SINDROMA HEPATORENAL
Oleh :
Elsya Natalia P
15710263
Pembimbing
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Akhir abad ke-19, Frerich (1861) dan Flint (1863) melaporkan adanya hubungan
antara penyakit hati lanjut, asites, dan gagal ginjal tanpa ditemukannya perubahan
signifikan pada histologi ginjal. Pada SHR kelainan yang dijumpai pada ginjal hanya
berupa kegagalan fungsi tanpa disertai dengan kelainan anatomi. Hal ini dapat dibuktikan
bila ginjal tersebut ditransplantasikan pada penderita lain yang tidak didapati kelainan
hati, maka fungsi ginjal tersebut akan kembali normal atau penderita yang mengalami
SHR dilakukan transpalantasi hati maka fungsi ginjalnya akan kembali normal.
Gambaran pertama SHR dibuat oleh Hecker dan Sherlock pada tahun 1956.
Penulis melaporkan 9 penderita dengan sirosis hati atau hepatitis akut yang berkembang
lebih lanjut menjadi gagal ginjal tanpa ada proteinuria dengan ekskresi Na urin yang
sangat rendah. Pada bedah mayat, ginjal-ginjal ini menunjukkan histologi yang normal.
Selain perubahan fungsi ginjal, penderita SHR juga ditandai dengan perubahan sirkulasi
arteri sistemik dan aktifitas sistim vasoactive endogen yang berperan dalam terjadinya
hipoperfusi ke ginjal. Dengan alasan ini SHR merupakan kumpulan patofisiologi yang
unik untuk diketahui hubungannya antara sirkulasi sistemik dan fungsi ginjal serta
Sindrom hepatorenal umumnya terjadi pada pasien sirosis hepatis dengan asites,
hepatitis yang disebabkan oleh penggunaan alkohol berat (alcoholic hepatitis), atau gagal
hati akut. Selain itu, kejadian sindrom hepatorenal dapat dipengaruhi oleh beberapa
2
faktor presipitasi yang dapat menyebabkan fungsi hati semakin memburuk dengan cepat,
Selain perubahan fungsi ginjal, penderita SHR juga ditandai dengan perubahan
sirkulasi arteri sistemik dan aktifitas sistim vasoactive endogen yang berperan dalam
patofisiologi yang unik untuk diketahui hubungannya antara sirkulasi sistemik dan fungsi
ginjal serta pengaruh faktor vasokonstriktor dan vasodilator pada sirkulasi ginjal.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang pasien perempuan berumur 23 tahun datang ke RSUD Sidoarjo pada tanggal 3
I. IDENTITAS PASIEN
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Mojokerto
Pendidikan : SLTA
No RM : 1822333
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Sesak napas
4
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dirujuk dari BPM dengan GIP0000 UK 34/35 minggu THIU + PEB
yang disertai sesak napas. Sesak napas dirasakan 1 hari SMRS. Sesak
napas mulai dirasakan saat pasien bangun tidur. Sesak dirasakan sedikit
demi sedikit semakin berat. Sesak napas tidak disertai bunyi ngik-ngik.
Muntah disertai rasa mual, muntah 1-2 kali sehari. Muntah isi makanan,
Buang air kecil sulit, sehari hanya 1-2 kali buang air kecil, dengan volume
kurang lebih setengah gelas air mineral. Tidak ada nyeri saat BAK, warna
Badan terasa lemas, kepala pusing dan nafsu makan menurun. Tidak ada
tangan dan kaki bengkak, tidak ada nyeri ulu hati, tidak ada nyeri dada,
Tidak ada kenceng-kenceng, tidak ada keluar cairan ketuban, tidak ada
BPM (3 kali).
5
TP : 15 Desember 2016
UK : 34/35 minggu
Tekanan darah tinggi sejak hamil 5 bulan. Tekanan darah tertinggi dengan
TDS 180.
f. Riwayat Pengobatan
Pasien rutin kontrol ke dokter Sp.OG, tetapi lupa nama obat yang
diberikan.
