Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam era perkembangan ilmu dan teknologi ini, pola penanggulangan dan penanganan
penyakit atau masalah kesehatan akan mengalami kemajuan sehingga menjadi lebih efektif,
lebih baik dan berkualitas, oleh karena itu diperlukan tenaga kesehatan yang sesuai dan
berkualitas yaitu tenaga kesehatan profesional yang didukung oleh penguasaan ilmu dan
teknologi yang baik.
Kewenangan klinis dokter spesialis mata dapat diberikan kepada dokter spesialis mata yang :
1. Telah menyelesaikan pendidikan dokter spesialis mata pada Institusi pendidikan
(IPDS) dokter spesialis mata di Indonesia, maupun di luar negeri, dan telah menjalani
program adaptasi dan telah dinyatakan lulus oleh pihak yang berwenang (dalam hal
ini Kolegium Oftalmologi Indonesia).
2. Dinyatakan mempunyai kompetensi yang memadai dengan memiliki sertifikat
kompetensi yang dikeluarkan oleh Kolegium Oftalmologi Indonesia, yang masih
berlaku.
3. Memiliki surat ijin Praktek dari Dinas Kesehatan yang masih berlaku.
Dokter Spesialis Mata adalah seorang dokter yang telah mencapai kompetensi tertentu secara
profesional untuk pelayanan terhadap masyarakat yang meliputi :
1
1.3. Persatuan & Pendidikan/Akademik :
BAB II
STANDAR PELAYANAN
NO PROSEDUR Kriteria
M D KET
S
1 Melakukan teknik refraksi obyektif dan
subyektif untuk gangguan refraksi spheris,
termasuk astigmatisma dan gangguan refraktif
pascaoperasi.
2 Melakukan teknik-teknik lanjut retinoskopi
untuk mendeteksi gangguan refraktif sederhana
dan kompleks.
3 Menggunakan keratometer untuk deteksi
gangguan refraktif lanjut.
4 Melakukan teknik-teknik refraktif paling lanjut
(misal astigmatisma irregular, pra- dan pasca-
bedah refraktif).
6 Melakukan teknik-teknik paling lanjut
menggunakan lensa coba atau foropter untuk
gangguan refraktif yang lebih rumit, termasuk
modifikasi dan penyempurnaan gangguan
refraktif nyata subyektif, retinoskopi sikloplegik
dan refraksi, dan refraksi pascasikloplegik,
astigmatisma irregular, pasca keratoplasti, dan
kasus-kasus bedah refraktif.
2
Contact Lens
N Kriteria
PROSEDUR
O M DS KET
1 Melakukan teknik retinoskopi lanjut pada pasien
lensa kontak.
2 Mengerjakan teknik refraksi lanjut pada pasien
lensa kontak, termasuk fitting diagnostik.
3 Melakukan teknik-teknik untuk memastikan dan
memeriksa lensa kontak.
4 Mempergunakan teknik pengajaran yang tepat
untuk mengajari pasien melakukan insersi,
pelepasan, dan perawatan lensa kontak.
5 Mengerjakan pemeriksaan eksternal (teriluminasi
dengan pembesaran) dan biomikroskopi lampu
celah, termasuk menggambar temuan segmen
anterior.
6 Memberikan anestesia topikal, juga pewarnaan
topikal kornea (misal, pewarna fluorescein dan rose
bengal).
7 Mengerjakan uji sensasi kornea sederhana (misal,
usap ujung kapas).
8 Melakukan tonometri (misal, applanasi, tonopen,
Schiotz, pneumotonometri).
9 Mengerjakan teknik sampling infeksi okular viral,
bakterial, fungal, dan protozoa (misal, kerokan
kornea dan teknik kultur yang tepat).
10 Mengelola defek epitel kornea (misal, bebat tekan
dan bandage contact lenses).
11 Melakukan pengangkatan benda asing konjungtiva
atau kornea (misal karat besi).
12 Melakukan eksisi pterigium primer.
13 Melakukan perbaikan laserasi kelopak terbatas.
14 Melakukan perbaikan laserasi kornea terbatas
(misal laserasi linear tak mencapai limbus).
15 Melakukan epilasi.
16 Melakukan tarsorafi lateral.
17 Menginsisi/drainase kalazion sederhana.
18 Melakukan biopsi insisi atau eksisi sederhana pada
lesi kelopak mata.
