Anda di halaman 1dari 6

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Kuliah Lapangan Sistematika
Tumbuhan (KL SISTUM) yang dilaksanakan di kawasan Sarasah Bonta, Jorong
Lubuak Limpato, Kenagarian Tarantang, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh
Kota, Sumatera Barat.
Laporan ini diselesaikan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan pasca
pelaksanaan Kuliah Lapangan Sistematika Tumbuhan yang dilaksanakan mulai dari
tanggal 22 24 April 2016. Laporan ini membahas tentang sampel yang telah kami
data meliputi sampel Angiospermae, Gymnospermae, Pterydophyta, Bryophyta dan
Algae.
Dalam pelaksanaan Kuliah Lapangan sampai pada penulisan laporan ini,
penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka dari itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada orang tua penulis yang memberikan doa dan semangat, Ibu Dra.
Nurainas selaku dosen mata kuliah Sistematika Tumbuhan dan selaku dosen
praktikum serta pembimbing Kuliah Lapangan Sistematika Tumbuhan,Asisten Dosen
serta pembimbing Kuliah Lapangan dan Teman teman yang telah memberi semangat
dan bekerja sama dalam pelaksanaan Kuliah Lapangan serta penulisan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu saran serta kritik yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini sangatlah penulis harapkan. Dan penulis berharap laporan
ini dapat memberikan informasi bermanfaat bagi pembaca.

Padang, 15 Mei 2016

Kelompok 6B

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.... i
Daftar Isi .. ii
I. Pendahuluan
1.1. Latar belakang..... 1
1.2. Tujuan.............. 2
II. Pelaksanaan Kuliah Lapangan
2.1. Waktu dan tempat... .
2.2. Alat dan Bahan....
2.2.1 Alat
2.2.2 Bahan
2.3. Material yang digunakan
2.4 Metode Kerja Lapangan
2.5 Cara Kerja......
2.5.1. Cara kerja di Lapangan.
2.5.2. Cara kerja di Herbarium.
III. Hasil dan Pembahasan
3.1. Jenis yang didapatkan ...
3.1.1 Angiospermae...
3.1.2 Gymnospermae
3.1.3 Pteridophyta
3.1.4 Bryophyta...
3.1.5 Algae
3.2 Deskripsi taksa
3.2.1 Deskripsi taksa Sp. I..........................
3.2.2 Deskripsi taksa Sp. II........................
IV. Kesimpulan dan Saran
4.1. Kesimpulan.........................................................................................................
4.2. Saran ..................................................................................................................
Daftar Pustaka............................................................
Lampiran.....................................................................
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu tumbuhan pada saat ini telah mengalami kemajuan yang demikian pesat,
hingga bidang- bidang ilmu pengetahuan yang hanya semula merupakan cabang-
cabang ilmu tumbuhan saja sekarang telah ilmu yang berdiri sendiri- sendiri, seperti
halnya sistematika tumbuhan yang tidak hanya menempatkan suatu taksa pada
golongan tertentu tetapi juga menghubungkannya dengan proses evolusi dan
hubungan kekerabatannya (Eka, 2010)
Ilmu ini diterapkan dalam dunia pendidikan dikenal dengan Sistematika
Tumbuhan. Sistematika Tumbuhan adalah cabang ilmu biologi yang erat dengan
taksonomi tumbuhan. Namun, sistematika tumbuhan lebih banyak mempelajari
hubungan tumbuhan dengan proses evolusinya. Dalam sistematika bantuan ilmu
filogeni dan kladistika banyak berperan. (Hidayat, 1995)
Tumbuhan tumbuhan yang didapat atau dikenal dengan istilah specimen ini
diidentifikasi, tentunya didasari dari pengamatan langsung terhadap objek yang
dikoleksi, dengan memperhatikan bentuk dan karakter suatu tumbuhan tanpa
mengabaikan teori informasi dari literatur resmi yang telah ada. (Tjirosoepomo,
1989).
Angiospermae adalah golongan tumbuhan yang menghasilkan biji dengan
keadaan terlindungi oleh karpel, pembuahannya ganda dan memiliki alat perkawinan
berupa bunga. Gymospermae adalah tumbuhan biji terbuka yang merupakan
kelompok tumbuhan berbiji yang bijinya tidak terlindung dalam bakal buah
(ovarium). Pteridophyta merupakan tumbuhan paku yang tergolong tumbuhan
kormus berspora. Bryophyta adalah sebuah divisi tumbuhan di darat yang berwarna
hijau dan berukuran kecil. Algae adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak
memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata (Campbell, 1987).
Untuk penerapan Ilmu teori dan praktikum pada mata kuliah Sistematika
Tumbuhan, maka diadakanlah Kuliah Lapangan yang bertempat di kawasan Sarasah
Bonta, Jorong Lubuak Limpato, Kenagarian Tarantang, Kecamatan Harau,
Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Selain mengaplikasikan ilmu teori di
lapangan, kuliah lapangan ini dapat memperluas pengetahuan dan membuka
cakrawala tentang jenis jenis tumbuhan yang ada di muka bumi ini, khususnya
Sarasah Bonta sebagai tempat pelaksanaan Kuliah Lapangan.
Pemilihan kawasan Sarasah Bonta, Jorong Lubuak Limpato, Kecamatan
Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai lokasi kuliah lapangan didasari oleh
banyaknya tumbuhan yang tumbuh di daerah ini, lokasi kuliah lapangan tidak jauh
dari pemukiman penduduk, persediaan air yang memadai, serta keindahan
pemandangan alam di lembah Harau. Sarasah Bonta terletak di Jorong Lubuk
Limpato, Kenagarian Tarantang, Kecamatan Sarilamak, Kabupaten Lima Puluh Kota,
Cagar Alam Lembah Harau, Sumtera Barat.. Sekitar 14 Kilometer sebelah Utara dari
Kota Payakumbuh. Berada pada ketinggian 450800 mdpl dari permukaan laut. Pada
observasi tumbuhan ini kami kelompok 6 jalur 3, menemukan berbagai famili
Angiospermae, Pteridophyta, Algae dan Bryophyta,

