Semester :3
MAKALAH
GOOD GOVERNANCE
OLEH KELOMPOK : 12
2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya yang berjudul GOOD GOVERNANCE dalam memenuhi
tugas mata kuliah PKN, diampuh DR. H. HUSEN SARUJIN, SH.MM.M,Si
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena kami
masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Untaian terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini, yang telah memberikan dorongan dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Makassar, 29 September 15
Kelompok 12
2
Daftar Isi
Sampul1
Kata Pengantar2
Daftar Isi3
Bab 1(Pendahuluan)4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................5
Bab 2(Pembahasan)6
A. Latar belakang Good Governance.. .................................................................................6
B. Pengertian Good Governance..........................................................................................7
C. Prinsip Prinsip Good Governance....................................................................................8
D. Pilar pilar Good Governance. ........................................................................................13
E. Agenda Good Governance. ..........................................................................................14
F. Good Governance dalam Otonomi Daerah.. ..................................................................16
G. Pengalaman Kota-kota Percontohan dalam Penerapan Good Governance di
Indonesia...................................................................................................................18
H. Masyarakat madani dan Relevansinya dengan Penerapan Good Governence.........22
Bab 3(Penutup)6
A. Kesimpulan..........................................................................................................................23
B. Saran...................................................................................................................................24
Daftar Pustaka25
Kata Penutup.26
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Good governance (tata pemerintahan yang baik) sudah lama menjadi mimpi
banyak orang di Indonesia. Kendati pemahaman mereka tentang good governance
berbeda-beda, namun setidaknya sebagian besar dari mereka membayangkan bahwa
dengan good governance mereka akan dapat memiliki kualitas pemerintahan yang lebih
baik. Banyak di antara mereka membayangkan bahwa dengan memiliki praktik good
governance yang lebih baik, maka kualitas pelayanan publik menjadi semakin baik, angka
korupsi menjadi semakin rendah, dan pemerintah menjadi semakin peduli dengan
kepentingan warga.
Permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia semakin komplek dan semakin
sarat. Oknum-oknum organisasi pemerintah yang seyogyanya menjadi panutan rakyat
banyak yang tersandung masalah hukum. Eksistensi pemerintahan yang baik atau yang
sering disebut good governance yang selama ini dielukan-elukan faktanya saat ini masih
menjadi mimpi dan hanyalah sebatas jargon belaka. Indonesia harus segera terbangun dari
tidur panjangnya. Revolusi disetiap bidang harus dilakukan karena setiap produk yang
dihasilkan hanya mewadahi kepentingan partai politik, fraksi dan sekelompok orang.
Padahal seharusnya penyelenggaraan negara yang baik harus menjadi perhatian serius.
Transparansi memang bisa menjadi salah satu solusi tetapi apakah cukup hanya itu untuk
mencapai good governance. Sebagai negara yang menganut bentuk kekuasaan demokrasi.
Oleh karena itu, tata pemerintahan yang baik perlu segera dilakukan agar segala
permasalahan yang timbul dapat segera dipecahkan dan juga proses pemulihan ekonomi
dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Disadari, mewujudkan tata pemerintahan yang
baik membutuhkan waktu yang tidak singkat dan juga upaya yang terus menerus.
Disamping itu, perlu juga dibangun kesepakatan serta rasa optimis yang tinggi dari seluruh
komponen bangsa yang melibatkan tiga pilar berbangsa dan bernegara, yaitu para aparatur
negara, pihak swasta dan masyarakat madani untuk menumbuhkembangkan rasa
kebersamaan dalam rangka mencapai tata pemerintahan yang baik.
4
B.Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang good governance?
2. Apakah pengertian Good governance?
3. Apa saja prinsip prinsi Good Governance
4. Apa sajakah pilar-pilar good governance?
5. Agenda good governance?
6. Bagaimana good governance dalam kerangka otonomi daerah?
7. Bagaimana pengalaman kota-kota percontohan dalam penerapan good governance
di Indonesia?
8. Bagaimana dengan masyarakat Madani dan relevasinya dengan penerapan Good
Governance?