6
g. Riwayat Sosial
h. Riwayat Alergi
a. Pemeriksaan Umum
GCS : 456
Vital Sign
Nadi : 102x/menit
Suhu : 36.6oC
tanda-tanda radang.
7
Tulang : Tidak ada deformitas/tanda-tanda patah tulang.
Berat Badan : 68 kg
Kepala
cahaya (+)/(+).
Leher
8
Perkusi :Batas kanan jantung 2 cm dari lateral
sternum.
Paru
ditengah.
Abdomen
scar (-).
Ekstremitas
9
Pitting Edema : (-)
10
Kalium : 6.1 mmol/L (N: 3,6-5,0 mmol/L)
Makroskopis
Mikroskopis
11
V. ASSESMENT
Utama:
Hepatorenal Syndrome
Sekunder:
ALO
Uremyc Sindrome
Asidosis metabolik
Sepsis
Hiperkalemi
Hipoalbumin
Oliguri
Peningkatan RFT
VI. PLANNING
a. Planning Terapi
Pro Dialisis
Bedrest
O2 nasal 4 lpm
Pasang DC
12
Drip Albumin 1 flash s.d Alb > 3 g/dL ( drip iv)
b. Planning Monitoring
Evaluasi TTV
Follow Up
Tanggal S O A P
mg
13
mg
Cardio:
Furosemid pump
10amp/24 jam
NTG pump
20mcg/kgbb/menit
Dopamine pump
3mcg/kgbb/menit
Methyldopa tab
3x250mg
ec HHF + HRS +
14
PLT: 685 Peningkatan RFT 10amp/24 jam
Nifedipin 3x10mg
Cl: 94
Tx:
Inf. D10 + 10 UI
Insulin 7 tpm
Inj. Ca Glukonas
20 IU insulin, 3x1
jam
15
Evaluasi produksi
urine
Usul cito HD
ec HHF + HRS +
Hiperkalemi + Cardio:
3mcg/kgbb/menit
Nifedipin 3x10mg
Methyldopa 3x250mg
Bisoprolol 1x5mg
16
IPD
Tx:
Inf. D10 + 10 UI
Insulin 7 tpm
Inj. Ca Glukonas
20 IU insulin, 3x1
jam
Evaluasi produksi
urine
Balance cairan
CM=CK+500cc
Usul cito HD
17
N:106 x/m Letkep + PEB + TBJ mg
Dopamine pump
3mcg/kgbb/menit
Nifedipin 3x10mg
Methyldopa 3x250mg
Bisoprolol 1x5mg
IPD
Dx:
Tx:
Inf. D10 + 10 UI
Insulin 7 tpm
18
Inj. Ca Glukonas
20 IU insulin, 3x1
jam
Evaluasi produksi
urine
Balance cairan
CM=CK+500cc
Usul cito HD
5 Nov 2016 Pasien sadar. GCS: 456 Post SC H-1 (a.i Obsgyn:
T: 36.2 + Hiperkalemi + mg
Hipoalbumin +
19
ALB: 2.5 kronis + Sepsis + 10amp/24 jam
Nifedipin 3x10mg
Methyldopa 3x250mg
Bisoprolol 1x5mg
IPD
Tx:
Diet TKTPRG
Inf. D10 + 10 UI
Insulin 7 tpm
Inj. Ca Glukonas
20 IU insulin, 3x1
jam
20
Inj. Ca Gluconas 3x1
Kalitake 3x1
Aminoral 2x1
Evaluasi produksi
urine
Balance cairan
CM=CK+500cc
Usul cito HD
T: 36.2 + Hiperkalemi + mg
Hipoalbumin +
21
Cl: 102 3mcg/kgbb/menit
Methyldopa 3x250mg
BU
Distended (+)
IPD
Diet TKTPRG
Inf. D10 + 10 UI
Insulin 7 tpm
Inj. Ca Glukonas
20 IU insulin, 3x1
jam
sd Hb>8 g/dl
Kalitake 3x1
Aminoral 2x1
22
NGT terbuka
Pasang lingkar
abdomen
Evaluasi produksi
urine
Balance cairan
CM=CK+500cc
Usul cito HD
T: 36.7 + Hiperkalemi + mg
