Anda di halaman 1dari 7

TRANSFUSI DARAH

Eki Pratidina*, Pupu Puspita**

ABSTRAK

Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting pelayanan kesehatan modern. Bila digunakan
dengan benar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat kese
hatan. Indikasi tepat transfusi darah dan komponen darah adalah untuk mengatasi kondisi yang
menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna yang tidak dapat diatasi dengan cara lain.
WHO Global Database on Blood Safety melaporkan bahwa 20% populasi dunia berada di negara
maju dan sebanyak 80% telah memakai darah donor yang aman, sedangkan 80% populasi dunia
yang berada di negara berkembang hanya 20% memakai darah donor yang aman.1 Risiko transfusi
darah sebagai akibat langsung transfusi merupakan bagian situasi klinis yang kompleks. Jika suatu
operasi dinyatakan potensial menyelamatkan nyawa hanya bila didukung dengan transfusi darah,
maka keuntungan dilakukannya transfusi jauh lebih tinggi daripada risikonya. Sebaliknya, transfusi
yang dilakukan pasca bedah pada pasien yang stabil hanya memberikan sedikit keuntungan klinis
atau sama sekali tidak menguntungkan. Dalam hal ini, risiko akibat transfusi yang didapat mungkin
tidak sesuai dengan keuntungannya. Risiko transfusi darah ini dapat dibedakan atas reaksi cepat,
reaksi lambat, penularan penyakit infeksi dan risiko transfusi masif. Transfusi sel darah merah
hampir selalu diindikasikan pada kadar Hemoglobin (Hb) < 7 g/dL, terutama pada anemia akut.
Transfusi dapat ditunda jika pasien asimptomatik dan/ atau penyakitnya memiliki terapi spesifik
lain, maka batas kadar Hb yang lebih rendah dapat diterima. Pada kadar Hb 7-10 g/dL apabila
ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara klinis dan laboratorium. Transfusi tidak
dilakukan bila kadar Hb 10 g/dL, kecuali bila ada indikasi tertentu, misalnya penyakit yang mem-
butuhkan kapasitas transport oksigen lebih tinggi (contoh : penyakit paru obstruktif kronik berat
dan penyakit jantung iskemik berat). Transfusi pada neonatus dengan gejala hipoksia dilakukan
pada kadar Hb 11 g/dL; bila tidak ada gejala batas ini dapat diturunkan mencapai 7 g/dL (seperti
pada anemia bayi prematur). Jika terdapat penyakit jantung atau paru atau yang sedang membu-
tuhkan suplementasi oksigen batas untuk dilakukan transfusi adalah Hb 13 g/dL.

Kata kunci : transfusi, darah, komponen darah, risiko transfusi darah

ABSTRAK
Blood transfusion is one important part of modern health services. When used correctly,transfusion
can save lives and improve the health of patients. Precise indication of blood transfusion and blood
component is to address the conditions that cause significant morbidity and mortality that can not
be resolved by other means. WHO Global Database on Blood Safety reported that 20% of the popu-
lation indeveloped countries and as much as 80% has been put on a safe blood donors, where as
80% of the worlds population residing in developing countries use only 20% of blood donors is
safe. Risks of blood transfusion as a direct result of transfusion is part of complex clinical situa-
tions. If a potentially lifesaving operation is expressed only when supported by blood transfusions,
the transfusion did gain significantly higher than the risks. Conversely, post operative transfusions
performed in patients who are stable only provide little clinical benefit or no benefit. In this case,
the risk of transfusion acquired as a result may not match advantage. The risk of blood transfusion
can be distinguished on the fast reaction, slow reaction, transmission of infectious diseases and the
risk of massive transfusion. Red blood cell transfusion is almost always indicated on the levels of
hemoglobin (Hb) < 7 g/ dL, especially in acute anemia. Transfusions may be delayed if the patient
is asymptomatic and / or disease have other specific therapy, then the limit of a lower Hb levels are
acceptable. At Hb 70-10 g / dL if found to hypoxia or hypoxemia significant clinical and laboratory.
Transfusion is not performed if Hb 10 g /dL, unless there are specific indications,such as diseases
that require a higher oxygen transport capacity (eg. severe chronic obstructive pulmonary disease
and severe ischemic heart disease). Transfusions inneonates with hypoxic symptoms performed at
Hb 11 g /dL when no symptoms of this limit can be lowered to 7 g /dL (as in anemia of premature
infants). If there is a heart or lung disease or who are in need of oxygen supplementation is the limit
for transfusion Hb 13 g / dL.

Key words : transfusion, blood, blood components, blood transfusion risk

* Eki Pratidina, Stikes Bhakti Kencana Bandung, email : eki_pratidinasuratmo@yahoo.co.id