C.Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui latar belakang good governance
2. Mengetahui pengertian good governance
3. Mengetahui prinsip-prinsip good governance
4. Mengetahui pilar-pilar good governance
5. Mengetahui agenda good governance
6. Mengetahui good governance dalam kerangka otonomi daerah
7. Mengetahui pengalaman kota-kota percontohan dalam penerapan good governance
di Indonesia
8. Mengetahui hubungannya masyarakat madani dan relevansinya dengan penerapan
good governance.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan reformasi yang sudah berjalan selama 15
tahun ini, penerapan good governance di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil
sepenuhnya sesuai dengan cita cita reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan
kecurangan dan kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua
produk utama Good Governance.
Akan tetapi, Hal tersebut tidak berarti gagal untuk diterapkan, banyak upaya yang
dilakukan pemerintah dalam menciptakan iklim good governance yang baik, diantaranya
ialah mulai diupayakannya transparansi informasi terhadap publik mengenai APBN
sehingga memudahkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam menciptakan kebijakan
dan dalam proses pengawasan pengelolaan APBN dan BUMN. Oleh karena itu, hal tersebut
dapat terus menjadi acuan terhadap akuntabilitas manajerial dari sektor publik tersebut agar
kelak lebih baik dan kredibel kedepannya. Undang-undang, peraturan dan lembaga
lembaga penunjang pelaksanaan good governance pun banyak yang dibentuk. Hal ini
sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan sektor publik pada era orde Lama yang banyak
dipolitisir pengelolaannya dan juga pada era orde Baru dimana sektor publik di tempatkan
6
sebagai agent of development bukannya sebagai entitas bisnis sehingga masih kental dengan
rezim yang sangat menghambat terlahirnya pemerintahan berbasis good governance.
Terdapat tiga terminologi yang masih rancu dengan istilah dan konsep good
governance, yaitu: good governance (tata pemerintahan yang baik), good government
(pemerintahan yang baik), dan clean governance (pemerintahan yang bersih). Untuk lebih
dipahami makna sebenarnya dan tujuan yang ingin dicapai atas good governance. maka
adapun beberapa pengertian dari good governance, antara lain :
7
Good governance ini secara umum diterjemahkan dengan pemerintahan yang baik,
meskipun istilah aslinya memandang luas dimensi governance tidak sebatas hanya menjadi
pemerintahan saja. Selain itu good governance dapat juga diartikan sebagai tindakan atau
tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan, mengendalikan,
atau mempengaruhi masalah publik untuk mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan dan
kehidupan keseharian.
a. Partisipasi (Participation)
Partisipasi merupakan perwujudan dari berubahnya paradigma mengenai
peran masyarakat dalam pembangunan. Masyarakat bukanlah sekedar
penerima manfaat (beneficiaries) atau objek belaka, melainkan agen
pembangunan (subjek) yang mempunyai porsi yang penting. Dengan prinsip
dari dan untuk rakyat, mereka harus memiliki akses pada pelbagai institusi
yang mempromosikan pembangunan. Karenanya, kualitas hubungan antara
pemerintah dengan warga yang dilayani dan dilindunginya menjadi penting di
sini. Hubungan yang pertama mewujud lewat proses suatu pemerintahan
dipilih. Pemilihan anggota legislatif dan pimpinan eksekutif yang bebas dan
jujur merupakan kondisi inisial yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa
hubungan antara pemerintah -yang diberi mandat untuk menjadi dirigen
tata pemerintahan inidengan masyarakat (yang diwakili legislatif) dapat
berlangsung dengan baik.
Pola hubungan yang kedua adalah keterlibatan masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan. Kehadiran tiga domain pemerintah, sektor swasta, dan
masyarakat sipil dalam proses ini amat penting untuk memastikan bahwa
8
proses pembangunan tersebut dapat memberikan manfaat yang terbesar atau
kebebasan (mengutip Amartya Zen) bagi masyarakatnya.
Pemerintah menciptakan lingkungan politik, ekonomi, dan hukum yang
kondusif. Sektorswasta menciptakan kesempatan kerja yang implikasinya
meningkatkan peluang untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Akan
halnya masyarakat sipil (lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat,
organisasi keagamaan, koperasi, serikat pekerja, dan sebagainya) memfasilitasi
interaksi sosial-politik untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas ekonomi,
sosial, dan politik.
