Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM PERTANIAN PETERNAKAN TERPADU

(KAPASITAS DAYA TAMPUNG)

Oleh:

NAMA : WA ODE SAMSIA

STAMBUK : L1A 114 190

KELAS :D

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN : RATNA SARI

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hijauan makanan ternak adalah semua bahan makanan yang berasal

daritanaman dalam bentuk daun-daunan dan yang termasuk kedalam

kelompok makanan hijauan untuk ternak ini dapat berupa hijauan segar berupa

rumput dan kacang-kacangan atau leguminosa. Untuk itu dalam praktikum ini

dilakukan cara-cara untuk mengetahui kualitas dari hijauan pakan ternak untuk

rumput yang digembalakan untuk memenuhi kebutuhan ternak maka dibutuhkan

hijauan yangmempunyai kualitas tinggi, kuantitas yang cukup serta ketersediaan

dapat berkelanjutan. Penyediaan pada padang pengembalaan dapat berupa rumput

danlegume dengan komposisi rumput 60% dan legume 40%. Hijauan makanan

ternak memegang peranan penting bagi ternak Ruminansia, besarnya sumbangan

hijauan bagi ternak ruminasia 74-94% atau bisa mencapai 100%.

Hijauan pakan atau pasture pada perusahaan ternak bersekala menengah

keatas dengan jumlah ternak diatas 100 ekor, diperoleh dari hasil tanam sendiri

yang ditanam pada areal khusus untuk budidaya tanaman pakan, seperti rumput

rumputan atau leguminosa. Tetapi pada peternakan rakyat setiap peternak,

sebagian besar hijauan pakan diperoleh dari hasil mencari di tempat-tempat umum

atau dari limbah pertanian. Budidaya rumput atau legum di peternakan rakyat

hanya dilakukan pada lahan-lahan sisa atau pematangpematang yang tidak

mungkin dapat ditanami tanaman pangan (Supriadi dkk, 2001).


Semua hijauan yang dapat dimakan ternak baik yang tumbuh dan

berkembang di sisi kiri-kanan jalan, areal kebun/lading, areal perkebunan serta

areal padang rumput alam merupakan potensi yang Jurnal Zootek (Zootrek

Journal) Vol.35 No.2:340-350, perlu digali keberadaannya sehingga menjadi asset

dalam pengembangan usaha ternak ruminansia khususnya ternak sapi potong.

Pengembangan ternak sapi potong tidak bisa terlepas dari upaya penyediaan

hijauan makanan ternak secara berkelajutan.

Salah satu hal yang dilakukan untuk peningkatan produksi ternak harus

seiring dengan peningkatan kualitas dan kuantitas pakan hijauan. Karena

pakanhijauan dapat juga berfungsi sebagai bulk dan juga sebagai sumber

karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Pertambahan populasi yang begitu

pesat akan menyebabkan peningkatan kebutuhan suplai pakan hijauan, hal ini

akan mengakibatkan lebih banyak sumber daya lahan yang diperlukan untuk

dijadikansebagai tempat penggembalaan ternak.

1.2.Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mangetahui cara

menghitung kapasitas tampung, dari beberapa perlakuan yang sudah difermentasi.

1.3. Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mangetahui

cara menghitung kapasitas tampung, dari beberapa perlakuan yang sudah

difermentasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kapasitas Tampung (Carrying Capacity)

Carrying Capacity (CC) adalah kemampuan untuk menampung ternak per

unit per satuan luas sehingga memberikan hasil yang optimum atau daya tampung

padang penggembalaan untuk mencukupi kebutuhan pakan hijauan yang dihitung

dalam animal unit (AU) (Winarto, 2010). Kepadatan ternak yang tidak

memperhatikan Carring Capacity akan menghambat pertumbuhan hijauan yang

disukai, sehingga populasi hijauan yang berproduksi baik akan menurun

kemampuan produksinya, karena tidak mendapat kesempatan untuk tumbuh.

Kapasitas tampung adalah kemampuan padang penggembalaan untuk

menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang

digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan

untuk menampung ternak per hektar. Kapasitas tampung menjamin kecukupan

hijauan untuk ternak dan tanaman yang tersisa cukup untuk pertumbuhan

selanjutnya. Apabila jumlah ternak yang dipelihara pada suatu padang

penggembalaan melebihi kapasitas tampungnya akan mengakibatkan rusaknya

padang penggembalaan karena pertumbuhan kembali suatu tanaman akan

melambat (Faisal, 2013).

