Anda di halaman 1dari 10

5.

Daya Pemberhenti (Stopping Power)

Suatu partikel berat yang bermuatan ketika melewati suatu bahan (absorber), akan
kehilangan energinya akibat proses ionisasi atom pada bahan (absorber). Jumlah energi yang
hilang per satuan panjang ini disebut dengan daya pemberhenti (stopping power), yang dapat
dihitung secara teoritikal. Bentuk persamaan daya pemberhenti (stopping power) berdasarkan
analisis mekanika klasik diturunkan oleh Niels Bohr pada tahun 1915, kemudian pada tahun
1930, H. Bethe menggunakan pendekatan mekanika kuantum untuk memperbaiki penjelasan
Bohr. Persamaan yang lebih tepat disampaikan oleh F. Bloch pada tahun 1933 dan mencakup
hasil dari Bohr dan Bethe dalam kasus-kasus tertentu.
Suatu partikel bermuatan yang akan menembus bahan (absorber) dimisalkan memiliki
massa , total muatan 2, dan kecepatan . Dapat ditentukan pula bahwa , , dan
merupakan nomor massa, nomor atom, dan kerapatan dari bahan (absorber). Misalkan sebuah
elektron dengan massa berada pada jarak (parameter dampak) dari lintasan sebuah partikel
bermuatan yang dapat digambarkan seperti gambar 7.13 berikut.

Gambar 7.13. Interaksi partikel alpha dengan elektron

Saat = 0, merepresentasikan kedudukan partikel pada titik asal. Untuk memudahkan


analisis terhadap gerakan partikel dan penurunan persamaan daya pemberhenti (stopping
power), dapat digunakan asumsi bahwa:

(i) Partikel bermuatan bersifat berat, dan oleh karena kecepatannya tinggi, maka lintasannya
dalam bahan (absorber) berupa garis lurus. Partikel bermuatan kehilangan energinya
hanya pada saat terjadi proses ionisasi dan eksitasi atom-atom pada bahan sepanjang garis
lintasannya. Gerakan dari partikel bermuatan ini ditentukan oleh analisis mekanika

1
klasik, dan tidak membutuhkan koreksi relativitas. Hal ini benar untuk partikel alpa yang
energinya kurang dari 10 Mev.
(ii) Elektron pada absorber bebas dan pada awalnya berada pada kondisi diam selama proses
tumbukan terjadi. Gerakan dari elektron selama proses tumbukan juga dapat diasumsikan
memiliki kecepatan yang rendah sehingga medan elektrik kemungkinan dapat dihitung
jika elektron tidak bergerak dari posisinya. Hal ini benar jika partikel bermuatan memiliki
kecepatan yang jauh lebih besar dari kecepatan elektron pada atom.
Pada kasus seperti gambar 1, dapat dianalisis bahwa interaksi partikel alpa dan elektron
bersifat simetris. Total impuls yang diberikan kepada elektron pada sumbu adalah nol. Hal
ini benar karena kontribusi impuls pada sumbu ketika partikel mendekati = 0
menghilangkan (meniadakan) kontribusi impuls ketika partikel berada pada < 0. Secara
matematis, hal ini dapat ditulis sebagai:
0 ~

= (7.27)
~ 0
2
dengan merupakan komponen arah dari gaya = . Komponen arah dari
2

impuls (perubahan momentum) yang diberikan kepada elektron adalah:


~ ~
2
= = sin (7.28)
2
~ ~

Berdasarkan gambar 1, kita juga dapatkan bahwa:


sin =


cos = atau = ( )

sehingga:


= ( ) 2 atau = ( ) 2

disubstitusikan ke persamaan (7.28), didapatkan:


~
2
= sin
2
~

2
~
2 2
= 2 ( )

~
~
2 2
= 2
2
~

2
=

0

2
= sin

0

2 2
= (7.29)

Energi yang diberikan kepada satu elektron pada jarak adalah:
2
=
2
2
2 2
( )
=
2
4 2 4
=
2 2 2
2 2 4 (7.30)
=
2 2
2
Jika digunakan bentuk yang merupakan jumlah elektron per satuan volume dari bahan

dengan menyatakan bilangan Avogadro. Karena bahan dapat dipandang sebagai sebuah
silinder yang ditembus oleh partikel, maka jumlah elektron-elektron dalam bagian dengan
radius dan + dan sepanjang dapat digambarkan seperti gambar 7.14 berikut:

Gambar 7.14. Luasan yang diarsir menyatakan silinder dengan radius , ketebalan dan
panjang

3
Berdasarkan gambar tersebut, maka jumlah elektron dapat dinyatakan:


= 2 ( ) (7.31)

