TRAUMATOLOGI
TRAUMATOLOGI
PEMBAHASAN
.
Gambaran luka iris
Perbedaan Antara Luka Iris / Luka Sayat (Incissed Wound) dengan Luka Retak
Luka Iris/Luka Sayat/Incissed Wound Luka Retak
Bentuk luka teratur Bentuk luka tidak teratur.
Tepi luka tajam atau rata. Tepi luka tidak tajam atau tidak rata
Sudut luka tajam. Sudut luka tidak tajam.
Permukaan luka rata. Permukaan luka tidak rata.
Jembatan jaringan tidak ada. Jembatan jaringan ada.
Rambut terpotong. Rambut tercabut
Sekitar luka tidak memar atau tidak lecet. Sekitar luka memar atau lecet.
Dasar luka teratur. Dasar luka tidak teratur.
Lokasi luka dimana saja. Lokasi luka hanya pada tempat yang ada tulang
12
Bentuk dari luka yang disebabkan oleh pisau yang mengenai tubuh
korban, dipengaruhi oleh faktor- faktor sebagai berikut :
- Sifat sifat dari pisau
Bentuk, ketajaman dari ujung dan ketajaman dari kedua tepinya,
bermata satu atau bermata dua.
- Bagaimana pisau itu mengenai dan masuk kedalam tubuh.
Bila luka masuk dan keluar melalui alur yang sama maka lebar luka
sama dengan lebar alat. Tetapi yang sering terjadi lebar luka melebihi
lebar pisau karena tarikan kesamping sewaktu menusukkan dan waktu
menarik pisau. Demikian juga bila pisau masuk ke jaringan dengan posisi
miring.
Begitu pula dalamnya luka tidak menggambarkan panjang senjata
kecuali bila mengenai organ padat seperti hati. Umumnya dalam luka
lebih pendek dari panjang senjata, karena jarang ditusuk sampai ke
pangkal senjata. Tetapi dalamnya luka bisa melebihi panjang dari senjata
karena elastisitas jaringan, misalnya luka tusuk pada perut.
- Tempat dimana terdapat luka.
Kulit memiliki elastisitas yang besar dan besarnya ketengangan kulit
tidak sama pada seluruh tubuh. Pada daerah dimana serat serat
elastiknya sejajar yaitu pada lipatan-lipatan kulit, maka tusukan yang
sejajar dengan lipatan tersebut akan mengakibatkan luka yang tertutup,
sempit dan berbentuk celah. Akan tetapi bila tusukan pisau itu melintasi
serta memotong lipatan kulit, maka luka yang terjadi akibat tusukan pisau
tersebut akan terbuka lebar.
Ada 5 ciri-ciri luka tusuk (stab wound) yang disebabkan oleh alat
yang berujung runcing dan bermata tajam, yaitu :
Tepi luka tajam atau rata.
13
peluru menembus tegak lurus. Bila lonjong maka peluru menembus miring. Arah dan
sudut kemiringan luka tembak masuk dapat ditentukan dari bagian yang lebih lebar
dari cincin memar.
Bentuk cincin memar bisa tidak teratur. Ini bisa dihubungkan dengan
kemungkinan peluru yang menembus kulit tidak bulat lagi karena berubah bentuk,
misalnya peluru rikoset karena mengenai benda lain dulu seperti dinding, pohon dan
lain lain atau peluru mekar/memuai karena panas atau peluru yang ujungnya sengaja
dibelah (peluru dum dum).
Pada penembakan yang mengenai tulang gepeng misalnya tulang tengkorak,
sternum, ilium, lubang luka berbentuk corong dimana luka masuk lebih kecil dari
luka keluar. Luka tembak masuk pada tulang tengkorak terlihat lubang luka pada
tabula eksterna lebih kecil dibanding luka pada tabula interna. Bila peluru keluar lagi
maka lubang luka tabula interna lebih kecil dari pada lubang luka pada tabula
eksterna.
Tembakan pada tulang panjang walaupun tidak memberi gambaran yang khas
tetap dapat merupakan petunjuk dari mana peluru datang, yaitu dengan melihat
fragmen tulang yang terangkat atau terdorong, bila peluru datang dari sebelah kanan
maka peluru akan terdorong ke sebelah kiri.
b. Luka Tembak Keluar
Bila tidak ditemukan cincin memar disekitar lubang luka, maka ini merupakan
patokan sebagai luka keluar. Pada luka keluar bisa didapati jaringan lemak
menghadap keluar, walaupun kadang-kadang sulit memastikannya. Bentuk dan besar
luka keluar beragam, tergantung posisi peluru keluar dan kecepatan menembus kulit.
Lebih mudah memastikan bila didapati serpihan tulang apalagi bila dibantu foto
rontgent.