19 Melakukan irigasi pada trauma kimia mata.
20 Menangani hifema dan mikrohifema (misal
komplikasi kenaikan TIO dan pendarahan ulang).
21 Mengerjakan teknik lebih lanjut, termasuk
keratometri, keratoskopi, hitung dan evaluasi sel
endotel, mikroskopi spekular, dan pakimetri.
3
Kriteria
N Melakukan tes-tes lanjut untuk mata kering (misal,
22
PROSEDUR
O uji Schirmer modifikasi, penilaian tear break-up
time, uji cat fluoresein, cat rose bengal).
23 Mengerjakan eksisi pterigium yang lebih kompleks,
termasuk graft konjungtiva.
24 Melakukan perbaikan laserasi sederhana aparatus
drainase lakrimal (misal intubasi dan penutupan
primer).
25 Mengerjakan dan membaca teknik kornea yang
paling lanjut (misal pakimetri, mikroskopi endotel,
topografi kornea terkomputerisasi).
26 Mengerjakan flap konjungtiva tipis (misal flap
Gunderson).
27 Mengerjakan bedah kompleks konjungtiva lainnya
(misal autograft, transplantasi sel punca).
N Kriteria
PROSEDUR
O M DS KET
1 Mengerjakan evaluasi pemeriksaan penglihatan
pada pengemudi yang terganggu penglihatannya.
2 Mengevaluasi ketajaman visual dan lapang pandang
untuk penentuan kecacatan (demi tujuan legal dan
asuransi).
3 Mendemonstrasikan alat-alat low vision dan
mengedukasi pasien low vision mengenai
penggunaan dan keterbatasan alat-alat ini.
Uveitis
N Kriteria
PROSEDUR
O M DS KET
1 Melakukan pemeriksaan segmen anterior dan
posterior untuk uveitis (misal biomikroskopi lampu
celah, depresi skleral, pemeriksaan segmen
posterior dengan pembesaran, evaluasi ada tidaknya
sel-sel pada vitreous, evaluasi retina, koroid, dan
pars plana).
2 Menjelaskan indikasi pemeriksaan tambahan pada
uveitis (misal angiografi fluoresensi, USG, tes
laboratorium dan radiologis).
4
Kriteria
N
PROSEDUR
3 Memberikan steroid dalam penanganan uveitis
O
dengan berbagai rute.
4 Mengevaluasi dan menangani komplikasi terapi
uveitis (misal katarak, glaukoma).
N PROSEDUR Kriteria
O
M DS KET
NO PROSEDUR Kriteria
M DS KET
1 Mengerjakan teknik refraksi subyektif dan
retinoskopi pada pasien dengan katarak.
2 Mengerjakan oftalmoskopi direk dan indirek pra dan
pascaoperasi.
3 Mengerjakan injeksi lokal kortikosteroid, antibiotika,
dan anestetika.
4 Mengerjakan prosedur persiapan dasar untuk bedah
katarak (misal mendapatkan persetujuan, identifikasi
instrumen, teknik steril, pemakaian sarung tangan
dan jubah operasi, preparasi dan pemasangan duk,
dan persiapan praoperatif lainnya).
5 Menggunakan mikroskop operasi untuk bedah
katarak dasar.
5
NO PROSEDUR Kriteria
6 Melakukan bedah ekstrakapsular dalam setting
praktek, termasuk penguasaan prosedur berikut:
a. Konstruksi luka.
b. Kapsulotomi anterior/kapsulorhexis.
c. Instilasi dan pembersihan viskoelastika.
d. Teknik ekstrakapsular
e. Irigasi dan aspirasi
f. Pembersihan korteks
g. Implantasi LIO (misal anterior dan posterior).
7 Mengerjakan parasentesis bilik mata depan.
8 Mengerjakan evaluasi pascaoperasi dasar pasien
katarak.
N Kriteria
PROSEDUR
O M DS KET
1 Mengerjakan biopsi insisional/eksisional lesi
kelopak
2 Mengerjakan perbaikan laserasi kornea yang lebih
kompleks
3 Mengerjakan perbaikan laserasi sederhana alat-alat
drainase lakrimal
6
Kriteria
N
PROSEDUR
4 Melakukan dan membaca pakimetri, mikroskopi
O
endotel, topografi kornea terkomputasi
5 Pengangkatan benda asing dari lensa tanpa
menggunakan magnet
6 Ekstraksi lensa ekstrakapsular lainnya
Glaucoma
Kriteria
NO PROSEDUR
M DS KET
1 Melakukan tonometri dasar (misal aplanasi,
Schiotz [jika memungkinkan], tonopen, airpuff)
dan mengenali kelemahan dan artifak tes-tes
tersebut.