** Pupu Puspita, PMI Kota Bandung

89
Bhakti Kencana Medika, Volume 1, No. 3 Juli 2001, hal 89-95 90

PENDAHULUAN WHO telah mengembangkan strategi untuk trans-


Upaya Kesehatan Transfusi darah adalah serangkai fusi darah yang aman dan meminimalkan risiko tranfusi.
an kegiatan mulai dari pengerahan dan pelestarian donor Strategi tersebut terdiri dari pelayanan transfusi darah
sampai dengan pendistribusian darah .Transfusi darah yang terkoordinasi secara nasional; pengumpulan darah
merupakan tindakan klinis yang penting untuk mengatasi hanya dari donor sukarela dari populasi risiko rendah;
penyakit dan menyelamatkan jiwa serta memperbaiki pelaksanaan skrining terhadap semua darah donor dari
kesehatan pasien yang memerlukan darah. Hal penting penyebab infeksi, antara lain HIV, virus hepatitis, sifilis
yang harus diperhatikan dalam praktek transfusi darah dan lainnya, serta pelayanan laboratorium yang baik di
adalah faktor keamanan dan kualitas darah. semua aspek, termasuk golongan darah, uji kompatibili-
Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan no 1457 tas, persiapan komponen, penyimpanan dan transportasi
tahun 2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang darah/komponen darah; mengurangi transfusi darah yang
kesehatan di Kabupaten/Kota , dinyatakan bahwa salah tidak perlu dengan penentuan indikasi transfusi darah dan
satu indicator-nya adalah ketersediaan darah yang aman. komponen darah yang tepat, dan indikasi cara alternatif
Yang dimaksud dengan ketersediaan darah yang aman transfusi.
adalah : Apabila darah bisa dikatakan sebagai organ. Mungkin
1. Darah yang bebas dari penyakit infeksi yang dapat tak banyak yang menyangsikan bahwa darah adalah or-
menular lewat transfusi darah ( IMLTD). gan yang paling penting dalam tubuh. Begitu pentingnya
2. Darah mudah didapat dan tepat waktu, dalam jumlah darah, sampai-sampai darah pun harus didonorkan dan di-
yang cukup sesuai kebutuhan. transfusikan kepada yang memerlukan.
3. Transfusi darah diberikan atas indikasi yang tepat Pengetahuan mengenai transfusi darah mulai berkem-
4. Didistribusikan dalam system distribusi tertutup (cold bang sejak digagaskannya teori sirkulasi darah oleh dok-
chain). ter Willam Harvey pada tahun 1613. Sejak itu, berbagai
5. Aman dari praktek jual beli. praktik transfusi darah dari hewan ke hewan, hewan ke
6. Rumah Sakit Pemerintah dan RS Swasta ( Bank darah manusia, dan manusia ke manusia mulai dicobakan.
RS) berperan untuk melaksanakan transfusi darah bagi Di Indonesia, Palang Merah Indonesia (PMI) adalah
pasien di RS yang membutuhkan transfusi dengan satu-satunya organisasi yang diperbolehkan oleh pemer-
indikasi yang tepat (rasional), dengan mengaktifkan intah (tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.18 tahun
peran Komite Transfusi Darah Rumah Sakit. 1980) untuk melakukan prosedur transfusi darah. Meski
pun demikian, sebenarnya prosedur transfusi darah sudah
Namun dalam penerapannya masih banyak masalah dilakukan sejak zaman perjuangan revolusi oleh PMI.
yang ditemukan dilapangan terkait dengan keamanan Prosedur transfusi darah menyisakan banyak risiko.
darah antara lain : Paling fatal adalah risiko kematian. Pada tahun 1970an,
Masih banyak rumah sakit yang melibatkan keluarga mulai diketahui adanya risiko tinggi transmisi virus. Saat
pasien untuk mengambil darah. itu, virus hepatitis C terdeteksi pada lebih kurang 1% unit
Penggunaan darah yang rasional dengan jumlah dan kantong darah. Selain hepatitis C, virus lain yang men-
indikasi yang tepat masih belum optimal. gancam adalah HIV. Langkah-langkah pengurangan risiko
Pemahaman tentang penatalaksanaan pemberian trans- transmisi pun segera dijalankan yaitu melalui pemer-
fusi darah dirumah sakit masih kurang. iksaan uji saring darah (blood screening). Perlahan tapi
Permasalah tersebut diatas akan berdampak kepada pasti, risiko transmisi virus bisa dikatakan sudah sangat
keamanan darah sehingga slogan bahwa satu tetes darah kecil. Di Amerika, risiko transmisi virus hepatitis C ada-
dapat menyelamatkan nyawa seseorang akan menjadi per- lah 1/1.000.000 unit sedangkan HIV 1/1,5-2,5 juta unit.
tanyaan besar, apakah benar demikian? Dalam perkembangannya, prosedur transfusi darah
layaknya dua sisi mata uang. Di satu sisi, banyak orang
PEMBAHASAN yang akan terselamatkan. Di sisi lain, banyak risiko yang
bisa terjadi dan mengganggu kesehatan resipien. Oleh
Transfusi Darah karena itulah, sudah saatnya prosedur transfusi darah
Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting itu dilandasi oleh suatu disiplin ilmu yang disebut Ilmu
pelayanan kesehatan modern. Bila digunakan dengan be- Transfusi Darah (Transfusion Medicine)
nar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa pasien dan men- Indikasi Transfusi Komponen Darah
ingkatkan derajat kesehatan. Indikasi tepat transfusi darah
dan komponen darah adalah untuk mengatasi kondisi 1. Kapan transfusi sel darah merah dilakukan?
yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna Rekomendasi:
yang tidak dapat diatasi dengan cara lain. WHO Global Transfusi sel darah merah hampir selalu diindikasi-
Database on Blood Safety melaporkan bahwa 20% popu- kan pada kadar Hemoglobin (Hb) <7 g/dl, terutama
lasi dunia berada di negara maju dan sebanyak 80% telah pada anemia akut. Transfusi dapat ditunda jika pasien
memakai darah donor yang aman, sedangkan 80% popu- asimptomatik dan/atau penyakitnya memiliki terapi
lasi dunia yang berada di negara berkembang hanya 20% spesifik lain, maka batas kadar Hb yang lebih rendah
memakai darah donor yang aman. dapat diterima.
Eki Pratidina,Pupu Puspita, Transfusi Darah 91

Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar bosit <5000/uL. CAP juga merekomendasikan untuk
Hb 7-10 g/dl apabila ditemukan hipoksia atau hipok- memberikan profilaksis transfusi trombosit pada pasien
semia yang bermakna secara klinis dan laboratorium. dengan hitung trombosit antara 5000-30.000/uL. Untuk
Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb 10 g/dl, kec- operasi besar dengan perdarahan yang mengancam nya-
uali bila ada indikasi tertentu, misalnya penyakit yang wa, CAP menyimpulkan bahwa transfusi trombosit dapat
membutuhkan kapasitas transport oksigen lebih tinggi dilakukan pada hitung trombosit yang lebih tinggi untuk
(contoh: penyakit paru obstruktif kronik berat dan pe- mempertahankan hitung trombosit >50.000/uL. CAP juga
nyakit jantung iskemik berat). merekomendasikan melakukan transfusi pada pasien yang
Transfusi pada neonatus dengan gejala hipoksia di- menderita destruksi trombosit dengan hitung trombosit
lakukan pada kadar Hb 11 g/dL; bila tidak ada gejala <50.000/uL dan adanya perdarahan mikrovaskular.
batas ini dapat diturunkan hingga 7 g/dL (seperti pada American College of Obstetricians and Gynecologists
anemia bayi prematur). Jika terdapat penyakit jantung (ACOG) merekomendasikan transfusi trombosit pada
atau paru atau yang sedang membutuhkan suplemen- trombositopenia bawaan atau didapat. Suatu survei pada
tasi oksigen batas untuk memberi transfusi adalah Hb tahun 1992 terhadap 630 rumah sakit bagian hematolo-
13 g/dL. gi dan onkologi melaporkan bahwa profilaksis transfusi
trombosit ditujukan bagi pasien dengan hitung trombosit
Rasional: 20.000/uL sedangkan pasien yang menjalani prosedur
Transfusi satu unit darah lengkap (whole blood) atau invasif minor seperti biopsi atau pungsi lumbal, kriteria
sel darah merah pada pasien dewasa berat badan 70 kg yang paling sering digunakan adalah hitung trombosit
yang tidak mengalami perdarahan dapat meningkatkan 50.000/uL.3
hematokrit kira-kira 3% atau kadar Hb sebanyak 1 g/dl. Kelompok kerja ASA pada tahun 1996 menyatakan
Tetapi, kadar Hb bukan satu-satunya faktor penentu untuk bahwa transfusi trombosit profilaksis tidak efektif dan
transfusi sel darah merah. Faktor lain yang harus men- tidak diindikasikan untuk trombositopenia yang disebab-
jadi pertimbangan adalah kondisi pasien, tanda dan gejala kan karena meningkatnya perusakan platelet (misalnya
hipoksia, kehilangan darah, risiko anemia karena penya- purpura trombositopenia idiopatik = ITP). Transfusi trom-
kit yang diderita oleh pasien dan risiko transfusi. bosit jarang diindikasikan pada pasien trombositopenia
Banyak transfusi sel darah merah dilakukan pada ke- yang akan menjalani operasi dengan penurunan produksi
hilangan darah ringan atau sedang, padahal kehilangan trombosit jika hitung trombosit mencapai 100.000/uL,
darah itu sendiri tidak menyebabkan peningkatan mor- dan biasanya baru diindikasikan bila hitung trombosit
biditas dan mortalitas perioperatif. Meniadakan transfusi <50.000/uL. Penentuan apakah pasien yang memi-
tidak menyebabkan keluaran (outcome) perioperatif yang liki jumlah trombosit 50.000-100.000/uL membutuhkan
lebih buruk. transfusi, harus berdasarkan pada risiko terjadinya perd-
2. Kapan transfusi trombosit perlu dilakukan? arahan. Pasien obstetrik dengan perdarahan mikrovasku-
Rekomendasi: lar yang akan menjalani prosedur operasi atau persalinan
Transfusi trombosit dapat digunakan untuk: biasanya membutuhkan transfusi trombosit bila hitung
Mengatasi perdarahan pada pasien dengan trombosi- trombosit <50.000/uL dan jarang memerlukan bila hitung
topenia bila hitung trombosit <50.000/uL, bila terda- trombosit >100.000/uL. Pada pasien dengan hitung trom-
pat perdarahan mikrovaskular difus batasnya menjadi bosit 50.000-100.000/uL, pemberian transfusi trombosit
<100.000/uL. Pada kasus DHF dan DIC supaya meru- berdasarkan risiko perdarahan. Transfusi trombosit juga
juk pada penatalaksanaan masing-masing. diindikasikan pada pasien dengan hitung trombosit nor-
Profilaksis dilakukan bila hitung trombosit <50.000/ mal tetapi terdapat gangguan fungsi trombosit dan perda
uL pada pasien yang akan menjalani operasi, prosedur rahan mikrovaskular.
invasif lainnya atau sesudah transfusi masif. BCSH pada tahun 2003 merekomendasikan bahwa
Pasien dengan kelainan fungsi trombosit yang menga- pada pasien dengan trombositopenia kronik, hitung trom-
lami perdarahan. bosit 10.000/uL merupakan batas dasar untuk melakukan
Rasional: transfusi trombosit bila tidak ada risiko lainnya, seperti
Pada tahun 1987 Nasional Institute of Health Consen- sepsis, penggunaan antibiotik berulang atau kelainan he-
sus Conference merekomendasikan profilaksis transfusi mostasis lainnya. Sedangkan pasien tanpa faktor risiko
trombosit untuk pasien dengan hitung trombosit kurang maka batas hitung trombosit untuk melakukan transfusi
dari 10.000-20.000/uL, sedangkan untuk pasien dengan trombosit adalah 5.000/uL mungkin sesuai bila dianggap
hitung trombosit >50.000/uL transfusi trombosit tidak transfusi trombosit dapat menyebabkan refrakter terhadap
memberikan keuntungan. Transfusi trombosit pada hitung trombosit. BCSH juga menyatakan bahwa pada pasien
trombosit yang lebih tinggi diindikasikan untuk pasien dengan trombopatia, transfusi trombosit dilakukan bila
dengan perdarahan sistemik atau yang memiliki risiko ternyata penatalaksanaan dengan menggunakan desmo-
tinggi mengalami perdarahan karena kelainan koagulasi, presin tidak efektif lagi. Pada pasien dengan perdarahan
sepsis, atau disfungsi trombosit. Pada tahun 1994 CAP akut hitung trombosit tidak boleh turun sampai <50.000/
merekomendasikan transfusi trombosit pada pasien de uL, dan untuk pasien dengan trauma multipel dan cedera
ngan penurunan produksi trombosit dengan hitung trom- kepala, hitung trombosit harus dipertahankan >100.000/
Bhakti Kencana Medika, Volume 1, No. 3 Juli 2001, hal 89-95 92

