1.1 IDENTIFIKASI
Nama : Ny. SH
Umur : 54 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Silaberanti Ujung, RT. 029, RW. 007, Kel. Silaberanti
Agama : Islam
MRS Tanggal : 15 April 2017
1.2 ANAMNESA
Penderita dirawat di bangsal syaraf RSUD Palembang BARI karena
sulitr berjalan yang disebabkan kelemahan pada tungkai kiri dan lengan kiri
yang terjadi secara tiba-tiba.
Sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit, saat penderita sedang
beristirahat, tiba-tiba penderita mengalami kelemahan pada tungkai kiri dan
lengan kiri tanpa disertai penurunan kesadaran. Saat serangan penderita
merasa tidak merasakan sakit kepala, mual dan muntah. Saat serangan tidak
disertai kejang dan gangguan rasa pada sisi yang lemah. Pada saat serangan
penderita tidak mengeluh jantung berdebar-debar dan tidak disertai sesak
nafas. Kelemahan pada tungkai kiri dan lengan kiri dirasakan sama berat.
Sehari-hari penderita menggunakan tangan kanan. Penderita dapat
mengungkapkan isi pikirannya, baik secara lisan, tulisan maupun isyarat.
Penderita dapat mengerti isi pikiran orang lain baik secara lisan, tulisan,
maupun isyarat. Saat bicara mulut penderita mengot dan bicara pelo. Setelah
serangan penderita merasakan sakit kepala.
Penderita memiliki riwayat hipertensi 3 tahun yang lalu. Penderita
mengkonsumsi obat secara teratur, namun 1 hari tidak minum obat yaitu hari
1
2
Status Internus
Jantung : BJ I dan II normal
Paru-paru : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Anggota Gerak : Akral hangat, pucat (-), edema (-)
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Status Psikiatrikus
Sikap : Kooperatif Ekspresi Muka : Wajar
Perhatian : Ada Kontak Psikis : Ada
Status Neurologikus
A. Kepala
Bentuk : Brachiocephali
Ukuran : Normochepali
3
Simetris : Simetris
B. Leher
Sikap : Lurus Deformitas : Tidak ada
Torticolis : Tidak ada Tumor : Tidak ada
Kaku kuduk : Ada Pembuluh darah : Tidak ada pelebaran
C. SYARAF-SYARAF OTAK
1. N. Olfaktorius Kanan Kiri
Penciuman: Normal Normal
Anosmia : Tidak Ada Tidak Ada
Hyposmia : Tidak Ada Tidak Ada
Parosmia : Tidak Ada Tidak Ada
Campus visi
Pupil
- Bentuk Bulat Bulat
- Diameter 3 mm 3 mm
- Isokor/anisokor Isokor Isokor
- Midriasis/miosis Tidak ada Tidak ada
- Reflek cahaya
- Langsung Normal Normal
- Konsekuil Normal Normal
- Akomodasi Normal Normal
- Argyl Robetson Tidak ada Tidak ada
D. COLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis : Belum dapat dinilai
Scoliosis : Belum dapat dinilai
Lordosis : Belum dapat dinilai
Gibbus : Belum dapat dinilai
Deformitas : Belum dapat dinilai
Tumor : Belum dapat dinilai
Meningocele : Belum dapat dinilai
Hematoma : Belum dapat dinilai
Nyeri ketok : Belum dapat dinilai
Sensorik
Tidak ada kelainan
8
F. GAMBAR
Gerakan : Kurang
Gerakan : Kurang
Kekuatan : 2
Kekuatan : 2
Refleks fisiologis :
Refleks fisiologis :
Biceps :Hiperrefleks
Biceps :Hiperrefleks
Triceps : Hiperrefleks
Triceps : Hiperrefleks
Gerakan : Kurang
Gerakan : Kurang Kekuatan : 2
Kekuatan : 2 Refleks fisiologis :
Refleks fisiologis : KPR :Hiperrefleks
KPR :Hiperrefleks APR : Hiperrefleks
APR : Hiperrefleks
I. GERAKAN ABNORMAL
Tremor : Tidak ada
