Bab 4
Bab 4
Hasil dan pembahasan penelitian dipaparkan pada bab ini yang meliputi
karakteristik tempat penelitian, data umum, data khusus, dan pembahasan yang
berkaitan dengan pengaruh tipe kepribadian dan beban kerja terhadap burnout
syndrome pada mahasiswa praktik pra klinik tingkat III-A program studi S1
Hasil penelitian tentang pengaruh tipe kepribadian dan beban kerja terhadap
burnout syndrome pada mahasiswa praktik pra klinik tingkat III-A program studi
penelitian ini adalah mahasiswa/(i) STIKes Eka Harap Palangka Raya program
studi S1 Keperawatan tingkat III-A yang sedang menjalani praktik pra klinik di
pusat kesehatan masyarakat. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dari
Yayasan Eka Harap Palangka Raya didirikan pada tahun 1987. Pada tahun
110 Palangka Raya. Sejak tahun ajaran 1999/2000 Sekolah Perawat Kesehatan
Eka Harap tidak lagi menerima siswa baru karena mempersiapkan diri konversi ke
87
88
menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Eka Harap Palangka Raya
1 Oktober 2009, Nomor: 162/D/O/2009 (STIKes Eka Harap, 2014). Saat ini
Misi
komunitas.
Misi:
internasional.
Gambar 4.1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya
90
3) Tujuan Pendidikan
4) Kurikulum
diharapkan, kompetensi yang harus dimiliki dan dilengkapi dengan bahan kajian
sarjana keperawatan ditetapkan mengacu pada kurikulum inti yaitu 160 SKS
terdiri dari 60% pengetahuan teori dan 40% dari penerapan praktik. Kurikulum
yang digunakan adalah kurikulum yang berbasis kompetensi (KBK), dengan pola
terdiri dari LCD proyektor, laptop, papan tulis, flipchart pada setiap ruangan
digunakan mahasiswa.
Puskesmas Kayon didirikan pada tahun 1985 dan terletak di Jalan Garuda
Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya dan Kepala Puskesmas Kayon
maka gedung Puskesmas Kayon pindah lokasi dari Jalan Garuda IV ke jalan
Rajawali No.35 bertukar tempat dengan gedung Farmasi Dinas Kesehatan Kota
Palangka Raya. Luas tanah 1.200 m2 dan luas bangunan 298 m2. Letak geografi
kelurahan yaitu Kelurahan Palangka dan Kelurahan Bukit Tunggal. Luas wilayah
92
kerja 25 km2. Batas wilayah sebelah timur yaitu Desa Bukit Rawi, Kabupaten
Pulang Pisau; sebelah selatan yaitu Kelurahan Palangka; sebelah utara yaitu
Kelurahan Marang, Kecamatan Bukit Batu; dan sebelah barat yaitu Jalan Cilik
Misi:
Maret 2011 oleh Bapak Walikota Palangka Raya yang asalnya merupakan
Kelurahan Sabaru dan Kelurahan Kereng Bangkirai yang masuk dalam wilayah
dan Kelurahan Menteng, bagian timur berbatasan dengan Kelurahan Sebaru, dan
Bangkirai, 2013).
tempat ibadah, dan kader dalam pelaksanaan kegiatan program Puskesmas yang
kader posyandu berjumlah 35 orang, tempat praktik dukun bayi berjumlah 5 buah,
sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Langkai dan setelah barat berbatasan
dengan Kecematan Sebangau, kurang lebih berjarak 3,5 km dari pusat kota
dalam visi dan misi serta strategi pelayanan sebagai berikut (Puskesmas Menteng,
2013).
yang mandiri.
Misi:
Strategi:
Induk.
Lokasi UPTD Puskesmas Bukit Hindu beralamat di tepi jalan raya Kinibalu
Puskesmas Bukit Hidu dibangun pada tahun 1986, dengan luas tanah 820 meter
persegi, luas bangunan 550 meter persegi. Deskripsi wilayah kerja Puskesmas
Bukit Hindu mencakup jumlah penduduk sebanyak 32.682 jiwa, jumlah kepala
keluarga 7.819 jiwa, jumlah keluarga miskin sebanyak 3.082, dan satu desa. Rata-
rata waktu tempuh terdekat menuju Puskesmas Bukit Hindu adalah 5 menit dan
96
waktu tempuh terjauh adalah 20 menit. Puskesmas Bukit Hindu memiliki 1 unit
pelayanan gigi, 1 unit pelayanan laboratorium dan 1 unit pelayanan gawat darurat
di luar unit pelayanan yang umum ada di Puskesmas. Puskesmas Bukit Hindu
memiliki empat Pustu (Puskesmas Pembantu) yaitu Pustu Bukit Tunggal, Pustu
Mandawai, Pustu Pembatasan dan Pustu Bukit raya. Jumlah rumah bersalin yang
antaranya milik swasta dan 1 milik pemerintah dengan jumlah total tenaga
kesehatan di 3 rumah bersalin sebanyak 52 orang. Jumlah panti asuhan yang ada
Kecematan Jekan Raya Kota Palangka Raya. Letak Puskesmas sangat strategis di
poros jalan negara, untuk sampai ke Puskesmas dapat ditempuh oleh jalur taxi
kota (angkot). Kunjungan pasien saat ini cukup tinggi, di mana rata-rata
97
fungsi tersebut wilayah kerja Puskesmas Jekan Raya meliputi Kecematan Jekan
Raya yang terdiri dari 2 (dua) kelurahan yaitu Kelurahan Bukit Tunggal dan
Kelurahan Petuk Katimpun, dengan luas wilayah 1.172 km2 (Puskesmas Jekan
Raya, 2013).
meliputi pemasangan keramik lantai Poli Umum, WC, dan pengecatan dinding,
serta pembuatan siring, pengurukan halaman dan penanaman tanaman hias. Luas
bangunan Puskesmas Jekan Raya 231 m2 (10,5 x 22). Sampai saat ini keadaan
bangunan dan lingkungan kerja disekitarnya masih layak dan terpelihara dengan
Palangka II), 1 (satu) Poskesdes Desa Petuk Katimpun, 1 (satu) Klinik Infeksi
Misi:
kesehatan.
