Oleh:
KELAS :D
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
kelompok makanan hijauan untuk ternak ini dapat berupa hijauan segar berupa
rumput dan kacang-kacangan atau leguminosa. Untuk itu dalam praktikum ini
dilakukan cara-cara untuk mengetahui kualitas dari hijauan pakan ternak untuk
danlegume dengan komposisi rumput 60% dan legume 40%. Hijauan makanan
keatas dengan jumlah ternak diatas 100 ekor, diperoleh dari hasil tanam sendiri
yang ditanam pada areal khusus untuk budidaya tanaman pakan, seperti rumput
sebagian besar hijauan pakan diperoleh dari hasil mencari di tempat-tempat umum
atau dari limbah pertanian. Budidaya rumput atau legum di peternakan rakyat
areal padang rumput alam merupakan potensi yang Jurnal Zootek (Zootrek
Pengembangan ternak sapi potong tidak bisa terlepas dari upaya penyediaan
Salah satu hal yang dilakukan untuk peningkatan produksi ternak harus
pakanhijauan dapat juga berfungsi sebagai bulk dan juga sebagai sumber
pesat akan menyebabkan peningkatan kebutuhan suplai pakan hijauan, hal ini
akan mengakibatkan lebih banyak sumber daya lahan yang diperlukan untuk
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mangetahui cara
1.3. Manfaat
difermentasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
unit per satuan luas sehingga memberikan hasil yang optimum atau daya tampung
dalam animal unit (AU) (Winarto, 2010). Kepadatan ternak yang tidak
menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang
hijauan untuk ternak dan tanaman yang tersisa cukup untuk pertumbuhan
sebagai berikut :
1. Metode pengacakan merupakan penentuan secara acak suatu lahan hijauan
seluas 1 m2 atau dalam bentuk lingkaran dengan garis tengah 1m. Petaka
cuplikan kedua diambil pada jarak lurus 10 langkah kekanan dari petak
telah ditentukan. Cuplikan berikutnya diambil pada suatu titik dari cuplikan
sumber pakan hijauan dari setiap lahan sumber hijauan yang ada.
hijauan makanan ternak yang tersedia. Dalam perhitungan ini digunakan norma
Satuan Ternak (ST) yaitu ukuran yang digunakan untuk menghubungkan bobot
melalui cairan tanah) karena bersimbiosis dengan bakteri tertentu pada akar atau
bakteri bertempat tinggal dan berkembang biak serta melakukan kegiatan fiksasi
nitrogen bebas dari udara. Itulah sebabnya leguminosa merupakan sumber protein
dan mineral yang berkadar tinggi bagi ternak, disamping memperbaiki kesuburan
nodul/bintil akar yang mampu memfiksasi nitrogen bebas dari udara sehingga
dapat mensuplai kebutuhan tanaman akan unsur N tersedia. Hasil simbiosis ini
2.3. Rumput
sebesar 4,23 %. Dari produksi yang ada memiliki kapasitas tampung sebesar 0,66
ST/ha/tahun. Dari segi kualitas, kandungan protein yang ada berada jauh dibawah
ambang kebutuhan minimal bagi ternak sehingga secara umum selalu terjadi
fakultas pertanian Universitas Halu Oleo adalah rumput lapang. Rumput lapang
merupakan campuran dari beberapa jenis rumut lokal yang umumnya tumbuh
secara alami dengan daya produksi dan kualitas nutrisi yang rendah. Kualitas
rumput lapang sangat beragam karena tergantung pada kesuburan tanah, iklim,
merupakan hijauan pokok yang sering diberikan pada ternak (Pulungan, 2008).
sudah umum digunakan sebagai pakan utama ternak ruminansia (sapi dan domba).
Rumput lapang banyak terdapat di sekitar sawah atau ladang, pegunungan, tepi
jalan, dan semak-semak. Rumput lapang tumbuh liar sehingga memiliki mutu
yang kurang baik untuk pakan ternak. Rumput lapang yang dikeringkan matahari
2.4. Gulma
Gulma adalah segala jenis tanaman atau tumbuhan yang tidak ditanam dan
tumbuh secara liar dilahan pertanian, perkebunan atau tempat lain yang
produksi dan gulma dalam mendapatkan nutrisi yang ada dalam tanah. Pada jenis
gulama tertentu, yaitu gulma yang tumbuh tinggi dan menutupi tajuk tanaman
seperti ilalang dan mekania dapat mengeluarkan zat yang bersifat racun bagi
tanaman, yaitu zat allelophaty. Zat beracun tersebut terdapat pada akar gulma dan
(Koestono, 2004).
BAB III
METODEOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan hari mingu pada Tanggal, 21 Maret 2017 pada
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada
Adapun cara kerja dari praktikum menghitung kapasitas tampung dari suatu
1. Pertama tama dibuat persegi panjang yang square meter pada masing
2. Setelah itu square meter dilemparkan secara acak, ukuran sudah past baru
3. Setelah itu rumput yang sudah digunting dimasukan kedalam kantung plasitik
sebanyak 10 kali.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN
4.2. Pembahasan
Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, yang akan dihitung kapasitas tampung
ternaknya adalah sekitar 1,5 ha. Metode pengambilan sampel produksi hijauan
ternak berdasarkan petunjuk Hall (1964) yang dikutip Susetyo (1980) dalam
Koddang dkk (1994), yaitu dengan menggunakan frame yang dilempar secara
frame dipotong sedekat mungkin dari permukaan tanah yakni 5cm dari
permukaan tanah, kemudian hijauan hasil pemotongan dimasukkan ke dalam
ternak yang terdapat pada padang penggembalan lahan Pertanian Universitas Halu
Oleo, rumput diperoleh rata-rata 135,3 Gram, legum 186,3, sedangkan gulma
sebesar 86,9. Dengan persentase proper use tersebut diperoleh produksi hijauan
makanan ternak yang dapat dikonsumsi oleh ternak sebanyak 3,285 kg/tahun.
Diasumsikan hijauan makanan ternak yang diproduksi tersebut memiliki kadar air
sebesar 71%, maka produksi Berat kering hijauan tersedia sebesar 27,65788%.
Ternak yang akan digembalakan adalah sapi dengan bobot tubuh rata-ratanya 300
M. Agus (2012) yakni sebesar 3% dari bobot tubuhnya, sehingga kebutuhan berat
kering tiap ekor ternak adalah 9 kg BK/hari atau 3,285 ton BK/tahun.
di lahan Pertanian Fakultas Pertanian Universita Halu Oleo adalah 1 ekor sapi
dengan bobot rata-rata 300 kg. Maka dapat disimpulkan bahawa ketersediaan
5.1. Kesimpulan
terdapat perbedaan antara bahan kering total dan kadar air total. Perbedaanya
5.2. Saran
Saran untuk praktek lapang ini yaitu sebaiknya praktek lapang dilakukan pada
saat pagi atau sore hari agar proses praktikum berjalan sesuai yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi, M dan Diana, S. 2010. Keragaman botanis dan kapasitas tampung padang
penggembalaan alami di kabupaten yapen. Jurnal Ilmu Peternakan, Vol.
5(2). Hal. 92-97.