Pemesanan Psikotropika
Obat-obat psikotropika dapat dipesan apotek dari pedagang besar farmasi (PBF) dengan
menggunakan surat pemesanan (SP) yang diperoleh dari PBF PT. Kimia Farma dan
ditandatangani oleh APA (apabila dilakukan pemesanan).
Penyimpanan Psikotropika
Sampai saat ini penyimpanan untuk obat-obat psikotropika belum diatur dengan suatu
perundang-undangan. Namun karena obat-obat psikotropika ini cenderung untuk
disalahgunakan maka disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak atau
lemari khusus dan membuat kartu stok psikotropika.
Pelaporan Psikotropika
Apotek wajib membuat dan meminta catatan kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika
dan melaporkan kepada Menteri Kesehatan secara berkala sesuai dengan UU No.5 tahun
1997 pasal 33 ayat (1) dan pasal 34 tentang psikotropika.
Pemusnahan Psikotropika
Sehubungan dengan pemusnahan psikotropika, apoteker wajib membuat Berita Acara dan
disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam 7 hari setelah mendapat kepastian.
Scribd
Upload a Document
Search Documents
Explore
Documents
Books - Fiction
Books - Non-fiction
Health & Medicine
Brochures/Catalogs
Government Docs
How-To Guides/Manuals
Magazines/Newspapers
Recipes/Menus
School Work
+ all categories
Featured
Recent
People
Authors
Students
Researchers
Publishers
Government & Nonprofits
Businesses
Musicians
Artists & Designers
Teachers
+ all categories
Most Followed
Popular
Anang Setiana
Account
o Home
o My Documents
o My Collections
o My Shelf
o View Public Profile
o Messages
o Notifications
o Settings
o Help
o Log Out
/ 19
Search w it
menyatakan bahwa apotek adalah suatu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasinan dan penyaluran
pembekalan farmasi kepada masyarakat. Peraturan ini menekankan pengabdian apoteker yang bertanggung
No.1332/Menkes/SK/X/2002 adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
3. Memberikan pelayanan informasi mengenai obat, maupun pembekalan farmasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat, sehingga terjamin keamanan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Sebagaimana yang telah tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 dalam
ketentuan umum pekerjaan kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendaliaan mutu sediaan
farmasi,
2. Sebagi sarana farmasi dalam melaksanakan pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk,
3. Sarana penyaluran farmasi dan pembekalan farmasi yang harus menyebarkan secara luas dan merata
Surat Ijin Apotek (SIA) adalah surat ijin yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker atau
apoteker bekerja sama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu.
permohonan dapat meminta bantuan secara teknis ke BPOM untuk melakukan pemeriksaan terhadap
3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota kepada Kepala Besar Balai
POM selambat-lambatnya 6 hari melakukan pemeriksaan.
4. Jika pada point (2) dan (3) tidak dilaksanakan Apoteker dapat membuat
surat pernyataan siap melaksanakan kegiatan kepada Dinas Kesehatan.
5. Dalam jangka 12 hari setelah diterima, hasil pemeriksaan Dinas
Kesehatan mengeluarkan SIA.
6. Hasil pemeriksaan dari tim Dinas Kesehatan belum memenuhi persyaratan maka Dinas Kesehatan dalam
obat narkotika
jarak antar
antar apotik
doc
cara pemesanan
tentang pengelolaan
pemesanan psikotropika
(more tags)
Kanaganet
Related Documents
PreviousNext
1.
p.
p.
p.
2.
p.
p.
p.
PreviousNext
1.
1 p.
1 p.
1 p.
2.
3 p.
11 p.
2 p.
3.
6 p.
4 p.
17 p.
4.
1 p.
6 p.
6 p.
5.
12 p.
1 p.
5 p.
6.
2 p.
1 p.
2 p.
7.
2 p.
5 p.
4 p.
8.
1 p.
2 p.
16 p.
9.
1 p.
Recent Readcasters
Add a Comment
Submit
share:
Characters: ...
Upload a Document
Search Documents
Follow Us!
scribd.com/scribd
twitter.com/scribd
facebook.com/scribd
About
Press
Blog
Partners
Scribd 101
Web Stuff
Scribd Store
Support
FAQ
Developers / API
Jobs
Terms
Copyright
Privacy
Books - Fiction
Books - Non-fiction
Health & Medicine
Brochures/Catalogs
Government Docs
How-To Guides/Manuals
Magazines/Newspapers
Recipes/Menus
School Work
+ all categories
Featured
Recent
People
Authors
Students
Researchers
Publishers
Government & Nonprofits
Businesses
Musicians
Artists & Designers
Teachers
+ all categories
Most Followed
Popular
Anang Setiana
Account
o Home
o My Documents
o My Collections
o My Shelf
o View Public Profile
o Messages
o Notifications
o Settings
o Help
o Log Out
/ 19
Search w it
dan orang tua di atas 65 tahun. Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksud memerlukan alat khusus
yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit prevalensinya
tinggi di Indonesia. Obat yang dimaksudkan memiliki rasio khasiatnya keamanan yang dapat
A.Pengelola Narkotika
Undang-undang yang mengatur tentang narkotika adalah Undang-undang No. 22 tahun 1997. Pada pasal 1
ayat 1 dijelaskan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika
hanya digunakan untuk pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan. PT. Kimia Farma
merupakan perusahaan yang diijinkan oleh pemerintah untuk mengimpor, memproduksi, dan
mendistribusikan obat narkotika di Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan oleh
pemerintah mengingat narkoba sering disalahgunakan. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada
Rumah Sakit, Puskesmas, Apotek lainnya, balai Pengobatan dan Pasien dengan membawa Resep dokter.