Chorea : Tidak ada
Athetosis : Tidak ada
Ballismus : Tidak ada
Dystoni : Tidak ada
Myoclonic : Tidak ada
10
J. FUNGSI VEGETATIF
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Ereksi : Tidak diperiksa
K. FUNGSI LUHUR
Afasia motorik : Tidak ada
Afasia sensorik : Tidak ada
Afasia nominal : Tidak ada
Apraksia : Tidak ada
Agrafia : Tidak ada
Alexia : Tidak ada
PEMERIKSAAN
Status Praesens
Kesadaran : E4 M6,V5
Gizi : Baik
Suhu Badan : 35,9 C
Nadi : 80 x/menit
HR : 80 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
14
Status Internus
Jantung : BJ I dan II normal
Paru-paru : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Anggota Gerak : Akral hangat, pucat (-), edema (-)
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Status Psikiatrikus
Sikap : Kooperatif Ekspresi Muka : Wajar
Perhatian : Ada Kontak Psikis : Ada
Status Neurologikus
A. Kepala
Bentuk : Brachiocephali
Ukuran : Normochepali
Simetris : Simetris
B. Leher
Sikap : Lurus Deformitas : Tidak ada
Torticolis : Tidak ada Tumor : Tidak ada
Kaku kuduk : Ada Pembuluh darah : Tidak ada pelebaran
C. SYARAF-SYARAF OTAK
N.Facialis Kanan Kiri
Motorik
- Mengerutkan dahi Simetris
- Menutup mata Normal
- Menunjukkan lidah Normal
- Lipatan nasolabialis Tertinggal Kiri
- Bentuk muka
15
- Istirahat Simetris
- Berbicara/bersiul Asimetris
Sensorik
- 2/3 depan lidah Tidak diperiksa
Otonom
- Salivasi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Lakrimasi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Chvostek sign Negatif Negatif
Kekuatan 5 2
Tonus Eutoni Hipertoni
Klonus
- Paha Negatif Negatif
- Kaki Negatif Negatif
Reflek fisiologis
- KPR Normal Hiperrefleks
- APR Normal Hiperrefleks
Reflek patologis
- Babinsky Negatif Negatif
- Chaddock Negatif Negatif
- Oppenheim Negatif Negatif
- Gordon Negatif Negatif
- Schaeffer Negatif Negatif
- Rossolimo Negatif Negatif
- Mendel Bechtereyev Negatif Negatif
Reflek kulit perut
- Atas Normal
- Tengah Normal
- Bawah Normal
Trofik Tidak diperiksa
V. PENGOBATAN
1. IVFD RL gtt 20 x/menit
2. IVFD Nacl 100cc + 2 amp nicardipine gtt 10 x/m
3. Inj. Citicolin 2 x 500 mg
4. Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
5. Sucralfat syr 3 x 1 c
6. Aspilet 1 x 80 mg
7. Candesartan 1 x 16 mg
8. Atorvastatin 1 x 20 mg
9. Beta histin 2 x 12 mg tab
10. Neurodex
VI. PROGNOSA
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanasionam : dubia ad bonam
18
DIAGNOSA BANDING
I. Diagnosis Banding Topik
1) Lesi di cortex hemisferium cerebri dextra
Pada penderita ditemukan gejala:
- Defisit motorik
- Hemiparese sinistra tipe spastik
- Gejala iritatif
- Tidak ada kejang
- Gejala fokal (kelumpuhan tidak sama berat)
- Kelemahan sama berat
- Gejala defisit sensorik pada sisi yang lemah
- Tidak ada kelainan sensorik
Kesimpulan Diagnosis
A. Diagnosis Klinis : Hemiparese sinistra tipe spastik
B. Diagnosis Topik : Capsula Interna Cerebri Dextra
C. Diagnosis Etiologi : Thrombosis Cerebri
20
Status Neurologikus
N.VII : Lipatan Nasolabial tertinggal
sebelah kiri
N.XII : lidah deviasi ke kanan
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan : cukup kurang
Kekuatan : 5 4
Tonus : Normal Hipertoni