Hipoalbumin +
paralitik + 20mcg/kgbb/menit
23
Bisoprolol 1x5mg
IPD
Diet TKTPRG
Inf. D10 + 10 UI
Insulin 7 tpm
Inj. Ca Glukonas
20 IU insulin, 3x1
jam
Extra Diazepam 1
amp
sd Hb>8 g/dl
Kalitake 3x1
Aminoral 2x1
NGT terbuka
24
Pasang lingkar
abdomen
Evaluasi produksi
urine
Balance cairan
CM=CK+500cc
Usul cito HD
Neuro:
Inj. Citicoline
3x500mg
T: 36.2 + Hiperkalemi + mg
Hipoalbumin +
25
kronis + Sepsis + NTG pump
IPD
Tx:
Diet TKTPRG
Inf. D10 + 10 UI
Insulin 7 tpm
Inj. Ca Glukonas
20 IU insulin, 3x1
jam
26
TRF PRC 1 kolf/hari
sd Hb>8 g/dl
Kalitake 3x1
Aminoral 2x1
NGT terbuka
Pasang lingkar
abdomen
Evaluasi produksi
urine
Balance cairan
CM=CK+500cc
Usul cito HD
Neuro:
Inj. Citicoline
3x500mg
27
RR: 22x/m HF ec HHF + HT Metyldopa tab 3x500
+ Hiperkalemi +
Hipoalbumin + Cardio:
IPD
Tx:
Diet TKTPRG
Inf. D10 + 10 UI
Insulin 7 tpm
Inj. Ca Glukonas
28
20 IU insulin, 3x1
jam
sd Hb>8 g/dl
Kalitake 3x1
Aminoral 2x1
NGT terbuka
Pasang lingkar
abdomen
Evaluasi produksi
urine
Balance cairan
CM=CK+500cc
Usul cito HD
Neuro:
Inj. Citicoline
29
3x500mg
+ Hiperkalemi +
IPD
Tx:
30
Diet TKTPRG
Inf. D10 + 10 UI
Insulin 7 tpm
Inj. Ca Glukonas
20 IU insulin, 3x1
jam
sd Hb>8 g/dl
Kalitake 3x1
Aminoral 2x1
NGT terbuka
Pasang lingkar
abdomen
Evaluasi produksi
urine
31
Balance cairan
CM=CK+500cc
Usul cito HD
Neuro:
Inj. Citicoline
3x500mg
Emergency + HRS mg
GDA: 99 + Hiperkalemi +
Hipoalbumin + Cardio:
32
Metabolic Methyldopa 3x250mg
IPD
Tx:
Diet TKTPRG
Inf. D10 + 10 UI
Insulin 7 tpm
Inj. Ca Glukonas
20 IU insulin, 3x1
jam
sd Hb>8 g/dl
Kalitake 3x1
33
Aminoral 2x1
NGT terbuka
Pasang lingkar
abdomen
Evaluasi produksi
urine
Balance cairan
CM=CK+500cc
Usul cito HD
Neuro:
Inj. Citicoline
3x500mg
8 Nov 2016 Pusing, mual, GCS: 456 Post SC H-4 (a.i Obsgyn:
(07.00) muntah, mata TD: 161/117 PEB + Fetal Nifedipin tab 3x10
+ Hiperkalemi +
34
BUN: 76.1 Hipoglikemi + Furosemid pump
Abdomen Keratitis
BU (+) N Filamentosa
IPD
Tx:
Diet TKTPRG
Inf. D10 + 10 UI
Insulin 7 tpm
Inj. Ca Glukonas
20 IU insulin, 3x1
jam
35
Inj. Ca Gluconas 3x1
sd Hb>8 g/dl
Kalitake 3x1
Aminoral 2x1
NGT terbuka
Pasang lingkar
abdomen
Evaluasi produksi
urine
Balance cairan
CM=CK+500cc
Usul cito HD
Neuro:
Inj. Citicoline
3x500mg
36
Mata:
Levofloxacin ED
6xODS I
Gentamycin ED 3 x
ODS I
9 Nov 2016 Pusing, mual, GCS: 456 Post SC H-5 (a.i Obsgyn:
+ Hiperkalemi +
Metabolic 0.5mg/kgbb/menit
37
IPD
Tx:
Diet TKTPRG
Inf.
