16 Desember 2013
LAPORAN TUTORIAL
MODUL 1
JATUH
SISTEM GERIATRI
Disusun Oleh :
Nama : Fatimah
Stambuk : 10 777 002
Kelompok : 1 (Satu)
Tutor : dr. Ahmad Zaifullah
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. SKENARIO
Seorang perempuan umur 73 tahun masuk rumah sakit dengan
keluhan nyeri pada pangkal paha kanan terutama bila digerakkan
sehingga mengganggu aktivitas dan tidak bisa berjalan. Keadaan ini
dialami sejak 3 hari yang lalu setelah penderita jatuh terduduk di dalam
kamar mandi. Postur tubuh penderita bungkuk ke depan sejak beberapa
tahun terakhir ini. Beberapa hari terakhir ini penderita kedengaran
batuk-batuk tetapi sulit sekali mengeluarkan lendirnya terutama malam
hari dan juga nafsu makan beberapa minggu ini sangat menurun. Hasil
pemeriksaaan fisik : TD 170/90 mmhg, nadi 92x/menit, pernapasan
30x/menit, dan suhu 37,1 derajat celcius. Pemeriksaan auskultasi
terdengar bunyi tambahan ronkhi basah kasar di seluruh lapangan ke
dua paru. Penderita juga selama ini minum obat-obat kencing manis,
Tekanan darah tinggi dan rematik.
1.4. PERTANYAAN
1.4.1. Jelaskan proses penuaan?
1.4.2. Jelaskan mengapa fungsi motorik terganggu sedangkan fungsi
sensorik tidak terganggu?
1.4.3. Jelaskan perubahan fisiologi apa yang terjadi pada penderita
lansia?
1.4.4. Jelaskan etiologi dan faktor resiko jatuh pada lansia?
1.4.5. Jelaskan pencegahan dan penatalaksaan pada pasien jatuh
lansia?
1.4.6. Jelaskan alur diagnosis pada pengelolaan lansia?
1.4.7. Apakah ada hubungan dan riwayat pengguna obat-obatan
Diabetes melitus, hipertensi, dan rematik jelaskan?
1.4.8. Komplikasi apa saja yang dapat ditimbulkan akibat jatuh?
1.4.9. Jelaskan penanganan awal dari skala prioritas pada skenario?
1.4.10. Apakah ada hubungan penyakit dahulu dengan jatuh?
1.4.11. Apakah ada hubungan batuk, anoreksia, dengan terjadinya
jatuh?
1.4.12. Jelaskan keadaan / penyakit apa yang menimbulkan nyeri pada
paha pangkal kanan atas?
DM
Nyeri Hipertensi
Jatuh
pneumoni anoreksia
Rematik
1.6. SKALA PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri
2. Hipertensi
3. Anoreksia
4. Pneumoni
5. Diabetes Melitus
6. Rematik
BAB II
PEMBAHASAN
2.4. Komplikasi
Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti tersebut di
bawah ini : (Kane, 1994; Van-der-Cammen, 1991)
1. Perlukaan (injury)
Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit robek atau
tertariknya jaringan otak, robeknya arteri / vena
Patah tulang (fraktur)
o Pelvis
o Femur (terutama kalium)
o Humerus
o Lengan bawah
o Tungkai bawah
o Kista
Hematom subdural
2. Perawatan rumah sakit
Komplikasi akibat tidak dapat bergerak (imobilisasi)
Risiko penyakit-penyakit iatrigenik
3. Disabilitas
Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik
Penurunan mibilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri dan
pembatasan gerak
4. Risiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan (nursing home)
5. Mati
2.5. Pencegahan
Jatuh bukan merupakan konsekuensi dari lanjutnya usia, oleh karena itu
dapat dilakukan pencegahan (King, 2004). Berdasarkan guidline dari
American Geriatric Society, British Geriatric Society dan American Academy
of Orthopeic Surgeon Panel on Fall Prevention merekomendasikan bahwa
pasien lanjut usia harus dilakukan skrening jatuh setiap tahun dengan
evaluasi yang mendalam pada individu yang perna mengalami kejadian jatuh
baik sekali atau berulang (Fink HA, Wyman JF, Hanlon. JT, 2003);
(AGS/BGS/AAOS, 2007). Pada pasien lansia yang baru pertama kali jatuh
harus dilakukan evaluasi. Pada lansia yang jatuh berulang dilakukan
asesmen tentang obat-obatan yang digunakan, fungsi eksrenitas bawah,
fungsi neurologi dan kardiovaskuler (AGS/BGS/AAOS.2007).
Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila
sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap
memberatkan.
Ada 2 usaha pokok untuk pencegahan ini, Antara lain : (Tinetti,19992;
Van-der,Cammen, 1991; Reuben, 1996).
Gambar :Fase pijakan dalam berjalan dibagi atas (A) heel strike,
(B) midstance, dan (C) push-off (dikutip dari Ebnezar J,
2005)
Pendekatan diagnostik
Direkomendasikan untuk melakukan asesmen pada semua lansia sebagai
bagian dari pemeriksaan rutin yang meliputi:
1. Semua lansia yang kontrol rutin di puskesmas atau dokter atau tenagakes
ehatan lain wajib untuk ditanya tentang jatuh minimal setahun sekali.
2. Semua lansia yang pemah dilaporkan jatuh satu kali wajib diobservasideng
an meminta untuk melakukan the get up and go tes. Apabila pasien dapat
melakukan tanpa kesulitan tidak memerlukan asesmen lanjutan.
3. Pasien yang mengalami kesulitan untuk melakukan tes itu memerlukan kaji
an yang lebih lanjut (AGS, ABS, AAOS, 2001).
B. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda vital: nadi, tensi, respirasi, suhu badan (panas / hipotermi)
2. Kepala dan leher : penumnan visus, penumnan pendengaran, nistagmus,
gerakan yang menginduksi ketidak seimbangan, bising.
3. Jantung : aritmia, kelainan katup.
4. Neurologi: pembahan status mental, defisit fokal, neuropati perifer,
kelemahan otot, instabilitas, kekakuan, tremor.
5. Muskuloskeletal : pembahan sendi, pembatasan gerak sendi, problem kaki
(podiatrik), deformitas.
C. Assesment Fungsional
Dilakukan observasi atau pencarian terhadap :
1. Fungsi gait dan keseimbangan : observasi pasien ketlka bangkit dari
duduk dikursi, ketika berjalan, ketika membelok atau berputar badan,
ketika mau duduk dibawah.
2. Mobilitas : dapat berjalan sendiri tanpa bantuan, menggunakan alat bantu,
memakai kursi roda atau dibantu.
3. Aktifitas kehidupan sehari-hari : mandi, berpakaian, bepergian, kontinens.
C. Intervensi obat-obatan
Terapi obat-obatan pada pasien harus dikaji lebih lanjut. Obat-obatan
yang diberikan harus benar-benar diperlukan, obat-obatan yang terlalu
banyak akan meningkatkan risiko jatuh. Apabila memungkinkan terapi
nonfarmakologi hams dilakukan pertama kali. Benzodiazepin baik yang
kerja panjang maupun yang kerja singkat meningkatkan risiko jatuh demikian
juga trisiklik antidepresan dan golongan selective serotonin reuptake inhibitor
khususnya pada dosis tinggi. Obat-obat psikotropika harus dimulai dengan
dosis rendah dan kemudian dinaikkan perlahan (Nnodim JO, Alexander NB, 2
005).
Pemberian obat-obat penghilang sakit kronik secara terjadwal lebih
efektif dibandingkan pemberian bila diperlukan. Terapi ekstrapiramidal
dengan levodopa dan obatyang lain dapat memperbaiki mobilitas tetapi
sering tidak dapat memperbaiki instabilitas J(Hile ES, Studenski SA, 2007) .
Postural hipertensi dapat dikontrol dengan penyesuaian dosis obat,
kaus kaki kompresi, pembahan perilaku misalnya menghindari pembahan
posisi yang mendadak, latihan ROM (Range of Motion) aktif pada ekstremitas
bawah untuk meningkatkan venous return sebelum posisi berdiri.
D. Intervensi Lingkungan
Intervensi tunggal pada penelitian terkontrol mengatakan bahwa
modifikasi lingkungan akan meningkatkan keamanan, namun tidak
menumpukan risiko jatuh. Bagaimanapun intervensi lingkungan merupakan
bagian dari program multifaktorial, keamanan lingkungan difikirkan
berpengamh menurunkan risiko yang paling mudah dilakukan (Nnodim JO, Al
exander NB, 2005).