Anda di halaman 1dari 41

MODUL

ANATOMI DAN FISIOLOGI MUSKULOSKELETAL


HENRY WIYONO

1. Anatomi dan Fisiologi Muskuluskletal


1. 1 Anatomi Muskulukletal
a. Anatomi skeletal
Sistem skeletal adalah sistem yang terdiri dari tulang (rangka) dan struktur
yang membangun hubungan (sendi) di antara tulang-tulang tersebut. Secara
umum fungsi dari sistem skeletal adalah :
1. Menyediakan bentuk untuk menopang tubuh,
2. Sebagai alat gerak pasif,
3. Melindungi organ-organ internal dari trauma mekanik,
4. Menyimpan dan melindungi sumsum tulang selaku sel hemopoietic (red bone
marrow),
5. Menyediakan tempat untuk menyimpan kelebihan kalsium, dan
6. Menyimpan lemak (yellow bone marrow).
Tulang-tulang dalam tubuh membentuk sistem rangka. Rangka manusia
terdiri dari 206 tulang. Sistem rangka ini bersama-sama menyusun kerangka
tubuh. Secara garis besar rangka manusia yang terdiri dari 206 tulang tersebut
dibagi menjadi dua yaitu rangka aksial (sumbu tubuh) dan rangka apendikuler
(anggota tubuh). Ada empat fungsi utama jaringan tulang :
Fungsi mekanik, sebagai penyokong tubuh dan tempat melekat jaringan otot
untuk pergerakan. Otot merupakan alat gerak aktif, sedangkan tulang
merupakan alat gerak pasif.
Fungsi Protektif, Melindungi berbagai alat vital dalam tubuh dan juga sumsum
tulang.
Fungsi Metabolik, Sebagai cadangan dan tempat metabolisme berbagai
mineral yang penting seperti kalsium dan phospat.
Fungsi Hemopetik, berlangsungnya proses pembentukan dan perkembangan
sel darah.
1. Komposisi Tulang
Tulang terdiri dari 2 bahan:

1
1. Matrik yang kaya mineral (70%) = Bone (Tulang yang sudah matang)
2. Bahan-bahan organik (30%) yang terdiri dari:
a. Sel (2%) :
1. Sel Osteoblast : yang membuat matrik (bahan) tulang/sel
pembentuk tulang
2. Sel Osteocyte : mempertahankan matrik tulang
3. Sel Osteoclast : yang menyerap osteoid (95%) (resorbsi) bahan
tulang (matrik) / sel yang menyerap tulang.
b. Osteoid (98%) : Matrik (bahan) tulang yang mengandung sedikit
mineral (osteoid=tulang muda)
2. Klasifikasi Tulang
Menurut bentuknya tulang tulang dibedakan menjadi :
1. Os longum (tulang panjang) misalnya : humerus tibia femur dsb.
2. Os brevis ( tulang pendek) misalnya : ossa carpalia ossa tarsalia
3. Os planum (tulang pipih) misalnya : scapula cranii
4. Os pneumaticum (tulang berongga) misalnya : os maxillaris ossis
ethimoidalis
5. Os irreguler (tidak beraturan) misalnya : vertebra.
6. Os sesamoidea tulang yang terdapat pada persedian misalnya : patella
dan beberapa tulang pada persendian jari-jari tangan dan kaki.
3. Menurut jenisnya tulang pada manusia dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu:
a. Tulang Rawan
Tulang rawan tersusun dari sel-sel tulang rawan, ruang antar sel tulang
rawan banyak mengandung zat perekat dan sedikit zat kapur, bersifat
lentur.
Tulang rawan banyak terdapat pada tulang anak kecil dan pada orang
dewasa banyak terdapat pada ujung tulang rusuk, laring, trakea,
bronkus, hidung, telinga, antara ruas-ruas tulang belakang.
1. Jenis Tulang Rawan
a. Hialin Cartilago : matriks mengandung seran kolagen; jenis yg
paling banyak dijumpai.

2
b. Elastic Cartilago : serupa dg tl rawan hialin tetapi lebih banyak
serat elastin yang mengumpul pada dinding lakuna yang
mengelilingi kondrosit.
c. Fibrokartilago : tidak pernah berdiri sendiri tetapi secara
berangsur menyatu dengan tulang rawan hialin atau jaringan ikat
fibrosa yang berdekatan.
b. Tulang Keras
Tulang keras dibentuk oleh sel pembentuk tulang (osteoblas) ruang antar
sel tulang keras banyak mengandung zat kapur, sedikit zat perekat,
bersifat keras.
Zat kapur tersebut dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO3) dan kalsium
fosfat (Ca ( PO4 )2) yang diperoleh atau dibawa oleh darah. Dalam
tulang keras terdapat saluran havers yang didalamnya terdapat pembuluh
darah yang berfungsi mengatur kehidupan sel tulang.
Tulang keras berfungsi untuk menyusun sistem rangka, contoh Tulang
Keras adalah tulang paha, tulang lengan , tulang betis ,tulang selangka.

