Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Bank merupakan suatu badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentu kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak. Kepercayaan masyarakat merupakan faktor utama

bisnis perbankan, sehingga manajemen bank harus berupaya menjaga dan

mempertahankan kepercayaan tersebut demi mendapatkan simpati dari calon

nasabahnya (Kasmir,2002).

Kompleksnya operasional dalam suatu bank, dapat menyebabkan

manajemen puncak memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi dengan berbagai

unit operasi yang ada untuk mengetahui dan mengevaluasi keefektifan kinerja

para karyawannya, walaupun telah dibangun suatu sistem pengawasan dalam bank

tersebut. Hal ini menimbulkan sebuah kesulitan dalam mengetahui apakah

prosedur-prosedur yang ditetapkan telah ditaati, apakah para karyawan bekerja

dengan efisien, apakah pendekatan-pendekatan yang ada sudah efektif pada

kondisi ekonomi saat ini. Keterbatasan komunikasi antara manajemen puncak

dengan lini operasional, dan terdapatnya kelemahan dalam suatu sistem

pengawasan yang telah dibuat dalam perusahaan inilah yang dapat menimbulkan

kecurangan, seperti pencurian, pemerasan, penggelapan, pemalsuan dan lain-lain.

1
Kecurangan terjadi karena penyajian yang salah tentang suatu fakta yang

dilakukan oleh suatu pihak kepada pihak lain dengan tujuan menipu dan membuat

pihak lain tersebut mempercayai fakta tersebut meskipun merugikannya. The

Institute of Internal Auditor America (Tunggal;2012), mendefinisikan kecurangan

mencakup suatu kesatuan ketidakberesan (irregulation) dan tindakan ilegal yang

dicirikan dengan manipulasi yang disengaja, dilakukan untuk manfaat dan/atau

kerugian organisasi oleh orang luar atau dalam organisasi.

Kecurangan terjadi antara lain disebabkan karena adanya tekanan,

kesempatan untuk melakukan kecurangan, kelemahan sistem dan prosedur serta

adanya pembenaran terhadap tindakan kecurangan tersebut. Bianyanya

kecurangan tidak mudah ditemukan. Kecurangan biasanya ditemukan karena

kebetulan maupun karena suatu usaha yang disengaja. Dengan demikian

manajemen perlu berhati-hati terhadap kemungkinan timbulnya kecurangan yang

mungkin terjadi di perusahaan yang dikelolanya (Arens et al, 2010)

Krisis Ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997

menjadi salah satu kasus adanya sebuah praktek pungli, suap untuk memuluskan

bisnis, dan mark up (Maruli; 2011) , hal tersebut dipercaya merupakan tindakan

kecurangan yang tidak pernah diusut tuntas (Robiyanto; 2009) termasuk

kecurangan di dunia perbankan (Nabthan dan Hindi;2009) serta praktik akuntansi

yang buruk (Rosser;1999).

2
Kebangkrutan Bank Asiatic dan Bank Dagang Bali pada tahun 2004 serta

Bank Global pada awal tahun 2005 (Biro Stabilitas Keuangan;2005) adalah

contoh bank yang berhenti operasi akibat kecurangan.Selain itu di tahun 2014,

terdapat beberapa kasus dimana terjadi pembobolan yang melibatkan karyawan

pada masing-masing bank tersebut seperti pembobolan dana senilai Rp 75 miliar

di Bank Mandiri Syariah pada bulan Februari 2014 (Tribunnews.com;2014), dan

pembobolan dana senilai Rp 22,4 miliar di Bank CIMB Niaga pada bulan Oktober

2014 (metrotvnews.com;2014)

Pada perusahaan yang penulis teliti yaitu PT Bank Permata Tbk.

Perusahaan yang bergerak di bidang perbankan yang pada tahun 2010 terjadi

penggelapan senilai Rp 2,5 miliar oleh dua orang karyawatinya (tempo.co;2010),

lalu pada tahun 2013 adanya kasus dugaan korupsi senilai kurang lebih Rp 6

miliar yang diantara dua tersangka yang telah ditetapkan salah satunya adalah

mantan kepala cabang bank permata kenari Jakarta pusat

(nasional.kompas.com;2013), dan pada akhir tahun 2014 sedang terlibat kasus

pembobolan rekening nasabahnya melalui layanan PermataNet senilai Rp 245 juta

(republika.co.id;2015)

Dari kasus tersebut maka diperlukannya suatu pengendalian dan

pengawasan yang baik yang dilakukan oleh perusahaan, untuk itu maka

diperlukannya pencegahan kecurangan agar dapat mengurangi risiko perusahaan

dan meningkatkan efektivitas kegiatan operasional perusahaan sehingga kasus

tersebut tidak kembali terjadi.