Sementara itu, di tingkat praktis, partisipasi dibutuhkan untuk mendapatkan
informasi yang andal dari sumber pertama, serta untuk mengimplementasikan
pemantauan atas atas implementasi kebijakan pemerintah, yang akan
meningkatkan rasa memiliki dan kualitas implementasi kebijakan tersebut. Di
tingkatan yang berbeda, efektivitas suatu kebijakan dalam pembangunan
mensyaratkan adanya dukungan yang luas dan kerja sama dari semua pelaku
(stakeholders) yang terlibat dan memiliki kepentingan.
Semua warga negara berhak terlibat dalam keputusan, baik langsung maupun
melalui lembaga perwakilan yang sah untuk mewakili kepentingan mereka.
Paradigma sebagai center for public harus diikuti dengan berbagai aturan sehingga
proses sebuah usaha dapat dilakukan dengan baik dan efisien, selain itu pemerintah
juga harus menjadi public server dengan memberikan pelayanan yang baik, efektive,
efisien, tepat waktu serta dengan biaya yang murah, sehingga mereka memiliki
kepercayaan dari masyarakat. Partisipasi masyarakat sangat berperan besar dalam
pembangunan, salah satunya diwujudkan dengan pajak.
9
b.1 Supremasi Hukum, yakni setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara
dan peluang partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara didasarkan pada hukum dan peraturan yang jelas dan tega dan
dijamin pelaksanaannya secara benar serta independen.
b.2 Kepastian hukum, bahwa setiap kehidupan berbangsa dan bernegara
diatur oleh hukum yang jelas dan pasti, tidak duplikasi dan tidak
bertentangan antara satu dengan lainnya.
b.3 Hukum yang responsive, yakni aturan-aturan hukum disusun
berdasarkan aspirasi msyarakat luas, dan mampu mengakomodasi
berbagai kebutuhan publik secara adil.
b.4 Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif, yakni
penegakan hukum yang berlaku untuk semua orang tanpa pandang bulu
jabatan maupun status sosialnya sebagai contoh aparat penegak hukum
yang melanggar kedisiplinan dan hukum wajib dikenakan sanksi.
b.5 Independensi peradilan, yakni peradilan yang independen bebas dari
pengaruh penguasa atau pengaruh lainnya. Sayangnya, di negara kita
independensi peradilan belum begitu baik dan dinodai oleh aparat
penegak hukum sendiri, sebagai contoh kecilnya yaitu kasus suap jaksa.
c. Tranparasi (Transparency)
10
c.1 Penetapan posisi dan jabatan.
c.2 Kekayaan pejabat publik.
c.3 Pemberian penghargaan.
c.4 Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan.
c.5 Kesehatan.
c.6 Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik.
c.7 Keamanan dan ketertiban.
c.8 Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.
d. Responsif (Responsiveness)
Yaitu pemerintah harus berdaya guna dan berhasil guna. Kriteria efektivitas
biasanya diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-
besarnya kepentingan masyarakat dari berbagai kelopok dan lapisan sosial.
11
Sedangkan asas efisiensi umumnya diukur dengan rasionalitas biaya
pembangunan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Semakin kecil biaya
yang dipakai untuk mencapai tujuan dan sasaran maka pemerintah dalam
kategori efisien.
g. Akuntabilitas (Accountability)
12
h. Visi Strategis (Strategic Vision)
13
masyarakat sipil, dan mekanisme pasar. Adanya pembagian peran yang seimbang dan
saling melengkapi antar ketiga unsur tersebut, bukan hanya memungkinkan terciptanya
check and balance, tetapi juga menghasilkan sinergi antar ketiganya dalam mewujudkan
kesejahteraan rakyat.
a. Agenda Politik
14
b. Agenda Ekonomi
Krisis ekonomi bisa melahirkan berbagai masalah sosial yang bila tidak
teratasi akan mengganggu kinerja pemerintahan secara menyeluruh. Mengingat
begitu banyak permasalahan ekonomi di Indonesia, perlu dilakukan prioritas-
priotitas kebijakan. Prioritas yang paling mendesak untuk pemulihan ekonomi
saat ini antara lain:
d. Agenda Hukum
15
2.6 Good Governance dalam Kerangka Otonomi Daerah
dengan mendekatkan akses pelayanan publik kepada rakyat dan rentang kendali
(span of control) birokrasi pemerintahan lokal. Pelayanan publik merupakan strategis
untuk memulai menerapkan good governance. Sehingga diasumsikan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan publik tersebut kemudian meningkatkan kesejahteraan
rakyat/masyarakat. Suatu logika sederhana, dengan dimilikinya kewenangan
mengatur/mengelola pemerintahan sendiri dan mengelola keuangan daerah sendiri serta
dengan makin dekatnya akses pelayanan public dan rentang kendali pemerintahan, maka
segala kegiatan pemerintahan daerah dimaksudkan agar semakin bersentuhan langsung
dengan pemenuhan hak-hak dasar rakyat/masyarakat menuju peningkatan kesejahteraan.