b. Struktur anatomi axial skeleton


Rangka aksial terdiri dari tulang-tulang dan bagian kartilago yang melindungi
dan menyangga organ-organ kepala, leher dan dada. Bagian rangka aksial
meliputi tengkorak, tulang hioid, osikel auditori, kolumna vertebra, sternum dan
tulang iga.
1. Tulang tengkorak
Tulang tengkorak berfungsi melindungi otak, organ pendengaran dan organ
penglihatan. Hubungan antartulang yang terdapat pada tempurung kepala
termasuk jenis suture yaitu tidak ada gerak.
Tengkorak tersusun dari 22 tulang: 8 tulang cranial dan 14 tulang fasial.
a. Kranium membungkus dan melindungi otak.
b. Tulang frontal membentuk dahi, langi-langit rongga nasal, dan langit-langit
orbita (kantong mata).
1. Tulang frontal pada tahap kehidupan embrio terbentuk menjadi dua
belahan yang pada masa kanak-kanak awal berfusi dengan penuh.
2. Tuberositas frontal adalah dua tonjolan yang berbeda ukuran dan
biasanya lebih besar pada tengkorak muda.

3
3. Arkus supersiliar adalah dua lengkungan yang mencuat dan menyatu
secara medial oleh suatu elevasi halus yang disebut glabela.
4. Tepi supraorbital yang terletak dibawah lengkungan supersiliar dan
membentuk tepi orbita bagian atas. Foramen supraorbital (takik pada
beberapa tengkorak) merupakan jalan masuk arteri dan saraf.
c. Tulang parietal membentuk sisi dan langit-langit kranium.
1. Sutura sagital yang menyatukan tulang kiri dan kanan adalah sendi
mati yang disatukan fibrokartilago.
2. Sutura koronal menyambung tulang parietal ke tulang frontal
3. Sutura lambdoidal menyambung tulang parietal ke tulang oksipital
d. Tulang oksipital membentuk bagian dasar dan bagian belakang cranium.
1. Foramen magnum adalah pintu oval besar yang dikelilingi tulang
oksipital. Foramen ini menghubungkan rongga kranial dengan rongga
spinal.
2. Protuberans oksipital eksternal adalah suatu proyeksi yang mencuat
diatas foramen magnum.
3. Kondilus oksipital adalah dua prosesus oval pada tulang oksipital yang
dengan berartikulasi vertebra serviks pertama, atlas.
e. Tulang temporal membentuk dasar dan bagian sisi dari kranium.
1. Bagian skuamosa, bagian terbesar, merupakan lempeng pipih dan
tipis yang membentuk pelipis. Prosesus zigomatikus menonjol dari
bagian skuamosa pada setiap tulang temporal. Tonjolan tersebut
bertemu dengan bagian temporal dari setiap tulang zigomatikus
untuk membentuk arkus zigomatikus.
2. Bagian petrous terletak di dalam dasar tengkorak dan tidak dapat
dilihat dari samping. Bagian ini berisi stuktur telinga tengah dan
telinga dalam.
3. Bagian mastoid terletak di belakang dan di bawah liang telinga.
Prosesus mastoid adalah tonjolan membulat yang mudah teraba di
belakang telinga
4. Bagian timpani terletak disisi inferiorbagian squamosa dan sisi
anterior dari bagian mastoid. Timpani berisi saluran telinga (meatus
auditori eksternal dan memiliki prosesus stiloid yang ramping untuk
melekat pada ligamen stiloid.

4
f. Tulang etmoid adalah struktur penyangga penting dari rongga nasal dan
berperan dalam pembentukan orbita mata.
1. Lempeng plate kribriform membentuk sebagian langit langit rongga
nasal dan terperforasikan untuk jalur saraf olfaktori. Bagian krista galli
(disebut demikian karena kemiripannya dengan jengger ayam jantan)
adalh prosesus halus tringular yang menonjol kedalam rongga kranial
diatas lempeng kribriformis dan berfungsi sebagai tempat perlekatan
perlapis otak.
2. Lempeng perpendikular menonjol kearah bawah disudut kanan
lempeng kribriform dan membentuk bagian septum nasal yang
memisahkan dua rongga nasal.
3. Massa leteral mengandung sel sel udara atau sinus etmoid tempat
mensekresi mukus.
4. Konka nasal superior dan tengah atau turbinatum. Menonjol secara
medial dan berfungsi untuk memper luas area permukaan rongga nasal.
(konka nasal inferior merupakan tulang tersendiri).
g. Tulang sfenoid berbentuk seperti kelalawar dengan sayap terbentang.
Tulang ini membentuk dasar anterior cranium dan berartikulasi ke arah
lateral dengan tulang temporal dan ke arah anterior dengan tulang etmoit
dan tulang frontal.
1. Badan sfenoid memiliki suatu lekukan , sela tursika yang menjadi
tempat kelenjar hipofisis.
2. Sayap besar dan sayap kecil menonjol kearah lateral dari badan tulang.
3. Prosesus pterigoid menonjol kearah inferior dari badan tulang dan
membentuk dinding rongga nasal.
h. Oksikel auditori tersusun dari maleus, inkus, dan stapes (tapal kuda).
Fungsinya dalam proses pendengaran.
i. Tulang wormian adalah tulang kecil yang jumlahnya bervariasi dan terletak
dalam sutura.
2. Tulang-tulang wajah tidak bersentuhan dengan otak. Tulang tersebut disatukan
oleh sutura yang tidak dapat bergerak, kecuali pada mandibula atau rahang bawah.
a. Tulang nasal, membentuk penyangga hidung dan berarti kulasi dengan
septum nasal.