Palangka Raya yang merupakan bagian dari unit kerja di bawah koordinasi Dinas
dari tugas puskesmas yang berhubungan dengan masyarakat, yaitu rawat jalan,
pemeriksaan ibu hamil (KIA/Kesehatan Ibu dan Anak), gigi, laboratorium, dan
Kegiatan ini merupakan penjabaran dari fungsi Puskesmas yang kedua yaitu
3) Kegiatan administrasi
Data umum adalah data demografi dari responden yang diteliti khususnya
4.1.2.1 Usia
21 tahun
22 tahun
23 responden
(47%)
17 responden
(35%)
III-A program studi S1 Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya yang
24 responden
(49%)
Laki-laki
Perempuan
25 responden
(51%)
III-A program studi S1 Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya yang laki-
(51%). Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin seimbang dan tidak ada
yang mendominasi.
Data khusus dalam penelitian ini dibagi menjadi dua tahapan yaitu analisis
univariat dan analisis multivariat. Data khusus pada penelitian ini meliputi tipe
kepribadian, beban kerja, burnout syndrome, hasil transformasi data, deteksi data
102
outlier dan missing value, uji normalitas data, hasil uji asumsi klasik dan uji
Analisis univariat pada penelitian ini terdiri atas frekuensi dan persentase
1) Tipe Kepribadian
2) Beban Kerja
memiliki beban kerja berat berjumlah 21 responden (42,9%), beban kerja sedang
(30,6%). Responden dengan beban kerja berat lebih dominan yaitu sebanyak 21
responden (42,9%).
3) Burnout Syndrome
responden (69,4%).
variabel pada setiap objek atau orang (Santoso, 2012: 7). Analisis multivariat pada
penelitian ini meliputi hasil transformasi data, deteksi data outlier dan missing
value, uji normalitas data, uji asumsi klasik dan analisis regresi linier berganda
Transformasi data pada penelitian ini dilakukan karena data masih berskala
1) Data Outlier
normalitas data adalah mendeteksi adanya data outlier. Data outlier pada
penelitian ini menggunakan batas kritis diantara nilai 2,5 dan dinyatakan outlier
bahwa tidak terdapat data outlier (tabel terlampir-lampiran 14) untuk variabel
karena seluruh observasi memiliki nilai yang berada dalam batas kritis 2,5. Hal
tersebut terjadi karena pada penelitian ini semua data dikoding dengan benar,
tidak ada kekeliruan saat entry data, dan tidak ada kekeliruan dalam
2) Normalitas Data
terdistribusi normal atau tidak. Jika nilai signifikan kurang dari 0,05 berarti data
tidak terdistribusi normal, dan sebaliknya jika nilai signifikan lebih dari 0,05
kerja adalah 2,075 dengan pobabilitas signifikansi 0,000, dan nilai Kolmogorov
0,000. Probabilitas dari semua variabel berada jauh di bawah = 0,05 yang
artinya bahwa semua variabel tidak terdistribusi secara normal. Data kemudian
diuji kembali dengan uji Kolmogorov Smirnov. Hasil uji menunjukkan bahwa
nilai probabilitas pada kedua variabel signifikan dan masih jauh di bawah 0,05
(0,000 < 0,05) yang berarti bahwa data yang sudah ditransformasi tetap tidak
terdistribusi normal.
106
Tabel 4.4 Analisis Multikolonieritas dengan Nilai Tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factor)
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model t Sig.
Std.
B Beta Tolerance VIF
Error
(Constant) ,981 ,207 4,735 ,000
1 tipe_kepribadian -,051 ,038 -,173 -1,366 ,179 ,999 1,001
Beban_Kerja_New ,516 ,137 ,476 3,759 ,000 ,999 1,001
a. Dependent Variable: Burnout_Syndrome_New
Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa nilai tolerance kedua variabel lebih
dari 0,10 (0,999 > 0,10) dan nilai VIF kurang dari 10 (1,001 < 10), maka dapat
independen tampak tingkat korelasi sebesar 0,026 atau sekitar 2,6%. Oleh karena
nilai tersebut masih di bawah 95%, maka dapat dikatakan tidak terjadi
multikolinieritas.
107
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji ada korelasi antar residual pada
Berdasarkan tabel 4.6, diperoleh nilai DWhitung sebesar 1,580, nilai ini akan
jumlah sampel 49 (n) dan jumlah variabel independen 2 (k = 2) maka pada tabel
dU = 1,6257. Oleh karena nilai DW 1,580 lebih besar dari batas bawah (dL)
1,4564 dan kurang dari dU = 1,6257 (dL < DW < dU), dapat disimpulkan bahwa
tidak ada kepastian atau kesimpulan pasti terjadi atau tidaknya autokorelasi pada
model regresi.
lain (Ghozali, 2011: 139). Analisis pada penelitian ini menggunakan uji Glejser.