uL. Pada pasien dengan DIC, transfusi trombosit diberikan Pada tahun 1994 CAP merekomendasikan transfusi
untuk mempertahankan hitung trombosit pada >50.000/ kriopresipitat pada pasien dengan hipofibrinogenemia,
uL seperti halnya pada pasien yang mengalami perdarah penyakit von Willebrand dan pasien hemofilia A (ketika
an masif.13 konsentrat faktor VIII tidak tersedia).2,11 Rekomendasi
Penggunaan trombosit diindikasikan untuk pencegahan yang sama juga dibuat oleh ACOG.3 BCSH merekomen-
dan penatalaksanaan perdarahan pada pasien dengan trom- dasikan pemberian transfusi kriopresipitat pada pasien
bositopenia atau kelainan fungsi trombosit. Hitung trom- yang mendapat transfusi masif dengan perdarahan mikro-
bosit adalah faktor pemicu utama penggunaan trombosit, vasular bila kadar fibrinogen <80 mg/dl.13
dengan faktor risiko terjadi perdarahan dan banyaknya Kelompok kerja ASA pada tahun 1996 merekomendasi-
perdarahan akan mempengaruhi keputusan perlu tidaknya kan pertimbangan memberikan kriopresipitat sebagai pro-
transfusi.2 filaksis pada pasien dengan defisiensi fibrinogen kongenital
3. Kapan transfusi plasma beku segar (Fresh Frozen atau penyakit von Willebrand yang tidak responsif terhadap
Plasma = FFP) dilakukan? pemberian desmopresin asetat yang akan menjalani operasi
tetapi tidak mengalami perdarahan; pasien dengan penyakit
Rekomendasi:
von Willebrand yang mengalami perdarahan; koreksi pada
Transfusi FFP digunakan untuk:
pasien dengan perdarahan mikrovaskular karena transfusi
Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B) dan fak-
tor inhibitor koagulasi baik yang didapat atau bawaan masif dengan konsentrasi fibrinogen <80-100 mg/dl.
bila tidak tersedia konsentrat faktor spesifik atau kom-
binasi. Risiko Transfusi Darah
Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila ter- Risiko transfusi darah sebagai akibat langsung trans-
dapat perdarahan yang mengancam nyawa. fusi merupakan bagian situasi klinis yang kompleks. Jika
Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang suatu operasi dinyatakan potensial menyelamatkan nyawa
abnormal setelah transfusi masif atau operasi pintasan hanya bila didukung dengan transfusi darah, maka keun-
jantung atau pada pasien dengan penyakit hati. tungan dilakukannya transfusi jauh lebih tinggi daripada
Rasional: risikonya. Sebaliknya, transfusi yang dilakukan pasca
Penggunaan FFP seringkali tidak tepat baik dari segi bedah pada pasien yang stabil hanya memberikan sedikit
indikasi maupun jumlah FFP yang diberikan. Penggunaan keuntungan klinis atau sama sekali tidak menguntungkan.
FFP dianjurkan pada beberapa kondisi klinis, tetapi belum Dalam hal ini, risiko akibat transfusi yang didapat mung-
menunjukkan adanya keuntungan atau dianggap sebagai kin tidak sesuai dengan keuntungannya. Risiko transfusi
terapi alternatif yang aman dan memuaskan.2 darah ini dapat dibedakan atas reaksi cepat, reaksi lambat,
Beberapa penelitian dilakukan untuk menentukan penularan penyakit infeksi dan risiko transfusi masif.
apakah pemberian FFP perioperatif dapat meningkatkan
keluaran klinis. Spector dkk3 melaporkan bahwa 600- 1. Reaksi Akut
1.800 ml FFP diperlukan untuk mengurangi masa protrom- Reaksi akut adalah reaksi yang terjadi selama transfu-
bin (prothrombin time = PT) sebanyak 3 detik dari nilai si atau dalam 24 jam setelah transfusi. Reaksi akut dapat
kontrol pada pasien dengan penyakit hati dan responsnya dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang-berat
hanya sementara (temuan yang berhubungan dengan ke- dan reaksi yang membahayakan nyawa. Reaksi ringan
lainan fungsi hati tetapi tidak dengan kondisi operasi yang ditandai dengan timbulnya pruritus, urtikaria dan rash.
normal). Pada tinjauan retrospektif terhadap 100 pasien Reaksi ringan ini disebabkan oleh hipersensitivitas rin-
yang menjalani opersi pintasan arteri koroner yang diberi gan. Reaksi sedang-berat ditandai dengan adanya gejala
albumin atau FFP rata-rata 6 unit tidak memperlihatkan gelisah, lemah, pruritus, palpitasi, dispnea ringan dan
adanya perbedaan dalam hal kehilangan darah atau trans- nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan
fusi. Murray dkk3 pada penelitian yang dilakukan terha adanya warna kemerahan di kulit, urtikaria, demam,
dap 17 pasien yang mengalami perdarahan intraoperatif takikardia, kaku otot. Reaksi sedang-berat biasanya
karena kelainan koagulasi menyatakan bahwa hemostasis disebabkan oleh hipersensitivitas sedang-berat, demam
membaik setelah pemberian FFP pada 14 pasien. akibat reaksi transfusi non-hemolitik (antibodi terhadap
4. Kapan transfusi kriopresipitat dilakukan? leukosit, protein, trombosit), kontaminasi pirogen dan/
Rekomendasi: atau bakteri.
Kriopresipitat digunakan untuk: Pada reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan ge-
Profilaksis pada pasien dengan defisiensi fibrinogen jala gelisah, nyeri dada, nyeri di sekitar tempat masuknya
yang akan menjalani prosedur invasif dan terapi pada infus, napas pendek, nyeri punggung, nyeri kepala, dan dis-
pasien yang mengalami perdarahan. pnea. Terdapat pula tanda-tanda kaku otot, demam, lemah,
Pasien dengan hemofilia A dan penyakit von Wille- hipotensi (turun 20% tekanan darah sistolik), takikardia
brand yang mengalami perdarahan atau yang tidak (naik 20%), hemoglobinuria dan perdarahan yang tidak
responsif terhadap pemberian desmopresin asetat atau jelas. Reaksi ini disebabkan oleh hemolisis intravaskular
akan menjalani operasi. akut, kontaminasi bakteri, syok septik, kelebihan cairan,
Rasional: anafilaksis dan gagal paru akut akibat transfusi.
Eki Pratidina,Pupu Puspita, Transfusi Darah 93