16
memulai perubahan pada bidang yang dapat secara langsung dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat sipil dan para pelaku pasar, upaya melaksanakan good governance akan
memperoleh dukungan dari semua pemangku kepentingan. Dukungan ini sangat penting
dalam menentukan keberhasilan karena memasyarakatkan good governance
membutuhkan stamina dan daya tahan yang kuat.
17
yang selalu mengikuti perkembangan jaman. Oleh karena itu, dalam kurun waktu tertentu
perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian. Pendekatan kedua adalah perlu dilakukan
penyuluhan, konsultansi, dan pendampingan bagi perusahaan-perusahaan, maupun kantor
pemerintah yang bermaksud untuk mengimplementasikan good governance, dengan
melakukan kegiatan self assessment, kemudian memasang rambu-rambu pada masing-
masing perusahaan atau instansi Pemerintah. Pendekatan ketiga adalah dengan
memperbanyak agen-agen perubah dengan mengembangkan semacam sertifikasi bagi
direktur dan komisaris pada perusahaan-perusahaan serta bagi pejabat-pejabat publik.
a. Equity (Keadilan)
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemenuhan prinsip keadilan
dilihat dari kemampuan pemerintah daerah untuk memberikan perlakuan yang
sama dan adil kepada warganya dalam penyelenggaraan pelayanan publik
(Thompson,1989). Tata pemerintahan yang baik mengharuskan pemerintah
kabupaten dan kota menjamin warganya untuk memperoleh akses yang sama
bukan hanya pada pelayanan publik, tetapi juga pada kualitas pelayanan publik
yang sama.
18
Dalam era otonomi daerah, keadilan dalam bidang pelayanan publik
menjadi aspek utama perhatian pemerintah Kabupaten Bangka dalam
menggunakan kewenangannya untuk membuat pelayanan publik menjadi
semakin mudah diakses oleh kelompok marginal, seperti: penduduk miskin,
perempuan dan pendatang dan bagi masyarakat etnis lainnya.
b. Responsivitas
Responsivitas menjelaskan kemampuan pemerintah untuk mengenali
kebutuhan, menyusun agenda dan prioritas dan mengembangkan program-
program yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat (Hormon,
1995). Oleh karena itu, responsivitas menunjukkan pada keselarasan antara
program dan kegiatan dengan kebutuhan masyarakat.
Dari sudut keluhan yang diajukan oleh masyarakat pengguna jasa dalam
pelayanan telah direspon dengan baik melalui proses elektronicall dialogis
(internet) tertulis maupun lisan. Publik dapat melakukan komunikasi dan feed
back terhadap kebijakan pemerintah daerah baik dalam tataran perencanaan,
pelaksanaan, maupun evaluasi. Terhadap respon yang disampaikan oleh publik,
pemerintah menyampaikan tanggapan ulang melalui media cetak maupun media
internet. Komunikasi ini dibangun dalam rangka menjalin sinergitas antara
pemerintah dengan masyarakat dalam pembangunan.
c. Efisiensi Pelayanan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan sebuah pelayanan diharapkan diatur dengan jelas. Pemerintah
Kabupaten Bangka berupaya menentukan secara jelas mengenai lamanya waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah pelayanan secara cepat. Hal ini
dilakukan dengan bekerja semaksimal mungkin tanpa menunda waktu yang
diperlukan dalam mengakses sebuah pelayanan.
20
d. Suap dan Rente Birokrasi
Dalam struktur hubungan antar pemerintah dengan warganya yang seperti
itu, Pemerintah Kabupaten Bangka telah berupaya merancang praktik
penyelenggaraan pelayanan publik yang lebih banyak berpihak kepada
kepentingan masyarakat dan pengguna jasa. Prosedur pelayanan publik
dirancang untuk mempermudah akses warga dan melindungi kepentingan
mereka. Oleh karena itu, prosedur pelayanan public berupaya mengatur
keseimbangan kewajiban warga yang harus dipenuhi disertai dengan hak-hak
warga yang dijamin oleh pemerintah. Dalam kondisi seperti itu, warga akan
menghadapi kepastian ketika berhadapan dengan birokrasi pelayanan publik.