Jika persamaan (7.30) dan persamaan (7.31) dikombinasikan, maka energi yang hilang untuk
sepanjang kulit pada radius dan ketebalan adalah:

2 2 4 (7.32)
() = 2 ( )
2 2

Sehingga total energi per satuan panjang yang hilang dari elektron dalam semua kulit silinder
dibatasi oleh parameter dampak minimum ( ) dan parameter dampak maksimun ( )
yang dinyatakan:


4 2 4
=
2

4 2 4
= (7.33)
2


Yang mana dapat diganti ( ) dengan yang menyatakan nomor atom per satuan volume

dari bahan. Sehingga, dapat dihitung nilai dari dan , yang mana akan mendapatkan
bentuk persamaan dari daya pemberhenti (). Hal ini dapat diselesaikan melalui beberapa cara,
tetapi akan digunakan pendekatan klasik yaitu:

(i) Nilai maksimum dari dapat ditentukan dari fakta bahwa secara klasik, kecepatan
maksimum dapat dicapai oleh elektron dalam tumbukan head-on bernilai 2, sehingga
energinya:
1
(2)2 = 2 2 (7.34)
2

dan dari persamaan (7.30) dan persamaan (7.34) didapat:


2 2 4
=
2 2
2 2 4
2
2 =
2 2
22 2 4 = 2 2 4
2 2 4
2 =
22 4

4
2
= (7.35)
2

(ii) Nilai maksimum dapat ditentukan dari ketidakvalidan asumsi bahwa elektron bebas
selama tumbukan. Elektron pada dasarnya terikat dan terdapat nilai energi eksitasi
minimum rata-rata tertentu (). Sehingga tidak bernilai tak hingga tetapi dinyatakan
dengan;

2 2 4
=
2 2

atau

2 2 2 4
=
2

2 2 1/2
= ( ) (7.36)

Sehingga, nilai daya pemberhenti secara klasik didapatkan bentuk persamaannya sebagai:

2 2 1/2 2 2
= ( ) . 2
=


= = 2

4 2 4
=
2

4 2 4 2
= ln
2

Alternatif bentuk persamaan nilai daya pemberhenti secara klasik dapat dilakukan dengan

menentukan nilai dengan pendekatan mekanika kuantum, yaitu:

(i) Nilai : paket gelombang dari elektron dengan massa dan kecepatan diberikan oleh
persamaan panjang gelombang:
2
1 2
= = =

5
Pendekatan klasik benar, oleh karenanya jika medan Coulomb akibat interaksi partikel
tidak mengandung dimensi dari milik electron yang dapat ditulis , atau

2
1 2
=

(ii) Nilai : berdasarkan relativitas waktu untuk pulsa yang diberikan kepada elektron
dalam arah tegak lurus lintasan partikel dinyatakan

2
1 2

Jika (1) < , yang menyatakan frekuensi elektron, elektron tidak akan menyerap energi.
Untuk energi yang diserap, maka

1 2
> 1 2

atau


=
2
1 2

dimana adalah frekuensi rata-rata pada elektron. Dapat ditunjukkan bahwa perbandingan

yang diperoleh dari perlakuan yang sama dengan pendekatan klasik. Dengan

mengkombinasikan persamaan (7.33), (7.35), dan (7.36), diperoleh:

1/2
4 2 4 2 2
= = ( ) (7.37)
2

Untuk pendekatan mekanika kuantum inti memberikan hasil yang berbeda dari batas
dan persamaan daya pemberhenti diberikan oleh:

4 2 4 2 2
= = ( ) (7.38)
2

yang pada dasarnya sama dengan persamaan daya pemberhenti dari pendekatan klasik hanya
saja berbeda pada bentuk ln-nya.
Jika koreksi relativitas diperhitungkan untuk energi tinggi maka:

6
4 2 4 2 2 2 2 (7.39)
= = [ ( ) (1 2 ) 2 ]
2
dengan 0 merupakan massa diam elektron. Dapat dilihat bahwa massa partikel bermuatan
tidak diperhitungkan dalam persamaan ini.
Hasil penurunan diatas benar untuk partikel bermuatan berat seperti alpha, deuteron,
proton, meson, dan sebagainya. Untuk membandingkan bentuk persamaan teoritis daya
pemberhenti pada persamaan (7.38) dengan hasil eksperimen, ditinjau sebuah kasus dari
partikel alpha dengan = 2, sehingga persamaan (7.38) menjadi:
4 2 4 2 2
() = = ( )
2

422 4 2 2
( ) = = ( )
2
16 4 2 2
( ) = = ( ) (7.40)
2
atau dengan menuliskannya kembali sebagai fungsi (), didapatkan:
2 2 2 (7.41)
( ) = = ( )
16 4