2 Melakukan gonioskopi dasar (misal mengenali
struktur sudut, mengidentifikasi penutupan sudut).
3 Mengerjakan pemeriksaan stereo saraf optik,
menggunakan lensa 90 dioptri atau lainnya.
4 Menafsirkan lapang pandang manual (misal
Goldman) dan automatik (misal Humphrey,
Octopus) pada glaukoma rutin.
5 Mengerjakan pakhimetri kornea dan
menghubungkan temuannya kepada interpretasi
tekanan intraokular.
6 Mengerjakan kapsulotomi posterior laser YAG
untuk kekeruhan kapsul posterior tanpa penyulit.
7 Mengerjakan iridotomi perifer laser argon atau
YAG untuk glaukoma sudut tertutup rutin.
3 Iridektomi lainnya
Iridectomi (basal) (periferal) (total)
4 Biopsi iris
8 Koroplasti
Menyobek membran pupil dengan jarum
9 Iridoplasti lain
15 Trabekulektomi ab externo
17 Siklodiatermi
18 Siklokrioterapi
19 Siklofotokoagulasi
Onkologi Okular
Kriteria
NO PROSEDUR
M DS KET
8
Kriteria
NO PROSEDUR
1 Mengerjakan enukleasi
NO PROSEDUR Kriteria
M DS KET
1 Mengerjakan penilaian dasar kelopak mata, alis,
dan bulu mata ( misal eversi, eversi ganda, margin
to refles distance, lipatan kelopak mata, fungsi
levator, malposisi kelopak/alis mata).
2 Menerapi komplikasi prosedur ruang bedah minor
(misal insisi dan drainase khalazion, eksisi lesi
kelopak mata kecil).
3 Mengerjakan prosedur ruang bedah minor yang
komplek atau prosedur ruang bedah terbatas
(misalnya insisi dan drainase khalazion berulang
yang lebih besar, eksisi lesi kelopak mata ukuran
sedang)
4 Mengerjakan penilaian kelopak mata dan alis
preoperatif dan intraoperatif (misal penyesuaian
intraoperatif).
5 Mengerjakan penilaian lakrimal lanjut (misal tes
intraoperatif dan postoperatif, trauma sistem
lakrimal yang lebih kompleks)
6 Menginterpretasikan CT Scan dan MRI (misalnya
trauma orbita, lesi dan tumor orbita).
7 Mengerjakan injeksi toksin botulinum (misal
blefarospasme).
8 Mengidentifikasi patologi orbital yang lebih lanjut
(misalnya fraktur orbita kompleks, tumor orbita)
pada pemeriksaan pencitraan (misalnya pencitraan
resonansi magnetic, tomografi terkomputasi,
ultrasonografi)
Histopatologi Mata
NO PROSEDUR Kriteria
M DS KE
T
9
NO PROSEDUR Kriteria
1 Melakukan penanganan dasar dan pengolahan
spesimen secara menyeluruh di laboratorium
patologi okular (misalnya, persiapan dasar
spesimen) dan menunjukkan kemahiran terhadap
langkah-langkah di laboratorium.
2 Memberikan informasi spesifik yang diperlukan
untuk komunikasi dengan ahli patologi tentang
penanganan khusus dari spesimen untuk
pewarnaan khusus.
3 Melakukan dan menafsirkan laporan patologis
potong beku di patologi mata.
Kriteria
NO PROSEDUR
M DS KET
1 Insisi tepi kelopak mata
2 Memotong blefarorafi
10
Kriteria
NO PROSEDUR
14 Prosedur lain rekonstruksi palpebra full thickness
32 Biopsi konjungtiva
11
Kriteria
NO PROSEDUR
38 Repair laserasi konjungtiva
39 Injeksi subkonjungtiva
41 Insisi kornea
Insisi kornea untuk pengambilan benda asing
42 Scraping kornea untuk kultur atau smear
43 Biopsi kornea
45 Transposisi pterigium
12
Kriteria
NO PROSEDUR
60 Enukleasi bola mata dilanjutkan prosedur
implant
61 Prosedur lain enukleasi bola mata
Pengambilan bola mata NOS
Kriteria
NO PROSEDUR
M DS KET
13
Kriteria
NO PROSEDUR
8 Menilai kelainan gerak bola mata yang lebih parah
(e.g., bilateral or multiple cranial neuropathy,
myasthenia gravis, thyroid eye disease).