5
b. Tulang palatum, membentuk bagian posterior langit-langit mulut, bagian
tulang orbital, dan bagian rongga nasal.
c. Tulang zigmatik (malar), membentuk tonjolan pada tulang pipi, setiap
prosesus temporal berartikulasi dengan prosesus zigomatikus pada tulang
temporal.
d. Tulang maksilar membentuk rahang atas
1. Prosesus alveolar, mengandung soket gigi bagian atas
2. Prosesus zigomatikus, memanjang keluar untuk bersatu dengan tepi
3. infraorbital pada orbital.
4. Prosesus palatines, membentuk bagian anterior pada langit-langit
keras.
5. Sinus maksilar, yang kosong sampai kerongga nasal, merupakan
bagian dari empat sinus paranalis
e. Tulang lakrimal ,berukuran kecil dan tipis, terletak diantara tulang etmoid
dan maksila pada orbita, berisi suatu celah untuk lintasan duktus lakmiral,
yang mengalirkan air mata kerongga nasal.
f. Tulang vomer, membentuk bagian tengah langi-langit keras di antara
palatum dan maksila, serta turu membentuk septum nasal.
g. Konka nasal inferior (tribinatum).
h. Mandibula adalah tulang tulang rahang bagian bawah.

3. Tulang hyoid

Tulang hyoid merupakan tulang yang berbentuk seperti huruf U. Terletak di


antara laring dan mandibula. Hioid berfungsi sebagai tempat melekatnya
beberapa otat mulut dan lidah. Jumlah tulang hioid hanya 1 pada setiap manusia.

4. Tulang belakang (vertebrae)


Tulang belakang atau yang disebut dengan vertebrae berfungsi menyangga
berat tubuh. Tulang belakang memungkinkan manusia melakukan berbagai
macam posisi dan gerakan misalnya berdiri duduk atau berlari. Tulang belakang
terdiri dari beberapa bagian.
Tulang leher ke-1 bersendi dengan tulang kepala belakang (osipitalis)
sehingga memungkinkan kepala kita dapat mengangguk. Tulang leher ke-2

6
mempunyai tonjolan yang bersendi dengan tulang leher ke-1 memungkinkan
kepala kita dapat menggeleng.
a. Kolumna vertebra, menyangga berat tubuh dan melindungi medulla
spinalis. Kolumna ini terdiri dari vertebra-vertebra yang dipisahkan
diskus fibrokartilago intervertebal. Ada 7 tulang vertebra serviks, 12
vertebra toraks, 5 vertebra lumbal, dan tulang vertebra sacrum yang
menyatu menjadi sacrum dan tiga sampai lima tulang koksigeal yang
menyatu menjadi tulang koksiks. Ke-31 pasang saraf spinal keluar
melalui foramina (foramen) intervertebralis diantara vertebra yang
letaknya bersebelahan
b. Strutur khas vertebra
1. Badan atau setrum menyangga sebagian besar berat tubuh.
2. Lengkung saraf (vertebra), terbentuk dari dua pedikel dan lamina,
membungkus rongga saraf dan menjadi lintasan medulla spinalis.
3. Prosesus spinosa menonjol dari arah lamina kea rah posterior dan
inferior untuk tempt perlekatan otot.
4. Prosesus transversa menjorok ke arah lateral
5. Prosesus pengartikulasi inferior dan prosesus pengartikulasi superior
menyangga faset untuk berartikulasi dengan vertebra atas dan vertebra
bawah.
c. Variasi regional pada karakteristik vertebra
1. Vertebra serviks memiliki foramina tranversal untuk litasan arteri
vertebra, vertebra serviks pertama dan kedua dimodifikasi untuk
menyangga dan menggerakkan kepala.
2. Atlas : vertebra serviks pertama dan tidak mimiliki badan
3. Aksis : vertebra serviks kedua, memiliki prosesus odontoid yang
menonjol ke atas dan bersandar pada tulang atlas
4. Vertebra serviks ketujuh memiliki prosesus spinosa yang panjang,
sehingga dapat teraba dan terlihat pada pangkal leher. Oleh karena itu,
vertebra ini sering disebut sebagai vertebra prominens.
5. Vertebra toraks memiliki prosesus spinosa panjang, yang mengarah ke
bawah, dan memiliki faset artikular pada prosesus transversus, yang
digunakan untuk artikulasi tulang iga.