3
Keberadaan audit internal sangat dibutuhkan oleh suatu bank, karena audit

internal merupakan aktivitas independen yang memberikan jaminan objektif dan

konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi

organisasi. Aktifitas ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan

membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan

meningkatkan efektifitas manajemen risiko pengendalian dan proses tata kelola

(The IIA Research Foundation; 2011).

Pada prinsipnya audit internal merupakan pemeriksaan intern yang

independen yang ada pada suatu organisasi dengan tujuan untuk menguji dan

mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Tujuan pemeriksaan ini

adalah untuk memastikan apakah tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan,

telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk itu auditor intern

perlu melakukan pemeriksaan, penilaian, dan mencari fakta atau bukti guna

memberikan rekomendasi kepada pihak manajemen untuk ditindaklanjuti.

Adapun studi empiris terdahulu yang dilakukan oleh Kusuma (2010) yang

berjudul Peranan Audit Internal dalam Pencegahan Kecurangan pada Studi kasus

yang ditelitinya yaitu PT Bank Jabar Banten Cabang Utama Bandung. Hasil

penelitiannya menunjukan bahwa pelaksanaan audit internal di kantor cabang

utama PT Bank Jabar Banten sudah memadai dan pencegahan fraud yang

dilakukan tinggi.

Dengan demikian, berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah

dijelaskan, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang kemudian

hasilnya akan dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul:

4
PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM PENCEGAHAN

KECURANGAN (FRAUD)

(Studi Kasus pada PT Bank Permata Tbk Kota Bandung)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka permasalahan yang akan diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan audit internal pada PT Bank Permata Tbk Kota

Bandung.

2. Bagaimana pelaksanaan pencegahan kecurangan (fraud) pada PT Bank

Permata Tbk Kota Bandung

3. Bagaimana peran audit internal dalam upaya mencegah terjadinya

kecurangan (fraud) pada PT Bank Permata Tbk.

1.3 Batasan Masalah

Dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada pada penulis dan untuk

memfokuskan penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa batasan. Yaitu

penulis membatasi pembahasan pada ruang lingkup masalah yang ada sangkut

pautnya dengan kecurangan (fraud).

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data-data dan

informasi yang berkaitan dengan peran audit internal dalam pencegahan

kecuerangan. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

5
1. Penerapan audit internal pada PT Bank Permata Tbk Kota Bandung.

2. Pelaksanaan pencegahan kecurnagan pada PT Bank Permata Tbk Kota

Bandung.

3. Peran audit internal dalam upaya mencegah terjadinya kecurangan (fraud)

di PT Bank Permata Tbk Kota Bandung.

1.5 Kegunaan Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, maka hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi para auditor, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

acuan untuk melakukan audit internal dalam mencegah terjadinya

kecurangan (fraud).

2. Bagi pihak perusahaan, diharapkan mampu memberikan kinerja

terbaik dalam mencegah terjadinya kecurangan (fraud).

3. Bagi penulis, penelitian ini dapat memberikan ilmu dan wawasan

mengenai audit internal dan pencegahan kecurangan (fraud).

4. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan mampu

mengembangkan teori ilmu akuntansi dan audit internal

5. Bagi para peneliti, diharapkan mampu menjadi dasar atau acuan untuk

penelitian selanjutnya yang lebih baik, serta untuk memenuhi salah

satu syarat dalam ujian siding akhir pada Fakultas Ekonomi Program

Studi Akuntansi Universitas Widyatama.

6
1.6 Kerangka Pemikiran

Audit internal merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjamin

pencapaian tujuan suatu organisasi. Kegiatan ini dirancang untuk memberikan

suatu nilai tambah dalam rangka meningkatkan kualitas dari aktifitas operasional

organisasi tersebut. Audit internal juga mencakup pemberian konsultasi kepada

pihak manajemen sehubungan dengan masalah yang dihadapinya.

Definisi audit internal menurut The Institue of Internal Auditors (Standard

& Guidance Internal Professional Practices Homework ;2013) adalah sebagai

berikut:

Internal auditing is an independent objective assurance and consulting

activity designed to add value and improve an organizations operations.

It helps organization accomplish its objectives by bringing a systematic

disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk

management, control and governance processes.