Hemolisis intravaskular akut nisme fisiologis untuk menghilangkan kelebihan besi.


Reaksi hemolisis intravaskular akut adalah reaksi yang Obat pengikat besi seperti desferioksamin, diberikan un-
disebabkan inkompatibilitas sel darah merah. Antibodi da- tuk meminimalkan akumulasi besi dan mempertahankan
lam plasma pasien akan melisiskan sel darah merah yang kadar serum feritin <2.000 mg/l.
inkompatibel. Meskipun volume darah inkompatibel han-
ya sedikit (10-50 ml) namun sudah dapat menyebabkan 3. Penularan Infeksi
reaksi berat. Semakin banyak volume darah yang inkom- Risiko penularan penyakit infeksi melalui transfusi
patibel maka akan semakin meningkatkan risiko. darah bergantung pada berbagai hal, antara lain prevalensi
Penyebab terbanyak adalah inkompatibilitas ABO.
Hal ini biasanya terjadi akibat kesalahan dalam per- penyakit di masyarakat, keefektifan skrining yang diguna-
mintaan darah, pengambilan contoh darah dari pasien ke kan, status imun resipien dan jumlah donor tiap unit darah.8
tabung yang belum diberikan label, kesalahan pemberian Saat ini dipergunakan model matematis untuk menghitung
label pada tabung dan ketidaktelitian memeriksa identi- risiko transfusi darah, antara lain untuk penularan HIV, vi-
tas pasien sebelum transfusi. Selain itu penyebab lainnya rus hepatitis C, hepatitis B dan virus human T-cell lympho-
adalah adanya antibodi dalam plasma pasien melawan an- tropic (HTLV). Model ini berdasarkan fakta bahwa penu-
tigen golongan darah lain (selain golongan darah ABO) laran penyakit terutama timbul pada saat window period
dari darah yang ditransfusikan, seperti sistem Idd, Kell (periode segera setelah infeksi dimana darah donor sudah
atau Duffy. infeksius tetapi hasil skrining masih negatif).
Jika pasien sadar, gejala dan tanda biasanya timbul da-
lam beberapa menit awal transfusi, kadang-kadang timbul Transmisi HIV
jika telah diberikan kurang dari 10 ml. Jika pasien tidak Penularan HIV melalui transfusi darah pertama kali
sadar atau dalam anestesia, hipotensi atau perdarahan diketahui pada akhir tahun 1982 dan awal 1983. Pada ta-
yang tidak terkontrol mungkin merupakan satu-satunya hun 1983 Public Health Service (Amerika Serikat) mer-
tanda inkompatibilitas transfusi. Pengawasan pasien di- ekomendasikan orang yang berisiko tinggi terinfeksi HIV
lakukan sejak awal transfusi dari setiap unit darah. untuk tidak menyumbangkan darah. Bank darah juga
Cedera paru akut akibat transfusi (Transfusion-associ-
ated acute lung injury = TRALI) mulai menanyakan kepada donor mengenai berbagai pe-
Cedera paru akut disebabkan oleh plasma donor yang rilaku berisiko tinggi, bahkan sebelum skrining antibodi
mengandung antibodi yang melawan leukosit pasien. HIV dilaksanakan, hal tersebut ternyata telah mampu
Kegagalan fungsi paru biasanya timbul dalam 1-4 jam se- mengurangi jumlah infeksi HIV yang ditularkan melalui
jak awal transfusi, dengan gambaran foto toraks kesuram transfusi. Berdasarkan laporan dari Centers for Disease