Gambar 7.15. Pemverikasian bentuk persamaan ()

Gambar 7.15 diatas memperlihatkan grafik () fungsi . Garis utuh adalah hasil plot dari
persamaan (7.41) sedangkan lingkaran kecil terbuka merupakan titik-titik hasil eksperimen.
Persamaan dari hasil penurunan teoritis dan hasil eksperimen terlihat sempurna ketepatannya.
Arthur Beiser dengan menggunakan bentuk persamaan (7.41) telah menghitung daya
pemberhenti dari partikel-partikel lain sebagai fungsi energi yang ditampilkan pada gambar

7
7.16 untuk partikel alpha, deuteron, proton, meson-, meson, dan elektron dengan udara
sebagai absorber.


Gambar 7.16. Grafik (dalam /) di udara untuk beberapa partikel bermuatan.

Bentuk persamaan daya pemberhenti di atas tidak sesuai untuk partikel bermuatan yang
bergerak pelan. Sebagai contoh, persamaan ini tidak bisa digunakan untuk partikel alpha
dengan energi kurang dari 5 Mev dan proton dengan energi kurang dari 1,3 Mev.
Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh fakta bahwa penangkapan dan hilangnya elektron, yang
mana menjadi menonjol untuk energi rendah, tidak diperhitungkan.

6. Hubungan Jangkauan dan Energi

Telah dilihat bahwa jangkauan dan energi partikel alfa berhubungan dengan persamaan.
(7.20) dan (7.21), yaitu,


1
= = ( ) (7.20)

0 0

dan

(7.21)
= = ( )

0 0

Hal ini berguna dalam mempelajari reaksi nuklir mengenai kurva jangkauan dan energi untuk
semua energi. Lebih mudah mengukur berbagai partikel alfa dan kemudian menghitung
energinya dari kurva jangkauan dan energi. Kurva ini dapat dinyatakan baik dari data

8
eksperimen atau dari perhitungan teoritis. Untuk perkiraan perhitungan, energi partikel alfa
dengan jangkauan antara 3 cm dan 7 cm dapat dihitung dari hubungan empiris berikut ini:
3
= 0,318 2 (7.42)
Dimana E adalah energi Mev dan adalah kisaran rata-rata jangkauan dalam cm di udara pada
15 dan 760 mmHg.

Gambar 7.17 Hubungan jangkauan dan energi pada partikel alpha yang lambat di udara pada
15 dan 760 mm

Kurva jangakauan dan energi yang akurat dinyatakan dengan prosedur berikut (lihat
gambar 7.17). Jangkauan dan energi partikel alfa dari pemancar alfa radioaktif alami telah
diukur secara akurat. Ini mencakup energi sekitar 5 Mev sampai 10 Mev dan jangkauan di
udara dari 5 cm sampai 12 cm. Data untuk titik-titik antara energi dan data untuk memperluas
kurva di luar 10 Mev diperoleh dengan memanfaatkan pernyataan teoritis untuk daya
pemberhenti yang diberikan pada bagian 5. Kurva ini tidak dapat diperluas ke energi yang lebih
rendah dengan penggunaan pemancar alfa karena tidak ada yang memiliki energi kurang dari
5 Mev. Hubungan teoritis juga tidak bertahan untuk energi kurang dari 5 Mev. Partikel alfa
dengan energi rendah dapat diproduksi dengan memperlambat partikel alpha, namun metode
ini belum memuaskan.

Metode yang paling memuaskan untuk mendapatkan informasi pada energi rendah
telah digunakan oleh Bethe. Ini melibatkan pengukuran energi dan jangkauan partikel alfa yang
dipancarkan dalam reaksi nuklir tertentu. Dua reaksi nuklir yang menghasilkan partikel alfa

9
telah ditemukan bermanfaat untuk memperluas kurva jangkauan dan energi ke energi rendah.
Reaksinya, yaitu:
(1) 63 + 10 42 + 31 +

dimana:

= 4,788 0,023

= 2,057 0,010

= 1,04 0,02

(2) 105 + 10 73 + 42 +

dimana:

= 2,316 0,006

= 1,474 0,004

= 0,720 0,015

Ada perbaikan dalam pengetahuan tentang hubungan antara ionisasi dan energi yang
hilang. Menggabungkan hasil teori, pemancar alfa alami, dan data nuklir, Bethe telah
menyiapkan kurva jangkauan dan energi yang akurat untuk partikel alfa seperti yang
ditunjukkan dalam gambar 7.17. Kurva serupa juga telah dinyatakan untuk proton, memperluas
ke energi yang sangat tinggi.

10

Anda mungkin juga menyukai