9 Menerapkan Hering's and Sherrington's laws pada
kasus-kasus yang lebih parah (misalnya,
pseudoparesis of the contralateral antagonist,
enhancement of ptosis in myasthenia gravis).
10 Melakukan pemeriksaan strabismus yang lebih
canggih (misalnya, double Maddox rod testing,
Lancaster red green testing, menggunakan
synoptophore or amblyoscope).
11 Melakukan penilaian penglihatan pada pasien
strabismus yang lebih sulit (misalnya, anak tidak
kooperatif, gangguan mental, non-verbal atau pre-
verbal)
12 Prosedur diagnostic lain otot ekstraokuler dan
tendon
Vitreoretina
Kriteria
NO PROSEDUR M DS KET
1 Melakukan oftalmoskopi direk
2 Melakukan oftalmoskopi indirek
3 Melakukan pemeriksaan dengan slit lamp
biomicroscopy dengan Hruby, lensa + 78, + 90, 3-
mirror contact lens, atau lensa kontak lain
(misalnya, Trans-equator).
4 Melakukan oftalmoskopi indirek dengan indentasi
sklera
5 Melakukan pemeriksaan oftalmoskopi dengan
lensa kontak, termasuk lensa panfundukopi
6 Menginterpretasikan FFA dan ICG
Menjelaskan indikasi pemeriksaan dan
menginterpretasikan hasil pemeriksaan retinal
imaging (misalnya, ocular coherence tomography,
retinal thickness analysis).
7 Melakukan photocoagulation segmen posterior
8 Melakukan peripheral scatter photocoagulation
(panretinal).
9 Melakukan laser retinopexy (demarcation) pada
kasus isolated retinal breaks..
10 Menjelaskan indikasi dan hasil pemeriksaan
elektrofisiologi (misalnya, electroretinogram
[ERG], electrooculogram [EOG], visual evoked
potential (VEP), dark adaptation).
14
Kriteria
NO PROSEDUR
11 Menginterpretasikan dasar teknik ocular imaging
(misalnya, B-scan echography, nerve fiber layer
analysis).
12 Menggambar fundus drawing retina yang Kriteria
NO
menunjukkan temuan PROSEDUR
vitreoretina M DS KE
T
1 Aspirasi vitreus untuk diagnostic
Prosedur operasi
2 Prosedur diagnostic lain pada retina, choroid, retina, choroid,
vitreous, dan bilik posterior
vitreous, and bilik
3 Repair robekan retina dengan laser
posterior
photocoagulation
4 Repair robekan retina dengan photocoagulation
tidak spesifik
5 Mechanical vitrektomi dari anterior
15
Neuro-Ophthalmology
Kriteria
NO PROSEDUR M D KET
S
16
Kriteria
Daftar Penyakit
N 1 2 3 3 4
o a b
1 Retinal detachment
c. Rhegmatogenous retinal
detachment
Scleral buckling (simple V
case)
Scleral buckling + v
vitrectomy
17
c. Rhegmatogenous retinal detachment V
h. Choroidal neovascularization v
i. Macular hole v
j. Macular dystrophy V
k. Macular pucker V
l. Commotio retinae V
m. Choroidalrupture V
n. Purtchers Retinopathy v
r. RPE detachment v
f. Diabetic retinopathy V
h. Hypertensive retinopathy V
18
l. Ocular ischemic syndrome V
n. RPE detachment v
4 Retinitis Pigmentosa V
a. Parafoveal teleangiectasia v
b. Cone dystrophies V
d. Fundus Flavimaculatus V
e. Toxic maculopathies V
f. PCV v
a. Gyrate Atrophy V
b. Choroideremia V
c. Retinitis pigmentosa V
d. Stargardts Disease V
e. Cone dystrophy V
f. Best disease V
a. Penothiazine V
b. Hydroxychloroquine V
c. Tamoxifen V
b. Proliferative vitreoretinopathy v
19
a. Recurrent AMD/ neovascular v