1.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakannya kuliah lapangan ini adalah:


1.Mengetahui cara mengoleksi beberapa divisi dari Alga, Spermatophyta,
Pteridophyta dan Bryophyta di lapangan untuk keperluan ilmiah
2.Mengetahui serta mengerti cara dan proses koleksi tumbuhan di lapangan untuk
keperluan ilmiah

3.1.4 Bryophyta

No No Coll Famili Spesies Keterangan


1 6B- 06 Anthocerotaceae Anthoceros sp.
2 6B- 04 Bryaceae Bryum caespiticium
3 6B- 01 Hookeriaceae Calyptothecium wrigtii
4 6B- 02 Hookeria acurifolia
5 6B- 05 Marchantiaceae Marchantia polymorpha
6 6B- 07 Thuidiaceae Claopodium crispifolium

Jumlah sampel lumut yang didapatkan sebanyak 6 spesies. 6 spesies yang didapatkan
berasal dari 5 famili. Famili tersebut adalah Anthocerotaceae, Bryaceae,
Hookeriaceae, Marchantiaceae, dan Thuidiaceae. Terdapat 2 lumut yang berasal dari
famili yang sama yaitu famili Hookeriaceae
Spesies dengan no coll 6B-01 adalah Calyptothecium wrigtii merupakan
tanaman lumut yang besar, mengkilap, sering membentuk tikar besar, batang kadang
terjumbai. Primer merayap, dengan daun seperti sisik kecil dan rhizoid kecoklatan,
kadang-kadang dengan stolons flagelliform. Sekunder batang sering terjumbai,
longgar tidak teratur bercabang, kadang-kadang padat teratur atau pinnately
bercabang. Paraphyllia langka, Daun laxly atau padat tegak menyebar, biasanya bulat
telur atau bulat telur-lingulate, simetris atau asimetris, berombak. berbentuk hati di
basis daun, margin seluruh atau denticulate di atas. (Kimball, 1999)