Berdasarkan tabel 4.7, variabel beban kerja memiliki nilai signifikansi 0,391
dan nilai tersebut berada di atas 0,05 sehingga menunjukkan tidak adanya
160). Penelitian ini menggunakan uji statistik untuk mendeteksi apakah residual
terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat nilai kurtosis dan skewness
(KS).
Tabel 4.8 Analisis Normalitas Residual dengan Nilai Kurtosis dan Skewness
N Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Unstandardized Residual 49 ,497 ,340 -,382 ,668
Valid N (listwise) 49
Hitungan hasil Zskew dan Zkurt dengan rumus akan dibandingkan dengan
Hasil perhitungan nilai Zskew dan Zkurt menghasilkan nilai yang ada
diantara nilai kritisnya 1,96. Jadi dapat disimpulkan bahwa data residual
dengan tingkat signifikan jauh di atas 0,05 yaitu 0,175 yang berarti bahwa nilai
Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan
Tabel 4.10 ANOVA Table untuk Deteksi Linearitas Variabel Burnout Syndrome
dengan Tipe Kepribadian
Sum of Mean
Df F Sig.
Squares Square
(Combined) ,532 3 ,177 1,631 ,195
Burnout_Sy
Between Linearity ,186 1 ,186 1,714 ,197
ndrome_Ne
Groups Deviation from
w* ,346 2 ,173 1,590 ,215
Linearity
tipe_keprib
Within Groups 4,891 45 ,109
adian
Total 5,423 48
Berdasarkan tabel 4.10, data dari hasil uji Linearitas memiliki kesesuaian
dengan garis linear dengan signifikan jauh di atas 0,05. Nilai sig. pada Deviation
Tabel 4.11 ANOVA Table untuk Deteksi Linearitas Variabel Burnout Syndrome
dengan Beban Kerja
Sum of Mean
df F Sig.
Squares Square
(Combined) 1,267 2 ,634 7,015 ,002
Burnout_Sy Linearity 1,254 1 1,254 13,884 ,001
Between
ndrome_Ne Deviation
Groups
w* from ,013 1 ,013 ,147 ,704
Beban_Ker Linearity
ja_New Within Groups 4,155 46 ,090
Total 5,423 48
Berdasarkan tabel 4.11, data dari hasil uji Linearitas memiliki kesesuaian
dengan garis linear dengan signifikansi jauh di atas 0,05. Nilai sig. pada Deviation
Tabel 4.12 Hasil Koefisien Determinasi Regresi Linier Berganda pada Pengaruh
Tipe Kepribadian dan Beban Kerja pada Mahasiswa Praktik Pra
Klinik Tingkat III-A Program Studi S1 Keperawatan STIKes Eka
Harap Palangka Raya
Model Summaryb
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square
Estimate
a
1 ,511 ,261 ,229 ,29511
a. Predictors: (Constant), Beban_Kerja_New, tipe_kepribadian
b. Dependent Variable: Burnout_Syndrome_New
Berdasarkan tabel 4.12, menunjukkan besarnya R square yaitu 0,261, hal ini
berarti 26,1% variasi burnout syndrome dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel
estimate (ukuran kesalahan prediksi) sebesar 0,29511. Semakin kecil nilai SEE
dependen.
111
(2) Pengaruh secara simultan tipe kepribadian dan beban kerja terhadap burnout
syndrome
Tabel 4.13 Uji Signifikansi Simultan Regresi Linier Berganda pada Pengaruh
Tipe Kepribadian dan Beban Kerja pada Mahasiswa Praktik Pra
Klinik Tingkat III-A Program Studi S1 Keperawatan STIKes Eka
Harap Palangka Raya
ANOVAa
Sum of
Model Df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 1,417 2 ,708 8,133 ,001b
1 Residual 4,006 46 ,087
Total 5,423 48
a. Dependent Variable: Burnout_Syndrome_New
b. Predictors: (Constant), Beban_Kerja_New, tipe_kepribadian
H03 : Tidak ada pengaruh secara simultan tipe kepribadian dan beban kerja
Ha3 : Ada pengaruh secara simultan tipe kepribadian dan beban kerja secara
probabilitas 0,001. Ftabel (terlampir-lampiran 20) pada penelitian ini sebesar 3,200.
Nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (8,133 > 3,200) sehingga dapat disimpulkan
bahwa H03 ditolak. Berdasarkan nilai probabilitas juga menunjukkan nilai yang
lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha3 diterima
yang artinya ada pengaruh secara simultan tipe kepribadian dan beban kerja
(3) Pengaruh secara parsial tipe kepribadian dan beban kerja terhadap burnout
syndrome
Tabel 4.14 Uji Signifikansi Parameter Individual Regresi Linier Berganda pada
Pengaruh Tipe Kepribadian dan Beban Kerja pada Mahasiswa Praktik
Pra Klinik Tingkat III-A Program Studi S1 Keperawatan STIKes Eka
Harap Palangka Raya
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) ,981 ,207 4,735 ,000
1 tipe_kepribadian -,051 ,038 -,173 -1,366 ,179
Beban_Kerja_New ,516 ,137 ,476 3,759 ,000
a. Dependent Variable: Burnout_Syndrome_New
probabilitas 0,179. Nilai ttabel (terlampir-lampiran 21) pada penelitian ini sebesar -
2,013/2,013. Nilai thitung lebih besar dari nilai -ttabel dan thitung lebih kecil dari nilai
ttabel (-2,013 < -1,366 < 2,013) sehingga dapat disimpulkan bahwa H01 diterima.
