Anda di halaman 1dari 143

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang sistem pendidikan nasional Nomor 22 Tahun 2003 pasal 3

mengenai tujuan pendidikan Nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan

bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang

mempersiapkan peserta didik terutama untuk berkerja di bidang tertentu, sehingga

untuk mewujudkan hal tersebut perlu sekali kerjasama antara sekolah dengan

dunia industri atau dunia usaha yaitu dalam bentuk praktik kerja industri

(magang). Artinya ada usaha agar proses pembelajaran dibuat efektif dan kreatif

agar apa yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh peserta didik.

Cange dalam Sadiman (2005:06) Bahwa media adalah segala alat fisik yang

dapat mennyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar buku, film, kaset,

film bingkai adalah contoh-contohnya. Sedangkan pada mulanya media hanya

dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (Teaching Aids) namun dengan

masuknya pengaruh teknologi audio sekitar abad ke-20, alat visual untuk

mengkongkretkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio sehingga kita kenal

adanya audio visual dan Audio Visual Aids (AVA) namun sekarang sudah

selayaknya kalau media tidak hanya dipandang sebagai alat bantu belaka bagi

guru untuk mengajar, tetapi lebih sebagai alat penyalur pesan dari pemberi pesan

(guru, penulis buku, produser, dan sebagainya) ke penerima pesan (siswa/pelajar)

oleh karena faktor penunjuk, sebagai penyaji dan penyalur pesan dalam hal-hal

1
tertentu media dapat mewakili guru menyampaikan informasi secara lebih teliti,

jelas dan menarik sehingga dengan perkembangan teknologi sekarang media

menjadi salah satu faktor penting yang menunjang proses pembelajaran dikelas.

Video sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak, suara dan gambar

sekaligus. semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita, pesan disajikan

bisa bersifat fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif (seperti

misalnya cerita), bisa bersifat informasi edukatif maupun instruksional. Dalam

perkembangan dunia sekolah kejuruan sendiri video menjadi media yang sering di

gunakan sebagai salah satu Solusi mengatasi keterbatasannya alat praktek di

sekolah tersebut (Sadiman, 2005:74).

Berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan peneliti di Smk Negeri 7

Palembang berupa wawancara dengan salah satu guru TSM Smk Negeri 7

Palembang berkerja sama dengan Yamaha motor Jakarta yang bahwa mengatakan

setiap siswa yang akan menghadapi Praktek Industri harus terlebih dahulu

memahami cara Tune up sepeda motor, karena kompetensi tune up sepeda motor

menjadi dasar di jurusan teknologi sepeda motor sehingga Kompetensi ini sangat

di perhatikan di SMK Negeri 7 Palembang.

Pada proses pembelajaran mata pelajaran Kompetensi kejuruan terutama pada

kompetensi Tune up sepeda motor, terlihat pada saat praktek tune up sepeda

motor di sekolah, siswa belum bisa melakukan kerja tune up dengan benar, hal ini

disebabkan oleh :

2
1. Guru mengalami kesulitan saat menyajikan materi di kelas karena guru masih

memakai metode ceramah sehingga membuat siswa tidak begitu tertarik. Hal

ini terlihat saat guru memberikan materi di kelas dimana materi ini di berikan

sebelum mereka praktek di bengkel sebagai materi tambahan untuk

mempermudah proses kerja tune up itu sendiri.

2. Pada saat guru mendemostrasikan cara tune up sepeda motor dengan siswa

yang berjumlah 27 siswa didukung dengan alat yang lengkap namun guru

kesulitan untuk memberikan demostrasi tune up sepeda motor, saat

mendemostrasikan guru juga terkendala dengan siswa yang berada paling

belakang sehingga mereka kurang jelas dalam memperhatikan apa yang di

sampaikan oleh guru.

3. Masalah lain saat siswa memperhatikan demo tune up sepeda motor, demo

hanya dilakukan sekali tidak berulang-ulang sehingga siswa yang mengalami

kurang jelas atau kurang memperhatikan sehingga siswa masih terlihat

bingung.

4. Belum tersedianya media pembelajaran berupa video tutorial kompetensi tune

up sepeda motor di SMK Negeri 7 Palembang.

Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, maka diperlukan media

pembelajaran yang dapat menunjang proses belajar mengajar, sehingga guru tidak

lagi kesulitan dalam menjelaskan materi di kelas dan guru tidak hanya

menggantungkan dengan demostrasi tetapi bisa diganti dengan video tutorial yang

dapat diputar berulang-ulang dan menambah pengetahuan tentang cara tune up

sepeda motor yang benar.

3
Penggunaan media pembelajaran video tutorial ini akan sangat membantu

dan mempermudah proses pembelajaran unstuk siswa maupun guru. Siswa dapat

belajar lebih dulu dengan melihat dan menyerap materi belajar dengan lebih utuh.

Dengan demikian, guru tidak harus menjelaskan materi secara berulang-ulang

sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung lebih menarik, lebih efektif dan

efisien.

Karakter media yaitu mengkonkritkan sesuatu yang bersifat abstrak dan

melibatkan banyak indera sehingga bisa meningkatkan hasil belajar, selain itu

pemakaian media juga dapat menambah motivasi siswa dalam belajar. Aria

Pramundito (2013) menyatakan bahwa pengembangan media video tutorial pada

mata pembelajaran kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut di Smk

Muhammadiyah 1 Playen layak untuk digunakan dan dikembangkan. Yogi

Nurcahyo Winata (2013) juga menyatakan bahwa penggunaan media video

tutorial untuk meningkatkan hasil belajar siswa teknik gambar bangunan Smk N 1

Seyengan pada mata pelajaran mengambar dengan autocad terdapat perbedaan

dimana hasil belajar siswa yang menggunakan media pembelajaran video tutorial

lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang belajar dengan cara konvensional

dan media pembelajaran video tutorial dalam meningkatkan hasil belajar pada

mata pelajaran menggambar dengan autocad.

Berdasarkan pada permasalahan yang ditemukan dan beberapa penelitian

yang terdahulu serta melihat dimana pentingnya kompetensi tune up sepeda motor

ini di Smk Negeri 7 Palembang yang berhubungan langsung dengan pihak

rekanan Astra motor honda dan Kompetensi tune up sepeda motor yang dipelajari

4
oleh kelas XI sebelum mereka melakukan praktik industri serta berbagai kendala

di atas, peneliti tertarik untuk membuat sebuah media berupa video tutorial yang

dapat menunjang proses pembelajaran di sekolah maka peneliti mengangkat judul

Pengembangan Media Pembelajaran Video Tutorial Pada Kompetensi Tune Up

Sepeda Motor Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Kelas Xi Tsm Di Smk

Negeri 7 Palembang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, secara umum rumusan masalah ini sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah mengembangan media video tutorial pada kompetensi tune up

sepeda motor di kelas XI Jurusan TSM pada Smk Negeri 7 Palembang yang

teruji validitasnya ?

2. Bagaimanakah media pembelajaran video tutorial sebagai media

pembelajaran pada kompetensi tune up sepeda motor yang praktis ?

3. Apakah media pembelajaran video tutorial memiliki effect potensial yang

baik?

4. Apakah media video tutorial ini efektif untuk meningkatkan hasil belajar

siswa pada kompetensi tune up sepeda motor ?

5
1.3 Batasan Masalah

Untuk membatasi masalah ini agar tidak meluas maka penelitian ini hanya

dibatasi :

1. Pengembangan media video tutorial yang dimaksud adalah video jenis avi

yaitu dimana seorang akan memberikan petunjuk langkah demi langkah

tentang bagaimana melakukan sesuatu.

2. Kompetensi tune up yang saya maksud adalah tune up mesin motor yamaha

4T (perawatan berkala) yaitu mengganti oli pelumas, membersihkan

saringan udara, memeriksa dan menyetel busi, membersihkan karburator,

menyetel katup.

3. Pengembangan media video tutorial yang dimaksud adalah pengembangan

dalam aspek validitasnya video tersebut.

4. Kompetensi tune up sepeda motor yang peneliti maksud adalah kompetensi

yang dilakukan di kelas sebelum siswa belajar langsung di workshop atau

bengkel.

5. Sub kompetensi yang akan peneliti jelaskan dalam materi tune up sepeda

motor hanya mengenai pengertian komponen, jenis-jenis komponen dan

langkah-langkah penyetelan atau pembersihan.

6. Penelitian ini hanya dilakukan di Smk Negeri 7 Palembang kelas XI TSM.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan dan mengetahui kelayakan

produk berupa media pembelajaran video tutorial untuk kompetensi tune up

6
sepeda motor dan mengetahui efektifitas media video tutorial ini dalam

meningkatkan hasil belajar siswa.

1.5 Manfaat Penelitian

Mempersiapkan diri menjadi guru yang profesional dan kreatif dalam

mengembangan media pembelajaran dalam proses belajar-mengajar. Penelitian ini

juga diharapkan bermanfaat :

1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan motivasi sebagai bekal dalam mempersiapkan

diri menjadi tenaga pengajar yang professional.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan ajar dan memberikan rangsangan agar tercipta inovasi

berikutnya dalam menghadapi masalah dalam proses pembelajaran terutama

dalam bentuk media pembelajaran.

3. Bagi sekolah

Khususnya SMK NEGERI 7 Palembang, sebagai masukan untuk

meningkatkan kualitas guru dan persiapan agar lulusan SMK benar-benar

termanfaatkan dengan baik di masyarakat dan di industri.

4. Bagi siswa

Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan sebagai acuan bagi siswa jika

siswa harus lebih aktif dalam mencari sumber belajar lain selain di sekolah

dan siswa dapat lebih termotivasi untuk belajar di rumah.

5. Bagi mahasiswa Universitas Sriwijaya jurusan Pendidikan Teknik Mesin

7
Sebagai tantangan kedepan bahwa teman-teman dituntut untuk menjadi guru

yang kreatif dan mampu memaksimalkan proses pembelajaran demi

terciptanya pendidikan yang lebih baik.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang berarti perantara atau pengantar. Bringgs dalam sadiman

(2005:06) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat

menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar buku, film, kaset, film

bingkai adalah contoh-contohnya dan media merupakan alat untuk memberikan

perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Sejalan dengan

pendapat di atas Gagne dalam Indriana (2011:14) menyatakan bahwa media

merupakan wujud dari adanya berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa

yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Menurut Miarso dalam Indriana (2011:14) berpendapat bahwa media

merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang

dapa merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar.

Hal senada juga di ungkapkan Suparman dalam Asyhar (2012:04) berpendapat

bahwa media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan dan

informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan.

Sedangkan menurut National Education Association (NEA) dalam

Sadiman dkk (2005:06) menyatakan bahwa media adalah bentuk komunikasi baik

tercetak maupun audiovisual serta peralatannya, media hendaknya dapat

dimanipulasi, dilihat, didengar, dan dibaca. Hal itu sama dengan pengertian media

9
yang diberikan oleh AECT dalam Indriana (2011:14) yang menyatakan bahwa

media merupakan segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses

penyaluran pesan.

Criticos dalam Daryanto (2011:4) media merupakan salah satu komponen

komunikasi, dapat dikatakan bahwa media pembelajaran merupakan sarana

perantara dalam proses pembelajaran. Gerlach & Ely dalam Arsyad (cetakan ke

13, 2013:3) media adalah manusia, materi, atau kejadian yang memperoleh

pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku, dan

lingkungan sekolah merupakan media. Sedangkan menurut Anderson dalam

Sukiman (2012:28) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah media yang

memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seseorang

pengembang mata pelajaran dengan para siswa. Secara umun wajarlah bila

peranan guru yang menggunakan media pembelajaran sangatlah berbeda dari

peranan seorang guru biasa.

Fiskha Ayuningrum (2012:16) menyimpulkan bahwa media adalah bagian

yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan

pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran disekolah pada khususnya.

Jadi media adalah sesuatu perantara yang sangat dibutuhkan agar informasi yang

di sampaikan dapat diterima dengan baik oleh yang menerima informasi.

Merangkum dari berbagai pendapat diatas saya mengambil kesimpulan

bahwa media adalah suatu perantara yang memudahkan pemberi informasi dalam

menyampaikan informasi agar informasi yang disampaikan dapat diterima dengan

baik dan jelas.

10
2.1.1 Fungsi Media Pembelajaran

Sadiman, dkk. (2005:17), mengemukakan secara umum media pendidikan

mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut :

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam

bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

3. Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif

anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk :

a. Menimbulkan kegairahan belajar

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik

dengan lingkungan dan kenyataan

c. Memungkinkan anak didik belajar lebih langsung sendiri-sendiri

menurut kemampuan dan minatnya

4. Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan

dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi

pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa maka guru banyak

mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini

akan sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda.

Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu kemampuan

dalam:

a. Memberikan perangsang yang sama

b. Mempersamakan pengalaman

c. Menimbulkan presepsi yang sama

11
Hal yang sama juga di ungkapkan Indriana (2011:47) bahwa media

berfungsi mengarahkan siswa untuk memperoleh berbagai pengalaman belajar.

Pengalaman belajar (learning experience) tergantung pada interaksi siswa dengan

media. Media yang tepat dan sesuai dengan tujuan belajar akan mampu

meningkatkan pengalaman anak didik bisa mempertinggi hasil belajar.

Demp dan Dayton dalam Indriana (2011:47) berpendapat media

pengajaran memiliki beberapa manfaat yaitu :

1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih mencapai standar.

2. Pembelajaran bisa menjadi lebih menarik.

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif.

4. Dengan menerapkan teori belajar, waktu pelaksaaan pembelajaran dapat

dipersingkat.

5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun

diperlukan.

7. Sikap positif terhadap materi pembelajaran serta proses belajar dapat

ditingkatkan.

8. Peran guru berubah kearah yang lebih positif.

Alasan diatas juga sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Edgare Dale dalam Sadiman dkk (2002:8) dengan teori Cone Experience

(kerucut pengalaman)yang menjadi dasar pokok penggunaan media dalam

pembelajaran. Teori ini mengemukakan bahwa pengetahuan akan semakin abstrak

apabila pesan disampaikan melalui verbal. Akibatnya, siswa hanya akan

12
memehami suatu pengetahuan dalam bentuk kata, tanpa mengerti dan memahami

makna yang terkandung dalam pengetahuan tersebut. Karena itulah pengalaman

kongkret (nyata) dapat menghindari salah persepsi. Salah satu pengalaman

kongkret dapat didapatkan dari media pembelajaran dalam proses belajar

mengajar.

Abstrak

verbal
Simbol
visual

Gambar

Rekaman dan video,


gambar tetap

Televisi

Gambar hidup

Pameran

Karyawisata

Demonstrasi

Pengalaman dramatisasi

Pengalaman tiruan yang diatur

Pengalaman langsung dan bertujuan

Kongkret

13
Gambar 1. Kerucut pengalaman Edgar Dale

Fungsi media pembelajaran sendiri berdasarkan Survei Bank Dunia

menyimpulkan bahwa pencapaian pendidikan Indonesia berada di bawah Astralia,

Jepang, Hongkong, Cina, bahkan Thailand (Dikti,2007).

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Japan
Korea
Australia Hong
Thailand
kong Indonesia

Gambar 2. Pencapaian prestasi pendidikan beberapa negara (Dikti, 2007)

Faktor utama yang menyebabkan rendahnya capain prestasi belajar

Indonesia adalah kurangnya keterampilan tenaga pendidik dalam pengelolaan

pembelajaran (Dikti, 2007). Pada umumnya, tenaga pendidik Indonesia masih

menggunakan pembelajaran konvensional yang bersifat verbalistik dan proses

pembelajaran sangat terpusat pada pengajar (teacher-centered).

Asyhar dalam asyhar (2012:15) berpendapat bahwa penggunaan media

dalam proses pembelajaran secara significan mampu meningkatkan hasil belajar

dan disamping itu, metode pembelajaran juga menentukan pencapaian prestasi.

14
Jadi berdasarkan pendapat dan data diatas media merupakan salah satu komponen

penting dalam sebuah proses pembelajaran karena dapat membantu proses

pembelajaran di kelas agar proses pembelajaran berjalan dengan baik waktu

terkendala ruang, waktu atau fasilitas di sekolah tersebut.

2.1.2 Manfaat Media Pembelajaran

Banyak pendapat tentang manfaat media pembelajaran dari berbagai ahli

Midun dalam Asyhar (2012:41) beberapa manfaat media adalah :

1. Dengan media pembelajaran yang bervariasi dapat memperluas cakrawala

sajian materi pembelajaran yang diberikan di kelas seperti buku, foto-foto

dan narasumber. Dengan demikian, peserta didik akan memiliki banyak

pilihan sesuai kebutuhan dan karakteristik masing-masing.

2. Dengan menggunakan berbagai jenis media, peserta didik akan

memperoleh pengalaman beragam selama proses pembelajaran.

Pengalaman yang bervariasi ini akan sangat berguna bagi peserta didik

dalam menghadapi berbagai tugas dan tanggung jawab yang berbagai

macam, baik dalam pendidikan, di masyarakat dan lingkungan kerjanya.

3. Media pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar yang kongkret

dan langsung kepada peserta didik, seperti kegiatan pariwisata ke pabrik,

pusat tenaga listrik, swalayan, bank, industri, pelabuhan dan sebagainya.

Dengan demikian peserta didik akan merasakan dan melihat secara

langsung keterkaitan antara teori dan pabrik atau memahami aplikasi

ilmunya di lapangan.

15
4. Media pembelajaran menyajikan sesuatu yang sulit diadakan, dikunjungi

atau dilihat oleh peserta didik, baik karena ukuranya terlalu besar seperti

sistem tatasurya, terlalu kecil seperti virus, atau rentang waktu prosesnya

terlalu panjang misalnya proses metamorfosa dan pelapukan batuan, atau

masa kejadiannya sudah lama seperti terjadinya perang uhud. Dengan

media, keterbatasan-keterbatasan tersebut dapat diatasi misalnya dengan

menggunakan berbagai jenis media berupa model prototipe, peta, denah,

foto, video, film, mengunjungi situs, dan sebagainya.

5. Media-media pembelajaran dapat memberikan informasi yang akurat dan

terbaru, misalnya penggunaan buku teks, majalah, dan orang sebagai

sumber informasi.

6. Media pembelajaran dapat menambah kemenarikan tampilan materi

sehingga meningkatkan motivasi dan minat serta mengambil perhatian

peserta didik untuk fokus mengikuti materi yang disajikan, sehingga

diharapkan efektivitas belajar akan meningkat pula.

7. Media pembelajaran dapat merangsang peserta didik untuk berfikir kritis,

menggunakan kemampuan imajinasinya, bersikap dan berkembang lebih

lanjut, sehingga melahirkan kreativitas dan karya-karya inovatif.

8. Penggunaan media dapat meningkatkan efisiensi proses pembelajaran,

karena dengan menggunakan media dapat menjangkau peserta didik di

tempat yang berbeda-beda, dan di dalam ruang lingkup yang tak terbatas

pada suatu waktu tertentu. Dengan media, durasi pembelajaran juga bisa

dikurangi. Misalnya guru tidak memerlukan waktu berlama-lama

16
menjelaskan satu topik, dengan bantuan media materinya sudah bisa

langsung dipahami oleh peserta didik.

9. Media pembelajaran dapat memecahkan masalah pendidikan atau

pengajaran baik dalam lingkup mikro maupun makro.

Hal senada di ungkapkan Kemp and Dayton dalam Daryanto (2011:5) bahwa

kontribusi media pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih berstandar.

2. Pembelajaran dapat lebih menarik.

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar.

4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.

5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun

diperlukan.

7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses

pembelajaran dapat ditingkatkan.

8. Peran guru megalami perubahan kearah yang positif.

2.2 Jenis Media Pembelajaran

Meskipun beragam jenis dan format media sudah dikembangkan dan

digunakan dalam pembelajaran, namun pada dasarnya semua media tersebut dapat

dikelompokan menjadi empat jenis, yaitu media visual, media audio, media

visual-audio dan multimedia. Menurut Asyhar (2012:44) media tersebut adalah :

17
1. Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera

pengelihatan semata-mata dari peserta didik. Dengan media ini, pengalaman

belajar yang dialami peserta didik sangat tergantung pada kemampuan

pengelihatannya. Beberapa media visual antara lain: (a) media cetak seperti

buku, modul, jurnal, peta, gambar dan postur, (b) model dan protipe seperti

globe bumi, dan (c) media realitas alam sekitar dan sebagainya.

2. Media audio, yaitu jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran

dengan hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik, pengalaman

belajar yang akan didapatkan adalah dengan mengandalkan indera

kemampuan pendegaran. Oleh karena itu, media audio hanya mampu

memanipulasi kemampuan sura semata (Munadi dalam asyhar, 2012:45).

Pesan bahasa lisan, kata-kata dan lain-lain. Sedangkan pesan nonverbal

adalah dalam bentuk bunyi-bunyian, musik, tiruan dan sebagainya. Contoh

media audio yang umum digunakan adalah tape recorder, radio dan CD

player.

3. Media audio-visual, yaitu jenis media yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan pengelihatan sekaligus

dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan

melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang

mengandalkan baik pengelohatan maupun pendengaran. Beberapa contoh

audio-viual adalah film, video, program TV dan lain-lain.

4. Multimedia, yaitu jenis media yang melibatkan beberapa jenis media dan

peralatan secara terintergrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran.

18
Pembelajaran media melibatkan indera pengelihatan dan pendengaran melalui

media teks, visual diam, visual gerak, dan audio serta media interaktif

berbasis komputer dan teknologi komunikasi dan informasi. Secara

sederhana, Meyer dalam Asyhar (2012:45) mendefinisikan multimedia

sebagai media yang menghasilkan bunyi dan teks.

Menurut Schramm dalam daryanto (2011:16) media digolongkan menjadi

media rumit, media mahal dan sederhana, Schramm juga mengelompokkan media

menurut kemampuan daya liputan, yaitu (1) liputan luas dan serentak seperti TV,

radio, dan faksmile; (2) liputan terbatas pada ruangan, sepertii film, video, slide,

poster audio tape; (3) media untuk belajar individual seperti buku, modul,

program belajar dengan komputer dan telepon.

Senada dengan hal diatas menurut Cagne dalam Daryanto (2011:16) media

diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok yaitu benda yang didemonstrasikan,

komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film bersuara dan

mesin belajar. Ketujuh kelompok media pembelajara tersebut dikaitkan dengan

kemampuannya memenuhi fungsi menurut hirarki belajar yang dikembangkan,

yaitu pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar,

member kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukan ahli ilmu, menilai

prestasi, dan pemberi umpan balik.

Berdasarkan pemahaman atas klasifikasi media pembelajaran tersebut,

akan mempermudah para guru dalam melakukan pemilihan media yang tepat pada

waktu perencanaan pembelajaran tersebut karena tidak semua media cocok pada

mata pelajaran atau kompetensi tersebut dan guru harus pintar memilih media

19
agar tujuan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan hasil yang didapatkan

maksimal.

2.3 Media Video Pembelajaran

Menurut kamus besar bahasa indonesia media video adalah (1) bagian

yang memancarkan gambar pada pesawat televisi, (2) rekaman gambar hidup atau

program televisi untuk ditayangkan lewat pesawat televisi.

Menurut Cheppy Riyana (2007:5) media video pembelajaran adalah media

yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik

yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu

pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran.

Asyhar (2012:74) mengungkapkan Media video merupakan rekaman

gambar dan suara dalam kaset pita video ke dalam pita magnetik. Rekaman

gambar dan suara dalam pita kaset dapat ditayangkan kedalam layar televisi

dengan menggunakan perangkat keras bernama tape recorder (VCR).

Menurut Ibrahim dalam Mahadewi (2013:3), mengartikan media video

pembelajaran yaitu sebuah penayangan ide atau gagasan pada layar televisi

sesuai dengan kata video yang dalam bahasa latin berarti sata melihat. Pengertian

video yang dikemukakan oleh Ibrahim ini mengisyaratkan ada perangkat lunak

dan perangkat keras yang digunakan sebagai media penanyangan ulang (play

back) dari suatu program atau rekaman.

Daryanto (2011:80) media video adalah segala sesuatu yang

memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak

secara sekuensial. Program video dapat dimanfaatkan dalam prorgam

20
pembelajaran keran dapat memberikan pengalaman yang tidak terduga kepada

siswa. Selain itu program video dapat dikombinasikan dengan animasi dan

pengaturan kecepatan mendemonstrasikan perubahan dari waktu ke waktu.

Dari beberapa pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa media

video pembelajaran adalah semua media yang menampilkan pesan-pesan

pembelajaran secara langsung baik lewat suara,gambar,animasi yang bertujuan

untuk menunjang proses pembelajaran.

2.3.1 Media Video Tutorial

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001:1230), Tutorial adalah (1)

pembimbingan kelas oleh seorang pengajar (tutor) untuk seorang mahasiswa atau

sekelompok kecil mahasiswa, (2) pengajaran tambahan melalui tutor. Selanjutnya

Aria Pramundito (2013:4) berpendapat video tutorial adalah gambaran rangkaian

hidup yang ditayangkan oleh seorang pengajar yang berisi pesan-pesan

pembelajaran untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran

sebagai bimbingan atau bahan pengajaran kepada sekelompok kecil peserta didik.

Hernawan dan Rusman berpendapat bahwa media video tutorial adalah

sebuah video pembelajaran khusus dengan instruktur yang terwakilkan dengan

menggunakan software computer yang berisi materi pelajaran yang bertujuan

untuk memberikan pemahaman secara tuntas (mastery learning) kepada siswa

mengenai bahan atau materi pelajaran yang sedang di pelajari.

(wahyualinursalim.blogspot.com). sedangkan Aripin (2009:1) video tutorial

adalah salah satu media pembelajaran yang berfungsi untuk melakukan pertukaran

21
informasi antara pengirim (transmitter) dan penerima (receiver) sehingga tercapai

suatu tujuan yang dikehendaki.

Daryanto (2011:51) menyatakan bahwa tutorial merupakan multimedia

pembelajaran yang dalam penyampaian materinya dilakukan secara tutorial,

sebagai mana layaknya tutorial yang dilakukan oleh guru atau instruktur,

informasi yang berisi seuatu konsep disajikan dengan teks, dan gambar, baik diam

mampun bergerak dan grafik. Pada saat yang tepat, yaitu ketika dianggap bahwa

pengguna telah membaca, menginterprestasikan dan menyerap konsep itu,

diajukan serangkaian pertanyan yang bagus. Jika jawaban atau respon pengguna

benar, kemudian dilanjutkan materi berikutnya. Jika jawaban atau respon

pengguna salah, pengguna harus menggulang memahami konsep tersebut secara

keseluruhan ataupun pada bagian-bagian tertentu (remedial). Senada dengan hal

diatas menurut Rusman (2012:210) bahwa tutorial adalah bimbingan

pembelajaran dalam bentuk pemberihan arahan, bantuan, petunjuk, dan motivasi

agar para siswa belajar secara efisien dan efektif.

2.3.2 Kelebihan Video Tutorial

Daryanto (2011:80) beberapa kelebihan video adalah (1) video dapat

dikombinasikan dengan animasi dan pengaturan kecepatan untuk

mendemonstrasikan perubahan dari waktu ke waktu (2) kemampuan video dalam

memvisualisasikan materi terutama efektif untuk membantu anda menyampaikan

materi yang dinamis (3) kemajuan teknologi video juga telah memungkinkan

format sajian video yang bermacam-macam, mulai dari kaset, CD (compact disc),

22
dan DVD (Digital Versatile Disc) (4) video dapat didistribusikan melalui siaran

televisi. Oleh karena itu, suatu materi yang telah direkam dalam bentuk video

dapat digunakan, baik utnuk proses pembelajaran tatap muka (langsung) maupun

jarak jauh tanpa kehadiran guru. Karena kemampuan itulah maka teknologi video

banyak digunakan sebagai salah satu alat pembelajaran utama dalam sistem

pendidikan, terutama di negara-negara maju.

Sadiman (2009:74) mengungkapkan beberapa kelebihan media video adalah :

1. Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari

rangsangan luar lainya.

2. Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat

memperoleh informasi dari ahli-ahli/spesialis.

3. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya,

sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada

penyajiannya.

4. Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.

5. Kamera TV bisa mengamati lebih dekat objek yang sedang bergerak atau

objek yang berbahaya seperti harimau.

6. Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan disisipi

komentar yang akan didengar.

7. Gambar proyeksi bisa dibekukan untuk diamati dengan seksama. Guru

bisa mengatur di mana akan menghentikan gerakan gambar tersebut,

kontrol sepenuhnya di tangan guru dan

8. Ruangan tak perlu digelapkan waktu menyajikan.

23
2.3.3 Kelemahan Video Tutorial

Daryanto (2011:81) beberapa kelebihan video memiliki kelemahan-

kelemahan sebagai berikut :

1. Fine details : Video, terutama kalau media tanyangannya televisi dapat

menampilkan objek sampai yang sekecil-kecilnya dengan sempurna.

2. Size information : Video tidak dapat menmpilkan objek dengan ukuran

yang sebenarnya. Oleh karena itu, objek yang ditampilkan harus selalu

disertai objek lainnya sebagai pembanding. Misalnya kalau kita

menampilkan bola pingpong atau bola voli. Akan tetapi, kalau di samping

bola pingpong itu kita tampilkan juga bat (alat pemukulnya) maka orang

akan segera mengenali bahwa itu bola pingpong.

3. Third dimention : Gambar yang diproyeksikan oleh video berbentuk dua

dimensi. Untuk tampak seperti tiga dimensi dapat diatasi dengan mengatur

pengambilan gambar, letak property, atau pengaturan cahaya.

4. Opposition : Pengambilan yang kurang dapat menyebabkan timbulnya

keraguan penonton daalm menafsirkan gambar yang dilihatnya. Oleh

karena itu, penulis naskah harus mencantumkan dengan jelas apa yang

sebenarnya yang ingin diperlihatkan pada penonton.

5. Setting : Kalau kita tampilkan adegan dua orang yang sedang bercakap-

cakap di antara kerumunan banyak orang, akan sulit bagi penonton untuk

menebak di mana kejadian tersebut berlangsung, bisa saja di tafsirkan di

pasar, di stasiun, atau tempat keramaian lainnya. Oleh karena itu penulis

24
naskah harus menuliskan dalam naskahnya dimana kejadian itu

berlangsung atau objek itu berada.

6. Material pendukung : Video membutuhkan alat proyeksi untuk dapat

menampilkan gambar yang ada di dalamnya.

7. Budget : Untuk membuat program membutuhkan biaya yang tidak sedikit,

terutama untuk membayar pemain, membeli atau menyewa peralatan dan

tenaga pendukung lainnya.

Menurut sadiman (2009:75) beberapa kelemahan media video adalah :

1. Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktikan.

2. Sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan

pencariannya bentuk umpak balik yang lain.

3. Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara

sempurna dan

4. Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.

2.3.4 Karakteristik Video Tutorial

Dalam menentukan media video sebagai media pembelajaran artinya ada

beberapa unsur yang membuat media video tersebut dapat dikatakan baik, secara

tersirat video dikatakan baik apabila memenuhi beberapa karakteristik video

pembelajaran yang membuatnya menjadi salah satu media yang dapat membantu

proses pembelajaran menjadi lebih mudah, efektif, efisiensi waktu dan tepat.

Menurut Cheppy Riyana (2007:7) karakteristik media pembelajaran yaitu :

25
1. Clarity massage (kejelasan pesan)

Dengan media video siswa dapat memahami pesan pembelajaran secara

lebih bermakna dan informasi dapat diterima secara utuh sehingga dengan

sendirinya informasi akan tersimpan dalam memori jangka panjang dan

bersifat retensi.

Untuk memenuhi karakter diatas, maka video pembelajaran harus :

a. Terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan akhir atau

tujuan antara.

b. Terdapat materi pembelajaran yang dikemas kedalam unit-unit/

kegiatan spesifik sehingga memudahkan siswa belajar dengan secara

tuntas.

c. Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan

materi pembelajaran.

d. Menggunakan penuturan informasi (voice over) dengan bahasa yang

sederhana dan mudah untuk dipahami. Bahasa yang digunakan lebih

bersifat komunikatif, artinya berupaya mengajak penonton untuk

terlibat dalam materi yang disajikan.

e. Konstekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan

suasana atau konteks tugas dan lingkungan siswa.

f. Terdapat rangkuman materi pembelajaran.

g. Terdapat instrument penilaian/asessment, yang memungkingkan siswa

melakukan self asessment.

26
h. Terdapat instrument yang dapat digunakan menetapkan tingkat

penguasaan materi untuk menetapkan kegiatan belajar berikutnya.

i. Tersedia informasi tentang rujukan/ pengayaan/ referensi yang

mendukung materi pembelajaran yang dimaksud.

2. Stand alone (berdiri sendiri)

Video yang dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar lain atau tidak

dapat digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.

3. User friendly atau bersahabat atau akrab dengan pemakainya

Media video menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, dan

menggunakan bahasa yang umum. Paparan informasi yang tampil bersifat

membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan

pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan.

4. Representasi isi

Materi harus benar-benar representatif, misalnya materi simulasi atau

demonstrasi. Pada dasarnya materi pelajaran baik sosial maupun sains

dapat dibuat menjadi media video.

5. Visualisasi dengan media

Materi dikemas secara multimedia terdapat didalamnya teks, animasi,

sound dan video sesuai tuntutan media. Materi-materi yang digunakan

bersifat aplikatif, berproses, sulit terjangkau berbahaya apabila langsung

dipraktikan, memliki tingkat keakurasian tinggi.

27
6. Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi

Tampilan berupa grafis media video dibuat dengan teknologi rekayasa

digital dengan resolusi tingi tetapi support untuk setia spech sistem

komputer.

7. Dapat digunakan secara klasikal atau individual

Video pembelajaran dapat digunakan oleh para siswa secara individual,

tidak hanya dalam setting, sekolah tetapi juga dirumah dapat pula

digunakan secara klasikal dengan jumlah siswa maksimal 50 orang bisa

dapat dipandu oleh guru atau cukup mendegarkan uraian narasi dari

narator yang telah tersedia dalam program.

2.3.5 Kriteria Pengembangan Video

Menurut Cheppy Riyana (2007:11) pengembangan video pembelajaran

harus mempertimbangkan beberapa kriteria sebagai berikut :

1) Tipe Materi

Media video cocok untuk materi pelajaran yang bersifat menggambarkan

suatu proses tertentu, sebuah alur demonstrasi, sebuah konsep atau

mendeskripsikan sesuatu. Misalnya bagaimana membuat cake yang benar,

bagaimana membuat pola pakaian, proses metabolisme tubuh, dan lain-

lain.

2) Durasi Waktu

Media video memiliki durasi yang singkat sekitar 20-40 menit, berbeda

dengan film yang umumnya berdurasi antara 2-3, 5 jam. Mengingat

kemampuan daya ingat dan kemampuan konsentrasi manusia yang cukup

28
terbatas antara 15-20 menit, menjadikan media video mampu memberikan

keunggulan dibandingkan dengan film.

3) Format Sajian Video

Film yang umumnya disajikan dengan format dialog dengan unsur

dramatiknya yang lebih banyak. Film lepas banyak bersifat imaginatif dan

kurang ilmiah. Hal ini berbeda dengan kebutuhan sajian untuk video

pembelajaran yang mengutamakan kejelasan dan penguasaan materi.

Format video yang cocok untuk pembelajaran diantaranya: naratif

(narator), wawancara, presenter, format gabungan.

4) Ketentuan Teknis

Menurut Cheppy Riyana (2007:13) media video tidak terlepas dari aspek

teknis yaitu kamera, teknik pengambilan gambar, teknik

pencahayaan,editting, dan suara. Pembelajaran lebih menekankan pada

kejelasan pesan , dengan demikian , sajian-sajian yang komunikatif pelu

dukungan teknis. Misalnya :

a) Dengan Gunakan pengambilan dengan teknik zoom atau extrem close

up untuk menunjukan objek secara detail.

b) Gunakan teknik out of focus atau in focus dengan pengaturan def of

file untuk membentuk image fokus of interest atau menfokuskan objek

yang dikehendaki dengan membuat sama (blur) objek yang lainya.

c) Pengaturan properti yang sesuai dengan kebutuhan, dalam hal ini

perlu mempertimbangkan objek-objek yang tidak berkaitan dengan

29
pesan yang disampaikan. Jika terlalu banyak objek akan menganggu

dan mengkaburkan objek.

d) Penggunaan tulisan (text) dibuat dengan ukuran yang proposional.

Jika memungkinkan dibuat dengan ukuran yang lebih besar, semakin

besar maka akan semakin jelas. Jika text dibuat animasi, atur agar

animasi text tersebut dengan speed yang tepat atau tidak terlampau

diulang-ulang secara berlebihan

5) Penggunaan Musik dan sound effect

Beberapa ketentuan tentang music dan sound effect menurut Cheppy

Riyana (2007:14) :

a) Musik untuk menggiring suara sebaiknya dengan itensitas volume

yang lemah (soft) sehingga tidak menganggu sajian visual dan narator.

b) Musik yang digunakan sebagai background sebaiknya musik

instrumen.

c) Hindari musik dengan lagu yang populer atau akrab ditelinga siswa.

d) Menggunakan sound effect untuk menambah suasana dan melengkapi

sajian visual dan menambah kesan baik.

Dapat di simpulkan bahwa dengan adanya penambahan musik dan media

video akan mampu menarik perhatian siswa untuk menyimak pelajaran

yang diberikan.

30
2.3.6 Prosedur Pengembangan Video

1) Kerangka (out line) media video

Pendahuluan

Tayangan pembuka

Pengantar

Isi video

Penutup

Pada sajian pendahuluan perlu disajikan pengantar mengapa materi itu

penting, bagaimana kaitan dengan materi-materi lain. Hal yang penting juga

adalah sajian tujuan pembuatan perlu ditayangkan untuk memotivasi siswa untuk

memperlajari lebih lanjut.

Kegiatan Inti

Kegiatan inti berisi uraian materi yang lengkap hal ini dilengkapi dengan

uraian contoh, simulasi dan demonstrasi atau peragaan. Kualitas durasi waktu

yang tersedia selama video berlangsung banyak terdapat pada kegiatan inti.

Penutup

Kegiatan penutup diisi dengan kesimpulan atau rangkuman dan juga

kegiatan lanjut dari sajian video tersebut yang harus dilaksanakan oleh siswa.

2) Keterlibatan Tim

Pengembangan video pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan

beberapa keahlian/keterampilan (Course Team Aproach), yang secara sinergi

menghasilkan produk media video, sesuai dengan kebutuhan rancangan tersebut.

31
Secara umum pengembangan satu video membutuhkan kemampuan/keterampilan

pada bidang-bidang tersebut :

a) Ahli Subtansi (subject mater expert)

Yaitu orang yang menguasai materi dan bertanggung jawab secara scrift

(naskah) materi.

b) Ahli Media Instructional (Media Specialis)

Yaitu orang yang merancang dan mengembangkan spesifikasi media (teks,

grafis, animasi, dan audio) yang sesuai dengan materi yang dikembangkan.

c) Ahli Media Instruksional (Instructional Methods Specialis)

Yaitu orang yang memiliki kemampuan merancang dan menetapkan

metode yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran yang

dikembangkan.

d) Sutradara

Yaitu orang yang bertanggung jawab secara konsep dan teknis terhadap

jalannya kegiatan produksi. Baik buruknya video tergantung peran

sutradara.

e) Ahli Komputer Editting Video dan Desain Grafis (Computer Graphics

Specialist)

Yaitu orang yang memiliki kemampuan mengedit video menyusunya

sehingga menjadi sajian yang utuh yang bertugas meracang, menetapkan,

dan membuat grafis yang tepat untuk materi pembelajaran yang

dikembangkan.

f) Sound Director

32
Yaitu orang yang bertanggung jawab untuk menghasilkan kualitas suara

yang baik, termasuk pemilihan musik. Dalam video pembelajaran, sound

amat berperan karena pesan pembelajaran didominasi oleh visual dan

suara. Suara cukup berpengaruh terhadap kualitas video. (Cheppy Riyana,

2007:17-20)

2.4 Tune Up Sepeda Motor

Ahmad Antoni (1998:543) Tune up adalah mengembalikan pada keadaan

semula (mesin), menyetel kembali (mesin). Senada dengan pendapat di atas

menurut Bachrie (2014:2) tune up merupakan prosedur perawatan berkala pada

sepeda motor, dengan tujuan untuk mengembalikan sepeda motor pada kondisi

kerja yang penyetelan bagian-bagian kendaraan.

Tune up merupakan kegiatan perawatan berkala pada sepeda motor,

dimana kegiatan ini meliputi :

1) Memeriksa bagian-bagian sepeda motor untuk memastikan bagian tersebut

masih berfungsi sebagaimana mestinya.

2) Membersihkan bagian yang kotor agar kotoran yang ada tidak merusak sistem.

3) Menyetel bagian yang berubah agar sesuai dengan spesifikasinya.

4) Memperbaiki/mengganti komponen yang rusak/aus.

Diharapkan dengan dilakukannya tune up berkala dengan baik, maka akan

diperoleh :

1) Usia komponen/kendaraan lebih lama

2) Konsumsi bahan bakar lebih ekonomis

33
3) Tenaga mesin optimal

4) Kadar polusi/emisi gas buang kendaraan lebih rendah.

Prosedur Tune Up Sepeda Motor

Uraian rangkaian kegiatan yang dilakukan setiap melaksanakan tune up sepeda

motor adalah (motor yamaha) sebagai berikut :

1) Bagian Mesin

a) Mengganti oli pelumas mesin

b) Membersihkan saringan udara

c) Memeriksa dan menyetel busi

d) Membersihkan karburator

e) Menyetel katup

2) Bagian Kelistrikan

a) Memeriksa dan merawat baterai

b) Memeriksa fungsi kelistrikan (bel, lampu tanda belok, lampu kepala, lampu

rem, lampu indikator)

3) Bagian Chasis

a) Memeriksa dan menyetel gerak bebas rem

b) Memeriksa, merawat dan menyetel gerak bebas rantai roda

c) Memeriksa kekocakan poros kemudi

d) Memeriksa kondisi ban dan menyetel tekanan angin ban

e) Memeriksa dan mengencangkan baut-baut pengikat (baut rangka, baut

pengikat mesin, tuas starter, tuas transmisi, dan sebagainya)

2.4.1 Mengganti Oli Pelumas Mesin

34
Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan di antara

dua benda untuk mengurangi gaya gesek. Seluruh peralatan yang bergerak

didalam suatu motor bakar selalu mengadakan pergesekan. Untuk mengatasinya

diperlukan minyak pelumas di dalam setiap motor bakar. Apabila sistem pelumas

tidak diperhatikan pada suatu motor bakar, maka akan mengakibatkan :

a. Bagian peralatan yang bergesekan akan cepat aus,

b. Timbulnya panas yang berlebihan,

c. Tenaga mesin berkurang, dan

d. Timbul karat.

Fungsi sistem pelumas secara keseluruhan ialah untuk mencegah dan mengurangi:

a. Gesekan,

b. Pemanasan yang berlebihan,

c. Karat atau korosi

Pelumasan yang teratur dan selalu memperhatikan mutu minyak pelumas dapat

memperpanjang usia motor terhadap kerusakan karena terhindar dari :

a. Keausan silinder,

b. Terbakarnya bantalan,

c. Pengotoran busi,

d. Kemacetan cincin torak,

e. Pelumpuran,

f. Deposit, dan

g. Pemborosan bahan bakar.

35
Karena itu fungsi pelumasan meliputi pekerjaan sebagai berikut :

a. Melumas bagian-bagian yang bergerak untuk mengurangi keausan dan

kerugian daya gesek.

b. Merendam kejutan-kejutan antara bantalan dan bidang-bidang lumas lainya

sehingga mengurangi kebisingan suara motor dan memperpanjang usia

motor.

c. Menyumbat baik rongga-rongga yang terdapat diantara cincin-cincin torak

dan dinding silinder.

d. Membantu mendinginkan mesin dengan menghayutkan panas yang timbul

akibat gesekan.

e. Membantu membersihkan bidang-bidang lumas dengan menghayutkan abu

atau pasir-pasir akibat gesekan. (Daryanto, 2013 :33-34)

Jenis oli menurut kekentalannya dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Single grade oli (oli berderajat tunggal) yaitu oli yang memiliki satu

kekentalan saja.

2. Multiple grade oli (oli berderajat ganda ) disebut juga oli special yaitu SAE

10W/30, SAE10W/40, SAE 10/50 dimana huruf W adalah winter atau musim

dingin.

Dalam pasaran minyak pelumas kekentalan sering diukur dengan angka SAE

(Society Automotive Engineer), misalnya SAE 10 (encer sekali), SAE 20 (lebih

kental), SAE 30 dan SAE 40, makin besar angka SAE-nya maka minyak pelumas

makin kental. Minyak pelumas makin encer bila dipanaskan dan makin kental bila

diinginkan, karena itu makin rendah temperatur motor makin sukar distart.

36
Alat dan bahan yang dibutuhkan :

1. Kunci sok/kunci pas/kunci ring (kunci 19)

2. Tang

3. Wadah penampung oli bekas

4. Kain lap bersih

5. Corong untuk menuangkan oli

6. Compressor atau Semprotan udara.

Pergantian oli pelumas biasanya setelah 5000/10000 Kilometer sehingga

oli harus diganti dan apabila oli tidak diganti maka mesin akan cepat panas dan

dengan kerja piston yang berat dapat mengakibatkan terbakarnya kepala piston

yang berakibat turunnya tenaga mesin dan mesin sering mati sendiri akibat

bocornya kepala piston.

Daryanto (2013:45-46) mengemukakan langkah-langkah mengganti oli

pelumas mesin :

1. Standarkan motor dengan posisi mendatar.

2. Buka tutup lubang pengisi oli dengan tang yang dilapisi kain agar tutup oli

tidak rusak.

3. Letakkan bak penampung di bawah mesin (di bawah baut pembuangan oli)

kemudian kendorkan dan lepaskan baut pembuangan oli.pada motor

Yamaha 4 tak baut pembuangan oli terletak di samping mesin.

4. Keluarkan minyak pelumas, tekan pedal starter beberapa kali agar sisa-sisa

minyak dapat terbuang habis dan semprot dengan semprotan udara.

37
5. Buang oli pada drum oli, jangan membuang oli bekas di tanah, selokan,

sungai. Periksa paking baut pembuangan jika sudah aus/cacat, ganti

kemudian pasang dan kencangkan baut pembuangan.

6. Masukan minyak pelumas/oli ke dalam mesin dengan jumlah yang sesuai

dan kalau tidak ada ukuran jumlah oli dengan melihat pada tangki

pengukur oli sehingga pada bagian yang teratas (tangkai dengan garis

strip). Kemudian tutup lubang pengisi oli dengan tang yang dilapisi kain.

7. Biasanya jumlah oli mesin tertera di samping lubang pemasukan oli.

8. Setelah bak mesin diisi dengan minyak pelumas kemudian hidupkan mesin

beberapa saat dengan putaran lambat (stationer).

9. Matikan mesin dan periksa permukaan minyak pelumas juga periksa

terhadap kebocoran-kebocoran.

10. Perubahan minyak pelumas harus berada pada strip atau tanda penuh pada

tangki pengukur oli mesin.

11. Bersihkan alat dan tempat kerja dari oli.

2.4.2 Membersihkan Saringan Udara

Filter atau saringan adalah komponen atau suku cadang yang melekat pada

mesin kendaraan. Fungsi saringan udara adalah menahan kotoran (misalnya

debu) yang tercampur dalam udara untuk keperluan pembakaran. Karat atau

kotoran di dalam bahan bakar yang sedang mengalir dalam sistem bahan bakar

cebdrung mengendap pada saringan. Dalam jangka waktu yang lama saringan

bisa tersumbat dan bisa mengakibatkan tenaga mesin berkurang. Bersihkan

38
saringan bahan bakar secara teratur menggunakan udara bertekanan. Jama (2008

:288).

Alat dan bahan yang dibutuhkan :

1. Obeng (+) dan (-)

2. Compressor atau semprotan udara

Daryanto (2013:43) mengemukakan langkah-langkah membersihkan saringan

udara :

1. Keluarkan elemen saringan udara dari dalam kotak saringan.

2. Periksa saringan udara, bila kotor sekali atau sobek diganti baru.

3. Semprot saringan udara dengan pistol udara dan arah dalam menuju keluar

saringan.

4. Pasang kembali saringan udara.

Untuk saringan jenis busa :

1. Keluarkan saringan udara dari kotaknya.

2. Periksa saringan udara, bila kotor sekali atau sobek ganti saringan baru.

3. Bersihkan saringan udara dengan jalan direndam dalam minyak tanah atau

air deterjen.

4. Kemudian diperas-peras, jangan sampai rusak/sobek.

5. Agar cepat kering, disemprot dengan pistol udara dari arah dalam menuju

keluar.

6. Khusus saringan busa sebelum pemasangan diteteskan oli terlebih dahulu

secara merata pada bagian luar.

39
2.4.3 Memeriksa dan Menyetel Busi

Menurut Daryanto (2013:228-230) busi adalah alat yang digunakan untuk

meloncatkan bunga api di dalam ruang bakar motor. Busi adalah suatu komponen

mesin yang penting dan mudah diperiksa, kondisi busi menunjukan keadaan

pembakaran sepeda motor.

1. Bersihkan eletroda busi untuk menghilangkan timbunan karbon dimana

timbunan ini akan menghalangi bunga api.

2. Ukur celah elektroda bila perlu setel sesui dengan standar.

3. Ganti busi setiap 6000 km atau pada saat elektroda telah banyak terkikis.

4. Kencangkan busi sesuai dengan yang dianjurkan.

Menurut Jama (2008:186-198) busi merupakan bagian sistem pengapian

yang bisa habis, dirancang untuk melakukan tugas dalam waktu tertentu dan harus

diganti dengan yang baru jika busi sudah aus atau terkikis. Bagian paling atas dari

busi adalah terminal yang menghubungkan kabel tegangan tinggi. Terminal ini

berhubungan dengan elektroda tengah yang biasanya terbuat dari campuran nikel

agar tahan terhadap panas dan elemen perusak dalam bahan bakar, dan sering

mempuyai inti tembaga untuk membantu membuang panas.

Pada beberapa busi elektroda terbuat dari campuran perak, platina,paladium

atau emas. Busi-busi itu dirancang untuk memberikan ketahanan terhadap erosi

yang lebih besar serta bisa tetap bagus.

Bagian-bagian busi adalah :

40
1. Terminal

2. Insulator ribs

3. Ceramic insulator

4. Steel body

5. Ceramic resistor

6. Copper core

7. Sealing washer (gasket)

8. Center elektrode

9. Threaded seaction

10. Nose

11. Ground electrode

12. Electrode gap (air gap)

Terdapat beberapa macam tipe busi, diantaranya :

a. Busi Tipe Standar (Standard Type)

Busi dengan ujung elektroda tengah saja yang menonjol keluar dari

diameter rumah yang berulir (threaded section) disebut busi standar.

Ujung isulator tetap berda didalamnya (tidak menonjol).

b. Busi Tipe Resistor (Resistor Type)

Busi dengan tipe resistor merupakan busi yang dibagian dalam elektroda

tengah dekat dengan daerah loncatan api dipasangkan (disisipkan) sebuah

resistor (sekitar 5 kilo ohm).

41
c. Busi dengan Elektroda yang menonjol (Projected Nose Type)

Busi dengan elektroda yang menonjol maksud nya adalah busi dengan

ujung elektroda tengah dan ujung isulator sama-sama menonjol keluar.

d. Busi dengan Pengeluaran Percikan dari Dua Sisi (Semi-Surface Discharge

Plugs)

Busi tipe ini diracang agar lintasan percikan bunga api yang terjadi

meloncat ke sisi elektroda atau langsung ke body.

e. Busi dengan Elektroda Platinum

Kemampuan pengapian yang telah dijelaskan juga berlaku untuk busi

dengan ujung elektroda platinum. Ujung elektroda tengah dan elektroda

masa dilapisi dengan lapisan platinum untuk memperpanjang umur busi.

Menyetel busi dalam jangka waktu yang lama karena percikan api terus-

menerus dan panas pada ruang bakar menyebabkan celah busi membesar sehingga

perlu menyetel celah busi pada saat perawatan sepeda motor. Penggantian busi

sebaiknya dilakukan setiap 20.000 Km.

Alat yang digunakan untuk memeriksa busi :

1. Kunci busi

2. Ampelas/sikat besi

3. Obeng (+) dan (-)

4. Compressor atau semprotan udara

Pemeriksaan busi :

1. Lepaskan tutup kepala busi dan keluarkan busi.

42
2. Periksa kutub-kutub elektroda busi secara visual keausan dan ganti bila

terdapat keasusan yang jelas atau isolator rusak.

3. Kondisi pemakaian dapat dideteksi dengan melihat warna isolator (gelap

colkat muda menunjukan kondisi bagus, warna sangat muda menunjukan

pengapian tepat atau miskinnya campuran), dan hitam menunjukan

pembakaran bercampur dengan oli

4. Bersihkan kerak-kerak pada busi dengan sikat kawat atau ampelas atau

pembersih khusus.

5. Kutub tengah (elektroda positif) harus mempuyai ujung-ujung yang tegak

lurus dengan elektroda (negatif) harus ketebalan yang konstan.

6. Bersihkan sekitar dudukan busi dengan udara bertekanan sebelum melepas

busi dan pastikan tak ada kotoran masuk ke ruang bakar.

7. Pastikan tak ada kotoran pada dudukan busi pada waktu sebelum

memasang busi

8. Periksa dan setel jarak antara elektroda tengah dan samping dengan bilah

atau lidah ukur, bila jarak tak sesuai dengan standar, bengkokan elektroda

samping untuk penyesuaian.

9. Busi dihubungkan kembali dengan kabel koilnya kemudian ditempelkan

ke mesin, kunci kontak ON-kan dan starter diinjak berulang-ulang, lihat

api pan apabila api ada kutub besi, bila api besar dan biru berarti kondisi

busi baik, dan apabila api kecil dan merah berarti busi sudah lemah, pada

pemeriksaan ini kondisi koil harus kondisi normal.

43
2.4.4 Membersihkan Karburator

Menurut Jama (2008:254-260) karburator adalah sebuah alat yang

mencampur udara dan bahan bakar untuk sebuah mesin pembakaran dalam.

Fungsi dari karburator :

1. Mengatur perbandingan campuran antara udara dan bahan bakar.

2. Mengubah campuran tersebut menjadi kabut.

3. Menambah atau mengurangi jumlah campuran tersebut sesuai dengan

kecepatan dan beban mesin yang berubah-ubah.

Berdasarkan konstruksinya, karburator pada sepeda motor dapat dibedakan

menjadi tiga, yaitu :

1. Karburator dengan venturi tetap (fixed venturi)

Karburator tipe ini merupakan karburator yang diameter venturinya tidak

bisa dirubah-rubah lagi. Besar aliran udaranya tergantung pada perubahan

throttle buterfly (katup gas). Pada tipe ini biasanya terdapat pilot jet untuk

kecepatan idle/langsam, sistem kecepatan utama sekunder untuk

memenuhi proses pencampuran udara bahan bakar yang tepat pada setiap

kecepatan.

2. Karburator dengan venturi berubah-berubah (variable venturi)

Karburator dengan venturi berubah-ubah menempatkan throttle valve

berda didalam venturi dan langsung dioperasikan oleh kawat gas. Oleh

karena itu, diameter venturi bisa dibedakan (bervariasi) sesuai besarnya

aliran campuran bahan bakar udara dalam karburator.

3. Karburator dengan kecepatan konstan (carburettor)

44
Karburator tipe ini merupakan gabungan dari kedua karburator di atas,

yaitu variable venturi yang dilengkapi katup gas (throttle valve butterfly).

Sering juga disebut karburator CV (CV caburettor).

Bagian-bagian Utama Karburator

Setiap karburator, yang sederhana sekalipun terdiri dari komponen-komponen

utama berikut ini :

1. Sebuah tabung berbentuk silinder, tempat terjadinya campuran udara dan

bahan bakar.

2. Perecik utama (main nozzle) yaitu pemancar utama yang mengabulkan

bahan bakar.

3. Venturi yaitu bagian yang sempit di dalam tabung karburator berfungsi

untuk mempertinggi kecepatan aliran udara.

4. Katup trotel (throttle valve atau throttle buterffly), untuk mengatur besar-

kecilnya permbukaan tabung karburator yang berarti mengatur banyaknya

campuran udara dan bahan bakar.

5. Wadah (ruang) bahan bakar dilengkapi pelampung untuk mengatur agar

tinggi permukaan bahan bakar selalu tetap.

6. Spuyer utama (main jet) yaitu berfungsi mengontrol aliran bahan bakar

pada main system pada putaran menengah dan tinggi.

7. Pilot jet yaitu berfungsi sebagai pengontrol aliran bahan bakar pada bagian

pilot system pada putaran rendah dan menengah.

8. Jet needle (jarum pengabut) yaitu berfungsi mengontrol jumlah aliran

bahan bakar udara melalui bentuk ketirusan jet needle tersebut.

45
9. Pilot air jet yaitu berfungsi mengontrol jumlah aliran udara pada pilot

system pada putaran langsam ke putaran rendah.

10. Diafragma dan pegas yaitu bekerja berdasarkan perbedaan tekanan

diantara tekanan udara luar dan tekanan lubang untuk mengontrol jumlah

pemasukan udara.

11. Main air jet yaitu berfungsi mengontrol udara pada pencampuran bahan

bakar dan udara pada putaran menengah dan tinggi.

12. Pilot screw yaitu berfungsi mengontrol sejumlah campuran udara dan

bahan bakar keluar pada pilot outlet.

Alat dan bahan :

1. Kunci ring 10.

2. Obeng (-) dan (+).

3. Amplas.

4. Bensin.

5. Kuas.

6. Wadah.

7. Compressor atau semprotan udara.

Menurut Daryanto (2013:49-50) Langkah-langkah membersihkan karburator :

1. Kosongkan bensin dari karburator dengan mengedorkan sekerup

pembuang.

2. Lepaskan tutup atas karburator, selang-selang dan saluran penghubung.

3. Lepaskan karburator dengan jalan melepas baut pemasangan karburator.

46
4. Bersihkan bagian luar penampung dan karburator dengan bensin dan

piston udara.

5. Keluarkan pelampung, katup pelampung, dengan cara menarik pene

lengan penampung.

6. Keluarkan jet udara dan jet bensin, kemudian bersihkan semua saluran jet

dan bagian yang dilepas dengan pisto udara.

7. Periksa paking-paking kalau ada yang cacat harus diganti.

8. Rakit kembali bagian-bagian karburator dengan cara kebalikan dari cara

melepasnya.

9. Pasang karburator/ saluran penghubung dan selang-selang.

2.4.5 Menyetel Katup

Katub adalah suatu komponen yang sangat penting adanya dalam suatu

mesin kendaraan. Menurut jama (2008:46) fungsi katub sebenarnya memutuskan

dan menghubungkan ruang silinder di atas piston dengan udara luar pada saat

yang dibutuhkan. Karena proses pembakaran gas dalam silinder mesin harus

berlangsung dalam ruang bakar yang tertutup rapat. Jika sampai terjadi kebocoran

gas meski sedikit, maka proses pembakaran akan terganggu oleh karenanya katup-

katup harus tertutup rapat pada saat pembakaran berlangsung.

Katup pada sebuah kendaraan ada 2 dan memiliki fungsi dan tugas masing-

masing diantaranya adalah :

47
1. Katup hisap

Katup hisap berfungsi untuk membuka saluran bahan bakar yang akan

masuk pada ruang bakar. Katup hisap ini berkerja atau membuka pada saat

piston akhir langkah buang sampai pada saat piston awal langkah

kompresi.

2. Katup buang

Katup buang berfungsi membuka saluran buang yang akan membuang

sisa-sisa pembakaran. Katup buang ini berkerja atau membuka pada saat

piston akhir langkah kerja sampai saat piston awal langkah hisap.

Katup digerakan oleh mekanisme katup, yang terdiri atas :

1. Poros cam

2. Batang penekan

3. Pegas penutup

4. Rol baut penyetel

Alat dan Bahan :

1. Fuller gauge

2. Kunci kombinasi 12

3. Kunci ring 17/19

4. Obeng (+) dan (-)

5. Jangka sorong/ vernier caliper

Menurut Daryanto (2013:73) langkah-langkah menyetel katup :

1 lepas tutup mesin sebelah kiri.

48
2 Lepas kedua tutup lubang pemeriksaan katup. Pada motor Yamaha 4 ak

lubang untuk melihat top terletak di samping mesin kendaraan.

3 Putar rotor searah putaran motor (arah kiri) dan tempatkan tanda T pada

rotor dengan tanda rumah poros engkol.

4 Kendorkan mur pengikat dan baut penyetel katub.

5 Masukan bilah ukur pada katup/klep.

6 Penyetelan dilakukan pada kondisi motor dingin (suhu di bawah 35

derajat celcius).

7 Setel celah katup sesuai data dengn cara memutar sekerup penyetel

sampai terasa ada tahanan pada bila ukur pada umumnya (celah klep isap

dan buang 0,05 mm).

8 Kencangkan mur pengikat dan tahan sekerup penyetel.

9 Pasang tutup penyetelan katub.

10 Pasang tutup mesin sebelah kiri.

11 Hidupkan mesin dan periksa kebocoran oli serta mesin.

2.5 Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Zainal Aqib (2008:3) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian

yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan

untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. Sedangkan

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:130) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu

pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam

sebuah kelas. Keunggulan penelitian tindakan kelas adalah karena guru diikut

49
sertakan dalam penelitian sebagai subjek yang melakukan tindakan, yang diamati,

sekaligus yang diminta untuk merefleksikan hasil pengalaman selama melakukan

tindakan, tentu lama-kelamaan akan terjadi perubahan dalam diri mereka suatu

kebiasaan untuk mengevaluasi diri (self evaluation). Keuntungan lain adalah

bahwa dengan tumbuhnya budaya meneliti pada guru dari dilaksanakannya

penelitian tindakan kelas yang berkesinambungan, berarti kalangan guru makin

diberdayakan mengambil prakarsa profesional yang semakin mandiri, percaya

diri, dan makin berani mengambil resiko dalam memcobakan hal-hal yang baru

(inovasi) yang patut diduga akan memberikan perbaikan serta peningkatan.

2.6 Penelitian Gabungan

Penelitian gabungan terdiri dari :

a) Penelitian Pengembangan Model dan Instrumen

b) Penelitian Evaluasi Program

c) Penelitian Evaluasi Kebijakan

d) Penelitian Tindakan

Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan penelitian pengembangan dan

penelitian tindakan kelas.

Karakteristik penelitian gabungan antara lain :

1) Tujuan penelitian itu menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti secara

komperhensif yang tidak cukup mampu dijawab oleh peneliti dengan

hanya menggunakan satu metode penelitian.

50
2) Tekanan utama pada pertanyaan-pertanyaan penelitian yang

berorientasi pada hasil dan berorientasi pada proses.

3) Filosofi penelitian bersigat praktis dan terapan.

2.7 Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang mendukung berhasilnya pembelajaran

dengan video yaitu :

1. Penelitian Aria Pramudito (2013) yang berjudul Pengembangan Media

Pembelajaran Video Tutorial Pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan

Standar Kompetensi Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Bubut Di SMK

Muhammadiyah 1 Playen menunjukan bahwa tingkat hasil kelayakan

media pembelajaran video tutorial untuk standar kompetensi melakukan

pekerjaan dengan mesin bubut adalah(1) penilaian ahli materi 1 sebesar

76,79% dan ahli materi 2 sebesar 82,14% (2) penilaian ahli media 1

sebesar 72,22% dan ahli media 2 sebesar 80,56% (3) persentasi skor

tanggapan dari Reviewer mahasiswa sebesar 84,33% (4)persentasi skor

dari siswa 80,18%.

2. Penelitian Hario Budi Santoso (2010) yang berjudul Pengembangan

Media Pembelajaran Teknik Pengecoran Logam Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa di Smk Negeri 2 Klaten. Berdasarkan hasil penelitian

menemukan bahwa media pembelajaran dari 23 butir pertanyaan yaitu

jawaban sangat baik = 69,57%, dan jawaban baik = 30,43% dengan

rerata skor adalah 4,3 dari skala penelitian 5 dengan kategori sangat baik

51
berdasarkan uji t diketahui bahwa, ada perbedaan hasil belajar yang

signifikan untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada mata

diklat teknik pengecoran logam dengan nilai t=9,42 dengan peningkatan

hasil belajar kelompok eksperimen adalah sebesar 55,6% dengan nilai rata-

rata awal yang menjadi rata-rata awal 43 menjadi 53. Berdasarkan hasil

tersebut diketahui bahwa media pembelajaran yang dikembangkan dapat

membantu meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan apabila

digunakan dalam kenyataan PBM.

3. Thesis Sukarjo yang berjudul Pengembangan Multimedia Pembelajaran

IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. (Studi Tentang

Multimedia Interaktif Berbasis Komputer di Madrasah Ibtidaiyah

Kabupaten Kudus). Hasil validasi oleh ahli materi dan media menunjukan

bahwa multimedia pembelajaran IPA pada skala likert (1,2,3,4, dan 5)

memiliki kualitas pembelajaran yang sangat baik (dengan nilai 4,16),

kualitas materi yang sangat baik (dengan nilai 4,20) dan kualitas media

yang sangat baik (dengan nilai 4,30). Rata-rata hasil uji coba lapangan

menunjukan bahwa multimedia pembelajaran IPA pada skala likert

(1,2,3,4,dan 5) memiliki kualitas pembelajaran sangat baik (dengan nilai

4,63), dan kualitas materi yang sangat baik (dengan nilai 4,66) dan kualitas

media yang sangat baik (dengan nilai 4,68). Hasil tersebut menunjukan

bahwa multimedia pembelajaran IPA yang akan dikembangkan peneliti

layak digunakan sebagai media pembelajaran maupun sumber belajar.

52
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian.

subjek penelitian untuk ujicoba produk video tutorial yang dihasilkan

adalah kelas XI TSM Smk Negeri 7 Palembang yang berjumlah 25 orang.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK NEGERI 7 Palembang kelas XI TSM

yang beralamat di jalan Naskah II Km 7 No.7 Kelurahan Sukarami, Palembang,

Sumatra Selatan. Pelaksanaan Rencana Penelitian dilakukan 3 Oktober 10 Juni

2014

3.3 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan atau

dikenal Research and Development (R & D). Pengertian penelitian dan

pengembangan tertuju pada proses, penelitian tidak menghasilkan objek,

sedangkan pengembangan menghasilkan objek yang dapat dilihat dan diraba.

Pengembangan merupakan proses rekayasa dari serangkaian unsur yang disusun

bersama-sama untuk membentuk suatu produk. Kemudian dilanjutkan dengan

penelitian Tindakan Kelas untuk melihat peningkatan hasil belajar pada siswa.

53
3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian berarti langkah-langkah dalam membuat media video

ini agar video tutorial yang dibuat dapat teruji validitasnya. Langkah-langkah

pembuatan video tutorial ini berdasarkan Metode Research and Development

Sugiono (2008:409-450) .

Potensi dan Pengumpulan Desain video Validasi desain


masalah data tutorial video tutorial

Ujicoba pemakaian Revisi video Ujicoba video Revisi desain


tutorial tutorial video tutorial

Revisi video Produk massal PTK


tutorial

Gambar 3. Prosedur pengembangan diadaptasi dari Sugiono (2008:409-450)

1. Potensi dan masalah

Potensi adalah sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai

tambah sedangkan masalah artinya sesuatu yang harus di selesaikan. Artinya

54
potensi dan masalah adalah salah satu latar belakang kuat mengapa penulis ingin

mengembangkan media video ini setelah mendapat data di lapangan.

2. Mengumpulkan informasi

Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukan secara faktual dan update,

maka selanjutnya perlu dikumplulkan berbagai informasi yang dapat digunakan

sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat

mengatasi masalah tersebut. Disini peneliti melihat bahwa video tutorial adalah

salah satu cara dalam mengatasi masalah agar siswa lebih mudah memahami cara

tune up sepeda motor sebelum siswa praktik di bengkel.

3. Desain produk

Sebelum kita membuat video suatu media baru seperti video tutorial,

peneliti harus terlebih dahulu merancang bagaimana jalannya video tersebut

sehingga ditemukan kelemahan-kelemahan serta hambatan dalam proses

pembuatannya.Desain produk harus diwujudkan dalam bentuk gambar atau bagan,

sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya.

Dalam bidang teknik, desain produk harus dilengkapai dengan penjelasan

mengenai bahan-bahan yang digunakan untuk membuat setiap komponen pada

produk tersebut, ukuran dan toleransinya, alat yang digunakan untuk

mengerjakan, serta prosedur kerja.

4. Validasi desain

Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap

kesesuaian media dengan kebutuhan. Validasi desain merupakan proses kegiatan

untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini metode mengajar baru

55
akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan secara rasional, karena

validasi di sini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum

fakta lapangan. Validasi produk dapat dilakakukan dengan cara menghadirkan

beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpegalaman untuk menilai produk

bau yang dirancang tersebut sehingga dapat diketahui kelemahan dan

kekuatannya.

5. Perbaikan desain

Setelah desain produk divalidasi oleh pakar dan pakar dan para ahli lainya,

maka akan diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjut dicoba untuk

dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Yang bertugas memperbaiki desain

adalah peneliti yang mau menghasilkan produk tersebut.

6. Uji coba produk

(Sadiman dkk, 2011:182) ada 3 tahap evaluasi/uji coba yaitu uji coba satu

lawan satu (one to one), uji coba kelompok kecil (small group) dan uji coba

lapangan (field evaluation ). Uji coba yang dilakukan peneliti berupa uji coba one

to one artinya peneliti akan mencoba menampilkan video pada seorang siswa

kemudian melakukan wawancara untuk menemukan kekurangan dan kelemahan

video tersebut kemudian uji coba kedua dapat dilakukan kepada peserta didik

dalam kelompok terbatas, misalnya 5-10 siswa. Uji coba ini dilakukan untuk

mengetahui keterlaksanaan dan manfaat serta efektifitas penggunaan media dalam

pembelajaran untuk bahan revisi atau penyempurnaan sebelum produksi. Uji coba

ketiga dapat dilaksanakan pada kelompok besar (satu kelas) tujuannya untuk

56
mengetahui effisiensi waktu belajar menggunakan media pembelajaran sebelum

diproduksi.

7. Revisi produk

Setelah produk berupa video tadi dibuat dan diujikan, masukan-masukan

yang diperoleh dari pengamat dan pendapat para peserta didik merupakan hal

yang sangat bernilai bagi pengembangan media karena dengan masukan-masukan

tersebut dilakukan perbaikan-perbaikan pada media yang dibuat.

8. Uji coba pemakaian

Setelah pengujian terhadap produk berhasil, dan mungkin ada revisi yang

tidak terlalu penting, maka selanjutnya produk yang berupa video ini di terapkan

di dalam kelas tapi tetap harus di nilai kekurangan atau hambatan yang muncul

guna perbaikan lebih lanjut.

9. Revisi produk

Dalam proses mengajar di kelas pembuat produk tetap mengevaluasi

bagaimana kinerja produk dan revisi produk ini dilakukan, apabila dan

pemakaianya terdapat kekurangan atau kelemahan.

10. Pembuatan produk masal

Bila produk dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian, maka

produk tersebut dapat diterapkan dikelas.

3.5 Data, Instrument dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data deskriptif kuantitatif.

Data kuantitatif diperoleh dari penilaian video tutorial oleh ahli yang menunjukan

57
kevalidan Video tutorial, respon siswa yang menunjukan kepraktisan video, dan

hasil belajar siswa yang menunjukan keefektifan video tutorial. Sedangkan

instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket penilaian ahli

media, angket penilaian ahli materi, angket penilaian reviewer, dan angket

penilaian siswa.

3.5.1 Instrument Kelayakan Video Pembelajaran Ditinjau dari Media

Pembelajaran

Instrument yang digunakan untuk ahli media pembelajaran berupa angket

tertutup yaitu angket yang berisikan pernyataan yang mengharapkan responden

untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pernyataan yang telah

tersedia. Angket untuk ahli media berdasarkan karakteristik media video yaitu

clarity massage (kejelasan pesan), stand alone (berdiri sendiri), user friendly

(akrab dengan penggunanya), representasi isi, visualisasi dengan media,

menggunakan kualitas resolusi yang tinggi dan dapat digunakan secara klasikal

atau individual (Cheppy Riyana, 2007).

58
Tabel 1. Kisi-Kisi Instrument Kelayakan Media Video Pembelajaran

No Aspek Indikator Sub Indikator No


Butir
1 Karakteristik Clarity of Message Terdapat tujuan yang dirumuskan 1
Media dengan jelas Tredapat materi
Video pembelajaran yang dikemas
Pembelajaran kedalam unit-unit atau spesifik 2
Tersedia ilustras Menggunakan
penuturan informasi (voice over)
dengan bahasa yang sederhana
dan mudah dipahami Konstektual
(materi-materi yang disajikan 3
terkait dengan suasana atau
lingkungan siswa. 4
Terdapat rangkuman materi
pembelajaran

Terdapat instrument penilaian 5

Terdapat instrument yang dapat 6


digunakan menetapkan tingkat
penguasaan materi untuk 7
menetapkan kegiatan belajar
berikutnya 8

Tersedia informasi tentang 9


rujukan/ pengayaan/ referensi
yang mendukung materi
pembelajaran.

2 Stand Alone Siswa dapat memahami materi 10


(berdiri sendiri) hanya dengan media video

Menggunakan video tanpa media


lain 11

3 Usser Friendly Menggunakan bahasa yang 12


(akrab dengan sederhana, mudah dimengerti dan
pemakainya) menggunakan bahasa yang umum

Paparan informasi yang tampil


bersifat membantu dan bersahabat
dengan pemakainya 13

Kemudahan pemakai dalam


merespon, mengakses sesuai
dengan keinginan

14

59
4 Representasi Isi Terdapat unsur animasi, 15
video,simulasi dan demosntrasi

Dapat digunakan untuk berbagai


materi pelajaran baik sosial 16
maupun sains

5 Visualisasi dengan Perpaduan gambar 17


multimedia (video,
animasi, suara, teks Animasi 18
gambar)
Kualitas suara 19

Materi-materi yang digunakan 20


bersifat aplikatif, berproses

Memiliki tingkat keakurasian


tinggi 21
6 Menggunakan kualitas Kualitas gambar 22
resolusi yang tinggi
Tampilan menarik 23

Meningkatkan ketertarikan siswa 24


terhadap materi penyajian

Tidak membuat jenuh

Colorfull 25
(banyak warna)
26

7 Dapat digunakan secara Dapat ditonton sendiri 27


klasikal atau individual
Dapat ditonton dalam ruang kelas 28
(bersama-sama)

Dapat dipandu oleh guru atau


cukup mendengar uraian narasi 29
dari narator

Jumlah Item 29
Cheppy Riyana (2007)

60
3.5.2 Instrument Kelayakan Video Pembelajaran Ditinjau dari Materi

Instrument yang digunakan untuk ahli materi pembelajaran berupa angket

tertutup yaitu angket yang berisikan pernyataan yang mengharapkan Responden

untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pernyataan yang telah

tersedia. Angket untuk ahli materi berisikan kesesuaian media pembelajaran

dilihat dari Manual Book Motor (Perawatan Berkala Motor Yamaha 4T) dengan

Kompetensi Tune up Sepeda motor. Kisi-kisi instrument untuk ahli materi

pembelajaran

61
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrument Kelayakan Video Pembelajaran

No Aspek Indikator Sub Indikator No Butir


1 Relevansi Materi Mengganti Oli Pengertian oli pelumas 1
dengan Manual Book Pelumas Mesin Jenis-jenis oli pelumas
Motor (Perawatan Fungsi oli pelumas 2
Berkala Motor Alat dan bahan 3,4
Yamaha 4T) Langkah-langkah 5,6
mengganti oli pelumas 7,8,9,10
Membersihkan Pengertian saringan 11,12
Saringan Udara udara Fungsi saringan 13,14
udara Alat dan bahan 15,16
Langkah-langkah 17,18
mbersihkan saringan 19,20,21,
udara 22
Memeriksa dan Pengertian busi 23
Menyetel Busi Jenis-jenis busi 24,25,26
Komponen-omponen 27,28
busi Alat dan bahan
Langkah-langkah 29,30
memeriksa dan 31,31,33,
menyetel busi 34

Membersihkan Pengertian arbutaror 35


Karburator Komponen-omponen
karburator Alat dan 36
bahan Langkah- 37,38
langkah embersihkan 39,40,41
burator
Menyetel Klep Pengertian katup 42
Jenis-jenis katup Alat 43
dan bahan 44,45
Langkah-langkah 46,47,48
menyetel katup
Kerurutan Materi 49
Kejelasan Materi 50
Kelengkapan Materi 51
Sistematika Materi 52
Materi Tambahan 53
Jumlah Item 53
Fiskha Ayuningrum (2012)

62
3.5.3 Instrument Kelayakan Video Pembelajaran Ditinjau Dari Penilaian

Guru

Angket untuk guru berisikan kesesuaian media pembelajaran dilihat dari

aspek materi serta aspek media pembelajaran.

63
Tabel 3. Kisi-Kisi Instrument Kelayakan Video Pembelajaran

No Aspek Indikator Sub Indikator No Butir


1 Relevansi Materi Mengganti Oli Pengertian oli pelumas 1
dengan Manual Book Pelumas Mesin Jenis-jenis oli pelumas 2
Motor (Perawatan Fungsi oli pelumas 3,4
Berkala Motor Alat dan bahan 5,6
Yamaha 4T) Langkah-langkah 7,8,9,10
mengganti oli pelumas
Membersihkan Pengertian saringan 11
Saringan Udara udara 12
Jenis saringan udara 13,14
Fungsi saringan udara 15,16
Komponen saringan 17,18
udara 19,20,21,
Alat dan bahan 22
Langkah-langkah
membersihkan saringan
udara
Memeriksa dan Pengertian busi 23
Menyetel Busi Jenis-jenis busi 24
Fungsi busi 25,26
Komponen-komponen 27,28
busi
Alat dan bahan 29,30
Langkah-langkah 31,31,33,
memeriksa dan
menyetel busi 34
Membersihkan Pengertian karbutaror 35
Karburator Jenis-jenis karburator 36
Fungsi karburator 37,38
Komponen-komponen 39,40
karburator 41,42
Alat dan bahan 43,44,45,
Langkah-langkah 46
membersihkanarburator
Menyetel Klep Pengertian katup 47
Jenis-jenis katup 48
Alat dan bahan 49,50
Langkah-langkah 51,52,53,
menyetel klep 54
Kerurutan Materi 55
Kejelasan Materi 56
Kelengkapan Materi 57
Sistematika Materi 58
Materi Tambahan 59
Jumlah Item 59
Fiskha Ayuningrum (2012)

64
3.5.4 Instrument Kelayakan Video Pembelajaran Ditinjau Dari Penilaian

Penilaian Siswa

Angket untuk siswa berisikan kesesuaian media pembelajaran di lihat dari

aspek materi, aspek media pembelajaran dan luaran/oueput yang diharapkan

(Fiskha Ayuningrum. 2012).

Tabel 4. Kisi-kisi Instrument Uji Coba

No Aspek Indikator Sub Indikator No


Butir
1 Materi Relevansi dengan Mengganti oli pelumas 1
Book Manual mesin
Motor (Yamaha 4T) Membersihkan saringan 2
udara Memeriksa dan
menyetel busi 3
Membersihkan
arburator 4
Menyetel katup 5
Kejelasan materi 6
2 Media Pembelajaran Tujuan Memperjelas dan 7,8,9
mempermudah 10,11
Karakteristik keterbatasan ruang dan
waktu 12
Kreteria Kejelasan pesan dan 13
berdiri sendiri 14,15
Unsur visual Kemudahan enggunaan 16,17
Digunakan secara 18
Unsur suara klasikal/individual 19
Ketentuan teknis 20
Daya tarik Durasi waktu 21
Gambar 22
Suara sound effect 23
Musik
Narator
Penggunaan bahasa 24
3 Luaran/output Peningkatan 25
motivasi 26
Peningkatan 27
kemampuan
Peningkatan
keterampulan
Jumlah Item 27
Fiskha Ayuningrum (2012)

65
3.6 Validasi dan Revisi

Validasi media video pembelajaran kompetensi Tune up sepeda motor

dilakukan oleh ahli media dan ahli materi. Video yang telah di validasi oleh para

ahli akan diketahui kesalahan, kekurangan media tersebut. Dari kesalahan dan

kekurangan yang didapat perlu dilakukan revisi atau perbaikan sehingga media

tersebut layak untuk digunakan.

3.7 Storyboard

Asyhar (2012:178) Storyboard adalah diagram alur cerita dari bahan ajar

multimedia yang akan dibuat. Senada dengan pendapat diatas Mundai dalam

Asyhar (2012:178) Pada storyboard sudah tergambar dengan jelas fragmen-

fragmen atau bagian dari media. Misalnya, pembukaan, menu-menu navigasi,

penyajian, presentasi, contoh-contoh kasus dan lain-lain.

3.8 Flowchart Model Tutorial

Flowchart adalah alur dari pemikiran peneliti agar mempermudah proses

pengembangan media video dan merupakan langkah awal pembuatan program

agar urutan kerja pembuatan media video ini menjadi lebih jelas.

3.9 Uji Coba Instrumen

Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan yaitu Valid dan

Reliabel. Suharsimi Arikunto (2010:211). Uji coba yang dilakukan pada

penelitian ini berupa non-tes yaitu pendapat siswa terhadap kelayakan media

video pembelajaran. Setelah mendapat validitas dari ahli media dan materi

66
selanjutnya uji coba terhadap siswa dilakukan. Uji coba dilakukan pada 10 siswa

dari 27 populasi.

4.0 Uji Validitas

Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.

Suharsimi Arikunto (2011:211). Uji validitas instrumen diperoleh dari penilaian

para ahli (judgment expert) yaitu 1 orang dosen Pendidikan Teknik Mesin

Universitas Sriwijaya. Cara ini untuk menganalisis dan mengevaluasi secara

sistematis apakah butir instrumen telah memenuhi apa yang hendak diukur.

Butir-butir kuesioner tersebut disusun dan diuji validitasnya apakah butir-

butir tersebut valid dan reliabel atau tidak valid dan tidak reliabel. Butir soal yang

tidak valid dan tidak reliabel akan gugur dan tidak digunakan.

4.1 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan cara menggunakan teknik analisis

deskriptif kuantitif, yaitu dengan menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari

angket uji ahli dan uji materi. Menurut Suharsimi Arikunto (1993:207), data

kuantitatif yang berupa angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran diproses

dengan cara dijumlah kemudian dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan

sehingga diperoleh presentase kelayakan. Rumus yang digunakan sebagai berikut.

Skor yang diobservasi

Presentase Kelayakan (%) = X 100%

Skor yang diharapkan

67
Sedangkan Kreteria untuk menentukan nilai kelayakan produk yang dihasilkan

disajikan dalam tabel tersebut.

Tabel 5. Tabel skala presentase menurut Suharsimi Arikunto (1993:208)

Presentasi Pencapaian Interpretasi

76 - 100% Sangat Layak

56 - 75% Layak

40 - 55% Cukup

0 39% Kurang Layak

1. Analisis Data Angket

Data yang diperoleh melalui angket dianalisis dengan menggunakan skala

likert untuk mengukur pendapat siswa terhadap media video tutorial. Data hasil

angket yang diperoleh dihitung dengan rumus yang digunakan untuk menghitung

skor adalah sebagai berikut :

Jumlah skor per item = jumlah responden yang menjawab x skor jawaban

Tabel 6.Alternatif Pilihan Jawaban Angket

68
Skor Pernyataan Skor Pernyataan
Kategori Jawaban
Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

( Sugiyono, 2009:136)


Dalam modifikasi sugiono rumus Persentase = 100 %

Tanggapan siswa terhadap media video tutorial pada mata kompetensi

tune up sepeda motor dapat dilihat dari persentase yang diinterpretasikan ke

dalam kriteria interpretasi angket seperti pada tabel.

Tabel 7. Kriteria Interpretasi Skor Angket

Nilai Angket Alternatif Pilihan Jawaban

81 % - 100 % Sangat Baik

61 % - 80 % Baik

41 % - 60 % Cukup

21 % - 40 % Tidak baik

0 % - 20 % Sangat tidak baik

( Desmi, 2013:29 )

69
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV akan diulas hasil dari pengembangan media pembelajaran

video tutorial tune up sepeda motor di SMK Negeri 7 Palembang. Ulasan yang

dibahas adalah sebagai berikut : potensi dan masalah, mengumpulkan informasi,

desain video tutorial, validasi desain video tutorial, revisi desain video tutorail, uji

coba video tutorial, revisi video tutorial, uji coba pemakaian, revisi video tutorial,

produk masal dan penelitian tindakan kelas.

4.1 Potensi dan Masalah

Sebelum membuat mengembangkan media pembelajaran berupa video

tutorial, peneliti melakukan observasi yang dilakukan di SMK Negeri 7

Palembang berupa wawancara dengan salah satu bahwa Sekolah berkerja sama

dengan Yamaha motor Jakarta dan pihak perusahaan mengatakan siswa yang akan

menghadapi praktek industry harus terlebih dahulu memahami cara Tune Up

(Servis berkala) sepeda motor karena kompetensi ini menjadi dasar di jurusan

teknologi sepeda motor sehingga kompetensi ini sangat di perhatikan di Smk

Negeri 7 Palembang.

Pada proses pembelajaran di kelas terutama pada kompetensi tune up

sepeda motor terlihat beberapa potensi masalah yaitu : guru mengalami kesulitan

saat menyajikan materi di kelas karena guru masih memakai metode ceramah

sehingga siswa tidak begitu tertarik dan belum tersedianya sebuah media

70
pembelajaran yang dinilai cukup efektif untuk digunakan di kelas sebelum siswa

melakukan praktik di bengkel.

Media bantu dalam proses pembelajaran hanya berupa jobsheet, guru

mengajar dengan membca jobsheet dan menyediakan powerpoint yang tidak

mampu menarik perhatian siswa sehingga cendrung pasif dn cepat bosan. Untuk

itu diperlukan media pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan materi

praktik dengan jelas dan lengkap. Media yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan

tersebut adalah video pembelajaran, maka perlu adanya pengembangan media

pembelajaran untuk kompetensi tune up sepeda motor. Observasi dilakukan sejak

tanggal 1 Februari- 12 Maret 2014 dan disepakati Kelas yang digunakan adalah

siswa kelas XI TSM di SMK Negeri 7 Palembang.

4.2 Mengumpulkan Informasi

Setelah potensi dan masalah lengkap dan jelas maka tahap selanjutnya

yaitu mengumpulkan informasi yang menunjang pengembangan media video

pembelajaran. Informasi yang di dapati peneliti berupa penyelesaian masalah yang

dilakukan diskusi serta wawancara dengan guru kompetensi tune up sepeda motor

dan mengumpulkan sumber informasi yang relevan :

a) Buku Teknik Sepeda Motor Jilid 1 oleh Jalius Jama, dkk.

b) Buku Teknik Sepeda Motor Jilid 2 oleh Jalius Jama, dkk.

c) Buku Media Pembelajaran oleh Arief S Sadiman, dkk.

d) Silabus Smk Negeri 7 Palembang.

e) Jobsheet Smk Negeri 7 Palembang.

71
f) Rencana Pelaksaaan Pembelajaran Smk Negeri 7 Palembang.

4.3 Desain Video Tutorial

1) Membuat Flowchart

Tahap desain di mulai dengan membuat flowchart sebagai alur dari

pemikiran peneliti agar mempermudah proses pengembangan. Flowchart

digunakan untuk memudahkan pengerjaan saat masuk kedalam tahapan

pembuatan media video pembelajaran.

2. Membuat Storyboard

Kemudian di lanjutkan membuat storyboard secara tertulis. Pada tahap ini

meliputi merencanakan, menulis, dan merevisi storyboard beserta tampilan

animasi, grafik, narasi, dan musik kemudian memvalidasinya. Storyboard dibuat

untuk mempermudah memvisualisasikan ide yang dimiliki agar lebih tertata.

3. Memproduksi video dan audio

Pada kegiatan pengembangan ini sudah dihasilkan storyboard dan skrip

yang telah divalidasi oleh para ahli. Tahap yang terdapat dalam pengembangan

yaitu produksi audio dan video, memprogram materi, menyiapkan komponen

pendukung,dan mengevaluasi dan meninjau kembali (pengujian dan pengesahan).

Proses produksi audio dan video ini berisi pengambilan gambar (shooting video),

rekaman suara, dan pengambilan foto sesuai dengan tuntutan storyboard dan skrip

yang telah dibuat sebelumnya. Tahap awal yang dilakukan yaitu pengambilan foto

berdasarkan photostory yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian dilanjutkan

dengan pengambilan gambar atau shooting video. Pengambilan gambar

72
merupakan tahap yang menterjemahkan skrip menjadi tampilan yang sebenarnya.

Setelah shooting video kemudian dilanjutkan dengan merekam suara narator yang

dilakukan dengan teknik dubbing. Untuk proses pengambilan foto dan shooting

video menggunakankamera DSLR Nikon D300 dan Canon 550D, sedangkan

untuk merekam suaradengan mengunakan clip on.

4.Memprogram materi

Video dan audio yang telah diproduksi tidak akan langsung masuk dalam

Bentuk video utuh. Terlebih dahulu format video dan audio di sesuaikan dengan

perangkat pendukung yang ada agar lebih mudah digunakan oleh siapa saja.

Untuk video menggunakan format mpg, foto menggunakan format jpg sedangkan

untuk audio menggunakan wav.

5.Menyiapkan komponen pendukung

Persiapaan komponen pendukung untuk pengembangan video mulai

disiapkan sejak video sudah diproduksi. Komponen pendukung yang digunakan

untuk pengeditan video menggunakan adobe primer, sedangkan untuk pengeditan

foto menggunakan photoshop. Setelah komponen pendukung lengkap kemudian

dilakukan proses editingdan mixing. Proses editing dan mixing dilakukan sesuai

dengan tuntutan storyboard yang telah dibuat sebelumnya. Pada kegiatan editing

kegiatan yang dilakukan adalahmemilih hasil shooting yang terbaik kemudian

memotong dan membuang bagian yang tidak diperlukan. Pengaturan pencahayaan

dan animasi seperti tambahan tulisan atau sound effect untuk video juga dilakukan

pada saat proses editing ini. Setelah proses editing selesai dilanjutkan dengan

mixing, proses mixing dilakukan untuk menggabungkan rekaman narator dengan

73
video yang telah diedit sebelumnya. Setelah menggabungkan antara narasi,

instrumen, sound effect dengan video kemudian dilakukan proses penyesuaian

suara terhadap instrumen agar suara narator terdengar jelas dan instrumen tidak

mengganggu jalannya video. Setelah proses mixing video selesai dilakukan

langkah selanjutnya yaitu mentransfer kepingan video menjadi kesatuan video

yang disimpan dalam bentuk mvp atau avi agar mempermudah proses selanjutnya.

4.4 Validasi Desain Video Tutorial

Dibawah ini akan dideskripsikan empat tahap dari evaluasi yang peneliti

lakukan dan hasil dari evaluasi itu sendiri:

4.4.1 Validasi Ahli Media

Setelah media video pembelajaran selesai dibuat agar media video tersebut

dinilai valid makan video akan di validasi oleh para ahli, validator ahli materi

adalah Dosen pendidikan teknik mesin Universitas Sriwijaya oleh Bapak Farhan

Yadi, S.T, M.pd. pada tangan 9 Agustus 2014 di kampus FKIP Ogan Palembang.

Validasi mengenai ahli media meliputi beberapa sajian materi dan

kegrafikan, pada tahap ini peneliti memberikan sebuah lembar validasi yang

terdiri dari 29 deksriptor penelitian. Peneliti meminta validator untuk mengkaji

video tutorial dengan penilaian validator dan meminta pendapat berupa komentar

dan saran tentang berbagai kelemahan dan kekurangan video tutorial.

Berikut data hasil validasi desain jobsheet menggunakan video tutorial

oleh Bapak Farhan Yadi, S.T., M.Pd. Untuk setiap deskriptor kriteria penilaian

74
disediakan empat opsi yang menyatakan sangat baik dengan skor 4, baik dengan

skor 3, tidak baik dengan skor 2 dan sangat tidak baik dengan skor 1 (Lampiran

hal 92)

107

Skor tata-rata = X 100% = 92,24%

116

Setelah di hitung rata-rata skor untuk melihat validitas materi yang di nilai

oleh validator adalah 92,24% dengan kreteria sangat valid dan memiliki

kesimpulan di lanjutkan tanpa revisi sehingga video tune up siap di uji cobakan.

Revisi produk sesuai dengan saran ahli media yaitu : perbaiki prosedur

sesuai dengan urutan

Sebelum revisi sesudah revisi

75
Pada menit ke 02.27 judul mengganti oli pelumas di tambah dengan keterangan

angka sesuai dengan pemaparan judul pembuka

4.4.2 Validasi Ahli Materi

Validasi ahli materi untuk melihat kelayakan video tutorial tune up yang

dibuat, validasi ahli materi berisi tentang aspek materi dan isi video tersebut.

Validasi ahli materi dilakukan oleh 2 orang validator : Bapak Adi Hidayat selaku

guru otomotif di Smk Negeri 7 Palembang dan Bapak Fajar Lazuardi selaku

Kepala bengkel motor Yamaha cabang Palembang. Validasi ahli materi pertama

dilakukan oleh Bapak Adi Hidayat di bengkel Smk Negeri 7 Palembang pada

tanggal 9 Agustus 2014.

Berikut data hasil validasi desain jobsheet menggunakan video tutorial

oleh Bapak Adi Hidayat, SP.d. Untuk setiap deskriptor kriteria penilaian

disediakan empat opsi yang menyatakan sangat baik dengan skor 4, baik dengan

skor 3, tidak baik dengan skor 2 dan sangat tidak baik dengan skor 1 (Lampiran

hal 95).

101

Skor tata-rata = X 100% = 97,11%

104

Setelah di hitung rata-rata skor untuk melihat validitas materi yang di nilai

oleh validator adalah 92,24% dengan kreteria sangat layak dan memiliki

kesimpulan di lanjutkan tanpa revisi sehingga video tune up siap di uji cobakan.

76
Revisi produk sesuai saran ahli materi yaitu ada bagian bagian video

tutorial yang perlu di sempurnakan :

Sebelum revisi sesudah revisi

Pada langkah-langkah mengganti oli pelumas di menit ke 03.42 cara membuka

penutup oli distandarkan dan di tambah kain lap.

77
Sebelum revisi sesudah revisi

Pada langkah memeriksa busi pada menit ke 08.48 cara membersihkan busi

dengan amplas diganti dengan gambar yang sesuai.

Validasi ahli materi kedua dilakukan oleh Bapak Fajar Lazuardi selaku

Kepala bengkel Yamaha motor pada tanggal 14 agustus 2014.

Berikut data hasil validasi desain jobsheet menggunakan video tutorial

oleh Bapak Fajar Lazuardi Untuk setiap deskriptor kriteria penilaian disediakan

empat opsi yang menyatakan sangat baik dengan skor 4, baik dengan skor 3, tidak

baik dengan skor 2 dan sangat tidak baik dengan skor 1 (Lampiran hal 98).

81

Skor tata-rata = X 100% = 77,88%

104

78
Setelah di hitung rata-rata skor untuk melihat validitas materi yang di nilai

oleh validator adalah 77,88% dengan kreteria sangat layak dan memiliki

kesimpulan di lanjutkan dengan revisi sehingga video tune up siap di uji cobakan.

Revisi produk sesuai dengan komentar dan saran ahli materi yaitu:

penggunaan alat kerja kerap distandarkan

Sebelum revisi sedsudah revisi

Pada langkah memasukan oli di menit 04.33 pekerjaan memasukan oli pelumas di

standarkan dengan memakai corong saat memasukan oli.

Validasi untuk melihat kepraktisan dilakukan oleh siswa kelas XI TSM

Smk Negeri 7 Palembang oleh Pratama Pela Krisna selaku siswa pada tanggal 14

Agustus 2014.

Berikut data hasil validasi desain jobsheet menggunakan video tutorial

oleh Pratama pela krisna Untuk setiap deskriptor kriteria penilaian disediakan

79
empat opsi yang menyatakan sangat baik dengan skor 4, baik dengan skor 3, tidak

baik dengan skor 2 dan sangat tidak baik dengan skor 1 (Lampirann hal 101).

78

Skor tata-rata = X 100% = 96,3%

81

Setelah di hitung rata-rata skor untuk melihat validitas materi yang di nilai

oleh validator adalah 96,3% dengan kreteria sangat praktis dan memiliki

kesimpulan di lanjutkan tanpa revisi sehingga video tune up siap di uji cobakan.

Revisi produk sesuai dengan komentar dan saran dari siswa yaitu alat dan

bahan lebih disempurnakan :

Sebelum revisi sesudah revisi

Pada menit ke 03.05 alat dan bahan yang diperlukan, diganti dengan menyusun

alat dan bahan diatas meja dan alat di standarkan.

4.5 Revisi Desain Video Tutorial

80
Setelah merancang dan mendesain jalannya video tutorial peneliti melalui

proses diskusi dengan pihak guru dan dosen serta pihak crew pembuatan agar

video yang dibuat akan sesuai dengan harapan. Peneliti sebenarnya sudah

membuat video yang menjadi dasar untuk mengembangkan video menjadi lebih

baik karena video tersebut dinilai banyak memiliki kekurangan dan harus segera

diperbaiki.

4.6 Uji Coba Produk

Ada 3 tahap yang akan dilakukan peneliti yaitu uji coba satu lawan satu

(one to one), uji coba kelompok kecil (small group) dan uji coba lapangan (field

evaluation).

4.6.1 Evaluasi Satu Lawan Satu (One To One)

Evaluasi satu lawan satu dilakukan peniliti pada tanggal 14 agustus 2014

pukul 12.00-13.00 WIB di kelas TSM Smk Negeri 7 Palembang dan Pada uji

perorangan ini peneliti meminta bantuan 2 orang siswa yang memiliki kemapuan

tinggi dan rendah yang dapat mewakili responden penelitian ini. Pemilihan kedua

siswa tersebut di bantu oleh salah seorang guru yaitu Bapak Adi Hidayat S.pd.

kedua siswa tersebut adalah Pratama Pela Krisna dan Ahmad Jimly Rafi, peneliti

menunjukan video tune up yang peneliti buat dan kedua responden diminta untuk

memberi komentar dan saran dengan jalannya media video tersebut.

Selain itu peneliti meminta siswa menjawab pedoman wawancara yang

peneliti sediakan sesuai penilaian siswa terhadap media video yang telah dibuat.

81
Berikut hasil dari wawancara berupa komentar dan saran siswa yang dijadikan

dasar tindakan revisi:

1. Pratama Pela Krisna (4536)

Revisi produk sesuai dengan saran Pratama pela Krisna mengenai gambar

animasi yang lebih tepat:

Sebelum revisi sesudah revisi

Pada animasi karburator di menit 10.20 gambar dinilai kurang sesuai dan diganti

dengan gambar karburator sesungguhnya.

4.6.2 Evaluasi Kelompok Kecil (Small Group)

Evaluasi kelompok kecil dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2014 pukul

12.00-1300 WIB di kelas TSM Smk Negeri 7 Palembang dan evaluasi kelompok

kecil di diujikan pada sepuluh siswa kelas XI TSM yang dipilih secara acak.

Sebelum prototip II ini diujicobakan dalam kegiatan belajar mandiri, peneliti

memberikan pertanyaan meliputi pengetahuan siswa mengenai materi. Setelah itu

siswa diminta untuk melihat dan menilai media video tutorial tune up sepeda

82
motor yang telah dibuat. Untuk selanjutnya peneliti meminta siswa mengisi

angket dengan menceklis pilihan yang tersedia untuk mengukur kepraktisan

media video tutorial tune up pada tahap small group. Komentar dan saran di

lembar belakang angket akan menjadi pertimbangan tindakan peneliti merevisi

draf jobsheet dilengkapi video tutorial atau prototip II selanjutnya.

Rata-rata persentase skor angket pada tahap Small Group adalah 84%,

persentase ini berada dalam rentang 81%100% yang termasuk dalam kategori

sangat baik, sehingga jobsheet dilengkapi media video tutorialini layak

diujicobakan pada tahap uji lapangan.Berikut komentar yang diberikan mahasiswa

setelah melihat media video tutorial:

Revisi produk sesuai saran Joko Suprianto yaitu sesuaikan gambar dengan

suara :

Sebelum revisi sesudah revisi

83
Pada saat menjelaskan komponen-komponen karburator menit ke 10.56 gambar di

nilai kurang sesuai dan diganti dengan gambar yang sesungguhnya.

Revisi produk sesuai saran dari Jhonson Edward N yaitu alat-alat yang

kurang mendukung diperbaiki :

Sebelum revisi sesudah revisi

Pada saat langkah-langkah membersihkan karburator di menit ke 12.45 ditambah

dengan alat yang sesuai.

4.6.3 Evaluasi lapangan (Field Test)

Evaluasi lapangan pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 20 Agustus

2014 di mulai pukul 10.30-12.30 dikelas XI TSM Smk Negeri 7 Palembang.

Peneliti dibantu langsung oleh guru yaitu Bapak Muhamad Fadli S.pd. selaku

guru mata pelajaran tune up sepeda motor. sebelum memulai pelajaran peneliti

84
sudah berdiskusi dahulu bersama guru agar proses penelitian tidak mengganggu

proses belajar mengajar di kelas.

Proses belajar mengajar dimulai dengan salam pembukaan, dilanjutkan

dengan membacakan standard kompetensi dan kompetensi dasar matapelajaran

hari ini dan di lanjutkan indikator pelajaran, lalu guru menjelaskan pengertian

umum tentang materi tune up sepeda motor yang membahas tentang bagian-

bagian tune up meliputi bagian kelistrikan, bagian mesin dan bagian chasis.

Selanjutnya akan di adakan Pre-test guna untuk melihat pengetahuan dasar siswa

terhadap materi tune up dan pre-test ini meliputi pre-test 1 mengenai materi dan

pre-test 2 mengenai praktik tune up.

Pre-test pertama dilakukan oleh peneliti dengan bantuan guru yaitu

memberikan 5 soal pilhan ganda dan 1 soal essay dengan skor yang sudah

ditentukan untuk melihat kemampuan dasar siswa tentang materi tune up sepeda

motor.

Pre-test kedua dilakukan oleh Bapak Fadil S.pd dan peneliti membantu

proses pelaksaan pre-test kepada siswa, pre-test dilaksanakan dengan cara

memanggil nama siswa satu persatu dan siswa di minta untuk dapat menjelaskan

dan menunjukan bagian-bagian tune up sepeda motor dengan metode demonstrasi

hasil pre-test kedua ini bertujuan untuk melihat kemampuan dasar siswa tentang

praktik tune up sepeda motor dan gurulah yang member skor siswa sesuai dengan

kemampuan siswa tersebut saat menjawab dan menunjukan bagian-bagian tune up

sepeda motor (soal terlampir).

85
Hasil penilaian peneliti (observasi) siswa dievaluasi dan disampaikan di

akhir pertemuan dan guru siswa mempelajari lagi materi yang dianggap belum

dikuasai dan mempersiapkan diri untuk pertemuan selanjutnya. guru menutup

pelajaran hari itu.

Dari hasil pre-test 1 (materi) didapat sebanyak 11 siswa yang lulus KKM

(kreteria ketuntasan minimum) atau 44% 75 sedangan pada data hasil pre-test ke

2 (praktik) didapat 15 siswa yang lulus KKM (kreteria ketuntasan minimum) atau

60% 75 (data terlampir).

Evaluasi hari kedua dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2014 dimulai

pukul 07.15-10.00 di kelas XI TSM di Smk Negeri 7 Palembang, Peneliti dibantu

oleh Bapak Muhammad Fadli S.Pd. selaku guru mata pelajaran tune up sepeda

motor. Pada pertemuan ini dimulai dengan guru membuka pelajaran dengan salam

dan membacakan standar kompetensi serta indikator pelajaran pada hari ini dan

guru menanyakan materi yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

Guru menjelaskan tentang tune up bagian mesin seperti mengganti oli

pelumas mesin, membersihkan saringan udara, membersihkan busi, menyetel klep

dan membersihkan karburator namun dengan metode demonstrasi dan

konvensional sehingga siswa terlihat cukup jenuh dalam menyimak materi-materi

yang di ajarkan.

Selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

menunjukan video tutorial yang sudah dibuat oleh peneliti, saat peneliti

memberikan arahan materi tentang video tutorial tune up yang dibuat oleh peneliti

siswa tampak lebih semangat dan termotivasi untuk memperhatikan video yang di

86
putar dan didapati siswa begitu serius dan diam saat memperhatiakan video

tutorial yang dimana video ini memuat tentang pengertian tune up, komponen,

alat dan bahan yang dibutuhkan dan langkah-langkah tune up.

Siswa saat memperhatikan jalannya video terlihat begitu serius dan

termotivasi dengan media video tutorial tune up terlihat banyak siswa yang

penasaran dan bertanya tentang jalannya video tune up yang dibuat oleh peneliti.

Setelah selesai video siswa pun dikasih kesempatan untuk bertanya tentang

jalannya video tutorial tune up sepeda motor. Diakhir pertemuan peneliti dibantu

oleh guru memberikan post test 1 berupa soal essay yang telah divalidasi oleh

guru mata pelajaran dan diberi skor untuk melihat peningkatan hasil belajar

setelah menonton video yang dibuat oleh peneliti (soal terlampir).

Hasil penilaian peneliti (observasi) siswa dievaluasi oleh guru yang

dibantu oleh peneliti dan disampaikan di akhir pertemuan dan siswa mempelajari

lagi materi yang dianggap belum dikuasai dan memperlajari materi tune u dari

video tutorial peneliti dan mempersiapkan diri untuk pertemuan selanjutnya. guru

menutup pelajaran pada hari ini.

Dari hasil pre-test 1 (materi) didapat sebanyak 11 siswa yang lulus KKM

(kreteria ketuntasan minimum) atau 44% 75 sedangan post test 1 (materi)

setelah siswa belajar menggunakan media video tutorial tune up terjadi

peningkatan hasil belajar yaitu 24 siswa yang lulus KKM (Kreteria ketuntasan

minimum) atau 96% 75 (data terlampir).

87
effect potensial
100
90
80
70
60
50
40 effect potensial
30
20
10
0
Sebelum menggunakan Sesudah menggunakan
media video media video

Gambar 4. Effect potensial materi

Evaluasi lapangan dilanjutkan pada tanggal 27 Agustus 2014 mulai pukul

10.30-01.00 siang dikelas XI TSM Smk Negeri 7 Palembang, pada pertemuan ini

akan diadakan post test 2 (Praktik) mengenai tune up sepeda motor. Peneliti

bersama guru matepelajaran tune up Bapak Muhamad Fadil S.Pd. memulai

pelajaran dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan mengabsensi siswa

yang hadir serta membacakan standar kompetensi dan indikator pelajaran yang

akan di capai.

Guru menanyakan kepada siswa tentang materi tune up yang sudah

dipelajari dan siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi video

tutorial tune up kemudian guru memberikan materi mengenai praktik mengganti

oli pelumas, membersihkan saringan, menyetel klep, menyetel busi dan

membersihkan karburator serta materi tambahan tune up mengenai alat dan bahan,

langkah-langkah tune up dan materi tambahan lainnya.

88
Guru juga menjelaskan kembali langkah-langkah tune up sepeda motor

sesuai dengan langkah-langkah yang ada pada video tutorial tune up yang telah

peneliti buat, siswa terlihat cukup antusian pada pelajaran hari ini karena siswa

sudah diberi tahu akan diadakan post test 2 berupa praktik tune up sepeda motor u

untuk melihat perkembangan pengetahuan siswa mengenai cara praktik tune up

sepeda motor.

Selanjutnya Peneliti didampingi oleh guru melakukan post test 2 (praktik)

mengenai materi tune up yang sudah dipelajari dengan membentuk siswa menjadi

5 kelompok. Dalam 1 kelompok terdiri dari 5 orang siswa dan siswa diminta

untuk melakukan praktik tune up selama 20 menit dan siswa diminta untuk

membuat laporan hasil praktik (terlampir).

Dala post test 2 ini akan dinilai oleh Bapak Muhamad Fadil dan Adhan

Efendi (06101012025) selaku observer, beberapa hal yang masuk dalam penilaian

adalah persiapan praktik, hasil kerja praktikm keaktifan siswa dan laporan hasil

praktik tune up sepeda motor. Dalam pelaksanaan post test saat kelompok lain

praktik, masing-masing kelompok mempersiapkan diri dan membuat laporan

praktik tune up sepeda motor yang kemudian akan dinilai oleh guru.

Pada pertemuan ketiga ini peneliti dibantu guru menyiapkan post test 2

berupa praktik agar dapat dilihat seberapa jauh peningkatan yang diberikan oleh

media video tutorial terhadap pengetahuan siswa yang dinilai oleh guru mata

pelajaran tune up sepeda motor.

Dari hasil pre-test 2 (praktik) didapat sebanyak 15 siswa yang lulus KKM

(kreteria ketuntasan minimum) atau 60% 75 sedangan post test 2 (praktik)

89
setelah siswa belajar menggunakan media video tutorial tune up terjadi

peningkatan hasil belajar yaitu 24 siswa yang lulus KKM (Kreteria ketuntasan

minimum) atau 96% 75 (data terlampir).

effect potensial
100
90
80
70
60
50
40 effect potensial
30
20
10
0
Sebelum menggunakan Sesudah menggunakan
media video media video

Gambar 5 effect potensial praktik

4.7 Revisi Produk

90
Sebelum Sesudah

Revisi dilakukan sesuai dengan saran para ahli baik ahli materi atau ahli media.

Perbaikan produk mengenai warna video tutorial yang lebih terang dan lebih

menarik.

4.8 Uji Coba Pemakaian

Setelah media video tutorial di validasi oleh ahli materi dan ahli media,

media video tutorial ini di ujikan di Smk Negeri 7 Palembang pada kelas XI TSM

dengan jumlah 25 siswa dan diujikan selama 2 minggu mulai dari tanggal 14

Agustus 2014 27 Agustus 2014.

4.9 Revisi Produk

Media video tutorial sudah nilai valid dan layak oleh ahli materi dan ahli

media sehingga tidak perlu dilaksanakan revisi.

5.0 Pembuatan Produk Masal

Produk berupa media video tutorial diujikan di Smk Negeri 7 Palembang

dikelas XI TSM.

5.1 Pembahasan

Model pengembangan dalam penelitian ini adalah model pengembangan

menurut Sugiono. Tahap-tahap pengembangan yang dilakukan peneliti diawali

dengan potensi dan masalah dimana saat obeservasi dilapangan bahwa guru

91
mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar terutama materi tune up

sepeda motor yang dinilai sengat penting serta belum adanya media video tutorial

tune up sepeda motor di Smk Negeri 7 Palembang.

Tahapan selanjutnya peneliti mengumpulkan data baik berupa wawancara

dengan guru, buku, modul dan job sheet yang digunakan oleh guru agar media

yang dibuat sesuai dengan tujuan dan dapat meningkatkan hasil belajar.

Setelah semua informasi dan data dikumpulkan selanjutnya peneliti

berkonsultasi dengan guru mata pelajaran dan dosen mengenai desain media video

tutorial tune up sepeda motor dimana desain video tutorial ini dibuat dengan

flowchart dan storyboard agar media ini tepat sasaran dan dinilai valid.

Validasi desain dilakukan oleh ahli media yaitu Bapak Farhan Yadi S.T

M.Pd. Beberapa hal yang dinilai yaitu karakteristik media video pembelajaran,

berdiri sendiri, akrab dengan pemakainya, reprentasi isi, visualisasi dengan

multimedia (video, animasi, suara, teks dan gambar), menggunakan kualitas

resolusi yang tinggi dan dapat digunakan secara klasikan atau individual. Hasil

validasi dari ahli media adalah 92,24 % atau sangat valid.

Sedangkan dari segi materi divalidasi oleh Bapak Adi Hidayat S.Pd.

selaku guru kompetensi sepeda motor dan bapak Fajar Lazuardi selaku kepala

bengkel motor Yamaha Palembang. Beberapa hal yang dinilai yaitu mengenai

materi tune up, kerurutan materi, kejelasan materi, kelengkapan materi,

sistematika dan materi tambahan. Hasil validasi materi prtama dari Bapak Adi

Hidayat adalah 97,11% kategori sangat layak dan Hasil materi kedua dari Bapak

Fajar Lazuardi adalah 77,88% juga dalam kategori sangat layak.

92
Hasil validasi ahli materi dan media bahwa media video tutorial layak

digunakan dan nilai valid untuk selanjutnya diuji cobakan dilapangan.

Draf awal dilengkapi video tutorial atau prototip I yang sudah dinyatakan

valid dan direvisi, peneliti sebut prototip II. Selanjutnya akan diujicobakan pada

tahap uji coba satu lawan satu untuk melihat pendapat dan komentar siswa tentang

media video yang dibuat oleh peneliti dan dilanjutkan evaluasi kelompok kecil

(small group) yang terdiri dari sepuluh orang siswa kelas XI TSM Smk Negeri 7

Palembang. Setiap siswa diberi angket sebelum itu siswa harus menonton video

tutorial tune up dan menilai apakan skor itu sangat baik, baik, cukup atau tidak

baik. Dari hasil angke uji coba kelompok kecil di dapati skor 84,37% termasuk

dalam kategori sangat baik.

Setelah uji coba satu lawan satu dan uji coba kelompok kecil maka

dilanjutkan uji coba lapangan (field test) yang dilakukan di kelas XI Smk negeri 7

Palembang dengan populasi 25 siswa untuk melihat efektifitas waktu saat proses

belajar mengajar berlangsung dikelas dimana didapati hasil melalui pre test 1

(materi) dan pre test 2 (praktik) lalu siswa diajarkan materi tune up sepeda motor

dengan menggunakan media video tutorial terjadi peningkatan hasil belajar yaitu

pre test 1 (materi) 44% lulus KKM menjadi 96% 75 sedangkan pre test 2

(praktik) 60% lulus KKM menjadi 96%75 sehingga didapati kesimpulan media

video tutorial memliki effect poyensial yang baik terhadap hasil belajar siswa.

Hasil dari validasi materi dan video tutorial serta ujicoba lapangan video

tutorial tune up dinilai valid dan layak serta memiliki effect potensial yang baik

terutama pada materi tune up sepeda motor Yamaha. Dengan dibuatnya media

93
video tutorial ini dapat menggurangi kelemahan media video tutorial, pada pokok

bahasan 2.3.3 yaitu pada poin nomor dua (size information), poin 4 (opposition),

poin 5 (seeting) dan poin enam (material pendukung).

Produk berupa media ini aakn dilanjutkan dengan melakukan penelitian

tindakan kelas dimana hal ini dimaksudkan karena melihat situasi kelas XI TSM

SMK Bakti Ibu 4 Palembang yang dalam proses pembelajaran masih belum

maksimal dan masih banyak siswa yang belum dapat mencapai KKM (Kreteria

Ketuntasan Minimum) sehingga media video tutorial menjadi solusi masalah yang

sedang dihadapi.

5.2 Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan model Kurt Lewin yaitu

menggunakan 4 tahapan :

1. tahap 1 : menyusun rancangan tindakan

2. tahap 2 : pelaksanaan tindakan

3. tahap 3 : pengamatan

4. tahap 4 : refleksi/pantulan

Tindakan

Perencanaan Pengamatan

Pantulan

Gambar 6. Tahapan PTK model Kurt Lewin (Arikunto, 2010:131)

94
SIKLUS I

Perencanaan

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus, siklus

pertama di mulai pada tahap 1 perencanaan yaitu peneliti menemui Bapak Adi

Hidayat S.Pd. selaku guru mata pelajaran tune up sepeda motor di kelas XI TSM

SMK Bakti Ibu 3 Palembang, pada tahap ini peneliti melakukan wawancara

sekaligus observasi dilapangan untuk melihat kendala-kendala apa yang timbul

saat proses belajar mengajar tune up sepeda motor.

Pada tanggal 30 Agustus 2014 jam 10.00 peneliti menemui Bapak Adi

Hidayat S.Pd. dan membahas masalah perencanaan penelitian tindakan kelas yang

akan dilaksanakan, didapat beberapa kesimpulan pada tahap perencaan ini yaitu

saat proses belajar mengajar siswa terlihat kurang tertarik dan terlihat cepat bosan

saaat belajar dengan menggunakan metode ceramah, siswa juga terlihat tidak

begitu termotivasi untuk belajar terutama pelajaran materi, guru belum

menggunkan media pembelajaran selain media power point dan nilai siswa masih

banyak yang belum mencapai KKM (kreteria ketuntasan minimum).

Tahapan perencaaan ini juga guru dan peneliti mendiskusikan cara belajar

yang akan dipilih nantinya serta peneliti mempersiapkan RPP (rencana pelaksaan

pembelajaran), mempersiapkan soal post test untuk melihat hasil belajar dan guru

optimis apabila belajar menggunkan media pasti akan meningkatkan hasil belajar.

Dalam penelitian PTK, peneliti menyarankan kepada guru yang akan

melakukan penelitian tindakan kelas untuk menggunakan media produk dari

95
peneliti sebagai objek dari penelitian tindakan kelas , mengingat peneliti tidak

sebagai tenaga pengajar pengajar di Smk Bakti Ibu 4 Palembang.

Perlakuan

Tahap perlakuan dilaksanakan Pada tanggal 30 Agustus 2014 jam 01.11

siang yaitu peneliti bersma guru melihat kelas XI TSM 1 sebagai kelas yang akan

diteliti dan melihat guru dala proses belajar di kelas, guru memulai pelajaran

dengan mengucapkan salam dan mengabsensi siswa lalu membacakan indikator

pelajaran pada hari ini tentang materi tune up sepeda motor dan guru memberikan

penjelasan materi dasar kepada siswa berupa pengertian dan jenis-jenis tune up.

Pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan metode

ceramah mengenai materi tune up dan guru menjelaskan tanpa bantuan media

pembelajaran, terlihat siswa cepat jenuh dan bosan serta tidak terlalu menarik

sehingga banyak siswa yang tidak memperhatikan saat guru memberikan

pelajaran dikelas.

Diakhir pembelajaran guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya

tentang materi yang belum dipahami dan memberikan post test untuk melihat

hasil belajar pada hari ini, pelajaran ditutup dengan menyimpulkan materi hari ini

dan guru menutup dengan salam.

Pengamatan

Dalam tahap pengamatan pada siklus 1 guru sebagai orang yang diamati

dan peneliti sebagai pengamat, tahap pengamatan dilaksanakan pada tanggal 30

96
Agustus 2014 jam 01.11 atau bersamaan dengan tahap perlakuan, saat guru

mengajar di kelas maka peneliti yang mengamati proses belajar dikelas dan

didapati beberapa kendala dalam proses pembelajaran yaitu guru masih mengajar

dengan cara konvensional atau metode ceramah, guru tidak menggunakan media

sehingga siswa terlihat cepat jenuh dan tidak begitu tertarik untuk belajar dan saat

proses pembelajaran guru kurang menguasai kelas.

Pantulan

Tahapan terakhir dilakukan setelah guru selesai memberikan pelajaran

tune up di kelas dan pada tahapan ini peneliti sebagai pengamat memberikan

pendapat dan hasil pengamatan di kelas sedangkan guru juga memberikan

pendapatnya tentang hasil yang didapat dan pada proses ini guru mengakui bahwa

dalam proses mengajar mengajar di kelas sangat dibutuhkan media untuk

menunjang hasil belajar agar lebih efektif serta didapati sebanyak 12 siswa dari

jumlah 24 siswa yang belum memenuhi KKM (kreteria ketuntatasan minimum)

atau 1275. Dan disepakati bahwa penelitan PTK akan dilanjutkan pada siklus ke

II untuk melihat apakah media video tutorial dapat menjadi solusi atas beberapa

kendala yang didapati dilapangan.

SIKLUS II

Perencanaan

Setelah peneliti dan guru menyelesaikan siklus I tahap selanjutnya adalah

perencaan kembali dilakukan pada tanggal 4 September 2014 di SMK Bakti Ibu 3

97
Palembang, pada tahapan ini peneliti menyiapkan (RPP) rencana pelaksanaan

pembelajaran dan menyiapkan media pembelajaran berupa video tutorial yang

telah dibuat untuk melihat apakah media video dapat meningkatkan hasil belajar.

Dalam tahap menyusun rancangan, peneliti menentukan titik-titik atau

fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati yaitu

dalam penelitian ini peneliti focus pada penggunaaan media dalam proses belajar

serta peningkatkan hasil belajar dikelas sebelum dan sesudah menggunakan media

video tutorial tune up sepeda motor.

Guru merancang sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik dan

efektif, peneliti memberikan masukan kepada guru mengenai langkah-langkah

merancang sebuah pembelajaran di kelas. Kecendrungan siswa yang tidak serius

dan cepat jenuh belajar di kelas inilah menjadi titik focus yang juga akan

diperbaiki dengan menggunakan media video tutorial yang telah dibuat oleh

peneliti.

Kendala-kendala yang timbul saat siklus pertama akan diselesaikan dan

dicari solusi bersama-sama antara guru dan peneliti agar pembelajaran dikelas

menjadi lebih efektif dan siswa dapat lebih tertarik serta termotivasi dalam belajar

terutama pada materi tune up sepeda motor.

Pada tahap perencanaan terlihat kendala-kendala seperti siswa cepat jenuh

dengan metode ceramah dan terlihat kurang tertarik sehingga kelas menjadi cukup

gaduh,serta nilai siswa masih belum mencapai KKM sehingga media video

diharapkan menjadi solusi untuk masalah tersebut.

98
Perlakuan

Setelah tahap perencanaan selesai dilanjutkan dengan tahap tindakan dan

pengamatan, tindakan berupa guru mengajar di kelas dengan menggunakan media

untuk melihat apakah media dapat membuat siswa lebih mudah memahami materi

dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui nilai post test sedangkan

pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru sebagai orang yang diamati untuk

melihat apakah media video tutorial dapat menjadi solusi bahwa siswa mudah

bosan dan jenuh ketika belajar dengan hanya menggunakan metode ceramah.

Tahap ini dilakukan pada tanggal 5 September 2014 di kelas XI TSM 1

SMK Bakti Ibu 3 Palembang pada pukul 16.00-17.30, guru memberikan pelajaran

sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ada yaitu 15 menit

pertama guru membuka pelajaran hari ini dengan salam dan mengabsensi siswa

serta memberikan motivasi kepada siswa yang diakhiri dengan menjelaskan

komptensi dasar dan indikator pada tahap kegiatan awal pembelajaran.

Pada kegiatan inti guru salama 60 menit diawali dengan guru menjelaskan

tentang pengertian tune up sepeda motor dan selanjutnya guru menggunakan

media video tutorial yang diputar melalui proyektor, dalam tahap obeservasi

terlihat siswa sangat antusias dan sangat serius memperhatikan media video

tutorial serta didapati beberapa waktu siswa sangat diam saat menonton media

yang diputar oleh guru, selesai menonton media video tutorial guru memberikan

kesempatan siswa untuk bertanya dan beberapa siswa terlihat begitu ingin

bertanya tentang alat dan bahan serta langkah-langkah praktik pekerjaan tune up

pada motor yamaha, selanjutnya gurua memberikan post pest berupa pertanyaan

99
yang telah dibuat dan dikasih skor untuk melihat hasil belajar siswa hari ini dan

didapati hasil post test 1 dari 24 siswa sebanyak 12 siswa yang lulus KKM 75 dan

12 siswa tidak memenuhi KKM atau sebesar 50%75 dan hasil post test 2 dari 24

siswa 22 siswa yang memenuhi KKM atau sebesar 91%75 sehingga media video

tutorial dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan diakhir tahap kegiatan inti

guru bersama siswa merangkum materi pada hari ini.

Kegiatan akhir selama 15 menit guru memberikan nasehat kepada siswa

untuk lebih termotivasi belajar dan semangat untuk menggapai cita-cita kemudian

guru menutup pelajaran hari ini dan menitipkan salam kepada orang tua siswa.

Dari hasil post-test 1 didapat sebanyak 12 siswa yang lulus KKM (kreteria

ketuntasan minimum) atau 50% 75 sedangan post test 2 setelah siswa belajar

menggunakan media video tutorial tune up terjadi peningkatan hasil belajar yaitu

22 siswa yang lulus KKM (Kreteria ketuntasan minimum) atau 91% 75.

Pengamatan

Tahap ini dilakukan pada tanggal 5 September 2014 di kelas XI TSM 1

SMK Bakti Ibu 3 Palembang pada pukul 16.00-17.30 atau bersamaan dengan

tahap perlakuan di kelas, saat proses belajar mengajar memberikan materi dan

peneliti sebagai pengamat dan guru sebagai objek yang diamati, dalam fase

observasi ini dan proses mengajar dengan menggunkan media terlihat beberapa

peningkatan yang sangat singnifikan seperti saat proses belajar menggunkan

media video tutorial siswa terlihat sangat antusias dan serius melihat serta

mendengarkan penjelasan dalam media video hal ini dapat dilihat ketika media

100
video diputar didapati beberapa waktu siswa sangat diam dan terlihat

memperhatikan jalannya media video tutorial, hal lain juga terlihat siswa sangat

antusias dengan mengangkat tangan untuk bertanya tentang media video

walaupun media video belum selesai dalam proses praktik.

Hasil observasi peneliti dilapangan juga terlihat peningkatan motivasi

belajar dari siswa setelah menggunakan media serta hasil belajar lebih baik setelah

menggunakan media video tutorial, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa.

Pantulan

Tahapan terakhir yaitu pantulan yaitu guru menyampaikan pendapatnya

dan peneliti memberikan hasil pengamatannya selama 7 hari dilaksanakan pada

tanggal 6 September 2014 pukul 2 siang dan didapati kesepakatan antara Bapak

Adi Hidayat S.Pd. dan peneliti bahwa beliau sepakat media video tutorial dapat

meningkatkan hasil belajar dan menjadi solusi untuk pelajaran materi di kelas

sehingga siswa mendapat pengetahuan yang lebih terutama pada materi tune up

sepeda motor.

5.3 Pembahasan

Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan model Kurt Lewin yaitu

menggunakan 4 tahapan : yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan pantulan.

Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, siklus pertama dimulai pada :

Siklus 1

101
perencanaan

peneliti menemui Bapak Adi Hidayat S.Pd. selaku guru mata pelajaran

tune up sepeda motor di kelas XI TSM SMK Bakti Ibu 3 Palembang, pada tahap

ini peneliti melakukan wawancara sekaligus observasi dilapangan untuk melihat

kendala-kendala apa yang timbul saat proses belajar mengajar tune up sepeda

motor.

Pada tanggal 30 Agustus 2014 jam 10.00 peneliti menemui Bapak Adi

Hidayat S.Pd. dan membahas masalah perencanaan penelitian tindakan kelas yang

akan dilaksanakan, didapat beberapa kesimpulan pada tahap perencaan ini yaitu

saat proses belajar mengajar siswa terlihat kurang tertarik dan terlihat cepat bosan

saaat belajar dengan menggunakan metode ceramah, siswa juga terlihat tidak

begitu termotivasi untuk belajar terutama pelajaran materi, guru belum

menggunkan media pembelajaran selain media power point dan nilai siswa masih

banyak yang belum mencapai KKM (kreteria ketuntasan minimum).

Tahapan perencaaan ini juga guru dan peneliti mendiskusikan cara belajar

yang akan dipilih nantinya serta peneliti mempersiapkan RPP (rencana pelaksaan

pembelajaran), mempersiapkan soal post test untuk melihat hasil belajar dan guru

optimis apabila belajar menggunkan media pasti akan meningkatkan hasil belajar.

Perlakuan

Tahap perlakuan dilaksanakan Pada tanggal 30 Agustus 2014 jam 01.11

siang yaitu peneliti bersma guru melihat kelas XI TSM 1 sebagai kelas yang akan

diteliti dan melihat guru dala proses belajar di kelas, guru memulai pelajaran

102
dengan mengucapkan salam dan mengabsensi siswa lalu membacakan indikator

pelajaran pada hari ini tentang materi tune up sepeda motor dan guru memberikan

penjelasan materi dan diakhir pelajaran guru memberikan post test 1 didapati hasil

sebanyak 12 siswa yang lulus KKM dari 24 siswa atau 5075.

Pengamatan

Dalam tahap pengamatan pada siklus 1 guru sebagai orang yang diamati

dan peneliti sebagai pengamat, tahap pengamatan dilaksanakan pada tanggal 30

Agustus 2014 jam 01.11 atau bersamaan dengan tahap perlakuan, saat guru

mengajar di kelas maka peneliti yang mengamati proses belajar dikelas dan

didapati beberapa kendala dalam proses pembelajaran yaitu guru masih mengajar

dengan cara konvensional atau metode ceramah, guru tidak menggunakan media

sehingga siswa terlihat cepat jenuh dan tidak begitu tertarik untuk belajar dan saat

proses pembelajaran guru kurang menguasai kelas.

Pantulan

Tahapan terakhir dalam siklus 1 yaitu peneliti memberikan hasil

pengamatannya dan guru memberikan pendapatnya dalam proses pembelajaran

dan disepakati penelitan tindakan kelas dilanjutkan pada siklus ke 2 untuk melihat

peningkatan hasil belajar siswa dan memberi solusi atas kendala-kendala yang

didapati dilapangan.

103
Siklus 2

Perencanaan

Pada tahap perencanaan di siklus 2 guru mempersiapkan kembali RPP

(rencana pelaksanaan pembelajaran) namun pada fase ini guru menambahkan

media video tutorial sebagai solusi kendala-kendala yang timbul saat siklus

pertama akan diselesaikan dan dicari solusi bersama-sama antara guru dan peneliti

agar pembelajaran dikelas menjadi lebih efektif dan siswa dapat lebih tertarik

serta termotivasi dalam belajar terutama pada materi tune up sepeda motor.

Pada tahap perencanaan terlihat kendala-kendala seperti siswa cepat jenuh

dengan metode ceramah dan terlihat kurang tertarik sehingga kelas menjadi cukup

gaduh,serta nilai siswa masih belum mencapai KKM sehingga media video

diharapkan menjadi solusi untuk masalah tersebut.

Perlakuan

Pada tahap ini dilakukan pada tanggal 5 September 2014 di kelas XI TSM

1 SMK Bakti Ibu 3 Palembang pada pukul 16.00-17.30, guru mempersiapkan

pelajaran seperti biasa dan pelajaran dimulai dalam 3 tahapan yaitu tahap awal 15

menit guru membuka pelajaran dengan salam, guru mengabsensi siswa, guru

memberikan motivasi dan membacakan indikator pelajaran pada hari ini.

Kemudian dilanjutkan pada kegiatan inti yaitu guru menjelaskan pengertian tune

up, guru menunjukan media video tutorial, guru memberikan kesempatan siswa

untuk bertanya, guru memberikan post test dan membuat rangkuman materi hari

ini. Sedangkan kegiatan akhir di isi dengan memberikan nasehat dan menutup

104
pelajaran dan hasil post test didapati 22 siswa yang lulus KKM (Kreteria

ketuntasan minimum) atau 91% 75.

Pengamatan

Tahap ini dilakukan pada tanggal 5 September 2014 di kelas XI TSM 1

SMK Bakti Ibu 3 Palembang pada pukul 16.00-17.30 atau bersamaan dengan

tahap perlakuan di kelas, saat proses belajar mengajar memberikan materi dan

peneliti sebagai pengamat dan guru sebagai objek yang diamati, dalam fase

observasi ini dan proses mengajar dengan menggunkan media terlihat beberapa

peningkatan yang sangat singnifikan seperti saat proses belajar menggunkan

media video tutorial siswa terlihat sangat antusias dan serius melihat serta

mendengarkan penjelasan dalam media video hal ini dapat dilihat ketika media

video diputar didapati beberapa waktu siswa sangat diam dan terlihat

memperhatikan jalannya media video tutorial, hal lain juga terlihat siswa sangat

antusias dengan mengangkat tangan untuk bertanya tentang media video

walaupun media video belum selesai dalam proses praktik.

Pantulan

Tahapan terakhir yaitu pantulan yaitu guru menyampaikan pendapatnya

dan peneliti memberikan hasil pengamatannya selama 7 hari dilaksanakan pada

tanggal 6 September 2014 pukul 2 siang dan didapati kesepakatan antara Bapak

Adi Hidayat S.Pd. dan peneliti bahwa beliau sepakat media video tutorial dapat

meningkatkan hasil belajar dan menjadi solusi untuk pelajaran materi di kelas

105
sehingga siswa mendapat pengetahuan yang lebih terutama pada materi tune up

sepeda motor.

Dalam penelitian tindakan kelas didapati kesimpulan bahwa media video

tutorial menjadi alat bantu media yang efektif dan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata kompetensi tune up sepeda motor dengan hasil belajar

pertama dinilai melalui post test 1 sebesar 5075 dan hasil belajar kedua dinilai

melalui post test 2 sebesar 9175.

Hasil Belajar Siswa


100
90
80
70
60
50
40 Hasil Belajar Siswa
30
20
10
0
Siklus 1 Siklus 2

Grafik 7. Hasil belajar siswa

106
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

5.1.1 Media video tutorial tune up sepeda motor yang dihasilkan telah valid

Kevalidan media video tutorial tune up sepeda motor dinilai dari segi ahli

media dengan rata-rata skor 92,24% dan kevalidan dinilai dari segi ahli materi 1

dengan rata-rata skor 97,11% dan ahli materi 2 dengan rata-rata skor 77,88% dan

kevalidan dari segi luaran/output dengan skor rata-rata 96,3%. Berdasarkan tahap

validasi tersebut dapat disimpulkan bahwa media video tutorial yang dihasilkan

sudah valid.

5.1.2 Media video tutorial sepeda motor yang dihasilkan telah praktis.

Kepraktisan media video tutorial dilihat dari angket pada tahap small group

10 orang siswa, pada tahap uji coba small group diperoleh persentase skor angket

sebesar 84,37%. Jadi, persentase skor angket untuk tahap uji coba small group

adalah 84,37%, persentase ini berada dalam rentang 81%-100% yang termasuk

dalam kategori sangat baik, sehingga dapat disimpulkan media video tutorial ini

tergolong praktis.

107
5.1.3 Effect potensial media video tutorial dilihat dari hasil post test siswa

Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari pre test 1 (materi ) 44% lulus

KKM dan setelah belajar menggunakan media video tutorial dan diuji melalui

post test sebesar 96% 75. Pre test 2 (praktik) 60% lulus KKM dan setelah belajar

menggunakan media video tutorial 96%75. Sehingga media video tutorial dinilai

memiliki effect potensial yang baik.

5.1.4 Peningkatan hasil belajar

Dalam penelitian tindakan kelas didapati kesimpulan bahwa media video

tutorial menjadi alat bantu media yang efektif dan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata kompetensi tune up sepeda motor dengan hasil belajar

pertama dinilai melalui post test 1 sebesar 5075 dan hasil belajar kedua dinilai

melalui post test 2 sebesar 9175.

5.2 Saran

Peneliti sadar bahwa dalam penelitian ini masih banyak terdapat

kekurangan, oleh karena itu peneliti menyarankan untuk calon peneliti yang

nantinya akan melakukan penelitian ataupun menjadikan penelitian ini sebagai

bahan acuan agar dapat membuat media pembelajaran yang lebih baik lagi dan

disesuaikan dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang otomotif

yang terus mengalami perkembangan. Sehingga produk yang dihasilkan akan

lebih baik dan juga bervariasi.

108
Dan untuk pendidik dan institusi, saran dan harapan agar media video

tutorial yang peneliti buat ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan dapat

dijadikan media pembelajaran yang mampu memotivasi para guru masa depan

agar berbuat lebih dan tetap yakin dunia pendidikan akan mampu lebih baik lagi

nantinya.

109
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal Bachrie. 2014. Modul Tekologi Sepeda Motor (OTO 225-05) Tune up.

Yogyakarta: Universitas Gajahmada.

Ahmad Antoni. 1998. Kamus Lengkap Teknik Inggris-Indonesia. Surabaya:

Gitamedia Press.

Aria Pramundito. 2013. Pengembangan Media Pembelajaran Video Tutorial

Pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Standar Kompetensi

Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Bubut di SMK Muhammadiyah 1

Playen. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Teknik Mesin. FT UNY

Yogyakarta.

Arif S Sadiman. 2003. Media Pendidikan. Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Aripin B. C. 2009. Step by step membuat video tutorial menggunakan camtasia

studio. Bandung: Oase Media.

Azhar Arsyad. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto. 2006. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi

Pustakaraya.

Cheppy Riyana. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video. Jakarta: P3AI UPI.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Daryanto. 2013. Teknik Sepeda Motor. Bandung: CV. Yrama Widya.

Dina Indriana. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: Diva

Press.

110
Fiskha Ayuningrum. 2012. Pengembangan Media Video Pembelajaran Untuk

Siswa Kelas X Pada Kompetensi Mengolah Soup Kontinental Di SMK N 2

Godean. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Teknik Boga, FT UNY

Yogyakarta.

Hario Budi Santoso. 2011. Pengembangan Media Pembelajaran Teknik

Pengecoran Logam Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SMK

Negeri 2 Klaten. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Teknik Mesin,

FT UNY Yogyakarta.

http://wahyualinursalim.blogspot.com/ 2013/ 06/ pengertian- tutorial- tutoring.

Html#uds-search-results. Diakses pada tanggal 4 Maret 2014, pukul 20:01.

Jalius Jama. 2008. Teknik Sepeda Motor Jilid I. Sumatera Selatan: Direktorat

Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Jalius Jama. 2008. Teknik Sepeda Motor Jilid II. Sumatera Selatan: Direktorat

Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

S. Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Rayandra Asyhar. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:

Referensi Jakarta.

Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung:

Alfabeta.

S. Wojowasito.2006. Kamus Bahasa Indonesia. Malang: C.V Pengarang.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

111
Sugiono. 2006. Statika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi

Ke V. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi

2010. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia.

Yogi Nurcahyo Dinata. 2013. Penggunaan Media Pembelajaran Video Tutorial

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Teknik Gambar Bangunan SMK

N 1 Seyengan Pada Mata Kompetensi Menggambar dengan Autocad.

Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan,

FT UNY Yogyakarta.

Zainal Aqib. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

112
Validasi Ahli Media

113
114
115
Validasi Ahli Materi

116
117
118
Validasi Ahli Materi

119
120
121
Validasi Penilaian Siswa

122
123
124
Soal Small Group

125
126
127
128
129
Surat Izin Penelitian

130
SK Pembimbing Skripsi

Lembar Pengesahan Sidang Akhir Skripsi

131
Kartu Bimbingan Skripsi 1

132
Kartu Pembimbing 2

133
Surat Izin PTK

134
Silabus SMK Negeri 7 Palembang

135
Surat Observasi PTK 1

136
Lembar Observasi PTK 2

137
138
139
140
141
142
143

Anda mungkin juga menyukai