Pemesanan narkotika dilakukan melalui PBF Kimia Farma sebagai distributor. Pemesanan
dilakukan dengan menggunakan surat pemesanan narkotika rangkap empat yang ditandatangani oleh
Apoteker Pengelola Apotek dan dilengkapi dengan nomor SIK (Surat Izin Kerja) serta stempel apotek.
Surat pesanan ini di buat untuk tiap item obat, dibuat rangkap 4. Tiga lembar surat pesanan tersebut dikirim
ke PBF masing-masing untuk Dinkes, BPOM, pedagang atau penanggungjawab Kimia Farma dan satu lagi
2. Pelaporan Narkotika
Menurut UU No. 22 Pasal 11 ayat 2 tahun 1997 apotek wajib membuat, menyampaikan dan
menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan atau pengeluaran narkotika yang ada didalam
penguasaanya kepada Menteri Kesehatan. Laporan narkotika dikirim kepada Kepala Dinas Kesehata
3. Pelayanan Narkotika
a. Pasal 7 ayat (2) UU No. 9 Tahun 1976 tentang narkotika. Apotek dilarang melayani salinan resep yang
mengandung narkotika walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali.
b. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali, apotek boleh membuat
salinan resep tapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep aslinya.
c. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter
tidak boleh menambah tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika.
1. Penyimpanan Narkotika
bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk penyimpanan narkotika. Syarat tempat penyimpanan
digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan yang
3. Apabila tenpat khusus tersebut berupa lemari 40x80x100 cm makalemari tersebut dibuat pada tembok atau
lantai dengan cara disekrup. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain
narkotika dapat dilakukan 2 hal yaitu diproduksi tanpa standart dan persyaratan yang berlaku dalam hal :
Pelaksanaan narkotika di apotek dibuat diberita acara yang memuat hari, tanggal, tahun
pemusnahan, nam apoteker pengelola apotek, nama saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari
apotek tersebut, cara pemusnahan, tanda tangan, penanggungjawab apotek dan saksi.
Berita acara tersebut dikirim kepada kantor dinas kesehatan kabupaten atau kota dengan
tembusan kepada kantor Dinkes Propinsi, Kepala BPOM dan sebagai arsip apotek.
pemusnahan, nam apoteker pengelola apotek, nama saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari
apotek tersebut, cara pemusnahan, tanda tangan, penanggungjawab apotek dan saksi.
Berita acara tersebut dikirim kepada kantor dinas kesehatan kabupaten atau kota dengan
tembusan kepada kantor Dinkes Propinsi, Kepala BPOM dan sebagai arsip apotek.
A. Pengelolaan Psikotropika
Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika disebutkan bahwa psikotropika adalah
zat atau bahan bukan narkotika, baik alami maupun sintesis yang berkhasiat proaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang emnyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku
pemakainya
1. Pemesanan Psikotropika
oleh APA dan dilengkapi dengan nomor SIK atau SP apotek. Surat pesanan dibuat rangkap 3, 2 lembar
untuk PBF dan satu lembar untuk arsip apotek. Berdasarkan pasal 14 UU No. 5 Tahun 1997 penyerahan
psikotropik hanya dapat dilakukan kepada apotek, RS, Puskesmas, Balai Pengobatan dan Pelayanan resep
dari dokter.
2. Penyimpanan Psikotropika
Obat golongan psikotropika cenderung untuk di salah gunakan, maka dimintakan kepada
sarana distribusi obat (PBF, Apotek, RS, dll) agar menyimpan obat-obatan golongan psikotropika tersebut
3. Pelaporan Psikotropika
Pengeluaran obat psikotropika wajib dilaporkan, pelaporan dibedakan atas penggunaan bahan
baku psikotropika dan sediaan jadi psikotropika, awal Januari sampai Desember diajukan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kota, Kepala BPOM, serta digunakan sebagai arsip
apotek. Laporan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SOK atau SP, nomor
4. Pemusnahan Psikotropika
berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan yang kemudian dikirim kepada Kepala Badan
vPOM dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi serta sebagai arsip apotek. Pemusnahan
psikotropika disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam waktu 7 hari setelah mendapat kepastian.