Berdasarkan nilai probabilitas juga menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05
(0,179 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H01 diterima yang artinya tidak
probabilitas 0,000. Nilai ttabel (terlampir-lampiran 21) pada penelitian ini sebesar -
2,013/2,013. Nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (3,759 > 2,013/-2,013) sehingga
menunjukkan nilai yang lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa Ha2 diterima yang artinya ada pengaruh beban kerja terhadap
burnout syndrome.
tampak bahwa variabel beban kerja memiliki nilai koefisien tertinggi yaitu 0,357,
sedangkan variabel tipe kepribadian memiliki nilai koefisien yaitu -0,058. Dapat
4.2 Pembahasan
4.2.1 Tipe Kepribadian pada Mahasiswa Praktik Pra Klinik Tingkat III-A
usia dan tipe kepribadian, serta jenis kelamin dan tipe kepribadian (tabel
dan tipe kepribadian sanguinis dominan dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak
Namun, hanya berupa faktor fisik yang dapat dilihat, seperti apakah struktur organ
tubuhnya, bentuk wajah, dan kulit. Seiring dengan pertumbuhan fisik dan
satu sama lainnya (Pieter, 2011: 38). Kepribadian merupakan organisasi yang
dimaksud adalah psiko (jiwa) dan fisik (raga). Organisasi turut menentukan
penyesuaian dirinya, yang sifatnya aktif dalam menentukan tingkah laku yang
diri dengan lingkungan itu sifatnya unik, khas, berbeda antara orang yang satu
lingkungan (Yusuf, 2011: 11), sedangkan menurut Pieter (2011: 38) terdapat
berbagai faktor tersebut membuat banyak pula pemikiran dan munculnya teori-
teori tentang tipe kepribadian, diantaranya yang sejak lama telah dikenal yaitu
empat cairan tersebut dalam tubuh individu ada salah satu yang dominan, maka
adalah sanguinis dengan distribusi yang bervariasi baik dari karakteristik usia
maupun jenis kelamin. Tipe kepribadian koleris, melankolis dan phlegmatis pun
menunjukkan hal yang sama. Keadaan tersebut merupakan hal yang lumrah,
karena tipe kepribadian seseorang tidak dapat ditentukan hanya berdasarkan usia
semakin matangnya individu secara psikis yang akan membuat individu mampu
tersebut akan semakin diperkuat dengan adanya berbagai stimulus dari faktor
lingkungan yang dapat bersumber dari keluarga yang dipandang sebagai penentu
pola-pola perilaku tertentu; dan dapat juga bersumber dari lingkungan pendidikan
117
kepribadian sesuai dengan stimulus yang diterima, direspons dan diadopsi sebagai
berbagai komponen (psiko dan fisik), yang didalamnya ada proses, perubahan,
individu lain, begitu pula halnya pada responden yang diteliti memiliki tipe
kepribadian yang berbeda beda. Hal ini menunjukkan adanya pemenuhan dari
dan terorganisasi.
Tipe kepribadian antara satu individu dan individu yang lain berbeda, tetapi
adapula yang sama. Walaupun memiliki tipe kepribadian yang sama, pada
Sesuai dengan pernyataan Pieter (2011: 38) menyatakan bahwa seiring dengan
manusia yang kemudian berpengaruh pula pada tingkah laku atau kepribadiannya
(Fudyartanta, 2012: 55). Campuran dari empat cairan tersebut dalam tubuh
individu ada salah satu yang dominan, maka menyebabkan sifat-sifat jiwa yang
khas. Oleh karena itu, antara masing-masing individu memiliki tipe kepribadian
yang berbeda sesuai dengan proporsi dominan cairan dalam tubuhnya dan akan
berperilaku dominan sesuai dengan tipe kepribadian tersebut. Di samping itu, juga
Pada penelitian ini responden dominan memiliki tipe kepribadian sanguinis, dapat
menolong orang lain tetapi sifatnya sementara, mudah bosan, tidak stabil, tidak
serius, selalu senang pada permainan dan hiburan, walaupun memiliki sifat dasar
periang, optimis, percaya diri. Perasaan itulah yang dapat membuat seseorang
4.2.2 Beban Kerja pada Mahasiswa Praktik Pra Klinik Tingkat III-A
(42,9%), beban kerja sedang ada 13 responden (26,5%), dan beban kerja ringan
dominan memiliki beban kerja berat. Berdasarkan hasil tabulasi silang usia dan
beban kerja, serta jenis kelamin dan beban kerja (tabel terlampir-lampiran 15),
dapat disimpulkan bahwa responden dengan beban kerja berat dominan berusia 20
responden (18,4%).