3. Luka Kimiawi
Zat-zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabila mengenai tubuh
manusia. Ciri-ciri lukanya amat tergantung dari golongan zat kimia tersebut, yaitu:
Golongan asam
21
Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa kerusakan lapisan
kulit dengan tepi agak menonjol dan di sekitarnya terdapat daerah pucat, dikelilingi
daerah hyperemis. Sering ditemukan adanya metalisasi. Pada tempat keluarnya arus
dari tubuh juga sering ditemukan luka. Nahkan kadang-kadang bagian dari baju atau
sepatu yang dilalui oleh arus listrik ketika meninggalkan tubuh juga ikut terbakar.
Tegangan arus kurang dari 65 volt biasanya tidak membahayakan, tetapi tegangan
antara 65-1000 volt dapat mematikan. Sedangkan kuat arus (amper) yang dapat
mematikan adalah 100 mA. Kematian tersebut terjadi akibat fibrilasi ventrikel,
kelumpuhan otot pernafasan atau pusat pernafasan.
Sedangkan faktor yang sering mempengaruhi kefatalan adalah kesadaran seseorang
akan adanya arus listrik pada benda yang dipegangnya. Bagi orang-orang tidak
menyadari adanya arus listrik pada benda yang dipegangya biasanya pengaruhnya
lebih berat dibanding orang-orang yang pekerjaannya setiap hari berhubungan dengan
listrik.
b. Petir
Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang tegangannya dapat
mencapai 10 mega volt dengan kuat arus sekitar 100.000 A ke tanah. Luka-luka
karena sambaran petir pada hakekatnya merupakan luka-luka gabungan akibat listrik,
panas dan ledakan udara. Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka akibat
ledakan udara berupa luka-luka yang mirip dengan luka akibat persentuhan dengan
benda tumpul.
Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan susunan saraf
pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat terjadi karena efek
ledakan ataun efek dari gas panas yang ditimbulkannya.
23
Pada korban mati sering ditemukan adanya arborescent mark (percabangan pembuluh
darah terlihat seperti percabangan pohon), metalisasi benda-benda dari logam yang
dipakai. Pakaian korban terbakar atau robek-robek.
Jika tubuh dari orang yang masih hidup mendapat trauma dan meninggalkan luka
terbuka maka kuman kuman kan masuk serta menimbulkan infeksi yang ciri
cirinya sebagai berikut :
- Warna kemerahan
- Terlihat bengkak
- Terdapat pus
- Bila sudah lama terlihat danya jaringan granulasi
4) Reaksi biokimiawi
Jika jaringan yang masih hidup mendapat trauma maka pada daerah tersebut akan
terjadi aktivitas biokimiawi berupa :
- kenaikan kadar serotonin (kadar maksimal terjadi 10 menit sesudah trauma)
- Kenaikan kadar histamine ( kadar maksimal terjadi jadi 20-30 menit sesudah trauma).
- Kenaikan kadar enzyme ( ATP, aminopeptidase, acid-phosphatase dan alkali-
phosphatase ) yang terjadi beberapa jam sesudah trauma sebagai akibat dari
mekanisme pertahanan jaringan.
b. Organ dalam masih berfungsi saat terjadi trauma
Jika organ dalam ( jantung atau paru paru )masih dalam keadaan berfungsi ketika
terjadi trauma maka tanda tandanya antara lain :
1) Perdarahan hebat ( profuse bleeding ) :
Trauma yang terjadi pada orang hidup akan menimbulkan perdarahan yang banyak
sebab jantung masih bekerja sehingga terus menerus memomp darah keluar lewat
luka. Berbeda sekali dengan trauma yang terjadi sesudah mati sebab keluarnya darah
di sini secara pasif karena pengaruh gravitasi sehingga jumlahnya tidak banyak.
Perdarahan pada luka intravital di bagi menjadi 2 yaitu perdarahan internal dan
eksternal. Perdarahan internal mudah dibuktikan karena darah tertampung di rongga
badan ( rongga perut, rongga dada, rongga panggul, rongga kepala dan kantong
pericardium ) sehingga dapat di ukur pada waktu otopsi.
Sedangkan perdarahan eksternal (darah tumpah di tempat kejadian) hanya dapat
disimpulkan jika pada waktu otopsi di temukan tanda- tanda anemis (muka dan
organ-organ dalam pucat) disertai tandatanda limpa melisut, jantung dan nadi utama
tidak berisi darah.