D10:Clinimix:Ivelip
1:1:1 7 tpm
Inj. Ca Glukonas
20 IU insulin, 3x1
jam
sd Hb>8 g/dl
Kalitake 3x1
Aminoral 2x1
NGT terbuka
38
Pasang lingkar
abdomen
Evaluasi produksi
urine
Balance cairan
CM=CK+500cc
HD selama 20 menit
Neuro:
Inj. Citicoline
3x500mg
Mata:
Levofloxacin ED
6xODS I
Gentamycin ED 3 x
ODS I
39
RR: 22x/m HF ec HHF + HT Metyldopa tab 3x500
+ Hiperkalemi +
Hipoalbumin + Cardio:
IPD
Tx:
Diet TKTPRG
Inf.
D10:Clinimix:Ivelip
1:1:1 7 tpm
40
Inj. Ca Glukonas
20 IU insulin, 3x1
jam
sd Hb>8 g/dl
Kalitake 3x1
Aminoral 2x1
NGT terbuka
Pasang lingkar
abdomen
Evaluasi produksi
urine
Balance cairan
CM=CK+500cc
Neuro:
Inj. Citicoline
41
3x500mg
Mata:
Levofloxacin ED
6xODS I
Gentamycin ED 3 x
ODS I
+ Hiperkalemi +
42
Encephalopathy + Bisoprolol 1x5mg
IPD
Tx:
Diet TKTPRG
Inf.
D10:Clinimix:Ivelip
1:1:1 7 tpm
Inj. Ca Glukonas
20 IU insulin, 3x1
jam
sd Hb>8 g/dl
43
Kalitake 3x1
Aminoral 2x1
NGT terbuka
Pasang lingkar
abdomen
Evaluasi produksi
urine
Balance cairan
CM=CK+500cc
HD selama 4 jam
Neuro:
Inj. Citicoline
3x500mg
Mata:
Levofloxacin ED
6xODS I
Gentamycin ED 3 x
ODS I
44
12 Nov Lemas, GCS: 456 Post SC H-8 (a.i Obsgyn:
+ Hiperkalemi +
IPD
Tx:
Diet TKTPRG
Inf.
45
D10:Clinimix:Ivelip
1:1:1 7 tpm
Inj. Ca Glukonas
20 IU insulin, 3x1
jam
sd Hb>8 g/dl
Kalitake 3x1
Aminoral 2x1
NGT terbuka
Pasang lingkar
abdomen
Evaluasi produksi
urine
Balance cairan
CM=CK+500cc
46
Neuro:
Inj. Citicoline
3x500mg
Mata:
Levofloxacin ED
6xODS I
Gentamycin ED 3 x
ODS I
+ Hiperkalemi +
47
GDA: 96 kronis + Sepsis + Perdipin pump
Filamentosa
IPD
Tx:
Diet TKTPRG
Inf.