an yang difus. Tidak ada terapi spesifik, namun diperlukan Control and Prevention (CDC) selama 5 tahun pengama-
bantuan pernapasan di ruang rawat intensif. tan, hanya mendapatkan 5 kasus HIV/tahun yang menular
2. Reaksi Lambat melalui transfusi setelah dilakukannya skrining antibodi
Reaksi hemolitik lambat HIV pada pertengahan maret 1985 dibandingkan dengan
Reaksi hemolitik lambat timbul 5-10 hari setelah trans- 714 kasus pada 1984.
fusi dengan gejala dan tanda demam, anemia, ikterik dan Penularan virus hepatitis B dan virus hepatitis C
hemoglobinuria. Reaksi hemolitik lambat yang berat dan Penggunaan skrining antigen permukaan hepatitis B
mengancam nyawa disertai syok, gagal ginjal dan DIC pada tahun 1975 menyebabkan penurunan infeksi hepa-
jarang terjadi. Pencegahan dilakukan dengan pemerik- titis B yang ditularkan melalui transfusi, sehingga saat ini
saan laboratorium antibodi sel darah merah dalam plasma hanya terdapat 10% yang menderita hepatitis pasca trans-
pasien dan pemilihan sel darah kompatibel dengan anti-
fusi. Makin meluasnya vaksinasi hepatitis B diharapkan
bodi tersebut. Purpura pasca transfusi merupakan kompli
mampu lebih menurunkan angka penularan virus hepatitis
kasi yang jarang tetapi potensial membahayakan pada
transfusi sel darah merah atau trombosit. B. Meskipun penyakit akut timbul pada 35% orang yang
Hal ini disebabkan adanya antibodi langsung yang terinfeksi, tetapi hanya 1-10% yang menjadi kronik.
melawan antigen spesifik trombosit pada resipien. Lebih Transmisi infeksi virus hepatitis non-A non-B sangat
banyak terjadi pada wanita. Gejala dan tanda yang tim- berkurang setelah penemuan virus hepatitis C dan dilakukan-
bul adalah perdarahan dan adanya trombositopenia berat nya skrining anti-HCV. Risiko penularan hepatitis C mela-
akut 5-10 hari setelah transfusi yang biasanya terjadi bila lui transfusi darah adalah 1:103.000 transfusi. Infeksi virus
hitung trombosit <100.000/uL. Penatalaksanaan penting hepatitis C penting karena adanya fakta bahwa 85% yang
terutama bila hitung trombosit 50.000/uL dan perdara- terinfeksi akan menjadi kronik, 20% menjadi sirosis dan
han yang tidak terlihat dengan hitung trombosit 20.000/ 1-5% menjadi karsinoma hepatoselular. Mortalitas akibat
uL. Pencegahan dilakukan dengan memberikan trombosit sirosis dan karsinoma hepatoselular adalah 14,5% dalam ku-
yang kompatibel dengan antibodi pasien. run waktu 21-28 tahun.22 Prevalensi hepatitis B di Indonesia
adalah 3-17% dan hepatitis C 3,4% sehingga perlu dilakukan
Kelebihan besi
skrining hepatitis B dan C yang cukup adekuat.
Pasien yang bergantung pada transfusi berulang da-
lam jangka waktu panjang akan mengalami akumulasi Kontaminasi bakteri
besi dalam tubuhnya (hemosiderosis). Biasanya ditandai Kontaminasi bakteri mempengaruhi 0,4% konsentrat
dengan gagal organ (jantung dan hati). Tidak ada meka- sel darah merah dan 1-2% konsentrat trombosit.1 Kon-
Bhakti Kencana Medika, Volume 1, No. 3 Juli 2001, hal 89-95 94