baik berupa beban fisik maupun beban mental dan masing-masing orang memiliki
(Notoatmodjo, 2011: 203). Menurut Manuaba (2000) dalam Prihatini (2008: 25),
terhadap beban kerja dari setiap proses kerjanya dapat bersumber dari eksternal
dan internal. Faktor eksternal yang dapat membuat perkerjaan semakin terasa
berat sehingga menjadi beban kerja dapat bersumber dari tugas-tugas kerja baik
yang bersifat fisik maupun mental, lingkungan kerja, berasal dari keluarga, dan
120
hubungan interpesonal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam
tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal, dan terdiri dari faktor
kelelahan baik fisik atau mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala,
gangguan pencernaan, dan mudah marah. Beban kerja yang terlalu sedikit dimana
praktik pra klinik akan mendapat banyak tekanan baik dari klien yang dirawat,
keluarga klien, teman satu profesi, dan profesi lain yang memiliki bermacam-
macam sifat dan sikap yang unik. Tekanan tersebut dapat muncul karena baru
menjalin hubungan dengan teman satu tim bahkan teman dari profesi lain, dan
belum mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan atau situasi perawatan klien
praktik pra klinik dituntut untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi tersebut
mahasiswa untuk menyelesaikan tugas secara praktik dan tertulis. Tugas praktik
mahasiswa untuk disiplin waktu dan menjaga perilaku sopan. Tugas tertulis
pendidikan kesehatan bagi klien yang dikelola. Pelaksanaan tugas tersebut akan
menguras waktu dan tenaga dalam penyelesaiannya, sehingga hal tersebut dapat
perasaan terbeban dalam menyelesaikan semua tugas. Hal tersebut yang membuat
Beban kerja berat terjadi karena individu merasa dituntut secara berlebihan
dari tugas-tugas tertulis dan praktik yang harus diselesaikan selama menjalani
praktik, tidak memiliki koping yang adaptif terhadap tugas-tugas tersebut dan
berbagai tekanan dari lingkungan kerja. Beban kerja sedang terjadi bila individu
harus diselesaikan tetapi tidak memiliki koping yang adaptif terhadap berbagai
praktik masih memiliki beban yang cukup menguras tenaga. Sedangkan beban
kerja ringan dapat terjadi karena individu merasa pelaksanaan praktik merupakan
yang lebih sebagai seorang calon tenaga kesehatan sehingga tidak merasa dituntut
dalam mengerjakan semua tugas yang diwajibkan, serta memiliki koping yang
adaptif dalam merespon semua tekanan yang bersumber dari lingkungan kerja.
122
karaktersitik usia, baik beban kerja berat, sedang, dan ringan semuanya dominan
pada responden yang berusia 20 tahun. Variasi distribusi jenis kelamin tersebut
dengan beban kerja, ada yang mampu mentoleransi dan adapula yang tidak, ada
yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan saat berhadapan
langsung dengan klien tetapi adapula yang tidak baik laki-laki maupun
dan motivasi yang berbeda terhadap tugas dan lingkungan kerja. Persepsi akan
berbeda dari satu orang dan orang lain walaupun berada di dalam situasi yang
sama, tergantung dengan pengalaman masa lalu, pengetahuan dan status emosi.
Apabila individu memiliki persepsi yang positif terhadap suatu hal, maka individu
cenderung untuk memberi kesan yang baik. Tetapi apabila individu memiliki
persepsi negatif terhadap suatu hal, maka individu akan memberi kesan yang tidak
baik terhadap keadaan tersebut. Menurut Andriani dan Subekti (2004: 53) dalam
Mayasari (2007: 5), apabila individu memiliki persepsi bahwa lingkungan kerja
dan tugas yang diberikan sebagai suatu yang menantang maka dapat dipandang
oleh individu sebagai lingkungan dan keadaan yang mengancam dan menuntut.
mendapat tujuan tertentu, seseorang yang memiliki motif dan motivasi yang baik
dengan mahasiswa yang sedang melaksanakan praktik pra klinik, jika memiliki
persepsi dan motivasi yang baik tentang tugas-tugas dan lingkungan kerja
yang harus dilaksanakan untuk melatih diri sebagai seorang tenaga kesehatan
yang profesional. Pelaksanaan tugas praktik dan tertulis tersebut pada dasarnya
merupakan suatu kompetensi yang harus dipenuhi oleh seorang tenaga kesehatan,
sebaik mungkin.
4.2.3 Burnout Syndrome pada Mahasiswa Praktik Pra Klinik Tingkat III-A
burnout sedang ada 34 responden (69,4%), dan burnout rendah ada 8 responden
burnout sedang. Berdasarkan hasil tabulasi silang usia dan burnout syndrome,
kontrol, kepemilikan, keadaan, dan nilai (Cavus, 2010 dalam Nursalam, 2013:
129). Selama dekade terakhir, beberapa istilah telah diusulkan dalam upaya untuk
menjelaskan burnout syndrome, dan definisi yang paling dapat diterima adalah
yang ditulis oleh Maslach, dimana burnout syndrome ditandai dengan tiga
Burnout syndrome tidak hanya terkait dengan faktor tunggal, melainkan muncul
sebagai hasil dari interaksi antara beberapa faktor yang ada. Burnout syndrome
pada seseorang muncul sebagai akibat dari kelelahan emosional yang meningkat,
2013: 129). Kelelahan merupakan sisi yang mengekspresikan kelelahan fisik dan
perilaku negatif dan acuh tak acuh terhadap orang lain. Rendahnya prestasi diri
125
menjadi dimensi evaluasi diri dari burnout syndrome, muncul fakta bahwa orang
sedang. Burnout syndrome merupakan suatu kondisi yang terjadi jika seseorang
tidak dapat mengatasi stres berkepanjangan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor
burnout sedang dapat disebabkan karena mahasiswa yang menjalani praktik pra