D10:Clinimix:Ivelip
1:1:1 7 tpm
Inj. Ca Glukonas
20 IU insulin, 3x1
jam
48
Inj. Ozid 2x1
sd Hb>8 g/dl
Kalitake 3x1
Aminoral 2x1
NGT terbuka
Pasang lingkar
abdomen
Evaluasi produksi
urine
Balance cairan
CM=CK+500cc
Neuro:
Inj. Citicoline
3x500mg
49
Mata:
Levofloxacin ED
6xODS I
Gentamycin ED 3 x
ODS I
+ Hiperkalemi +
50
Amlodipin 10mg 001
IPD
Tx:
Diet TKTPRG
Inf.
D10:Clinimix:Ivelip
1:1:1 7 tpm
Inj. Ca Glukonas
20 IU insulin, 3x1
jam
sd Hb>8 g/dl
Kalitake 3x1
51
Aminoral 2x1
NGT terbuka
Pasang lingkar
abdomen
Evaluasi produksi
urine
Balance cairan
CM=CK+500cc
Neuro:
Inj. Citicoline
3x500mg
Mata:
Levofloxacin ED
6xODS I
Gentamycin ED 3 x
ODS I
52
RR: 22x/m HF ec HHF + HT Metyldopa tab 3x500
+ Hiperkalemi +
IPD
Tx:
Diet TKTPRG
Inf.
53
D10:Clinimix:Ivelip
1:1:1 7 tpm
Inj. Ca Glukonas
20 IU insulin, 3x1
jam
sd Hb>8 g/dl
Kalitake 3x1
Aminoral 2x1
NGT terbuka
Pasang lingkar
abdomen
Evaluasi produksi
urine
Balance cairan
CM=CK+500cc
54
Neuro:
Inj. Citicoline
3x500mg
Mata:
Levofloxacin ED
6xODS I
Gentamycin ED 3 x
ODS I
+ Hiperkalemi +
Hipoalbumin + Cardio:
55
post ALO + Ileus target TDS < 160
Metabolic 0.5mg/kgbb/menit
Micardis 80 mg 100
IPD
Tx:
Diet TKTPRG
Inf.
D10:Clinimix:Ivelip
1:1:1 7 tpm
Inj. Ca Glukonas
20 IU insulin, 3x1
56
Inj. Lasix 10 amp/24
jam
sd Hb>8 g/dl
Kalitake 3x1
Aminoral 2x1
NGT terbuka
Pasang lingkar
abdomen
Evaluasi produksi
urine
Balance cairan
CM=CK+500cc
Neuro:
Inj. Citicoline
3x500mg
57
Mata:
Levofloxacin ED
6xODS I
Gentamycin ED 3 x
ODS I
+ Hiperkalemi +
Metabolic 0.5mg/kgbb/menit
58
Filamentosa Bisoprolol 1x5mg
Micardis 80 mg 100
IPD:
Cefixime 2x100
Ranitidin 2x1
Curcuma 3x1
Aminoral 3x1
Neuro:
Inj. Citicoline
3x500mg
Mata:
Levofloxacin ED
6xODS I
Gentamycin ED 3 x
ODS I
59
18 Nov Tidak ada GCS: 456 Post SC H-14 (a.i Obsgyn:
Hipoglikemi +
Encephalopathy +
Keratitis -
Filamentosa
Mata:
Levofloxacin ED
6xODS I
Gentamycin ED 3 x
ODS I
60
19 Nov Tidak ada GCS: 456 Post SC H-15 (a.i Obsgyn:
Hipoglikemi +
Encephalopathy +
Keratitis -
Filamentosa
Mata:
Levofloxacin ED
6xODS I
Gentamycin ED 3 x
ODS I
61
20 Nov Tidak ada TD: 130/90 Post SC H-16 (a.i Obsgyn:
Hipoglikemi +
Encephalopathy +
Keratitis -
Filamentosa
Mata:
Levofloxacin ED
6xODS I
Gentamycin ED 3 x
ODS I
62
21 Nov Tidak ada TD: 130/90 Post SC H-16 (a.i KRS
T: 36.6 HF ec HHF + HT -
Emergency + HRS
+ Hiperkalemi + Cardio:
+ Oligouri + HBV
Keratitis
Filamentosa Neuro:
Mata:
Levofloxacin ED
6xODS I
63
Gentamycin ED 3 x
ODS I
64
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Hepatorenal syndrome
1. Definisi
ascites.1
2. Patofisiologi
dan efek ini makin besar pada HRS.5 Dua teori utama yang berusaha
65
menjelaskan mekanisme tersebut adalah teori vasodilatasi arteri dan teori
reflex hepatorenal2 Teori pertama mengenai retensi air dan natrium pada
sirosis merupakan hipotesis paling rasional. Menurut teori ini, pada fase
fase ini, perfusi renal masih dapat dipertahankan atau mendekati batas
ginjal.1,2 Lalu terjadi aktivasi RAAS dan SNS yang menyebabkan sekresi
sirkulasi splanchnic tetap resisten terhadap efek ini karena produksi terus-
resistensi vaskuler sistemik total. Jika penyakit hati makin berat dapat
darah 5.