taminasi bakteri pada darah donor dapat timbul sebagai menyebabkan penurunan curah jantung (cardiac output),
hasil paparan terhadap bakteri kulit pada saat pengambilan bradikardia dan disritmia lainnya. Proses metabolisme si-
darah, kontaminasi alat dan manipulasi darah oleh staf trat menjadi bikarbonat biasanya berlangsung cepat, oleh
bank darah atau staf rumah sakit pada saat pelaksanaan karena itu tidak perlu menetralisir kelebihan asam.
transfusi atau bakteremia pada donor saat pengambilan Kekurangan fibrinogen dan faktor koagulasi
darah yang tidak diketahui. Plasma dapat kehilangan faktor koagulasi secara pro-
Jumlah kontaminasi bakteri meningkat seiring dengan gresif selama penyimpanan, terutama faktor V dan VIII,
lamanya penyimpanan sel darah merah atau plasma sebe- kecuali bila disimpan pada suhu -25C atau lebih rendah.
lum transfusi. Penyimpanan pada suhu kamar mening Pengenceran (dilusi) faktor koagulasi dan trombosit ter-
katkan pertumbuhan hampir semua bakteri. Beberapa or- jadi pada transfusi masif.
ganisme, seperti Pseudomonas tumbuh pada suhu 2-6C Kekurangan trombosit
dan dapat bertahan hidup atau berproliferasi dalam sel Fungsi trombosit cepat menurun selama penyimpanan
darah merah yang disimpan, sedangkan Yersinia dapat darah lengkap dan trombosit tidak berfungsi lagi setelah
berproliferasi bila disimpan pada suhu 4C. Stafilokok disimpan 24 jam.
tumbuh dalam kondisi yang lebih hangat dan berprolif-
erasi dalam konsentrat trombosit pada suhu 20-40C. DIC
Oleh karena itu risiko meningkat sesuai dengan lamanya DIC dapat terjadi selama transfusi masif, walaupun hal
ini lebih disebabkan alasan dasar dilakukannya transfusi
penyimpanan.1,22 Gejala klinis akibat kontaminasi bak-
(syok hipovolemik, trauma, komplikasi obstetrik). Terapi
teri pada sel darah merah timbul pada 1: 1 juta unit trans-
ditujukan untuk penyebab dasarnya.
fusi. Risiko kematian akibat sepsis bakteri timbul pada 1:9
juta unit transfusi sel darah merah. Di Amerika Serikat Hipotermia
selama tahun 1986-1991, kontaminasi bakteri pada kom- Pemberian cepat transfusi masif yang langsung berasal
ponen darah sebanyak 16%; 28% di antaranya berhubung dari pendingin menyebabkan penurunan suhu tubuh yang
an dengan transfusi sel darah merah. Risiko kontaminasi bermakna. Bila terjadi hipotermia, berikan perawatan se-
bakteri tidak berkurang dengan penggunaan transfusi lama berlangsungnya transfusi.
darah autolog. Mikroagregat
Kontaminasi parasit Sel darah putih dan trombosit dapat beragregasi dalam
Kontaminasi parasit dapat timbul hanya jika donor darah lengkap yang disimpan membentuk mikroagregat.
Selama transfusi, terutama transfusi masif, mikroagregat
menderita parasitemia pada saat pengumpulan darah. Kri-
ini menyebabkan embolus paru dan sindrom distress per-
teria seleksi donor berdasarkan riwayat bepergian terakhir,
napasan. Penggunaan buffy coat-depleted packed red cell
tempat tinggal terdahulu, dan daerah endemik, sangat akan menurunkan kejadian sindrom tersebut
mengurangi kemungkinan pengumpulan darah dari orang
yang mungkin menularkan malaria, penyakit Chagas atau SIMPULAN
leismaniasis. Sel darah merah
1. Transfusi sel darah merah hampir selalu diindikasi-
4. Transfusi Darah Masif kan pada kadar Hemoglobin (Hb) <7 g/dl, terutama
Transfusi masif adalah penggantian sejumlah darah pada anemia akut. Transfusi dapat ditunda jika pasien
yang hilang atau lebih banyak dari total volume darah asimptomatik dan/atau penyakitnya memiliki terapi
pasien dalam waktu <24 jam (dewasa: 70 ml/kg, anak/ spesifik lain, maka batas kadar Hb yang lebih rendah
bayi: 80-90 ml/kg). Morbiditas dan mortalitas cenderung dapat diterima.
meningkat pada beberapa pasien, bukan disebabkan oleh 2. Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar
banyaknya volume darah yang ditransfusikan, tetapi Hb 7-10 g/dl apabila ditemukan hipoksia atau hipok-
karenatrauma awal, kerusakan jaringan dan organ akibat semia yang bermakna secara klinis dan laboratorium.
perdarahan dan hipovolemia. Seringkali penyebab dasar 3. Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb 10 g/dl, kec-
dan risiko akibat perdarahan mayor yang menyebabkan uali bila ada indikasi tertentu, misalnya penyakit yang
komplikasi, dibandingkan dengan transfusi itu sendiri. membutuhkan kapasitas transport oksigen lebih tinggi
Namun, transfusi masif juga dapat meningkatkan risiko (contoh: penyakit paru obstruktif kronik berat dan pe-
komplikasi. nyakit jantung iskemik berat).
Hiperkalemia 4. Transfusi pada neonatus dengan gejala hipoksia dilaku-
Penyimpanan darah menyebabkan konsentrasi kalium kan pada kadar Hb 11 g/dL; bila tidak ada gejala ba-
ekstraselular meningkat, dan akan semakin meningkat tas ini dapat diturunkan mencapai 7 g/dL (seperti pada
bila semakin lama disimpan. anemia bayi prematur). Jika terdapat penyakit jantung
atau paru atau yang sedang membutuhkan suplemen-
Keracunan sitrat dan hipokalsemia tasi oksigen batas untuk dilakukan transfusi adalah Hb
Keracunan sitrat jarang terjadi, tetapi lebih sering ter- 13 g/dL.
jadi pada transfusi darah lengkap masif. Hipokalsemia ter-
utama bila disertai dengan hipotermia dan asidosis dapat
Eki Pratidina,Pupu Puspita, Transfusi Darah 95

Trombosit jantung atau pada pasien dengan penyakit hati.