Spesies dengan no coll 6B-02 yaitu Hookeria acutifolia. Menurut (Lesica,


1991). Lumut Hookeria acutifolia apabila puncak daun kekurangan rhizoids, puncak
akan menjadi tajam dan berujung dengan sel apikal tajam kecil. Ketika rhizoids
hadir, sel-sel apikal dicerna dan puncaknya menjadi erose dan bulat, tetapi tidak
pernah lancar bulat-tumpul seperti dalam H. Lucens. Hookeria acutifolia dilaporkan
sebagai autoicous di Meksiko (FD Bowers 1994), Amerika Utara bagian timur (HA
Crum dan LE Anderson 1981), Inggris (AJE Smith 1978), dan China (Lin BJ dan BC
Tan 2002). AJ Grout (1934b) menggambarkan kondisi seksual dari spesies sebagai
dioicous, dan E. Lawton (1971) menggambarkan spesimen dari Pacific Northwest
sebagai lumut yang memiliki perichaetia dan gemmiform perigonia pada tanaman
terpisah. tanaman berbuah dilihat dari British Columbia yang autoicous; Namun,
banyak tanaman yang terpisah dalam koleksi yang sama memiliki tunas hanya laki-
laki.
Spesies dengan no coll 6B-04 yaitu Bryum sp. Tubuh bryum sp bisa
dibedakan menjadi rizoid, batang, dan daun. Rizoid merupakan deretan sel yang
memanjang atau filamen seluler, menyerupai akar pada tumbuhan tingkat tinggi.
Melalui rizoid ini, Bryum sp dapat melekat pada benda tempat hidupnya,
misalnya saja pohon, dinding, atau bebatuan. Sementara, fotosintesis banyak terjadi
pada bagian atas rizoid yang menyerupai batang atau daun. Namun perlu diingat,
jikalau bentuk batang, daun, maupun akar (rizoid) Bryum sp tidak sama persis
strukturnya dengan tumbuhan vaskuler.
Spesies dengan no coll 6B-05 yaitu Marchantia polymorpha. Menurut
(Birsyam, 1992) Lumut hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau
dinding tua yang lembab. Memiliki Filoid berupa lembaran menyerupai daun.
Thallus seperti pita. Mempunyai kutikula pada permukaan atas thallus berumah satu
Kaliptra berbentuk bulat. Di daerah kering, badan lumut ini dapat berbentuk seperti
bantalan, sedangkan yang hidup di tanah hutan dapat berbentuk seperti lapisan
permadani. Lumut di daerah lahan gambut dapat menutupi tanah sampai beribu
kilometer.
Spesies dengan no coll 6B-06 yaitu Anthoceros sp. Lumut ini mempunyai
talus yang sederhana dan hanya memiliki satu kloroplas pada tiap selnya. Pada
bagian bawah talus terdapat stoma dengan dua sel penutup. Anthoserofita tidak
berbeda jauh dengan lumut hati. Perbedaan Anthoceros sp. dengan lumut hati adalah
sporofitnya yang membentuk kapsul memanjang dengan hamparan gametofit seperti
karpet yang lebar. (Kenrick, 1197)
Spesies dengan no coll 6B-07 yaitu Claopodium crispifolium. Bentuk
Claopodium crispifolium cukup padat, kusam, tikar kuning - hijau di atas substratum.
Percabangan adalah menyirip, dengan cabang terjadi di satu pesawat. Terlepas dari
tidak adanya tanda-tanda gloss, lain karakter lapangan yang berguna untuk
mengenali spesies ini adalah warna hijau kekuning-kuningan dari cabang dan
menembak tips yang sering kontras mencolok dengan gelap, bagian proksimal lebih
tua dari tanaman .Karakter ini membantu melayani untuk mengatur spesies ini
terpisah dari sebagian besar spesies pleurocarpous lainnya, seperti Isothecium sp.
atau Kindbergia sp. dengan yang umum terjadi. Claopodium crispifolium dapat
ditemukan tumbuh pada berbagai substrat termasuk batu, kayu, batang pohon
(terutama Acer macrophylum) dan kadang-kadang tanah dan beton ,biasanya di situs
teduh di rendah elevasi. (Lesica, 1991)

Anda mungkin juga menyukai