7
6. Vertebra lumbal merupakan vertebra terpanjang dan terkuat. Prosesus
pinosanya pendek dan tebal, serta menonjol hampir searah garis
horizontal.
7. Sakrum adalah tulang triangular. Bagian dasar tulang ini berartikulasi
dengan vertebra lumbal kelima.
8. Di arah lateral, banyak terdapat foramen (lubang) pada sakrum untuk
lintasan arteri dan saraf.
9. Tepi anterior bagian atas sacrum adalah promontoilum sakrum suatu
tanda obstetric yang dipakai sebagai petunjuk untuk menentukan
ukuran pelvis.
10. Koksiks (tulang ekor) menyatu dan berartikulasi dengan ujung sakrum
yang kemudian membentuk sendi dengan sedikti pergerakan.
Pergerakan ini penting selama melahirkan untuk membentuk jalur
keluar kepala janin.
d. Lengkung pada kolumna vertebra
1. Lengkung primer, yaitu konkaf atau cembung (berbentuk C) terbentuk
pada area toraks dan pelvis selama perumbuhan janin.
2. Lengkung skunder , yaitu konveks atau cekung terbentuk pada spina
serviks setelah kelahiran saat bayi mulai mengangkat kepalanya, dan
pada spina lumbal saat bayi mulai berdiri dan berjalan.
3. Lengkung abnormal yaitu
a. Skoliosis: lengkungan lateral spina pad rotasi vertebra. Muncul
selama masa pertumbuhan yang cepat (masa remaja).
b. Kifosis (punggung bungkuk): lengkung posterior yang berlebihan
pada bidang toraks.
c. Lordosis (swayback): lengkung arterior yang berlebihan pada area
lumbal.
4. Gangguan pada vertebra
a. Diskus terherniasi (keluar)
Diskus interverbral terletak diantara dua badan tulang vertebra
yang berdekatan dan bertindak sebagai peredam sters di antara
kedua tulang tersebut.

8
Setiap diskus mengandung massa sentral, nucleus pulposus,
yang tersusun dari jarigan kartilago bagian luar, anulus fibrosus,
anulus ini terdiri dari cincin fibrosa konsentris yang menahan
nucleus pulposus tetap ditempat.
Sejalan dengan pertambahan usia, atau cedera, anulus fibrosus
kehilangan daya elastisitasnya sehingga nukleus pulpolus keluar
dari tempatnya dan menekan medulla spinalis atau akar saraf,
serta menimbulkan nyeri.
b. Spina bifida
Suatu defek congenital yang didalamnya dua lamina pada
lengkungan vertebra gagal menyatu di garis tengah. Sehingga
menyebabkan jaringan pada medulla spinalis menonjol. Defek
sering terjadi di area lumbal.

5. Tulang dada (sternum) dan Tulang rusuk (costa)


Tulang dada (sternum) dan tulang rusuk (costa) bersama-sama membentuk
perisai pelindung bagi organ-organ penting yang terdapat di dada yaitu paru-paru
dan jantung. Tulang rusuk (costa) juga berhubungan dengan tulang belakang
(vertebrae).
Rangka apendikuler merupakan rangka yang menyusun alat gerak. Rangka
apendikuler terdiri atas bahu tulang-tulang tangan telapak tangan panggul tungkai
dan telapak kaki. Secara umum rangka apendikuler menyusun alat gerak tangan
dan kaki.
a. Tulang sternum
1. Terbentuk dalam tiga bagian: manubrium atas, badan (gladiolus), dan
prosesus sifoid.
2. Artikulasi manubrium dengan klavikula (tulang kolar) adalah pada
insisura (takik) jugular (suprasternal), yang merupakan salah satu
tanda khas tulang yang mudah di palpasi. Dua takik kostal
berartikulasi dengan kartilago kostal dari tulang iga 1 dan 2 ke arah
lateral.

9
3. Badan tulang membentuk bagian utama sternum. Takik kostal lateral
berartikulasi langsung dengan kartilago kostal tulang iga ke-8 sampai
ke-10
4. Bagian inferior prosesus sifoid adalah jaringan kartilago
b. Tulang iga
Berartikulasi kearah posterior dengan faset tulang iga pada prosesus
transversa di vertebra toraks.
1. 1-7 pasang tulang iga adalah iga sejati dan berartikulasi dengan
sternum disisi anterior.
2. 8-10 pasang tulang iga adalah iga semu. Tulang ini berartikulasi
secara tidak langsung dengan sternum melalui penyatuan kartilago
3. Tulang iga ke-11 dan 12 adalah iga melayang yang tidak memiliki
perletakan disisi anterior.
4. Walaupun sebagian tulang iga memiliki karateristik tersendiri, semua
tulang memiliki beberapa ciri umum yang sama.
5. Bagian kepala dan tuberkel berartikulasi dengan faset dan prosesus
transversus dari vertebra
6. Bagian leher memiliki permukaan kasar yang berfungsi untuk
perlekatan ligamen.
7. Bagian batang, atau badan, dari tulang iga memiliki permukaan
eksternal berbentuk konveks untuk perlekatan otot dan suatu lintasan
kostal untuk mengakomodasi saraf dan pembuluh darah pada
permukaan internal.
8. Tulang iga mengandung sumsum tulang merah, demikian pula dengan
sternum.

6. Tulang belikat (Skapula)


Tulang belikat (skapula) terdapat di atas sendi bahu dan merupakan bagian
pembentuk bahu.