66
mendukung hipotesis ini adalah bahwa pemberian vasokonstriktor
tekanan arteri, RPF, dan GFR5 Teori alternatif lain adalah vasokonstriksi
juga mempengaruhi timbulnya HRS, dan faktor pencetus ini dapat lebih
dari satu pada seorang pasien (Gambar 2). Faktor pencetus yang
Gagal hati atau gangguan hati berat dapat berkembang menjadi 2 bentuk
HRS, dikenal dengan HRS tipe 1 dan tipe 2. Pembagian ini berdasarkan
disebutkan, tetapi belum cukup studi yang mendukung pembagian ini. 6,7
67
a.
Tipe 1
Pada HRS tipe 1 serum kreatinin naik dua kali lipat atau lebih dari
tanpa faktor pencetus. Rerata ketahanan hidup pada HRS tipe 2 ini
68
Tipe ketiga merupakan sindrom hepatorenal dengan ada penyakit
apakah penurunan nilai GFR dasar secara kronis yang berasal dari
4. Diagnosis
Kriteria Mayor
1. Penyakit hati akut atau kronik dengan gagal hati lanjut dan hipertensi portal.
2. GFR rendah, keratin serum >1,5 mg/dl (130 mol/L) atau kreatinin klirens
24 jam < 40 ml/mnt.
3. Tidak ada syok, infeksi bakteri sedang berlangsung, kehilangan cairan dan
69
T mendapat obat nefrotoksik.
4. Tidak ada perbaikan fungsi ginjal dengan pemberian plasma ekspander 1,5
a
liter dan diuretik (penurunan kreatinin serum menjadi < 1,5 mg/dl atau
b peningkatan kreatinin klirens menjadi > 40 ml/mnt)
e Proteinuria < 0,5 g/hari dan tidak dijumpai obstruktif uropati atau penyakit
5.
parenkim ginjal secara ultrasonografi
l
Kriteria Tambahan
1. Volume urin < 500 ml / hari
2. Natrium urin < 10 meg/liter
3. Osmolalitas urin > osmolalitas plasma
4. Eritrosit urin < 50 /lpb
5. Natrium serum <130 mEq/liter
5.