5. Trombosit diberikan untuk mengatasi perdarahan pada Kriopresipitat
pasien dengan trombositopenia bila hitung trombosit 11. Profilaksis pada pasien dengan defisiensi fibrinogen
<50.000/uL, bila terdapat perdarahan mikrovaskular yang akan menjalani prosedur invasif dan terapi pada
difus batasnya menjadi <100.000/uL. Pada kasus DHF pasien yang mengalami perdarahan.
dan DIC supaya merujuk pada penatalaksanaan mas- 12. Pasien dengan hemofilia A dan penyakit von Wille-
ing-masing. brand yang mengalami perdarahan atau yang tidak
6. Profilaksis dilakukan bila hitung trombosit <50.000/ responsif terhadap pemberian desmopresin asetat atau
uL pada pasien yang akan menjalani operasi, prosedur akan menjalani operasi.
invasif lainnya atau sesudah transfusi masif. Skrining
7. Pasien dengan kelainan fungsi trombosit yang menga- Skrining donor darah yang aman:
lami perdarahan. Pemeriksaan harus dilakukan secara individual (tiap
Plasma beku segar individual bag atau satu unit plasma) dan tidak boleh
8. Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B) dan fak- dilakukan secara pooled plasma.
tor inhibitor koagulasi baik yang didapat atau bawaan Jenis pemeriksaan yang digunakan sesuai dengan stan-
bila tidak tersedia konsentrat faktor spesifik atau kom- dard WHO, dalam hal ini meliputi pemeriksaan atas
binasi. sifilis, hepatitis B, hepatitis C dan HIV.
9. Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila Metode tes dapat menggunakan Rapid test, Automated
terdapat perdarahan yang mengancam nyawa. test maupun ELISA hanya bila sensitivitasnya >99%.
10. Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang
abnormal setelah transfusi masif atau operasi pintasan

DAFTAR PUSTAKA

British Society for Haematology. Guidelines for the Panitia Medik Transfusi RSUP Dr. Soetomo. Pedoman
use of platelet transfusions. Brit J Haematol pelaksanaan transfusi darah dan komponen darah.
2003;122:10-23. Edisi 3. Surabaya: RSUP Dr. Soetomo-Fakultas
Clinical practice guidelines on the use of blood com- Kedokteran Universitas Airlangga; 2001. h. 18-31.
ponents (red blood cells, platelets, fresh frozen
plasma, cryoprecipitate) [draft document]. Austra- Wandt H, Frank M, Ehninger G, Schneider C, Brack
lia: NHMRC-ASBT, 2002;1-75. N, Daoud A, dkk. Safety and cost effectiveness
of a 10 x 109/L trigger for prophylactic platelet
McFarland JG. Perioperative blood transfusion: indica- transfusions compared with the traditional 20 x
tions and options. Chest 1999;115:113S-21S. 109/L trigger: A prospective comparative trial in
105 patients with acute myeloid leukemia. Blood
Carson JL, Duff A, Berlin JA, Lawrence VA, Poses RM, 1998;91:3601-6.
Huber EC, dkk. Perioperative blood transfusion
and postoperative mortality. JAMA 1998;279:199- WHO. The clinical use of blood: handbook. Geneva,
205. 2002. Didapat dari URL: http://www.who.int/bct/
Clinical Resource Efficiency Support Team. Guidelines Main_areas_of_work/Resource_Centre/CUB/Eng-
for blood transfusion practice. Irlandia 2001. lish/Handbook.pdf.
National Health and Medical Research Council, Austral-
URL: http://www.crestni.org.uk/publications/blood_ asian Society of Blood Transfusion.
transfusion.pdf
College of American Pathologists. Practice parameter Wu WC, Rathore SS, Wang Y, Radford MJ, Krum-
for the use of fresh frozen plasma, cryopresipitate, holz HM. Blood transfusion in elderly patients
and platelets. JAMA 1994;271:777-81. with acute myocardial infarction. N Engl J Med
2001;17:1230-6.
Departemen Kesehatan RI. Buku pedoman pelayanan
transfusi darah: skrining untuk penyakit infeksi. Zumberg MS, Del Rosario MLU, Nejame CF, Pollock
Modul 2. Jakarta, April 2001:1,13-5,25-6,27- BH, Gargazella L, Kao KJ dkk. A prospective ran-
33,36. domized trial of prophylactic platelet transfusion
National Blood Users Group. A guideline for transfusion and bleeding incidence in hematopoetic stem cell
of red blood cells in surgical patients. Irlandia, transplant recipients: 10,000/L versus 20,000/L
Januari 2001. Didapat dari URL: http://www.doh. trigger. Biology of Blood and Marrow Transplan-
ie/pdfdocs/blood.pdf. tation 2002;8:569-76.

Anda mungkin juga menyukai