7. Tulang panggul (Koksa)


Setiap makhluk vertebrata memiliki jumlah tulang panggul (Koksa) 2. 1
bagian terdapat pada bagian kiri dan 1 bagiannya lagi pada bagian kanan. Tulang
panggul membentuk tulang gelang panggul yang berfungsi untuk menahan berat

10
tubuh. Sewaktu lahir setiap tulang panggul (Koksa) sebetulnya terdiri dari 3 tulang
yaitu ileum ischium dan pubis. Namun setelah dewasa ketiga tulang ini bersatu
menjadi tulang panggul (koksa).

8. Tangan dan kaki


Tulang tangan tersusun atas tulang-tulang pergelangan tangan telapak tangan
dan jari-jari. Jari tangan terdiri dari tiga ruas kecuali ibu jari yang hanya
mempunyai dua ruas. Telapak kaki manusia melengkung dan tidak kaku sehingga
berfungsi sebagai pegas ketika berjalan.
Rangka apendikular terdiri dari girdel pektoral (bahu), girdel pelvis, dan
tulang lengan serta tungkai. Terdiri dari 126 tulang yang membentuk lengan,
tungkai, dan tulang pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya
lengan dan tungkai pada rangka aksial
a. Anggota gerak atas (64 tulang): terdiri dari 10 tulang bahu dan lengan, 16
tulang pergelangan tangan dan 38 tulang tangan.
b. Anggota gerak bawah (62 tulang): terdiri dari 10 tulang pinggul dan
tungkai, 14 tulang pergelangan kaki dan 38 tulang kaki.

9. Ekstremitas atas
Ekstremitas atas terdiri atas tulang skapula, klavikula, humerus, radius, ulna,
karpal, metakarpal, dan tulang-tulang phalangs.
a. Skapula
Skapula merupakan tulang yang terletak di sebelah posterior tulang kostal
dan berbentuk pipih seperti segitiga. Skapula memiliki beberapa proyeksi
(spina, korakoid) yang melekatkan beberapa otot yang berfungsi menggerakkan
lengan atas dan lengan bawah. Skapula berartikulasi dengan klavikula melalui
acromion. Sebuah depresi (cekungan) di sisi lateral skapula membentuk
persendian bola-soket dengan humerus, yaitu fossa glenoid.
b. Klavikula
Klavikula merupakan tulang yang berartikulasi dengan skapula di sisi
lateral dan dengan manubrium di sisi medial. Pada posisi ini klavikula bertindak
sebagai penahan skapula yang mencegah humerus bergeser terlalu jauh.
c. Humerus

11
Humerus merupakan tulang panjang pada lengan atas, yang berhubungan
dengan skapula melalui fossa glenoid. Di bagian proksimal, humerus memiliki
beberapa bagian antara lain leher anatomis, leher surgical, tuberkel mayor,
tuberkel minor dan sulkus intertuberkular. Di bagian distal, humerus memiliki
beberapa bagian antara lain condyles, epicondyle lateral, capitulum, trochlear,
epicondyle medial dan fossa olecranon (di sisi posterior). Tulang ulna akan
berartikulasi dengan humerus di fossa olecranon, membentuk sendi engsel. Pada
tulang humerus ini juga terdapat beberapa tonjolan, antara lain tonjolan untuk
otot deltoid.
d. Ulna
Ulna merupakan tulang lengan bawah yang terletak di sisi medial pada
posisi anatomis. Di daerah proksimal, ulna berartikulasi dengan humerus
melalui fossa olecranon (di bagian posterior) dan melalui prosesus coronoid
(dengan trochlea pada humerus). Artikulasi ini berbentuk sendi engsel,
memungkinkan terjadinya gerak fleksi-ekstensi. Ulna juga berartikulasi dengan
radial di sisi lateral. Artikulasi ini berbentuk sendi kisar, memungkinkan
terjadinya gerak pronasi-supinasi. Di daerah distal, ulna kembali berartikulasi
dengan radial, juga terdapat suatu prosesus yang disebut sebagai prosesus
styloid. Ulna merupakan tulang lengan bawah yang terletak di sisi medial pada
posisi anatomis. Di daerah proksimal, ulna berartikulasi dengan humerus
melalui fossa olecranon (di bagian posterior) dan melalui prosesus coronoid
(dengan trochlea pada humerus). Artikulasi ini berbentuk sendi engsel,
memungkinkan terjadinya gerak fleksi-ekstensi.
Ulna juga berartikulasi dengan radial di sisi lateral. Artikulasi ini berbentuk
sendi kisar, memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi. Di daerah distal,
ulna kembali berartikulasi dengan radial, juga terdapat suatu prosesus yang
disebut sebagai prosesus styloid.
Ujung proksimal [ujung atas] tulang ulna tampak seperti yang terurai.
Bagian atas pulinan tersebut adalah prosesus oleklanon, yang masuk dengan pas
kedalam fosa oleknanon humerus saat lengan bawah berekstensi penuh. Bagian
bawah pilihan adalah prosesus kronoid, yang masuk dengan pas kedalam frosa
koronoid humerus saat lengan bawah berefleksi penuh. Takik radial, yang
terletak dibawah prosesus koronoid, mengakomodasi bagian kepala dari tulang
radius.