banyaknya bahaya saat memberikan asuhan keperawatan, beban kerja yang berat,
praktik dapat mengalami stres selama menjalani praktik. Hal tersebut sesuai
dengan hasil penelitian yang menunjukkan pada deskripsi beban kerja responden
dominan memiliki beban kerja berat. Beban kerja merupakan salah satu faktor
terjadi karena merasa pekerjaan yang dikerjakan terlalu berlebihan dan terlalu
berat baik secara emosional ataupun fisik sehingga menimbulkan perasaan lelah
perasaan acuh tak acuh/sinis baik terhadap rekan kerja maupun klien yang
dirawat. Klien hanya dianggap sebagai objek yang tidak perlu benar-benar
diperhatikan. Ketika seseorang bersikap sinis maka sikapnya akan menjadi dingin
dan menjaga jarak. Perilaku tersebut merupakan suatu upaya untuk melindungi
diri dari tuntutan emosional yang berlebihan dengan memperlakukan klien sebagai
objek. Perasaan tersebut akan menimbulkan adanya evaluasi diri secara negatif
126
dan setiap ada tindakan baru dianggap sebagai beban yang berlebihan sehingga
syndrome sedang terjadi karena individu mengalami kelelahan baik fisik dan
kompetensi bagi diri sendiri. Burnout syndrome rendah terjadi karena inidividu
baik dalam hal pencapaian kompetensi diri maupun perawatan terhadap klien
sebagai objek yang harus diperhatikan. Penurunan prestasi diri dapat terjadi tidak
hanya karena adanya kelelahan dan perasaan sinis, dapat juga disebabkan karena
adanya penilaian negatif terhadap diri sendiri dan berbagai faktor lain yang tidak
dominan pada usia 20 dan 21 tahun. Secara teori berdasarkan beberapa hasil studi
dinyatakan bahwa diantara karyawan muda tingkat kejadian burnout lebih tinggi
belum dipelajari lebih mendalam. Usia 20 dan 21 tahun termasuk dalam masa
dewasa awal dimana seseorang memiliki tingkat keinginan dan kepuasan yang
tinggi terhadap sesuatu yang dikerjakannya. Jika tidak tercapai keinginan dalam
proses tersebut adalah pembuktian diri pada masa usia dewasa. Stres kerja yang
muncul akibat dari berbagai tekanan lingkungan kerja membuat responden akan
teori jenis kelamin belum dapat diprediksi secara kuat sebagai faktor resiko
perempuan lebih tinggi ditemukan burnout. Tetapi ada beberapa argumen pula
yang menyatakan burnout lebih tinggi pada laki-laki, bahkan temuan lain
yang bervariasi pada penelitian ini disebabkan karena baik laki-laki maupun
itu, responden rata-rata berusia 20 tahun dimana usia tersebut seseorang memiliki
tingkat keinginan dan kepuasan yang tinggi terhadap sesuatu yang dikerjakannya.
Selain itu, dipengaruhi pula oleh banyak hal seperti cara koping stres, ketahanan
Oleh sebab itu, menunjukkan adanya perbedaan tingkat burnout pada responden
probabilitas 0,179. Nilai ttabel (terlampir-lampiran 21) pada penelitian ini sebesar -
2,013/2,013. Nilai thitung lebih besar dari nilai -ttabel dan thitung lebih kecil dari nilai
ttabel (-2,013 < -1,366 < 2,013) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima.
Berdasarkan nilai probabilitas juga menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05
(0,179 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian tidak
Berdasarkan hasil tabulasi silang tipe kepribadian dan burnout syndrome (tabel
kepribadian koleris tidak ada yang mengalami burnout tinggi, burnout sedang
(0%). Dapat disimpulkan bahwa semua tipe kepribadian baik sanguinis, koleris,
fisik dan bertambahnya usia seseorang, maka perkembangan psikis dan sosial juga
satu sama lainnya (Pieter, 2011: 38). Menurut Yusuf (2011: 24), ada banyak
diantaranya yang sejak lama telah dikenal yaitu tipologi menurut Hippocrates-
berpendapat bahwa jika campuran dari empat cairan tersebut dalam tubuh
individu ada salah satu yang dominan, maka menyebabkan sifat-sifat jiwa yang
diperoleh melalui pengalaman (Yusuf, 2011: 3). Burnout syndrome adalah suatu
kondisi psikologis pada seseorang yang tidak berhasil mengatasi stres kerja
nilai (Cavus, 2010 dalam Nursalam, 2013: 129). Selain itu, faktor lain yang sangat
(Nursalam, 2013: 129). Selama dekade terakhir, beberapa istilah telah diusulkan
dalam upaya untuk menjelaskan burnout syndrome, dan definisi yang paling dapat
diterima adalah yang ditulis oleh Maslach, dimana burnout syndrome ditandai
prestasi diri (Pouncet, 2007 dalam Nursalam, 2013: 129). Burnout syndrome tidak
hanya terkait dengan faktor tunggal, melainkan muncul sebagai hasil dari interaksi
antara beberapa faktor yang ada (Pouncet, 2007 dalam Nursalam, 2013: 129-130).
memiliki koping yang berbeda-beda dan cara yang berbeda pula untuk mengatasi
stres dan tekanan didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan tentang kondisi
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat stres antara tipe kepribadian
terlibat sudah memiliki pengalaman yang lebih dalam organisasi, sehingga telah
mengetahui keadaan yang terjadi di organisasi dan sudah memiliki koping stres
131
yang baik ketika stresor tersebut datang. Kemampuan individu untuk beradaptasi
dan mengatasi stres tersebut tidak hanya bergantung pada tipe kepribadian
yang sama dipengaruhi oleh banyak hal, seperti cara koping stres, ketahanan
laku, perbedaan cara beradaptasi dengan stres dan tekanan, dan perbedaan cara
secara psikis dan sosial yang berbeda pada tiap individu seiring dengan
sudah memiliki pengalaman lebih banyak akan mengetahui keadaan yang dapat
menimbulkan stres dan sudah memiliki koping yang efektif ketika stressor
tersebut datang.
