Kehamilan Ektopik
Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik menimpa sekitar 1% dari seluruh kehamilan dan hal ini merupakan suatu
kondisi darurat dimana dibutuhkan pertolongan secepatnya. Karena jika dibiarkan kondisi ini
sangat berbahaya dan mampu mengancam nyawa ibu, hal ini disebabkan oleh perdarahan dalam
rongga abdomen, dan bukan terjadinya perdarahan keluar. Dalam kasus kehamilan ektopik, janin
memiliki kemungkinan yang sangat kecul untuk dapat bertahan hidup. Namun di sejumlah
kondisi kecil, contoh pada kehamilan abdominal, kehamilan dan janin bisa bertahan hingga masa
persalinan dan jika persalinan dilakukan dengan cara caesar, maka ada harapan serta
kemungkinan bayi untuk dapat bertahan hidup.
Kehamilan ektopik biasanya disebabkan oleh berbagai hal, dan yang paling sering adalah
disebabkan adanya infeksi pada saluran falopi (tuba falopi - fallopian tube). Kehamilan ektopik
besar kemungkinan terjadi pada kondisi:
Ibu pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya (terdapat riwayat kehamilan ektopik)
Ibu pernah mengalami operasi pembedahan pada daerah sekitar tuba falopi
Ibu pernah mengalami Diethylstiboestrol (DES) selama masa kehamilan
Kondisi tuba fallopi yang mengalami kelainan kongenital
Memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti gonorrhea, klamidia dan PID (pelvic
inflamamtory disease)
Pada saat usia kehamilan mencapai usia 6-10 minggu, biasa ibu hamil yang mengalami
kehamilan ektopik akan mengalami gejala:
Ibu hamil mengalami rasa sakit pada daerah panggul salah satu sisinya dan biasanya terjadi
dengan tiba-tiba
Mengalami kondisi perdarahan vagina di luar jadwal menstruasi atau menstruasi yang tidak
biasa
Mengalami rasa nyeri yang sangat pada daerah perut bagian bawah
Ibu hamil mengalami pingsan
Diagnosa
Kehamilan ektopik biasanya sangat sulit di diagnosa oleh dokter, karena gejala dan tanda
kehamilan ektopik juga biasanya terjadi pada kehamilan normal. Ada beberapa cara yang bisa
dilakukan untuk mendeteksi terjadinya kehamilan ektopik, yaitu dengan cara:
Menggunakan USG (ultrasonography). Melalui usg dokter dapat mendeteksi kehamilan ektopik
karena tuba falopi terdetek mengalami kerusakan dan terjadinya perdarahan atau terdeteksi di
luar uterus terdapat embrio
Melalui pengukuran terhadap kadar HCG (human chrionic gonadotopin - hormon kehamilan).
Ibu hamil yang mengalami ektopik biasanya kadar hcg nya tidak mengalami peningkatan
Dilakukannya pembedahan dengan sayatan kecil di bagian bawah perut (laparoskopi)
Pengobatan
Dokter akan selalu membatalkan kondisi kehamilan ektopik dengan cara pemberian obat-obatan
untuk menahan perkembangan embrio. Efek jangka panjang akan dapat terhindarkan jika,
kehamilan ektopik dapat terdekteksi sejak dini. jika kehamilan ektopik telah terdektesi sejak dini,
hal ini dapat ditangani dengan pemberian obat suntik agar dapat diserap oleh tubuh ibu hamil, hal
ini dapat menyebabkan kondisi tuba falopi masih dalam keadaan utuh. Jika kondisi serius, seperti
jika tuba falopi telah mengembang, maka dokter akan melakukan operasi.
Prognosa
Sekitar 12% wanita akan kembali mengalami kehamilan ektopik, ketika sebelumnya juga pernah
mengalami ektopik. Wanita akan kembali menjadi subur kembali setalah mengalami kehamilan
ektopik (60%), trauma berat setalah mengalami kehamilan ektopik dan akibatnya tidak ingin
mengalami kehamilan kembali (30%) serta sekitar 10% wanita akan memiliki masalah
kesuburan setelah mengalami kehamilan ektopik.
Dukungan positif suami, saudara, atau teman terdekat akan sangat diperlukan bagi wanita yang
mengalami kehamilan ektopik. Hal ini diharapkan dapat mengurangi pengalaman traumatic dari
kehamilan ektopik, sehingga recovery dan keinginan untuk hamil kembali bisa secapatnya pulih
(tentunya melihat kondisi setelah mengalami kehamilan ektopik). Konsultasikan kondisi anda
kepada dokter atau bidan jika anda ingin hamil kembali setelah mengalami kehamilan ektopik.
Hal ini sangatlah penting untuk dilakukan, agar dokter atau bidan dapat memberikan langkah-
langkah yang harus di tempuh untuk menghindari kembali terjadinya kehamilan ektopik. Dan
jika, memutuskan untuk hamil kembali, maka pengawasan ketat terhadap kehamilan berikutnya
sangat diperlukan, guna menjaga agar kehamilan tetap berlangsung dengan baik hingga masa
persalinan nanti.