12
Ujung distal (bawah) tulang ulna memiliki perpanjangan pilinan batang
yang disebut kepala. Bagian ini berartikulasi dengan prosesus ulnar tulang
radius. Bagian kepala memanjang keatas prosesus stiloid tulang ulna.
e. Radius
Radius merupakan tulang lengan bawah yang terletak di sisi lateral pada
posisi anatomis. Di daerah proksimal, radius berartikulasi dengan ulna, sehingga
memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi. Sedangkan di daerah distal,
terdapat prosesus styloid dan area untuk perlekatan tulang-tulang karpal antara
lain tulang scaphoid dan tulang lunate.
Radius merupakan tulang lengan bawah yang terletak di sisi lateral pada
posisi anatomis. Di daerah proksimal, radius berartikulasi dengan ulna, sehingga
memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi. Sedangkan di daerah distal,
terdapat prosesus styloid dan area untuk perlekatan tulang-tulang karpal antara
lain tulang scaphoid dan tulang lunate. Ujung proksimal tulang radius adalah
kepala berbentuk diskus yang berartikulasi dengan kapitulum homerus dan
takik radial tulang ulna.
Tuberositas radial untuk tempat perlekatan otot biseps terletak pada batang
radius tepat dibawah bagian kepala. Ujung distal tulang radius memiliki
permjukaan karpal konkaf yang beraktikulasi dengan tulang pergelangan tangan,
sebuah takik ulnar pada permukaan medialnya untuk berartikulasi dengan tulang
ulna, dan sebuah prosesus stiloid di sisi lateral.
f. Karpal
Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan ujung
distal ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang metakarpal.
Antara tulang-tulang karpal tersebut terdapat sendi geser. Ke delapan tulang
tersebut adalah scaphoid, lunate, triqutrum, piriformis, trapezium, trapezoid,
capitate, dan hamate.
Barisan tulang karpal proksimal dari sisi ibu jari dalam posisi anatomis
terdiri dari tulang berikut ini:
1. Navikular (skafoid), dinamakan demikian karena bentuknya menyerupai
perahu
2. Lunatum dinamakan demikian karena bentuknya seperti bula sabit
3. Trikuetral (triangular), dinamakan demikian memiliki tiga sudu
4. Pisiform, yang berarti kacang, dinamakan demikian karena ukuran dan

13
bentuknya menyerupai kacang.
g. Metakarpal
Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan dan
bagian proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang karpal.
Persendian yang dihasilkan oleh tulang karpal dan metakarpal membuat tangan
menjadi sangat fleksibel. Pada ibu jari, sendi pelana yang terdapat antara tulang
karpal dan metakarpal memungkinkan ibu jari tersebut melakukan gerakan
seperti menyilang telapak tangan dan memungkinkan menjepit/menggenggam
sesuatu. Khusus di tulang metakarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk)
terdapat tulang sesamoid.
Tangan (metakarpus) tersusun dari 5 tulang metakarpal. Semua tulang
metacarpal sangat serupai, kecuali untuk ukuran panjang metakarpal pertama
pada ibu jari. Setiap tulang metakarpal memiliki sebuah dasar proksimal yang
berartikulasi dengan barisan distal tulang karpal pergelangan tangan. Sebuah
batang, dan sebuah kepala terpilih yang berartikulasi dengan sebuah tulang
falang, atau tulang jari. Kepala tulang metakarpal membentuk buku jari yang
menonjol pada tangan.
h. Tulang-tulang phalangs
Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat 2 phalangs di
setiap ibu jari (phalangs proksimal dan distal) dan 3 di masing-masing jari
lainnya (phalangs proksimal, medial, distal). Sendi engsel yang terbentuk antara
tulang phalangs membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel terutama
untuk menggenggam sesuatu.
Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat 2 phalangs di
setiap ibu jari (phalangs proksimal dan distal) dan 3 di masing-masing jari
lainnya (phalangs proksimal, medial, distal). Sendi engsel yang terbentuk antara
tulang phalangs membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel terutama
untuk menggenggam sesuatu. Tulang jari (phalanges). Setiap jari memiliki tiga
tulang, yaitu tulang falang proksimal, medial dan falang distal. Ibu jari hanya
memiliki tulang falang proksimal dan medial.
Barisan tulang distal terdiri dari:
1. Trapezium, sebelumnya disebut tulang multangular besar karena
permukaannya yang banyak
2. Trapezoid, berukuran lebih kecil, tetapi multi sisi juga

14
3. Kapitatum, dinamakan demikian karena kepala tulang yang berat dan
besar
4. Hamatum, berarti kait, dinamakan demikian karena ada tonjolan
menyerupai kait, yang meluas pada sisi medial pergelangan tangan.