Sedangkan menurut Tugiman (1997) definisi audit internal adalah :

Internal auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian

yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi

kegiatan organisasi yang dilaksanakan

Internal Auditor dalam perusahaan berfungsi sebagai pengawas

perusahaan terhadap tiap proses yang dilakukan dan semua pihak yang terkait

dengan pelaksanaan proses tersebut (Soeharmono;2012). Intern Audit prevents,

and detect errors and frauds and also produces a report of the true and fairness

of the financial statement (Nnenna, O.M.;2012)

7
Audit internal yang memadai adalah audit internal yang memenuhi standar

profesi audit internal. Menurut Hery (2010), standar profesi audit internal

meliputi:

1. Independensi atau kemandirian unit audit internal yang membuatnya

terpisah dari berbagai kegiatan yang diperiksa dan objektivitas para

pemeriksa internal.

2. Keahlian dan penggunaan kemahiran profesional secara cermat dan

seksama para auditor internal.

3. Lingkup pekerjaan audit internal

4. Pelaksanaan tugas audit internal

5. Manajemen unit audit internal

Dalam dunia perbankan, bank memiliki kegiatan utama yaitu menghimpun

dana dan mengeluarkannya dalam bentuk kredit. Kegiatan bank ini harus

terencana dengan baik. Namun dalam praktiknya, seringkali terdapat kekeliruan

dan ketidaksesuaian standar tersebut merupakan bentuk dari adanya kecurangan

yang meliputi kelemahan, kesalahan dan penggelapan.

Menurut Association Certified Fraud Examiners (2012), pengertian fraud

atau kecurangan adalah sebagai berikut:

Perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan

sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atrau memberikan laporan keliru

terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar organisasi

untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok secara

langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain.

8
Berdasarkan pengertian tersebut, inti dari kecurangan adalah semua

kegiatan yang dilakukan dengan dasar ketidak jujuran dan bertujuan untuk

menguntungkan diri sendiri dan merugikan orang lain. Selain itu masih menurut

sumber yang sama kecurangan dikelompokan menjadi 3 macam yaitu fraudulent

financial reporting, fraud asset missappropriation dan corruption.

Terjadinya praktek kecurangan atau fraud makin berkembang dari hari ke

hari, karena beberapa alasan yang melatar-belakanginya.

Gambar 1.1

Gambar 1.1 menerangkan beberapa faktor seseorang melakukan

kecurangan, Menurut Cressey (2010) ada 3 motif mengapa orang melakukan

kecurangan, yaitu:

1. Motive (or pressure) the need for commiting fraud (need for money,

etc.);

2. Rationalization the mindset of the frauster that justifies them to commit

fraud; and

9
3. Opportunity the situation that enablesfraud to occur (often when internal

controls are weak or nonexistent).

Berdasarkan beberapa kondisi diatas, ketiga faktor diatas mendukung

untuk melakukan kecurangan terjadi karena pengendalian internal perusahaan

yang lemah. Kasus-kasus kelemahan sistem pengendalian internal pada umumnya

terjadi karena para penjabat/pelaksana yang bertanggung jawab tidak/belum

melakukan pencatatan secara akurat dan tidak menaati ketentuan dan prosedur

yang ada, belum adanya kebijakan dan perlakuan akuntansi yang jelas, kurang

cermat dalam melakukan perencanaan, belum melakukan koordinasi dengan pihak

terkait, penetapan/pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat, belum menetapkan

prosedur kegiatan, serta lemah dalam pengawasan dan pengendalian yang bisa

berarti bahwa penjabat/pelaksana yang bertanggung jawab tidak profesional

dalam melakukan tugasnya.

Banyak kasus yang terkait dengan kelemahan-kelemahan sistem

pengendalian internal tersebut mengandung arti bahwa internal control yang ada

pada perusahaan sangat lemah. Kelemahan ini akan mendorong terjadinya

kecurangan akibat adanya opportunity, dengan lemahnya internal control berarti

auditor internal sebagai divisi yang memeriksa dan mengamati jalannya

pengendalian yang ada belum berhasil mendeteksi lemahnya pengendalian ini dan

kurang memperhatikan terjadinya kecurangan.

Dengan mencegah terjadinya kecurangan maka dapat terbangun suatu

good corporate governance. Untuk melakukan kebijakan pencegahan kecurangan

perusahaan harus menerapkan pengendalian internal yang baik yang merupakan

10
bagian dari masing-masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan

pedoman operasional perusahaan atau organisasi tertentu.