Penatalaksanaan
dengan albumin harus dipertimbangkan sebagai lini pertama. Tujuan terapi ini
kurang dari 113mol/L (1,5 mg/dL), hal ini disebut dengan respons penuh. Jika
kadar kreatinin serum tidak turun minimal 25% dalam 3 hari, dosis terlipressin
70
respons sebagian (kadar kreatinin serum tidak turun < 113mol/L) atau
berhubungan dengan albumin, tetapi data terbatas pada pasien HRS tipe 1 (
level B1).8 Untuk terapi non- farmakologis HRS tipe 1 seperti TIPS (
support renal. 8
pasien HRS tipe 2, tetapi data mengenai dampak dan hasil klinis dari terapi
ini masih belum cukup ( level B1). 8 Transplantasi hati adalah terapi terbaik,
baik untuk HRS tipe 1 maupun HRS tipe 2. HRS seharusnya diberi terapi
setelah dilakukan transplantasi hati ( level A1). 8 Pasien HRS yang telah
hati, sedangkan pasien HRS yang tidak merespons terapi vasopressor dan
71
membutuhkan renal support secara umum juga harus diterapi dengan
insiden HRS dan memperbaiki ketahanan hidup ( level A1). Ada beberapa
alkoholik berat dan norfloxacin menurunkan insiden HRS pada sirosis tahap
72
pasien membutuhkannya dengan interval bervariasi setelah transplantasi.
Saat ini, terapi lebih berhasil pada sindrom hepatorenal tipe 1. Kombinasi
obat dengan infus albumin, yang telah dilaporkan di Eropa dan Amerika
73
KESIMPULAN
Dari laporan kasus diatas didapatkan seoranng penderita perempuan, 23 tahun
didiagnosa hepatorenal syndrome datang ke RS dengan keluhan sesak napas yang
semakin hari semakin memberat, mual dan muntah, buang air kecil sedikit (120cc/6jam).
Riwayat penyakit dahulu tidak didapatkan pernah menderita hepatitis B. Dari
pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran composmentis, vital sign
tensi darah = 160/120 mmHg, nadi= 102x/menit, suhu=36,6 frekuensi napas = 32x/menit.
Pemeriksaan fisik kepala tampak anemis, tak tampak icterus. Leher tak tampak
kelainan. Jantung tak tampak kelainan. Paru ditemukan pernapasan dangkal dan cepat,
tampak retraksi iga dan otot bantu napas tambahan dan diapatkan ronchi di kedua lapang
paru. Abdomen tak tampak ascites. Extrenitas tak tampak odem dikedua extremitas.
74
Pada HRS tipe 2, ditunjukkan dengan peningkatan kadar serum kreatinin selama
beberapa minggu atau bulan bersamaan dengan penurunan glomerular filtration rate
(GFR) tanpa faktor pencetus. HRS tipe 2 dapat berkembang menjadi HRS tipe 1 karena
faktor pencetus atau tanpa factor pencetus yang jelas.
sebelumnya. Masih belum jelas apakah penurunan nilai GFR dasar secara kronis yang
berasal dari penyakit ginjal intrinsik kronis merupakan faktor predisposisi HRS pada
Tipe keempat ini merupakan sindrom hepatorenal pada gagal hati akut. Gagal
hati akut (acute liver failure/ALF) dapat berkembang menjadi HRS, meskipun
Pada pasien ini kemungkinan merupakan tipe 1 karena pada pasien ini terjadi
peningkatan serum kreatinin naik dua kali lipat atau lebih dari 2,5 mg/dL dan dicetuskan
Tujuan terapi pada HRS yaitu untuk memperbaiki fungsi ginjal. Dapat
menggunakan terlipressin dan albumin untuk menurunkan serum kreatinin. Untuk terapi
saat ini, rekomendasi terapi terbaik untuk pasien HRS adalah dengan transplatasi hati.
75
DAFTAR PUSTAKA
Feb;28(1):11-7.
dialysis quality initiative (ADQI) group. Crit Care. 2012 Feb 9;16(1):R23. doi:
10.1186/cc11188.
10.1111/j.1440-1746.2010.06583.x.
8. European Association for the Study of the Liver. EASL clinical practice
76
hepatorenal syndrome in cirrhosis. J Hepatol. 2010 Sep;53(3):397-417. doi:
9. Runyon BA. Management of adult patients with ascites due to cirrhosis: Update
2012. Alexandria (VA): American Association for the Study of Liver Diseases;
2013.
77