10 . Ekstremitas bawah
Ekstremitas bawah terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal,
metatarsal, dan tulang-tulang phalangs.
a. Pelvis
Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan
tulang pipih. Masing-masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu
ilium, pubis dan ischium. Ilium terletak di bagian superior dan membentuk
artikulasi dengan vertebra sakrum, ischium terletak di bagian inferior-
posterior, dan pubis terletak di bagian inferior-anterior-medial. Bagian ujung
ilium disebut sebagai puncak iliac (iliac crest). Pertemuan antara pubis dari
pinggul kiri dan pinggul kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan
di bagian pertemuan ilium-ischium-pubis disebut acetabulum, fungsinya
adalah untuk artikulasi dengan tulang femur.
Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan
tulang pipih. Masing-masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu
ilium, pubis dan ischium. Ilium terletak di bagian superior dan membentuk
artikulasi dengan vertebra sakrum, ischium terletak di bagian inferior-
posterior, dan pubis terletak di bagian inferior-anterior-medial. Bagian ujung
ilium disebut sebagai puncak iliac (iliac crest). Pertemuan antara pubis dari
pinggul kiri dan pinggul kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan
di bagian pertemuan ilium-ischium-pubis disebut acetabulum, fungsinya
adalah untuk artikulasi dengan tulang femur. Girdel pelvis mentransmisikan
berat trunkus ke bagian tugkai bawah dan melindungi organ-organ abdominal
dan pelvis. Bagian ini terdiri dari dua tulang punggul (disebut juga ossa koksa,
tulang tanpa nama, atau tulang pelvis) yang bertemu pada sisi anterior simfisis
pubis dan berartikulasi di sisi posterior dengan sakrum.

15
Tulang punggul menyerupai bentuk kipas angin listrik dengan sebuah
poros pemegang serta dua baling-baling. Poros tersebut adalah suatu kantong
seperti cangkir, disebut asetabulum, yang menerima kepala femur, atau tulang
paha, dipersendian panggul. Ilum adalah lempeng tulang lebar, yang
menjulang ke atas dan keluar asetabulum. Bagian ini naik posisinya sampai
mencapai Krista iliaka tebal yang dapat teraba pada posisi tangan di panggul.
Ujung anterior Krista adalah pada spina iliaka anterior superior dan ujung
posteriornya pada spina iliaka posterior superior. Spina ini menjadi tempat
perlekatan otot dan ligament.
Spina iliaka anterior inferior adalah suatu tonjolan besar dibawah spina
iliaka anterior superior. Sedangkan yang tepat berada di bawah spina iliaka
posterior superior adalah spina iliaka posterior inferior. Di bawah spina iliaka
posterior superior, tapi posterior tulang ilium membentuk lekukan yang dalan
disebut takik skiakik besar.
Tulang iskium merupakan baling-baling posterior dan inferior dari kipas.
Tepi medialnya ikut membentuk takik skiatik besar. Pada sisi inferior takik
skiatik besar adalah bagian spina iskial yang menonjol, yang menjadi tempat
melekatnya ligament dari sakrum. Bagian inferior dari spina iskial adalah takik
skiatik kecil. Tuberositas iskial adalah tonjolan besar tulang iskium yang
menyokong tubuh dalam posisi duduk. Tulang ini berfungsi sebagai tempat
perlekatan otot paha posterior. Dibagian anterior tuberositas iskial, terdapat
ramus iskial ramping yang memanjang ke arah depan dan keatas untuk
menyatu dengan ramus pubis inferioryang bmemanjang kebawah dari tulang
pubis. Tulang pubis melengkapi baling-baling anterior dan inferior tulang
panggul. Bagian ini terutama terdiri dari dua batang tulang: ramus pubis
superior dan inferior. Ramus pubis superior dan ramus pubis inferior menyatu
dengan pasangannya dari sisi lain digaris tengah simfisis pubis. Lengkung
pubis adalah sudut yang terbentuk pada persambungan tulang pubis dibawah
simfisis.
Foramen abturator adalah pembukaan besar yang dibatasi ramus iskial,
terdapat ramus iskial ramping iskial, ramus pubis inferior, ramus pubis
superior. Foramen ini merupakan foramen terbesar pada rangka dan selama
hidup dilapisi dengan membran obturator.
2. Femur

16
Femur merupakan tulang betis, yang di bagian proksimal berartikulasi
dengan pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles.
Di daerah proksimal terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan
trochanter minor, dihubungkan oleh garis intertrochanteric. Di bagian distal
anterior terdapat condyle lateral dan condyle medial untuk artikulasi dengan
tibia, serta permukaan untuk tulang patella. Di bagian distal posterior terdapat
fossa intercondylar.
Femur merupakan tulang betis, yang di bagian proksimal berartikulasi
dengan pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles.
Di daerah proksimal terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan
trochanter minor, dihubungkan oleh garis intertrochanteric. Di bagian distal
anterior terdapat condyle lateral dan condyle medial untuk artikulasi dengan
tibia, serta permukaan untuk tulang patella. Di bagian distal posterior terdapat
fossa intercondylar. Femur (paha) : tulang terpanjang, terkuat, dan terberat dari
semua tulang pada rangka tubuh. Ujung proksimal femur memiliki kepala
yang membulat untuk berartikulasi dengan asetabulum.Permukaan lembut
dari bagian kepala mengalami depresi,fovea kapitis,untuk tempat perlekatan
ligamen yang menyangga kepala tulang agar tetap di tempatnya dan membawa
pembulu darah ke kepala tersebut. Femur tidak berada pada garis vertical
tubuh.Kepala femur masuk dengan pas ke asetabulum untuk membentuk
sudut sekitar 125 derajat dari bagian leher femur;dengan demikian,batang
tulang paha dapat bergerak bebas tanpa terhalang pelvis saat paha bergerak.
Sudut femoral pada wanita biasanya lebih miring (kurang dari 125 derajat)
karena pelvis lebih lebar dan femur lebih pendek. Di bawah bagian kepala
yang tirus adalah bagian leher yang tebal,yang terus memanjang sebagai
batang. Garis intertrokanter pada permukaan anterior dan Krista intertrokanter
di permukaan posterior tulang membatasi bagian leher dan bagian batang.
Ujung batas batang memiliki dua prosesus yang menonjol.Trokanter besar
dan trokanter kecil,sebagai tempat perlekatan otot untuk menggerakkan
persendian panggul. Bagian batang permukaannya halus dan memiliki satu
tanda saja. Linea aspera,yaitu lekuk kasar untuk perlekatan beberapa otot.
Ujung bawah batang melebar ke dalam kondilus medial dan kondilus lateral.
Pada permukaan posterior,dua kondilus tersebut membesar dengan fosa
interkondilar yang terletak di antara keduanya. Area triangular di atas fosa
interkondilar disebut permukaan popliteal. Pada permukaan anterior,