Pengendalian internal merupakan suatu proses yang terdiri dari kebijakan

dan prosedur yang dibuat untuk dilaksanakan oleh orang untuk memberikan

keyakinan yang memadai dalam pencapaian tujuan-tujuan tertentu yang saling

berkaitan. Dengan adanya penerapan pengendalian internal dalam setiap kegiatan

operasi perusahaan maka diharapkan mengurangi terjadinya tindakan-tindakan

penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan, misalnya penggelapan

(Fraud).

Pencegahan kecurangan adalah upaya terintegrasi yang dapat menekan

terjadinya faktor penyebab kecurangan (Fraud triangle).

Menurut Tunggal (2005), untuk mencegah kecurangan upaya yang dapat

dilakukan menjadi 3 indikator yaitu:

1. Syarat penemuan fraud

2. Ruang lingkup fraud auditing

3. Pendekatan audit

Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2010) menyatakan bahwa audit

internal berpengaruh positif signifikan dalam upaya mencegah terjadinya fraud.

Sehingga untuk mencegah kecurangan, manajemen harus meningkatkan

pengendalian internal perusahaan, langkah yang dapat diambil yaitu dengan

menyediakan sumber daya manusia yang memiliki profesionalisme yang tinggi,

terutama dalam bidang audit internal untuk dapat melaksanakan tanggung

jawabnya secara efektif dan efisien.

11
Jadi, seorang auditor internal harus bekerja secara profesional dalam

melakukan tugasnya sehingga keterjadian kecurangan dapat dicegah dengan

memenuhi kriteria audit internal dan mengikuti metode pencegahan kecurangan

untuk diterapkan di perusahaan seperti dijelaskan sebelumnya.

Berdasarkan logika diatas maka audit internal memiliki peranan dalam

pencegahan kecurangan, maka kerangka pemikiran penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut: (Gambar 1.2)

Gambar 1.2
Kerangka Penelitian

Audit Internal Pencegahan Kecurangan

Dimensi: Dimensi:
1. Syarat penemuan fraud
1. Independensi
2. Ruang lingkup fraud auditing
2. Kemampuan Profesional
3. Pendekatan audit
3. Lingkup pekerjaan
Sumber: Tunggal, 2005
4. Pelaksanaan kegiatan
pemeriksaan
5. Manajemen bagian audit

Sumber: Hery, 2010

Hipotesis Penelitian:

Audit Internal berpengaruh signifikan dalam pencegahan kecurangan (fraud).

12
1.7 Metodologi Penelitian

1.7.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer.Pengertian data primer menurut Sugiyono (2012) adalah:

Sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.

Data yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian ini sebagai

dasar untuk menguji hipotesis adalah data yang diperoleh langsung dari

subyek yang diteliti.

Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam

memperoleh data-data untuk bahan penelitian adalah dengan metode

penelitian lapangan. Penelitian lapangan adalah teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan mengadakan peninjauan langsung pada perusahaan.

Penelitian lapangan bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang

dibutuhkan denganmelakukan pengamatan langsung atas aktivitas yang

dilaksanakan oleh objek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan melalui

data primer. Adapun cara yang digunakan sebagai berikut:

1. Kuesioner, dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan yang

bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang penulis teliti

dengan disebarkan ke bagian-bagian yang sesuai dengan objek penelitian

2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data melalui tanya jawab

langsung dengan pihak Entitas.

3. Observasi, dengan melakukan observasi peneliti dapat mengamati secara

langsung sumber data yang dianalisis.

13
1.7.2 Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Metode

penelitian dilaksanakan dengan menggunakan studi kepustakaan dan studi

lapangan. Studi kepustakaan dilakukan dengan memperoleh teori-teori yang

berkaitan dengan pembahasan masalah agar mendukung dan melengkapi data

yang diperlukan dalam penelitian. Studi lapangan dilaksanakan dengan

menyebarkan kuisioner kepada auditor internal PT Bank Permata Tbk Kota

Bandung.

1.7.3 Variabel Penelitian

Tabel 1.1
Variabel Penelitian

Variabel Keterangan Jenis


X Audit Internal Variabel Bebas (Independent Variable)
Y Pencegahan Kecurangan Variabel Terikat ( Dependent Variable)

Dari tabel 1.1 maka akan didapat model penelitian sebagai berikut:

Y = a + Bx +
Keterangan:

a adalah intersep (titik potong kurva terhadap sumbu Y)

B adalah kemiringan (slope) kurva linear

adalah error

14
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Bank Permata Tbk Jalan Merdeka No.

66 Kota Bandung dan PT Bank Permata Tbk Jalan Astana Anyar No.22 Kota

Bandung.Sedangkan penelitian ini dimulai bulan November 2014 sampai dengan

April 2015.

15

Anda mungkin juga menyukai