Refleks fisiologis
- Biceps : Normal Hiperrefleks
- Triceps : Normal Hiperrefleks
- P. Radius : Normal Normal
- P. Ulna : Normal Normal
Refleks patologis
- Hoffman T : tidak ada tidak ada
21
Rabu, 19 April S: Kelemahan tungkai kanan dan lengan IVFD RL gtt 20 x/menit
2017 kanan Inj. Citicolin 2 x 500 mg
Pukul 06.00 O:
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
KU : Sakit Sedang Sucralfat syr 3 x 1 c
Kesadaran : E4M6Vafasia Aspilet 1 x 80 mg
TD : 140/90 mmHg
Candesartan 1 x 16 mg
HR : 80 x/menit
Atorvastatin 1 x 20 mg
RR : 18 x/menit Neurodex 1 x 1
Temp : 35,9 Co
Status Neurologikus
N.VII : Lipatan Nasolabial tertinggal
sebelah kiri
N.XII : lidah deviasi ke kanan
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan : cukup kurang
Kekuatan : 5 4
Tonus : Normal Hipertoni
Refleks fisiologis
- Biceps : Normal Hiperrefleks
- Triceps : Normal Hiperrefleks
- P. Radius : Normal Normal
- P. Ulna : Normal Normal
Refleks patologis
- Hoffman T : tidak ada tidak ada
TUNGKAI Kanan Kiri
Gerakan : cukup Cukup
Kekuatan : 5 5
23
Diagnosis Klinik :
Hemiparese sinistra tipe spastik + Parese
N. VII + N. XII sinistra tipe sentral
Diagnosis Topik :
lesi di capsula interna hemisferium cerebri
dextra
Diagnosis Etiologi :
CVD Thrombosis Cerebri
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Stroke non-hemoragik merupakan gangguan peredaran darah pada
otak yang dapat berupa penyumbatan pembuluh darah arteri, sehingga
menimbulkan infark/iskemik. Umumnya terjadi pada saat istirahat. Tidak
terjadi perdarahan dan kesadaran umumnya baik. Stroke non-hemoragik
terjadi karena penurunan aliran darah sampai ke bawah titik kritis, sehingga
terjadi gangguan fungsi pada sebagian jaringan otak. Bila hal ini lebih berat
dan berlangsung lebih lama dapat terjadi infark dan kematian. Berkurangnya
aliran darah ke otak dapat disebabkan oleh berbagai hal misalnya trombus,
emboli yang menyumbat salah satu pembuluh darah, atau gagalnya
pengaliran darah oleh sebab lain, misalnya kelainan jantung (fibrilasi,
asistol) 5,6.
a. Sistem Karotis
Pembuluh utama ialah arteri carotis kommunis yang
mempercabangkan selain arteria karotis eksterna juga arteri karotis
interna yang akan banyak mendarahi bangunan intrakranial terutama
dalam hal ini ialah hemisferium serebri. Cabang-cabang besar arteria
karotis interna adalah: a. oftalmika, a. komunikans posterior, a. khoroidal
anterior, a. serebri anterior, a. komunikans anterior, dan a. serebri media8.
b. Sistem Vertebrobasiler
Dengan sepasang arteri vertebralis yang kemudian bersatu menjadi
arteri basilaris, akan mendarahi batang otak dan serebellum dengan tiga
kelompok arteri yakni: median, paramedian, dan arteri sirkumferensial.
Arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang a. serebri posterior7,8.
Arteri Karotis
Anterior Arteri Karotis
Posterior
Arteri Karotis
Media
Arteri Karotis
Interna
Arteri Vertebralis
sakan secara umum (misalnya rasa sakit, meraba, suhu) dari muka
menuju otak. Cabang ketiga disambungkan oleh serat motoris pada
otot mengunyah.
VI. Saraf abducens ialah saraf lainnya, yang mengirim dorongan yang
mengontrol pada otot bola mata.
VII. Saraf fasialis sebagian besar merupakan motorik.
Nervus fasialis merupakan saraf cranial terpanjang yang berjalan di
dalam tulang. Nervus ini terdiri dari 3 komponen, yaitu:
a. Serabut motorik, mempersarafi m.stapedius dan venter posterior
m.digastrikus, serta otot wajah, kecuali m.levator palpebra superior.
b. Serabut sensoris, mempersarafi 2/3 anterior lidah untuk mengecap,
melalui n.korda timpani.
c. Serabut parasimpatis, mempersarafi glandula lakrimalis, glandula
submandibula dan glandula lingualis.
Sebenarnya N.fasialis ini hanya terdiri dari serabut motorik saja.
Namun pada perjalanannya ke tepi, nervus intermedius bergabung
dengan nervus ini. Nervus intermedius tersebut tersusun oleh serabut
sekretomotorik untuk glandula salivatorius dan serabut yang
menghantarkan impuls pengecap dari 2/3 bagian depan lidah.
Inti serabut motorik nervus fasialis terletak di bagian ventrolateral
tegmentum pontis. Akarnya menuju ke dorsomedial dulu, kemudian
melingkari inti nervus abdusens dan setelah itu membelok ke
ventrolateral kembali untuk meninggalkan permukaan lateral pons. Di
tempat itu, N.fasialis berdampingan dengan nervus oktavus dan nervus
intermedius, dan ketiganya masuk kedalam liang os petrosum melalui
meatus akustikus internus.3
Gejala dan manifestasi klinik yang berhubungan dengan lokasi lesi:
1. Lesi di luar foramen stilomastoideus
Mulut tertarik kearah sisi mulut yang sehat, makan terkumpul di
antara pipi dan gusi. Lipatan kulit dahi menghilang. Apabila mata
30
yang terkena tidak ditutup atau tidak dilindungi maka air mata akan
keluar terus menerus.
2. Lesi di kanalis fasialis (melibatkan korda timpani)
Gejala dan tanda klinik seperti pada (1), ditambah dengan hilangnya
ketajaman pengecapan lidah (2/3 bagian depan) dan salivasi di sisi
yang terkena berkurang. Hilangnya daya pengecapan pada lidah
menunjukkan terlibatnya nervus intermedius, sekaligus
menunjukkan lesi di antara pons dan titik dimana korda timpani
bergabung dengan nervus fasialis di kanalis fasialis.
3. Lesi di kanalis fasialis lebih tinggi lagi (melibatkan muskulus
stapedius)
Gejala dan tanda klinik seperti (1) dan (2) di tambah dengan
hiperakusis.
4. Lesi ditempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion
genikulatum)
Gejala dan tanda kilinik seperti pada (1),(2),(3) disertai dengan nyeri
di belakang dan didalam liang telinga. Kasus seperti ini dapat terjadi
pascaherpes di membrana timpani dan konka. Sindrom Ramsay-
Hunt adalah parese fasialis perifer yang berhubungan dengan herpes
zoster di ganglion genikulatum. Lesi herpertik terlihat di membrana
timpani, kanalis auditorius eksterna dan pinna.
5. Lesi di meatus akustikus internus
Gejala dan tanda klinik seperti diatas ditambah dengan tuli akibat
terlibatnya nervus akustikus
6. Lesi ditempat keluarnya nervus fasialis dari pons
Gejala dan tanda klinik sama dengan diatas, disertai gejala dan tanda
terlibatnya nervus trigeminus, nervus akustikus dan kadang kadang
juga nervus abdusen, nervus aksesorius dan nervus hipoglossus.
VIII. Saraf vestibulocholear berisi serat sensoris khusus untuk mendengar
seperti halnya untuk keseimbangan dari saluran semisirkular telinga
bagian dalam.
31
IX. Saraf glossopharyngeal berisi serat sensoris umum dari belakang lidah
dan pharynx (tenggorokan). Saraf ini juga berisi serat sensoris untuk
merasakan dari posterior ketiga lidah, serat pembu angan yang
memasok sebagian besar kelenjar ludah (parotid) dan serat saraf motor
untuk mengontrol otot menelan di dalam pharynx.
X. Saraf vagus merupakan saraf kranial yang terpanjang yang mema-sok
sebagian besar organ di dalam rongga perut dan dada. Saraf ini juga
berisi serat motor bagi kelenjar yang menghasilkan getah pencernaan
dan pembuangan lainnya.
XI. Saraf accesory (formerly disebut spinal accesory nerve) terbu at dari
serat saraf motor yang mengontrol dua otot leher, yaitu trapezius dan
sternocleidomastoid.
XII. Saraf hypoglossal saraf kranial terakhir membawa dorongan-dorongan
yang mengontrol lidah.
Lesi pada satu nervus hipoglosus akan akan memperlihatkan di sisi pipi
lateral:
1. Separuh lidah yang menjadi atrofis, dengan mukosa yang menjadi
longgar dab berkeriput. Mungkin pula akan tampak fibrilasi pada
otot-otot lidah yang atrofis.
2. Bila lidah itu dijulurkan keluar akan tampak bahwa ujung lidah itu
memperlihatkan deviasi ke sisi yang sakit. Deviasi ujung lidah ke
sisi yang sakit timbul karena kontraksi M. genioglussus di sisi
kontralateral (bila M. genioglossus kanan dan kiri berkontraksi dan
kedua otot itu sama kuatnya, maka lidah itu akan dijulurkan lurus ke
depan, Bila satu otot adalah lebih lemah dari yang lainnya, maka
akan timbul deviasi dari ujung lidah ke sisi otot yang lumpuh).
3. Di dalam mulut sendiri akan tampak bahwa ujung lidah itu mencong
ke sisi yang sehat. Keadaan ini timbul karena tonus otot-otot lidah di
sisi yang sehat adalah melebihi tonus otot-otot lidah di sisi yang
sakit.
32
d. Ras
Ras kulit hitam (Afro American) cenderung berisiko lebih tinggi
mendapat stroke dibandingkan ras kulit putih.
2. Faktor risiko yang dapat diubah
a. Hipertensi
Tekanan darah terdiri dari 2 komponen : sistolik dan diastolik. Bila
tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari
90 mmHg, maka dapat berpotensi menimbulkan serangan CVD,
terlebih bila telah berjalan selama bertahun-tahun
b. Diabetes Melitus
Penebalan dinding pembuluh darah otak yang berukuran besar
dapat disebabkan oleh diabetes melitus, penebalan ini akan
berakibat terjadinya penyempitan lumen pembuluh darah sehingga
akan mengganggu aliran darah serebral dengan akibat terjadinya
iskemia dan infark
c. Dislipidemia
Merupakan suatu kelainan jumlah lipid dalam darah. Kelainan ini
dapat dilihat dari hasil pemeriksaan profil lipid. Kadar lemak darah
yang tinggi (kadar kolesterol total 200 mg% dan low density
lipoprotein/LDL > 130 mg/dl) berpotensi menyumbat pembuluh
darah otak dan mudah menempel sebagai plaque akibat proses
aterosklerosis pada pembuluh darah otak.
d. Merokok
Merokok menyebabkan peningkatan konsentrasi fibrinogen dan
peningkatan ini akan mempermudah terjadinya penebalan dinding
pembuluh darah dan peningkatan viskositas darah yang memicu
penyakit jantung dan stroke.
e. Alkohol
Alkohol merupakan salah satu faktor risiko stroke terutama stroke
hemoragik. Efek beracun (etanol) dari alkohol yang dikonsumsi
berlebihan menyebabkan gangguan koagulasi dan menyebabkan
34
2.4. Etiologi
a. Trombus
Oklusi vaskuler hampir selalu disebabkan oleh trombus, yang
terdiri dari trombosit, fibrin, sel eritrosit dan lekosit. Trombus yang lepas
dan menyangkut di pembuluh darah lebih distal disebut embolus7.
b. Emboli
Emboli merupakan 5-15 % dari penyebab stroke. Dari penelitian
epidemiologi didapatkan bahwa sekitar 50 % dari semua serangan iskmik
otak, apakah yang permanen atau yang transien, diakibatkan oleh
komplikasi trombotik atau embolik dari ateroma, yang merupakan
kelainan dari arteri ukuran besar atau sedang, dan sekitar 25 %
disebabkan oleh penyakit pembuluh darah kecil di intyrakranial dan 20 %
oleh emboli jantung. Emboli dapat terbentuk dari gumpalan darah,
kolesterol, lemak, fibrin trombosit, udara, tumor, metastase, bakteri,
benda asing7.
2.5. Insiden
Di pusat-pusat pelayanan neurologi di indonesia jumlah penderita
gangguan peredaran darah otak (GPDO) selalu menempati urutan pertama
dari seluruh penderita rawat inap. Trombosis lebih sering pada umur 50-an
hingga 70-an. GPDO pada anak muda banyak dijumpai akibat infark karena
emboli, yaitu mulai dari usia di bawah 20 tahun dan meningkat pada dekade
ke-4 hingga ke-6 dari usia, lalu menurun dan jarang dijumpai pada usia yang
lebih tua7.
arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan
sirkulus posterior).
Tempat terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik
percabangan arteri serebralutamanya pada daerah distribusi dari arteri
karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya
turbulensi aliran darah. Energi yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan
neuronal berasal dari metabolisme glukosa dan disimpan di otak dalam
bentuk glukosa atau glikogen untuk persediaan pemakaian selama 1 menit.
Bila tidak ada aliran darah lebih dari 30 detik gambaran EEG akan
mendatar, bila lebih dari 2 menit aktifitas jaringan otak berhenti, bila lebih
dari 5 menit maka kerusakan jaringan otak dimulai, dan bila lebih dari 9
menit manusia dapat meninggal. Bila aliran darah jaringan otak berhenti
maka oksigen dan glukosa yang diperlukan untuk pembentukan ATP akan
menurun, akan terjadi penurunan Na+, K+ ATP-ase, sehinggamembran
potensial akan menurun. K+ berpindah ke ruang ekstraselular, sementara ion
Na dan Ca berkumpul di dalam sel. Hal ini menyebabkan permukaan sel
menjadi lebih negatif sehingga terjadi membran depolarisasi. Saat awal
depolarisasi membran sel masih reversibel, tetapi bila menetap terjadi
perubahan struktural ruang menyebabkan kematian jaringan otak. Keadaan
ini terjadi segera apabila perfusi menurun dibawah ambang batas kematian
jaringan, yaitu bila aliran darah berkurang hingga dibawah 10 ml / 100 gram
/ menit. Akibat kekurangan oksigen terjadi asidosis yang menyebabkan
gangguan fungsi enzim-enzim, karena tingginya ion H. Selanjutnya asidosis
menimbulkan edema serebral yang ditandai pembengkakan sel, terutama
jaringan glia, dan berakibat terhadap mikrosirkulasi. Oleh karena itu terjadi
peningkatan resistensi vaskuler dan kemudian penurunan dari tekanan
perfusi sehingga terjadi perluasan daerah iskemik.
37
Bila lesi di kortikal, akan terjadi gejala klinik seperti; afasia, gangguan
sensorik kortikal, muka dan lengan lebih lumpuh atau tungkai lebih
lumpuh., eye deviation, hemipareses yang disertai kejang8.
Bila lesi di subkortikal, akan timbul tanda seperti; muka, lengan dan
tungkai sama berat lumpuhnya, distonic posture, gangguan sensoris nyeri
dan raba pada muka lengan dan tungkai (tampak pada lesi di talamus). Bila
disertai hemiplegi, lesi pada kapsula interna8.
Bila lesi di batang otak, gambaran klinis berupa: hemiplegi alternans,
tanda-tanda serebelar, nistagmus, gangguan pendengaran, gangguan
sensoris, disartri, gangguan menelan, deviasi lidah8.
Bila topis di medulla spinalis, akan timbul gejala seperti; gangguan
sensoris dan keringat sesuai tinggi lesi, gangguan miksi dan defekasi8.
d. Pungsi lumbal
Pungsi lumbal kadang dilakukan jika diagnosa stroke belum jelas.
Sebagai contoh, tindakan ini dapat dilakukan untuk menyingkirkan
infeksi susunan saraf pusat serta cara ini juga dilakukan untuk
mendiagnosa perdarahan subaraknoid. Prosedur ini memerlukan waktu
sekitar 10-20 menit dan dilakukan di bawah pembiusan lokal.
d. EKG
EKG digunakan untuk mencari tanda-tanda kelainan irama jantung
atau penyakit jantung sebagai kemungkinan penyebab stroke. Prosedur
EKG biasanya membutuhkan waktu hanya beberapa menit serta aman
dan tidak menimbulkan nyeri.
e. Foto toraks
Foto sinar-X toraks adalah proses standar yang digunakan untuk
mencari kelainan dada, termasuk penyakit jantung dan paru. Bagi pasien
stroke, cara ini juga dapat memberikan petunjuk mengenai penyebab
setiap perburukan keadaan pasien. Prosedur ini cepat dan tidak
menimbulkan nyeri, tetapi memerlukan kehati-hatian khusus untuk
melindungi pasien dari pajanan radiasi yang tidak diperlukan
Pemeriksaan darah dan urine
Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin untuk mendeteksi penyebab
stroke dan untuk menyingkirkan penyakit lain yang mirip stroke.
Pemeriksaan yang direkomendasikan:
Analisis urine mencakup penghitungan sel dan kimia urine untuk
mengidentifikasi infeksi dan penyakit ginjal
1. Hitung darah lengkap untuk melihat penyebab stroke seperti
trombositosis, trombositopenia, polisitemia, anemia (termasuk sikle
cell disease).
2. Laju endap darah untuk medeteksi terjadinya giant cell arteritis atau
vaskulitis lainnya.
3. Serologi untuk sifilis.
4. Glukosa darah untuk melihat DM, hipoglikemia, atau hiperglikemia.
41
Skor Siriraj
Compos mentis 0
Mengantuk 1
1 Kesadaran ( x 2,5 )
Semi koma,
koma 2
Tidak 0
2 Muntah ( x 2 )
Ya 1
Nyeri kepala dalam Tidak 0
3
2 jam ( x 2 ) Ya 1
4 Tekanan Diastolik ( DBP ) DBP x 0,1
Atheroma markers ( x 3 ) Tidak 0
5 diabetes, angina, Satu atau lebih 1
claudicatio intermitten
Konstanta - 12
Total skor =
Interpretasi skor
Skor -1 = Non hemoragik
1 = Hemoragik
2.9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut PERDOSSI (2007) dibagi atas 3 stadium,
yaitu10:
a. Stadium hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat
dan merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan
agar kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien
diberi oksigen 2 L/menit dan cairan kristaloid/koloid; hindari pemberian
cairan dekstrosa atau salin dalam H2O10.
Dilakukan pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto
toraks, darah perifer lengkap dan jumlah trombosit, protrombin
44
5. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-
obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan,
kecuali bila tekanan sistolik 220 mmHg, diastolik 120 mmHg,
Mean Arterial Blood Pressure (MAP) 130 mmHg (pada 2 kali
pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan infark
miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan
tekanan darah maksimal adalah 20%, dan obat yang
direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta,
penyekat ACE, atau antagonis kalsium.
6. Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik 90 mm Hg, diastolik
70 mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500
mL selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi
dapat diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih
< 90 mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 g/kg/menit sampai tekanan
darah sistolik 110 mmHg.
7. Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelanpelan selama 3 menit,
maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per
oral (fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu,
diberikan antikonvulsan peroral jangka panjang.
8. Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus
intravena 0,25 sampai 1 g/ kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai
fenomena rebound atau keadaan umum memburuk, dilanjutkan
0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus
dilakukan pemantauan osmolalitas (<320 mmol); sebagai alternatif,
dapat diberikan larutan hipertonik (NaCl 3%) atau furosemid.
Untuk pengobatan khusus, pada fase akut pengobatan ditujukan
untuk membatasi kerusakan otak semaksimal mungkin. Untuk daerah
yang mengalami infark kita tidak bisa berbuat banyak. Yang penting
adalah menyelamatkan daerah disekitar infark yang disebut daerah
penumbra8.
47
c. Stadium subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku,
menelan, terapi wicara, dan bladder training (termasuk terapi fisik).
Mengingat perjalanan penyakit yang panjang, dibutuhkan
penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di rumah sakit dengan
tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami dan melaksanakan
program preventif primer dan sekunder10.
Terapi fase subakut10:
1. Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya;
2. Penatalaksanaan komplikasi;
3. Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien), yaitu fisioterapi,
terapi wicara, terapi kognitif, dan terapi okupasi;
4. Prevensi sekunder;
5. Edukasi keluarga dan Discharge Planning.
2.10. Prognosis
Sepertiga penderita dengan infark otak akan mengalami kemunduran
status neurologiknya setelah dirawat. Sebagian disebabkan edema otak dan
maturasi iskemi otak. Infark luas yang menimbulkan hemiplegi dan
penurunan kesadaran 30-40 %. Sekitar 10 % pasien dengan stroke iskemik
membaik dengan fungsi normal. Juga dipermasalahkan apakah seseorang
akan mengalami stroke ulang. Prognosis lebih buruk pada pasien dengan
kegagalan jantung kongestif dan penyakit jantung koroner. Penyebab utama
kematian setelah jangka panjang adalah penyakit jantung8.
49
BAB III
ANALISA KASUS
asimetris. Pada nervus hypoglossus terjadi deviasi ke sinistra dan tidak terjadi
atropi lidah dan tidak ada fasikulasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa gejala
parese n.vii dextra tipe sentral dan n.xii dextra tipe sentral.
Penderita memiliki riwayat darah tinggi baru diketahui sejak 3 tahun
terakhir dengan rutin konsumsi obat darah tinggi sehingga darah tinggi terkontrol,
tetapi pada saat serangan penderita tidak meminum obat hipertensi. Riwayat
hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke. Pada hipertensi
kronis mengakibatkan melemahnya pembuluh darah sehingga mempunyai
kencenderungan untuk membentuknya aneurysma atau kantong-kantong
pembuluh darah. Pada riwayat kencing manis disangkal dapat menyingkirkan
faktor resiko akibat hyperglikemi. Hyperglikemi dapat merusak pembuluh darah
besar maupun pembuluh darah perifer.12
Berdasarkan hasil anamnesis, etiologi pada kasus ini mengarahkan kepada
stroke hemoragik. Didapatkan Siriraj Skor dan skor gajah mada pada pasien :
Gajah Mada: Nyeri kepala (-), Penurunan Kesadaran (-), Refleks Babinski (-)
stroke non hemoragik
Pada pemeriksaan motorik lengan kiri kekuatan dua, hyperpotoni,
hyperrefleks pada biceps dan triceps. Pada tungkai kiri kekuatan dua, hypertoni,
hyperrefleks pada KPR dan APR. Pada stroke penurunan aliran darah serebral
mengakibatkan defisit neurologi sehingga mengakibatkan kerusakan neuron
motorik yaitu pada kasus ini upper motorik neuron.
Tatalaksana yang diberikan berupa IVFD RL gtt XX x/m berkomposisi
elektrolit dan konsentrasi yang sangat serupa yang diextraselular. Kalium sangat
penting diintraselular dan berfungsi konduksi saraf. Drip nicardipin 2 amp dalam
NaCl 0,9% 100 cc gtt mulai 10x/m diberikan untuk antihipertensi emergensi
karena nicardipin akan mulai bereaksi dalam tubuh setelah 10 menit setelah
pemberian iv. Injeksi Citicoline diberikan untuk memperbaiki membran saraf
lewat sintesis fosfatidikolin dan perbaikan neuron kolinergik yang rusak.
Aspilets digunakan sebagai antitrombolitik dan mengatasi trombosis, aspilet
mempunyai kandungan Asam Asetil salisilat sebagai komponen aktif di dalam
obatnya. Asam asetilsalisilat akan bekerja pada tubuh dengan cara menghambat
51
DAFTAR PUSTAKA