Menurut Susetyo (1980), penentuan kapasitas tampung secara cuplikan

memiliki peranan penting dalam pengukuran produksi hijauan. Penentuan

pengambilan petakpetak cuplikan dapat dilakukan dengan beberapa metode

sebagai berikut :
1. Metode pengacakan merupakan penentuan secara acak suatu lahan hijauan

seluas 1 m2 atau dalam bentuk lingkaran dengan garis tengah 1m. Petaka

cuplikan kedua diambil pada jarak lurus 10 langkah kekanan dari petak

cuplikan pertama dengan luas yang sama.

2. Metode sistematik merupakan pengambilan cuplikan dimulai dari titik yang

telah ditentukan. Cuplikan berikutnya diambil pada suatu titik dari cuplikan

pertama sehingga membentuk garis terpanjang dari lahan sumber hijauan.

3. Metode stratifikasi merupakan pengambilan sampel cuplikan pada lahan

sumber pakan hijauan dari setiap lahan sumber hijauan yang ada.

Perhitungan mengenai kapasitas tampung (Carrying Capacity) suatu

lahanterhadap jumlah ternak yang dipelihara adalah berdasarkan pada produksi

hijauan makanan ternak yang tersedia. Dalam perhitungan ini digunakan norma

Satuan Ternak (ST) yaitu ukuran yang digunakan untuk menghubungkan bobot

tubuh ternak dengan jumlah makanan ternak yang dikonsumsi.

2.2. Legum (Leguminosa)

Leguminosa merupakan salah satu suku tumbuhan dikotil yang

mempunyai kemampuannya mengikat (fiksasi) nitrogen langsung dari udara (tidak

melalui cairan tanah) karena bersimbiosis dengan bakteri tertentu pada akar atau

batangnya (Tillman dkk, 1998). Leguminosa memiliki bintil-bintil akar yang

berfungsi dalam pensuplai nitrogen, dimana di dalam bintil-bintil akar inilah

bakteri bertempat tinggal dan berkembang biak serta melakukan kegiatan fiksasi

nitrogen bebas dari udara. Itulah sebabnya leguminosa merupakan sumber protein
dan mineral yang berkadar tinggi bagi ternak, disamping memperbaiki kesuburan

tanah (Susetyo, 1981).

Tanaman legum memiliki beberapa keunggulan, antara lain dapat tumbuh

dan berkembang pada berbagai agroekosistem dan sangat toleran terhadap

kekeringan, saline, dan tanah ultisol asam. Tanaman leguminosa mempunyai

kemampuan bersimbiosis secara mutualistik dengan bakteri rhizobium sp yang

tumbuh di daerah perakarannya. Adanya bakteri ini menyebabkan terbentuknya

nodul/bintil akar yang mampu memfiksasi nitrogen bebas dari udara sehingga

dapat mensuplai kebutuhan tanaman akan unsur N tersedia. Hasil simbiosis ini

diharapkan mampu meningkatkan produksi hijauan tanaman. (Kaho dkk, 2004).

2.3. Rumput

Kleden (2001) melaporkan bahwa produksi rumput alam yang tersebar

dalam hamparan padang penggembalaan memilki kandungan protein kasar

sebesar 4,23 %. Dari produksi yang ada memiliki kapasitas tampung sebesar 0,66

ST/ha/tahun. Dari segi kualitas, kandungan protein yang ada berada jauh dibawah

ambang kebutuhan minimal bagi ternak sehingga secara umum selalu terjadi

penurunan berat badan ternak sebesar 30-60 kg selama musim kemarau.

Jenis rumput dalam padang pengembalaan yang terdapat pada lahan

fakultas pertanian Universitas Halu Oleo adalah rumput lapang. Rumput lapang

merupakan campuran dari beberapa jenis rumut lokal yang umumnya tumbuh

secara alami dengan daya produksi dan kualitas nutrisi yang rendah. Kualitas

rumput lapang sangat beragam karena tergantung pada kesuburan tanah, iklim,

komposisi spesies, waktu pemotongan, cara pemberiannya, dan secara umum


kualitasnya dapat dikatakan rendah. Walaupun demikian rumput lapang

merupakan hijauan pokok yang sering diberikan pada ternak (Pulungan, 2008).

Menurut Aboenawan (2001), rumput lapangan merupakan pakan yang

sudah umum digunakan sebagai pakan utama ternak ruminansia (sapi dan domba).

Rumput lapang banyak terdapat di sekitar sawah atau ladang, pegunungan, tepi

jalan, dan semak-semak. Rumput lapang tumbuh liar sehingga memiliki mutu

yang kurang baik untuk pakan ternak. Rumput lapang yang dikeringkan matahari

memiliki komposisi zat makanan.