132
pada burnout sedang. Hal itu disebabkan karena pada dasarnya masing-masing
tipe kepribadian memiliki ciri khas baik dari aspek kekuatan dan kelemahan.
terhadap stres dan tekanan yang dihadapi. Stres dan tekanan yang dapat diatasi
probabilitas 0,000. Nilai ttabel (terlampir-lampiran 21) pada penelitian ini sebesar -
2,013/2,013. Nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (3,759 > 2,013/-2,013) sehingga
menunjukkan nilai yang lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat
Berdasarkan hasil tabulasi silang beban kerja dan burnout syndrome (tabel
tidak ada yang mengalami burnout tinggi, burnout sedang sebanyak 11 responden
(22,4%), burnout rendah sebanyak 2 responden (4,1%). Beban kerja rendah tidak
beban kerja baik berat, sedang maupun ringan dominan pada burnout sedang.
baik berupa beban fisik maupun beban mental dan masing-masing orang memiliki
(Notoatmodjo, 2011: 203). Menurut Manuaba (2000) dalam Prihatini (2008: 25),
terhadap beban kerja dari setiap proses kerjanya dapat bersumber dari eksternal
dan internal. Beban kerja yang berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik
pencernaan, dan mudah marah. Beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan
yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan dan rasa
monoton (Manuaba, 2000 dalam Prihatini, 2008: 26). Overload terjadi karena
(Maslach, 2001: 414). Burnout syndrome adalah suatu kondisi psikologis pada
seseorang yang tidak berhasil mengatasi stres kerja sehingga menyebabkan stres
kelelahan fisik, kelelahan mental dan rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri
134
menjadi faktor personal dan faktor lingkungan (Cavus, 2010 dalam Nursalam,
2013: 129). Selama dekade terakhir, beberapa istilah telah diusulkan dalam upaya
untuk menjelaskan burnout syndrome, dan definisi yang paling dapat diterima
adalah yang ditulis oleh Maslach, dimana burnout syndrome ditandai dengan tiga
(Pouncet, 2007 dalam Nursalam, 2013: 129). Burnout syndrome tidak hanya
terkait dengan faktor tunggal, melainkan muncul sebagai hasil dari interaksi antara
beberapa faktor yang ada (Pouncet, 2007 dalam Nursalam, 2013: 129-130).
burnout syndrome dan menunjukkan adanya kesesuaian antara fakta dan teori.
berat. Beban kerja yang berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau
dan mudah marah. Beban kerja yang berat apabila tidak mampu ditoleransi dapat
menjadi stressor yang menimbulkan stres. Stres yang muncul dan tidak dapat
dikerjakan terlalu berlebihan dan terlalu berat baik secara emosional ataupun fisik
dengan orang lain dan menimbulkan perasaan acuh tak acuh atau sinis baik
terhadap rekan kerja maupun klien yang dirawat. Klien hanya dianggap sebagai
135
objek yang tidak perlu benar-benar diperhatikan. Ketika seseorang bersikap sinis
maka sikapnya akan menjadi dingin dan menjaga jarak. Kelelahan akan
menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah,
motivasi menurun, dan aktivitas menurun sehingga setiap ada tindakan baru
terhadap kemampuan diri sendiri. Hal tersebut menimbulkan evaluasi diri yang
negatif karena merasa diri tidak efektif dan tidak mampu sehingga menurunnya
bernilai positif untuk beban kerja, dimana jika beban kerja semakin bertambah
mengalami burnout pada kategori sedang. Hal tersebut dapat disebabkan karena
beban kerja merupakan salah satu stressor bagi mahasiswa praktik pra klinik dan
untuk menghadapi stressor setiap individu memiliki mekanisme koping yang khas.
Koping berkaitan dengan prilaku atau keterampilan yang digunakan individu untuk
menyesuaikan diri dengan kejadian atau situasi yang tidak biasa. Mekanisme koping
didefinisikan sebagai segala upaya yang digunakan untuk mengelola stres (Stuart dan
Laraia, 1998: 68 dalam Tharir, 2011: 26). Ada yang menggunakan mekanisme
mengembangkan potensi serta mengasah keahlian diri bila berhadapan dengan suatu
individu dan sangat merugikan karena hal itu tidak akan menyelesaikan masalah
dengan tuntas. Individu yang menggunakan strategi koping yang efektif akan mampu
136
praktik secara profesional terhadap klien sebagai objek yang harus diperhatikan
dan mencapai kompetensi diri karena adanya kepercayaan akan kemampuan diri
sendiri. Keadaan tersebut akan membuat tingkat stres yang diakibatkan oleh beban
kerja ringan juga mengalami burnout sedang. Hal tersebut dapat disebabkan
karena beban kerja yang terlalu sedikit menyebabkan banyaknya pekerjaan yang
monoton. Kebosanan dan rasa monoton inilah yang dapat menimbulkan adanya
stres, disebabkan karena individu merasa tidak berkembang dan melakukan hal
yang sama secara berulang-ulang. Berdasarkan hasil yang diperoleh, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa beban kerja berat maupun beban kerja yang ringan dapat
menyebabkan terjadinya burnout. Oleh karena itu, setiap pekerjaan yang akan
Palangka Raya
probabilitas 0,001. Ftabel (terlampir-lampiran 20) pada penelitian ini sebesar 3,200.
Nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (8,133 > 3,200) sehingga dapat disimpulkan
137
lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tipe
syndrome.