2) Emboli udara
Terdiri atas emboli udara venosa ( pulmoner ) dan emboli udara arterial (
sistematik). Emboli udara venosa terjadi jika lumen dari vena yang terpotong tidak
25
mengalami kolap karena terfixir dengan baik, seperti vena jugularis eksterna atau
subclavia. Udara akan masuk ketika tekanan di jantung kanan negative. Gelembung
udara yang terkumpul di jantung kanan dapat terus menuju ke daerah paru paru
sehingga dapat mengganggu fungsinya.
Emboli arterial dapat terjadi sebagai kelanjutan dari emboli udara venosa pada
penderita foramen ovale persisten atau sebagai akibat dari tindakan pneumotoraks
artificial atau karena luka luka yang menembus paru paru. Kematian dapat terjadi
akibat gelembung udara masuk pembuluh darah koroner atau otak.
3) Emboli lemak
Emboli lemak terjadi pada trauma tumpul yang mengenai jaringan berlemaka atau
trauma yang mengakibatkan patah tulang panajang. Akibatnya, jaringan lemak akan
mengalami pencairan dan kemudian masuk kedalam pembuluh darah vena yang
pecah menuju atrium kanan, ventrikel kanan dan dapat terus menuju daerah paru
paru.
4) Pneumotorak
Jika dinding dada menderita luka tembus atau paru paru menderita luka,
sementara paru paru itu sendiri tetap berfungsi maka luka tersebut dapat berfungsi
sebagai ventil. Akibatnya, udara luar atau udara paru- paru akan masuk ke rongga
pleura setiap inspirasi.
Semakin lama udara yang masuk ke rongga pleura semakin banyak yang pada
akhirnya akan menghalangi pengembangan paru paru sehingga pada akhirnya paru
paru menjadi kolap.
5) Emfisema kulit ( krepitasi kulit ).
Jika trauma pada dada mengakibatkan tulang iga patah dan menusuk apru paru
maka pada setiap ekspirasi udara paru paru dapat masuk kejaringan ikat di bawah.
Pada palpasi akan terasa ada krepitasi di sekitar daerah trauma. Keadaan seperti ini
tidak mungkin terjadi jika trauma terjadi sesudah orang meninggal dunia. Jika trauma
terjadi sesudah orang meninggal dunia maka kelainan kelainan tersebut di atas tidak
mungkin terjadi mengingat pada saat itu jantung dan paru parunya sudah berhenti
bekerja.
26
15. Lengan
16. Siku/sikut
17. Pergelangan tangan
18. Telapak tangan,
19. Jari tangan (Ibu jari, telunjuk, tengah, manis, kelingking
- Sudut luka (ada atau tidak, jumlahnya berapa dan bentuknya runcing atau
tidak)
b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:
- Tebing luka (rata atau tidak serta terdiri dari jaringan apa saja)
- Antara kedua tebing ada jembatan jaringan atau tidak
- Dasar luka (terdiri atas jaringan apa, warnanya, perabaannya, ada apa di
atasnya)
c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi:
- Memar (ada atau tidak)
- Tatoase (ada atau tidak)
- Jelaga (ada atau tidak)
- Bekuan darah (ada atau tidak)
- Lain-lain ada atau tidak.
Bagian-bagian
luka
31
Tebing luka:
Permukaan rata.
Terdiri atas kulit, jaringan ikat, otot dan tulang.
Antar tebing luka:
Tidak terdapat jambatan jaringan
Dasar luka:
Terdiri atas tulang
Tebing luka:
Permukaan tidak rata
Terdir atas kulit, jaringan ikat dan otot
Antar tebing luka:
Terdapat jembatan jaringan
Dasar luka:
Terdiri atas tulang
Tebing cincin lecet Tak begitu jelas, terdiri atas kulit. Dasar cincin lecet tak
rata, terdiri atas jaringan ikat. Tebing luka tak rata, berbentuk silinder/corong
Sifatnya : Garis batas luka bentuknya teratur dan simetris, tepinya rata serta
kedua sudutnya runcing. Tebing luka rata terdiri atas kulit,
jaringan ikat, jaringan lemak dan otot. Tidak ditemukan adanya
jembatan jaringan dan dasar luka tidak terlihat pada pemeriksaan
luar. Disekitar garis batas luka tidak ada memar.
1. Penyakit atau luka yang tak dapat diharapkan sembuh dengan sempurna.
2. Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut.
3. Rintangan tetap menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencaharian.
4..Kehilangan salah satu panca indera.
5. Cacat besar atau kudung.
6. Mengakibatkan kelumpuhan.
7. Mengakibatkan gangguan daya pikir 4 minggu lamanya atau lebih.
8. Mengakibatkan keguguran atau matinya janin dalam kandungan.
Pasal 90
Luka berat berarti:
Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian;
Kehilangan salah satu pancaindera;
Mendapat cacat berat;
Menderita sakit lumpuh;
Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
38
39
40
41