Kedudukan mereka sangat kuat.
e. Akuntabilitas
Akuntabilitas di Kabupaten Bangka di lakukan oleh DPRD terhadap
program dan kebijakan pemerintah. Otonomi daerah menuntut juga keterlibatan
yang tinggi dari masyarakat atau stakeholder (LSM, Porkot dll) baik dalam
proses penyusunan kebijakan, pelaksanaan maupun pengawasan.
21
2.8 Masyarakat madani dan Relevansinya dengan Penerapan
Good Governence
Dari uraian yang dikemukakan di atas, terlihat bahwa antara masyarakat madani
dan demokrasi memiliki kesamaan. Artinya, bahwa demokrasi akan berjalan baik,
apabila masyarakatnya memiliki sifat dan karakter masyarakat madani. Langkah-
langkah yang diperlakukan dalam rangka good governance adalah :Penguatan fungsi
dan peran lembaga perwakilan rakyat seperti DPR, DPRD I, DPRD II, dan
DPD.Membangun kemandirian lembaga peradilan dari intervensi pemerintah dan pihak
lain.Membangun aparatur negara yang profesional dan penuh integritas.Membangun
peran serta masyarakat yang kuat dan mandiri, serta bermoral.Membangun keimanan
dan ketakwaan kepada Tuhan yang melandasi moral kehidupan.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Good governance adalah pelaksanaan politik, ekonomi, dan administrasi
dalam mengelola masalah-masalah bangsa. Pelaksanaan kewenangan tersebut dapat
dikatakan baik (good atau sound) jika dilakukan dengan efektif dan efisien,
responsif terhadap kebutuhan rakyat, dalam suasana demokratis, akuntabel, serta
transparan. Prinsip-prinsip tersebut tidak hanya terbatas dilakukan dikalangan
birokrasi pemerintahan, tetapi juga di sektor swasta dan lembaga-lembaga
nonpemerintah.
1.Partisipasi (participation).
3.Transparansi (transparency).
4.Responsif (resposiveness)
5.Keadilan (equity).
7.Akuntabilitas (accountability).
Ada tiga pilar good governance yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Adapun
agenda good governance yaitu, agenda politik, ekonomi, hukum dan sosial.
23
3.2 Saran
Berbagai permasalahan nasional menjadi alasan belum maksimalnya
good governance. Dengan melaksanakan prinsip-prinsip good governance maka
tiga pilarnya yaitu pemerintah, korporasi, dan masyarakat sipil saling menjaga,
support dan berpatisipasi aktif dalam penyelnggaraan pemerintahan yang sedang
dilakukan. Terutama antara pemerintah dan masyarakat menjadi bagian penting
tercapainya good governance. Tanpa good governance sulit bagi masing-masing
pihak untuk dapat saling berkontribusi dan saling mengawasi. Good governance
tidak akan bisa tercapai apabila integritas pemerintah dalam menjalankan
pemerintah tidak dapat dijamin. Hukum hanya akan menjadi bumerang yang
bisa balik menyerang negara dan pemerintah menjadi lebih buruk apabila tidak
dipakai sebagaimana mestinya. Konsistensi pemerintah dan masyarakat harus
terjamin sebagai wujud peran masing-masing dalam pemerintah. Setiap pihak
harus bergerak dan menjalankan tugasnya sesuai dengan kewenangan masing-
masing.
24
DAFTAR PUSTAKA
Bakti, Andi Faisal, 2000, Good Governance & Conflict Resolution in Indonesia, Jakarta: Lugos
A.Ubaidillah dan Abdul Rozak, 2008, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta :
ICCE UIN Syarief Hidayatullah; Edisi refisi III
Azyumardi, 2003, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta : ICCE UIN Syarief
Hidayatullah; Edisi refisi I
Humah, Daris, 2011, Negara Hukum Dan Good Governance, Ternate Selatan: Kampus
Terpadu UMMU
25
Kata Penutup
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah
ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
Makassar, 29 September 15
Kelompok 12
26