2.4. Gulma

Gulma adalah segala jenis tanaman atau tumbuhan yang tidak ditanam dan

tumbuh secara liar dilahan pertanian, perkebunan atau tempat lain yang

kehadiranya tidak diinginkan karena keberadanya dapat mengganggu tanaman

utama. Dilahan pertanian, baik lahan budidaya holtikultura maupun lahan

budidaya tanaman perkebunan kehadiran gulma dapat berdampak buruk bagi

tanaman utama, yaitu dapat menurunkan hasil tanaman produksi.

Gulma dapat mengganggu karena adanya kompetisi antara tanaman

produksi dan gulma dalam mendapatkan nutrisi yang ada dalam tanah. Pada jenis

gulama tertentu, yaitu gulma yang tumbuh tinggi dan menutupi tajuk tanaman

produksi kompetisi (persaingan) juga terjadi dalam memperoleh sinar matahari.

Selain berkompetisi juga memperebutkan kebutuhan hara, beberapa jenis gulma

seperti ilalang dan mekania dapat mengeluarkan zat yang bersifat racun bagi

tanaman, yaitu zat allelophaty. Zat beracun tersebut terdapat pada akar gulma dan

berdampak negatif sebagai penghambat pertumbuhan tanaman. Jika suatu areal


lahan pertanian atau perkebunan didomoinasi oleh gulma ilalang dan mekania,

tanaman produksi akan kelihatan menguning dan pertumbuhanya tidak normal

(Koestono, 2004).
BAB III
METODEOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan hari mingu pada Tanggal, 21 Maret 2017 pada

pukul 16.00 sampai selesai, Bertempat di Padang Penggembalaan Lahan Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada

Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum Kapasitas Tampung


No Nama alat Kegunaan
1 Frame Untuk mengambil sampel pada lemparan acak
2 Kantung Sampel Untuk menyimpan rumput segar yang sudah
digunting
3 Gunting Untuk menggunting rumput segar yang ada
dilahan pertanian
4 Timbangan digital Untuk menimbang rumput yang sudah dipisahkan
antara gulma, dan leguminosa
5 Fulpen Untuk mencatat hasil pengamatan
6 Kamera Hp Untuk dokumentasi

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum Pembuatan Pupuk Kompos


dengan Bahan Dasar Feses Sapi yang Diberi Perlakuan Pemberian Em4.
No Bahan pengamatan Kegunaan
1 Rumput Sebagai bahan yang diamati
2 Legum Sebagai bahan yang diamati
3 Gulma Sebagai bahan yang diamati
3.3. Metode Praktikum

Adapun cara kerja dari praktikum menghitung kapasitas tampung dari suatu

area padang rumput yaitu:

1. Pertama tama dibuat persegi panjang yang square meter pada masing

masing jenis rumputdengan bentuk segi empat dengann ukuran 3x3 m.

2. Setelah itu square meter dilemparkan secara acak, ukuran sudah past baru

kemudian rumput yang ada dalam square meter digunting.

3. Setelah itu rumput yang sudah digunting dimasukan kedalam kantung plasitik

dan baru kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan digital.

4. Hasil penimbangan kemudian dicatat dan melakukan pengambilan sampel

sebanyak 10 kali.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN

4.1. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada pada padang pengembalaan adalah :


Jumlah Hijauan Makanan Ternak
BERAT SAMPEL
KOMPOSISI
NO LEMPARAN
RUMPUT LEGUM GULMA TOTAL
1 68 836 85 989
2 148 59 8 215
3 111 68 9 188
4 98 304 402
5 280 51 86 417
6 45 19 74 138
7 221 178 399
8 143 154 171 468
9 106 75 181
10 133 8 187 326
Rata-rata 135,3 186,3 86,9 372,3

Berat segar : 303 gram


Berat amplop : 25 gram
Berat sampel : 500 gram

4.1.1. Komposisi Botani (kb)

% R = R 100% = 1353 100% = 36,323


A 3725

% L = R 100% = 1677 100% = 45,021


A 3725

% G = R 100% = 695 100% = 18,658


A 2507 100%
Basis penelitian : bahan kering (BK)
BK rumput x = 27,65788 %
1 ha = 100 100 = 10.000 m2
321,6 x 4 10.000 = 12.864.000
10.000
= 1.286,4 gr 27,65788 %
= 355,79097 6
= 2.134,746
Koreksi dengan PUF = 25 %
= 2.134,746 25 %
= 533,6865

4.1.2. Kapasitas tampung

1 ST = 1 ekor sapi jantan BB 300 kg


BB = 3 %
Konsumsi BK = 9 gr
1 tahun =365 hari
= 9 x 365 = 3.285 kg/tahun
Produksi BK/tahun =533,6865= 0,16246 produksi BK/tahun/konsumsi
Konsumsi 3,285