membrane
b. Recurrent CSR v
g. Trianguar syndrome v
11 Incontinentia Pigmenti v
13 Advanced ROP v
N 1 2 3 3 4
o a b
Anterior Uveitis
1 Infection
a. Bacterial V
b. Viral V
c. Protozoa V
d. Parasite V
2 Inflamantory
a. Sarcoid V
b. HLA-B27 V
c. Behcets Disease V
3 Neoplastic
a. Masquerade syndrome V
4 Post Surgery
20
5 Post Traumatic
Posterior Uveitis
1 Toxoplasmosis
2 Sarcoidosis V
3 Pars Planitis v
5 Vogt-Komayagi-Harada syndrome V
a. Endothelial uveitis
b. Traumatic
c. Endogenous v
d. Fungal V
e. Phacoanaphylactic V
f. Sympatica ophthalmica
a. HIV V
b. HSV
c. HZ
d. Pneumosystis Carinii v
e. Lyme Disease V
10 CMV retinitis V
11 Multiple Slerosis v
21
a. Chronic Uveitis V
b. Intermediate uveitis V
c. Whipple Disease v
d. Syphilis V
e. Leishmaniasis v
N 1 2 3 3 4
O a b
1 Katarak senilis
2 Katarak Juvenilis
3 Subluksasi lensa
4 Dislokasi lensa :
- Ke anterior v
- Ke posterior
v
5 Spherophakia v
6 Lentikonus v
7 Ectopia lentis v
- Pupil kecil v
- Pupil normal atau besar
V
11 Peters anomaly v
12 Microphthalmos v
13 Buphthalmos v
14 Pterygium
15 Pinguicula
22
16 Corneal degeneration v
17 Corneal dystrophy v
N 1 2 3 3 4
o a b
a. Herpes simplex
b. Herpes Zoster
c. Syphilis
d. Interstitial Keratitis
2 Ocular Allergy
b. Vernal Conjunctivitis
a. Blepharitis
b. Meibomian gland
dysfunction and conjunctival
4 Conjunctival Inflamation and
Infection
a. .microbial keratitis
b. Trachoma
c. Ophthalmia neonatorum
d. HZO
23
g. Neurotropic corneal diseases
5 Malposition of eyelid
a. Blepharoptosis V
b. Trichiasis
c. Districhiasis
d. Essential Blepharospasm V
e. Entropion V
f. Ectropion V
a. Dry eye
b. Thyqusons superficial
punctata kerotopathy
c. Blepharitis
d. Trichiasis
e. UV Photokeratopathy
7 Pyogenic granuloma
8 Conjunctival neoplasma V
a. Amoeba v
b. Leishmaniasis V
c. Nematoda V
24
N 1 2 3 3 4
o a b
1 Amblyopia
a. Deprivation
b. Ametropic
c. Strabismus
d. Anisotropic
e. .
2 Esotropia
a. Congenital
c. Accomodatic
d. Non-accomodatic
e. Decompreshed
f. Sensory
g. Neurogenic
h. Myogenic
i. Neuromuscular junction
j. Restrictive
k. Nystagmus blockstage
syndrome
l. Spasm of the near
m. Monofixation sysndrome
n. Consecutive
3 Exotropia
a. Congenital
b. Commitant
c. Non commitant
25
d. Decompensiated
e. Sensory
f. Neurogenic
g. Myogenic
i. Restrictive
k. Exophoria
l. Convergen Insuficiency
4 Vertical Strabismus
a. Neurogenic
b. Myogenic
g. Restrictive
5 Childhood nystagmus
7 Pediatric Cataract
a. Duanes syndrome
b. Mobius syndrome
c. Brown syndrome
10 Retinoblastoma
11 Dyslexia
26
12 Congenital ocular anomalies
a. Micropthalmia
15 Blindness in children
a. Albinism
c. Achromatopsia
e. Retinal dystrophy
16 Congenital infection
a. Toxoplasmosis
b. Rubella
c. Cytomegalo virus
d. Syphylis
e. Herpes
17 Pediatric Uveitis
b. Patching failure
a. Optical
b. Prism induced
c. Post surgical
27
a. Aberrant regeneration
b. Post surgical
c. Thyroid ophthalmopathy
d. Myasthenia gravis
a. Skew deviation
b. Post surgery
c. Restrictic
22 Pediatric glaucoma
a. Congenital deformities
b. Lid laceration
c. Lid Tumor
a. Orbital tumor
b. Orbital fracture
c. Rhabdomyosarcoma
a. Inherited retinopathies
N 1 2 3 3 4
o a b
28
5 Etambutol toxicity optic neuropathy
6 Neuroretinitis
14 Nystagmus
b. Down beat
c. Up beat
d. Gaze induced
e. Drug induced
15 Pupillary abnormality
a. RAPD
b. Anisokoria
c. Horners syndrome
a. Optic nerve
b. Optic chiasm
c. Optic radiation
d. Occipital cortex
29
18 Carotid cavernosus fistula
a. Optic pit
b. Disc coloboma
c. Papilorenal syndrome
e. Tilted disc
g. Myelinated NFL
h. Melanocytoma
i. Disc drussen
j. Bergmeisters papilla
20 Anisokoria
c. Tonic pupil
a. Lebers hereditary ON
a. Malignant hypertension
b. Diabetic papilopathy
d. Pseudotumor cerebral
30
ophthalmoplegia
Glaukoma
N 1 2 3 3 4
o a b
1 POAG
2 Secondary AOG
3 NTG / LTG
7 Inflamantory glaucoma
9 Pigmentary glaucoma
10 Pseudoexfoliatif glaucoma
11 Phacolitik glaucoma
12 Malignant Glaukoma
13 Neovaskular Glaucoma
16 Plateau iris
19 Infantile glaucoma
20 Juvenile glaucoma
31
glaukoma
26 Ocular hypotony
N 1 2 3 3 4
o a b
1 Entropion(kongenital , involusional,
sikatrikal)
5 Blefaroptosis
6 Dermatokalasis
7 Blefarokalasis
8 Baggy eyelid
9 Retraksi Palpebra
32
13 Blefarospasme
14 Simblefaron
15 Sindroma blefarofimosis
16 Koloboma palpebra
19 Sindroma Crouzon
20 Sindroma Apert
25 Selulitis Orbita
30 Rhabdomyosarcoma v
32 Thyroid orbitopathy
33
34 Tumor Adneksa (mis : nevus
pigmentosus, karsinoma sel
skuamosa)
38 Arterivenous malformation
KETERANGAN
1:
Dapat mengenali dan menempatkan gambaran-gambaran klinik sesuai penyakit ini ketika
membaca literatur. Dalam korespondensi, dapat mengenal gambaran klinik ini, dan tahu
bagaimana mendapatkan informasi lebih lanjut.Bila menghadapi pasien dengan gambaran
klinik ini dan menduga penyakitnya, Dokter segera merujuk.
2:
3a :
3b :
4:
1. Memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan hukum secara umum dalam
kegiatan seharihari.
2. Memahami kaitan Sumpah Dokter, Kode Etik Kedokteran Indonesia, UU Kesehatan,
UU Praktik Kedokteran dan Peraturan Kementerian Kesehatan, KUHP, Informed
Consent, dll
3. Beretika saat melakukan kegiatan anamnesis, kerjasama interpersonal, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan dengan alat bantu diagnostik, konseling, terapi, memelihara rahasia
jabatan, catatan medik dan memelihara kesehatan sendiri.
4. Mampu melakukan kemitraan kolaborasi dengan pasien atau keluarganya, disiplin
lain dan sesama spesialis mata.
BAB III
KEWENANGAN KLINIS
35
dan refraksi pascasikloplegik, astigmatisma
irregular, pasca keratoplasti, dan kasus-kasus bedah
refraktif.
UVEITIS
4) Melakukan epilasi.
39
6) Ekstraksi lensa ekstrakapsular lainnya
4) Biopsi iris
40
9) Iridoplasti lain
17) Siklodiatermi
18) Siklokrioterapi
19) Siklofotokoagulasi
ONKOLOGI OKULAR
1) Mengerjakan enukleasi
BEDAH OKULOPLASTIK DAN ORBITA
41
7) Granul Mengerjakan injeksi toksin botulinum (misal
blefarospasme).
HISTOPATOLOGI MATA
2) Memotong blefarorafi
42
margo palpebra
43
38) Injeksi subkonjungtiva
44
1) Melakukan pemeriksaan otot ekstraokuler berdasarkan
pengentahuan anatomi dan fisiologi gerak bola mata
VITREORETINA
47
48