(69,4%). Berdasarkan hasil tabulasi silang tipe kepribadian dan beban kerja
responden dengan tipe kepribadian sanguinis dominan pada beban kerja berat
(24,5%). Tipe kepribadian koleris dominan pada beban kerja sedang dan ringan
kerja berat sebanyak 6 responden (12,2%) dan dominan pada burnout sedang
kerja ringan sebanyak 4 responden (8,2%) dan dominan pada burnout sedang
fisik dan bertambahnya usia seseorang, maka perkembangan psikis dan sosial juga
satu sama lainnya (Pieter, 2011: 38). Menurut Yusuf (2011: 24), ada banyak
diantaranya yang sejak lama telah dikenal yaitu tipologi menurut Hippocrates-
berpendapat bahwa jika campuran dari empat cairan tersebut dalam tubuh
individu ada salah satu yang dominan, maka menyebabkan sifat-sifat jiwa yang
diperoleh melalui pengalaman (Yusuf, 2011: 3). Setiap pekerjaan apapun jenisnya
merupakan beban bagi yang melakukan, baik berupa beban fisik maupun beban
Manuaba (2000) dalam Prihatini (2008: 25), beberapa faktor yang berperan
proses kerjanya dapat bersumber dari eksternal dan internal. Beban kerja yang
berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau mental dan reaksi-reaksi
emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan mudah marah. Beban
kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak
akan menimbulkan kebosanan dan rasa monoton (Manuaba, 2000 dalam Prihatini,
2008: 26). Overload terjadi karena pekerjaan yang dikerjakan melebihi kapasitas
kondisi psikologis pada seseorang yang tidak berhasil mengatasi stres kerja
(Cavus, 2010 dalam Nursalam, 2013: 129). Selama dekade terakhir, beberapa
istilah telah diusulkan dalam upaya untuk menjelaskan burnout syndrome, dan
definisi yang paling dapat diterima adalah yang ditulis oleh Maslach, dimana
2013: 129). Burnout syndrome tidak hanya terkait dengan faktor tunggal,
melainkan muncul sebagai hasil dari interaksi antara beberapa faktor yang ada
sebesar 26,1% dan sisanya 73,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
melainkan muncul sebagai hasil dari interaksi antara beberapa faktor yang dalam
hal ini yaitu antara tipe kepribadian dan beban kerja. Hal tersebut terjadi karena
jika kedua hal tersebut berdiri secara bersama-sama maka akan saling
perilaku tersebut akan mengalami perkembangan dan lebih dipengaruhi oleh hasil
140
kerja dari tugas yang sedang dijalani. Penelitian ini menunjukkan bahwa masing-
masing tipe kepribadian dominan memiliki beban kerja yang bervariasi tetapi
terhadap tugas dan lingkungan kerja tersebut. Persepsi akan berbeda dari satu
orang dan orang lain walaupun berada di dalam situasi yang sama, tergantung
dengan pengalaman masa lalu, pengetahuan dan status emosi. Di samping itu,
berbeda pula untuk mengatasi stres dan tekanan sehingga memungkinkan memilki
dan melankolis dominan pada beban kerja berat selain disebabkan karena
beberapa faktor yang telah dijelaskan sebelumnya juga disebabkan karena sifat
dasar dari dua kepribadian tersebut seperti pada sanguinis masih berjiwa kekanak-
kanakan; sesuatu pada suatu waktu dipandang penting, tetapi kemudian mudah
berganti karena pikirannya dangkal; selalu senang pada permainan dan hiburan
(Fudyartanta, 2012: 71); mudah bosan (Pieter, 2011: 47). Sedangkan pada
melankolis mudah kecewa dan marah, daya juang kecil dan selalau pesimis
(Pieter, 2011: 44). Tetapi sanguinis memiliki sifat dasar periang, optimis, dan
percaya diri, dan melankolis merupakan temperamen yang paling kaya di antara
tipe-tipe temperamen yang lain karena mempunyai sifat analitis, rela berkorban,
berbakat, perfeksionis. Sifat-sifat seperti mudah bosan, daya juang kecil, pesimis
itulah yang dapat membuat individu dengan tipe kepribadian sanguinis dan
141
melankolis akan rentan merasa tugas yang diberikan terasa berat sehingga menjadi
beban kerja. Tipe kepribadian koleris dominan memiliki beban kerja sedang dan
bertindak cepat, aktif, praktis dan berkemauan keras. Koleris selalu penuh dengan
aktivitas karena bagi koleris hidup adalah aktivitas. Sehingga apabila berada
dalam kondisi praktik pra klinik dengan berbagai tuntutan dan tekanan, koleris
tidak lantas merasa sebagai suatu beban. Tipe kepribadian phlegmatis dominan
dengan beban kerja ringan disebabkan karena sifat dasar phlegmatis yaitu
bervariasi tetapi memiliki dominasi yang sama pada burnout yaitu pada kategori
sedang, disebabkan karena setiap individu dengan tipe kepribadian yang sama
yang berbeda pula untuk mengatasi stres dan tekanan sehingga memungkinkan
memilki kualitas yang berbeda terhadap terjadinya burnout. Hal tersebut akan
membuat individu masih percaya dengan kemampuan diri sendiri, masih dapat
tersebut akan membuat tingkat stres yang diakibatkan oleh beban kerja mengalami
literatur yang memadai untuk pembahasan teori tentang beban kerja pada
mahasiswa praktik pra klinik, serta keterbatasan peneliti untuk memahami lebih
dalam dari konsep burnout syndrome yang sebagian besar literaturnya berbahasa
Inggris. Selain itu, peneliti sulit menentukan penilaian untuk burnout syndrome,
terlalu banyaknya item pernyataan pada kuesioner (tipe kepribadian, beban kerja,