4.2. Pembahasan

Luas lahan padang pemgembalaan yang terdapat pada lahan pertanian,

Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, yang akan dihitung kapasitas tampung

ternaknya adalah sekitar 1,5 ha. Metode pengambilan sampel produksi hijauan

ternak berdasarkan petunjuk Hall (1964) yang dikutip Susetyo (1980) dalam

Koddang dkk (1994), yaitu dengan menggunakan frame yang dilempar secara

acak dipadang penggembalaan, dengan luas frame 1m x 1m. Hijauan di dalam

frame dipotong sedekat mungkin dari permukaan tanah yakni 5cm dari
permukaan tanah, kemudian hijauan hasil pemotongan dimasukkan ke dalam

plastik untuk ditimbang, pengambilan sampel ke-2 sampai ke-10 dilakukan

dengan teknik yang sama. Saat penimbangan sampel masing-masing frame

dipisahkan antara jenis rumput, legumnya dan gulma.

Berdasarkan dari 10 kali pengambilan sampel jumlah hijauan makanan

ternak yang terdapat pada padang penggembalan lahan Pertanian Universitas Halu

Oleo, rumput diperoleh rata-rata 135,3 Gram, legum 186,3, sedangkan gulma

sebesar 86,9. Dengan persentase proper use tersebut diperoleh produksi hijauan

makanan ternak yang dapat dikonsumsi oleh ternak sebanyak 3,285 kg/tahun.

Diasumsikan hijauan makanan ternak yang diproduksi tersebut memiliki kadar air

sebesar 71%, maka produksi Berat kering hijauan tersedia sebesar 27,65788%.

Ternak yang akan digembalakan adalah sapi dengan bobot tubuh rata-ratanya 300

kg dengan kebutuhan Berat kering hijauan makanan ternak sebagaimana menurut

M. Agus (2012) yakni sebesar 3% dari bobot tubuhnya, sehingga kebutuhan berat

kering tiap ekor ternak adalah 9 kg BK/hari atau 3,285 ton BK/tahun.

Berdasarkan kapasitas tampung bahwa, jumlah ternak yang digembalakan

di lahan Pertanian Fakultas Pertanian Universita Halu Oleo adalah 1 ekor sapi

dengan bobot rata-rata 300 kg. Maka dapat disimpulkan bahawa ketersediaan

pakan hijauan ternak di tempat tersebut dapat memenuhi kebutuhanya bahan

keringnya yaitu sebesar 72,34212 % (Junaidi, M dan Diana, S. 2010).


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan antara bahan kering total dan kadar air total. Perbedaanya

sebesar BK 27,65788% sedangkan KA sebesar 72, 34212%, ini berarati

ketersediaan pakan hijauan ternak di tempat tersebut dapat memenuhi

kebutuhanya bahan keringnya yaitu sebesar 72,34212 % .

5.2. Saran

Saran untuk praktek lapang ini yaitu sebaiknya praktek lapang dilakukan pada

saat pagi atau sore hari agar proses praktikum berjalan sesuai yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Faisal, R. 2013. Pertumbuhan tanaman pakan ternak leguminosa pohon Indigofera


zollingeriana pada berbagai taraf perlakuan cekaman kekeringan. JITV.
18:258 264.

Junaidi, M dan Diana, S. 2010. Keragaman botanis dan kapasitas tampung padang
penggembalaan alami di kabupaten yapen. Jurnal Ilmu Peternakan, Vol.
5(2). Hal. 92-97.

Kleden, M.M., 2001. Produksi Rumput Alam Dalam Mendukung Pengembangan


Sapi Potong di Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata. Jurnal
Informasi Pertanian Lahan Kering. Pusat Penelitian Lahan Kering
Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana Kupang. No. 8 Januari
2001.

Supriadi, a. Musofie, n. Hidayat dan b. Prasetyo. 2001. Optimasi penyediaan


hijauan pakan di Kabupaten Bantul. Proc. Seminar Nasional Teknologi
Pertanian Pendukung Agribisnis dalam Upaya Pengembangan Ekonomi
Wilayah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. Kerjasama dengan
BAPPEDA. D.I. Yogyakarta, Univ. Pembangunan Nasional
VeteranYogyakarta.

Susetyo, I. Kismono dan B. Suwardi. 1981. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat


Jenderal Peternakan Departemen Pertanian : Jakarta

Susetyo, S., 1980 Padang Penggembalaan. Balai Latihan Pegawai Pertanian


Batangkaluku. Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian.
Departemen Pertanian.

Tillman, A.D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., Prawirokusumo dan S.


Lebdosukojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai