Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan praktik pra klinik pada mahasiswa sarjana keperawatan

dimaksudkan untuk memperoleh pengalaman nyata dalam penerapan asuhan

keperawatan dan mencapai kompetensi yang lebih baik saat pelaksanaan praktik

profesi. Pelaksanaan praktik pra klinik dapat menimbulkan stres kerja bagi

mahasiswa yang menjalaninya. Suatu kondisi psikologis seseorang yang

mengalami stres kerja dan ketidakmampuan atau ketidakberhasilan mengatasi

stres kerja tersebut sehingga menyebabkan stres berkepanjangan disebut burnout

syndrome (Nursalam, 2013: 128). Terjadinya burnout syndrome dipengaruhi oleh

berbagai faktor baik personal maupun lingkungan. Faktor personal yang dapat

mencetus terjadinya burnout syndrome adalah kepribadian yang merupakan

keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang digunakan seseorang dalam

beradaptasi terus menerus terhadap hidupnya (Maramis, 1999 dalam Sunaryo,

2004: 102). Segala corak tingkah laku/tindakan seseorang dimanifestasikan

sebagai kepribadian yang dimiliki dan berhubungan dengan sikap seseorang

menanggapi besarnya beban kerja dalam aktivitas kerjanya. Beban kerja

merupakan salah satu faktor lingkungan yang menimbulkan burnout syndrome,

dan merupakan suatu kewajiban atau tanggung jawab yang harus dipikul untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan standar tertentu (Pasaribu, 2013:

8). Fenomena yang ada di lapangan saat menjalani praktik pra klinik, ada

beberapa mahasiswa yang mengalami stres dan sebagian besar tidak mampu

mengatasi stres tersebut saat praktik pra klinik. Stres tersebut disebabkan karena

1
2

tuntutan tugas, kelelahan akibat kurang istirahat, perasaan takut dan bingung saat

praktik pra klinik, serta lingkungan kerja yang kurang kondusif.

Penelitian menunjukkan bahwa perawat yang bekerja di rumah sakit berada

pada resiko tertinggi kelelahan (Nursalam, 2013: 128), seperti yang dikutip dalam

Prestiana (2012: 1) menunjukkan 43% burnout dialami pekerja kesehatan

(perawat) dan sosial, 32% dialami guru (pendidik), 9% dialami pekerja

administrasi dan manajemen, 4% pekerja di bidang hukum dan kepolisian, dan 2%

dialami pekerja lainnya. Berdasarkan hasil survei pendahuluan dan wawancara

yang dilakukan tanggal 16 Maret 2015 pada 15 responden (100%) menunjukkan

10 responden (67%) yang menyatakan bahwa saat praktik pra klinik tingkat stres

meningkat karena mengalami kelelahan dan banyaknya tuntutan saat praktik

sehingga keadaan tersebut berpengaruh pada pelaksanaan tindakan saat shift jaga,

dan 5 responden (33%) menyatakan biasa-biasa saja melaksanakan tindakan atau

tugas saat shift jaga walaupun banyak tugas dan beban kerja. Dari 10 responden

(67%) ada 4 responden (27%) menyatakan timbulnya perasaan malas untuk

menjalani praktik pra klinik, 3 responden (20%) tidak melakukan tindakan dengan

sepenuh hati, dan 3 responden (20%) menyatakan sering menghindar saat ada

tindakan.

Burnout syndrome adalah situasi yang sulit dihindari, terutama bagi orang

yang pekerjaannya berorientasi pada pelayanan yang mengharuskan untuk

berinteraksi dengan orang lain seperti perawat/petugas kesehatan lain. Mahasiswa

keperawatan yang sedang menjalani praktik pra klinik juga menjadi bagian dari

pemberi pelayanan yang juga memiliki peran yang sama tetapi dengan beban kerja

yang berbeda dengan perawat profesional. Individu yang mengalami burnout


3

syndrome akan kehilangan makna dari pekerjaan yang dikerjakannya sehingga

dapat berakibat pada ketidakmampuan memenuhi tuntutan pekerjaan dan akhirnya

memutuskan untuk tidak hadir, menggunakan banyak izin sakit atau bahkan

meninggalkan pekerjaannya. Burnout syndrome dapat menimbulkan dampak

negatif pada tingkat individu, organisasi, dan pelayanan. Pada tingkat individu,

dapat mengakibatkan masalah kesehatan fisik dan mental negatif. Pada tingkat

organisasi, dapat menyebabkan penurunan komitmen organisasi dan kepuasan

kerja. Pada pelayanan menunjukkan bahwa burnout syndrome dapat menyebabkan

penurunan kualitas perawatan atau pelayanan dan menyebabkan ketidakpuasan

klien (Nursalam, 2013: 131).

Beberapa cara dapat dilakukan untuk mencegah/mengurangi terjadinya

burnout syndrome, salah satunya melalui aplikasi pribadi maupun perubahan pada

organisasi tempat melaksanakan tugas. Menurut Nursalam (2013: 130), pada

tingkat organisasi dapat dilakukan dengan pernyataan tugas yang jelas, program

orientasi, on the job training, akses ke dukungan sosial dan lingkungan partisipatif

dapat membantu dalam mencegah burnout syndrome. Pada tingkat pribadi dengan

cara mengambil tujuan yang lebih realistis sehingga membantu untuk menurunkan

ekspektasi/harapan agar dapat membantu dalam menurunkan burnout syndrome.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh tipe kepribadian dan beban kerja terhadap burnout

syndrome pada mahasiswa praktik pra klinik tingkat III-A program studi S1

Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.


4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah adakah Pengaruh Tipe Kepribadian dan Beban Kerja terhadap Burnout

Syndrome pada Mahasiswa Praktik Pra Klinik Tingkat III-A Program Studi S1

Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya?.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tipe

kepribadian dan beban kerja terhadap burnout syndrome pada mahasiswa praktik

pra klinik tingkat III-A program studi S1 Keperawatan STIKes Eka Harap

Palangka Raya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi tipe kepribadian pada mahasiswa praktik pra klinik

tingkat III-A program studi S1 Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka

Raya.

1.3.2.2 Mengidentifikasi beban kerja pada mahasiswa praktik pra klinik tingkat

III-A program studi S1 Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.

1.3.2.3 Mengidentifikasi burnout syndrome pada mahasiswa praktik pra klinik

tingkat III-A program studi S1 Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka

Raya.

1.3.2.4 Menganalisis pengaruh tipe kepribadian terhadap burnout syndrome pada

mahasiswa praktik pra klinik tingkat III-A program studi S1 Keperawatan

STIKes Eka Harap Palangka Raya.


5

1.3.2.5 Menganalisis pengaruh beban kerja terhadap burnout syndrome pada

mahasiswa praktik pra klinik tingkat III-A program studi S1 Keperawatan

STIKes Eka Harap Palangka Raya.

1.3.2.6 Menganalisis pengaruh secara simultan tipe kepribadian dan beban kerja

terhadap burnout syndrome pada mahasiswa praktik pra klinik tingkat III-A

program studi S1 Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini untuk memperkuat teori dan konsep tentang

burnout syndrome, pengaruh tipe kepribadian dan beban kerja dengan terjadinya

burnout syndrome pada mahasiswa praktik pra klinik.

1.4.2 Praktis

1.4.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan bacaan kepustakaan dan

referensi untuk penelitian selanjutnya, serta bahan evaluasi terkait kejadian

burnout syndrome pada mahasiswa praktik pra klinik.

1.4.2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan

kualitas tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan.

1.4.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan

penelitian baru yang terkait untuk memperdalam pemahaman tentang burnout

syndrome dan cara mencegahnya.


6

1.4.2.4 Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan bacaan ilmiah untuk

menambah wawasan dan pengetahuan tentang tipe kepribadian, beban kerja dan

pengaruhnya dengan burnout syndorome pada mahasiswa, serta dapat digunakan

sebagai bahan acuan bagi mahasiswa yang akan melakukan penyusunana tugas

akhir.

Anda mungkin juga menyukai