapatan nafas, tekanan ventilator, pipa
drainase rongga dada, gas darah arteri.

d) Status Pembuluh Darah Perifer : denyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku,
mukosa, suhu, kondisi balutan dan pipa invasif.

e) Fungsi Ginjal : haluaran urin, berat jenis urin, osmolaritasnya.

f) Status Cairan Dan Elektrolit : input, haluaran dari semua pipa drainase, semua
parameter curah jantung, indikasi ketidakseimbangan elektrolit seperti berikut :
Hiperkelemia : konfusi mental, tidak tenang, mual, kelemahan, parestesis
ektremitas, disritmia.

Hipokalemia : intoksikasi digitalis, disritmia.

Hiponatremia : kelemahan, kelelahan, kebingungan, kejang, koma.


Hipokalsemia : parestesia, spasme tangan dan kaki, kram otot, tetani.
Hiperkalsemia : intoksikasi digitalis, asistole.

g) Nyeri : sifat, jenis lokasi, durasi, aprehensi respons terhadap anelgetika.

2. Diagnosa Keperawatan

a) Penurunan curah jantung b.d kehilangan darah dan gangguan fungsi jantung.

b) Nyeri b.d trauma operasi dan iritasi akibat selang dada.

c) Kurang pengetahuan mengenai aktivitas perawatan diri.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Dx. 1 Penurunan curah jantung b.d kehilangan darah dan gangguan fungsi jantung.

Intervensi Keperawatan Rasional


Mandiri : Mandiri :
a) Pantau kecenderungan frekuensi jantung a) Hipertensi dapat terjadi membuat stress
dan TD. pada garis jahitan tandur baru dan
mengubah aliran darah / tekanan dalam
serambi jantung dan melewati katup,
dengan peningkatan resiko komplikasi.
b) Pantau disritmia jantung. Observasi b) Disritmia yang mengancam hidup dapat
respons pasien terhadap disritmia, terjadi sehubungan dengan
contoh penurunan TD. ketidakseimbangan elektrolit, iskemia
miokardia, atau gangguan pada konduksi
elektrikal jantung.
c) Observasi perubahan status mental / c) Dapat mengindikasikan penurunan aliran
orientasi / gerakan atau refleks tubuh, darah atau oksigenasi serebral sebagai
contoh timbulnya bingung, disorientasi, akibat penurunan curah jantung.
gelisah, penurunan respons terhadap
rangsangan, pingsan.
d) Catat suhu kulit / warna, dan kualitas / d) Kulit hangat, merah muda dan nadi kuat
kesamaan nadi perifer. indikator umum curah jantung adekuat.
e) Ukur / catat pemasukan, pengeluaran, e) Menentukan kebutuhan cairan atau
dan keseimbangan cairan. mengidentifikasi kelebihan cairan yang
dapat memengaruhi curah jantung.
f) Jadwal istirahat / periode tidur tanpa f) Mencegah kelemahan / terlalu lelah dan
gangguan. Bantu aktivitas perawatan stress kardiovaskuler berlebihan.
diri.
g) Pantau program aktivitas. Catat respons g) Latihan teratur merangsang sirkulasi /
pasien, tanda vital sebelum / selama / tonus kardiovaskuler dan emningkatkan
setelah aktivitas. rasa sehat.

h) Evaluasi adanya / derajat cemas / emosi. h) Reaksi emosi berlebihan dapat


Dorong penggunaan teknik relaksasi memengaruhi tanda vital dan tahanan
contoh napas dalam, aktivitas senggang. vaskuler sistemik, juga memengaruhi
fungsi jantung.
i) Kaji ulang EKG. i) Untuk mengikuti kemajuan normalisasi
pola konduksi elektrikal / fungsi
ventrikel setelah pembedahan atau
mengidentifikasi komplikasi.
j) Berikan cairan IV / tranfusi darah sesuai j) Untuk memperbaiki / mempertahankan
indikasi. sirkulasi adekuat dan meningkatkan
kapasitas pembawa oksigen.
k) Berikan oksigen tambahan sesuai k) Meningkatkan oksigenasi maksimal,
indikasi. yang menurunkan kerja jantung.
Dx. 2 Nyeri b.d trauma operasi dan iritasi akibat selang dada.

Intervensi Rasional

Mandiri : Mandiri :

a) Observasi cemas, mudah terangsang, a) Menunjukkan derajat nyeri yang dialami


menangis, gelisah, gangguan tidur. pasien.

b) Pantau tanda tanda vital. b) Terjadi peningkatan TD karena nyeri dan


kenyamanan insisi.
c) Tingkatkan posisi nyaman menggunakan
alat bantu bila perlu. c) Untuk meningkatkan kenyamanan.

d) Berikan tindakan nyaman dan bantu d) Meningkatkan relaksasi dan menurunkan


aktivitas perawatan diri. frekuensi kebutuhan dosis analgetik.

e) Jadwalkan aktivitas perawatan untuk e) Dapat meningkatkan koping dengan


seimbang dengan periode tidur / istirahat stress dan ketidaknyamanan.
adekuat.
f) Meningkatkan rasa sehat, menurunkan
f) Identifikasi / dorong perilaku seperti kebutuhan analgesik dan meningkatkan
bimbingan imjinasi, distraksi, penyembuhan.
viasualisasi dan napas dalam.
Kolaborasi :
Kolaborasi :
g) Untuk kontrol nyeri adekuat dan
g) Berikan obat sesuai indikasi, contoh menurunkan tegangan otot, yang
prolsifene dan asetaminofen (Darvocet memperbaiki kenyamanan pasien dan
N), asetaminofen dan oksikodon (Tylox). meningkatkan penyembuhan.

Dx. 3 Kurang pengetahuan mengenai aktivitas perawatan diri.


Intervensi Rasional

Mandiri : Mandiri :

a) Tegaskan penjelasan ahli bedah tentang a) Memberikan informasi secara individual


prosedur pembedahan regular. yang menciptakan dasar pengetahuan.

b) Tinjau program latihan yang ditentukan b) Kemampuan individu tergantung dengan


dan ditingkatkan bertahap. tipe pembedahan, fungsi jantung, dan
kondisi fisik sebelumnya.
c) Hindari mengangkat berat.
c) Mencegah kelelahan / keletihan berlebih.
d) Kuatkan pembatasan dari dokter tentang
mengangkat, mengemudi, kembali d) Untuk mengkaji terhadap penyembuhan
bekerja, dan melakukan kembali sternum.
kativitas seksual.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular : Pengantar dan Teori. Jakarta : Salemba Medika.
www.google.com/picture

Anda mungkin juga menyukai