17
epikondilus medial dan lateral berada di atas dua kondilus besar. Permukaan
artikular halus yang terdapat diantara kedua kondilus adalah permukaan
patelar,yang berbentuk konkaf untuk menerima patela(tempurung lutut).

3. Tibia
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial
dibanding dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial
dan lateral di mana keduanya merupakan facies untuk artikulasi dengan
condyle femur. Terdapat juga facies untuk berartikulasi dengan kepala fibula
di sisi lateral. Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen.
Di daerah distal tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan
malleolus medial.
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial
dibanding dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial
dan lateral di mana keduanya merupakan facies untuk artikulasi dengan
condyle femur. Terdapat juga facies untuk berartikulasi dengan kepala fibula di
sisi lateral. Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di
daerah distal tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan
malleolus medial. Tibia adalah tulang medial yang besar;tulang ini membagi
berat tubuh dari femur ke bagian kaki.Bagian kepala tulang tibia melebar ke
kondilus medial dan lateral.Yang berbentuk konkaf untuk berartikulasi dengan
kondilus femoral.
Kartilago pipih berbentuk baji, kartilago semilunar (meniskus) medial
dan lateral (meniskus). Berada di pinggir kondilus untuk memperdalam
permukaan artikular. Tonjolan interkondilar terletak di antara dua kondilu.
Kondilus lateral menonjol untuk membentuk faset fibular,yang menerima
bagian kepala fibula.
Tuberositas tibial, yang berfungsi untuk tempat perlekatan ligament
patella,menonjol pada permukaan anterior diantara dua kondilus.
Krista tibial (anterior),lebih umum disebut tulang kering adalah
punggung batang tulang dengan permukaan anterior yang tajam dan
melengkung ke bawah. Ujung bawah tibia melebar untuk berartikulasi dengan
tulang talus pergelangan kaki.Maleolus medial adalah tonjolan yang
membentuk benjolan (mata kaki) pada sisi medial pergelangan kaki.

18
d. Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral
dibanding dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia.
Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk malleolus lateral dan facies
untuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal. Fibula merupakan tulang tungkai
bawah yang letaknya lebih lateral dibanding dengan tibia. Di bagian
proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di bagian distal, fibula
membentuk malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang
tarsal.
Fibula adalah tulang yang paling ramping dalam tubuh, panjangnya
proposional,dan tidak menopang berat tubuh. Kegunaan tulang ini adalah
untuk menambah area yang tersedia sebagai tempat perlekatan otot pada
tungkai. Bagian kepala fibula berartikulasi dengan faset fibular di bawah
kondilus lateral tulang tibia. Ujung bawah batang berartikulasi secara medial
dengan takik fibular pada tulang tibia,dan memanjang ke arah lateral menjadi
maleolus lateral,yang seperti moleolus tibia lateral,dapat diraba di
pergelangan kaki.
e. Tarsal
Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula
dan tibia di proksimal dan dengan metatarsal di distal. Terdapat 7 tulang tarsal,
yaitu calcaneus, talus, cuboid, navicular, dan cuneiform (1, 2, 3). Calcaneus
berperan sebagai tulang penyanggah berdiri.
Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula
dan tibia di proksimal dan dengan metatarsal di distal. Terdapat 7 tulang tarsal,
yaitu calcaneus, talus, cuboid, navicular, dan cuneiform (1, 2, 3). Calcaneus
berperan sebagai tulang penyanggah berdiri.
Tulang tarsal menyerupai tulang karpal pergelangan tangan,tetapi
berukuran lebih besar tulang metatarsal juga menyerupai tulang metakarpal
tangan,dan falang pada jari kaki juga menyerupai falang jari tangan. Tulang
talus berartikulasi dengan maleolus medial tibia dan dengan maleolus lateral
fibula untuk membentuk persendian pergelangan kaki.Oleh karena itu,bagian
menopang seluruh berat tungkai,yang tersebar setengah ke bawah ke arah
tumit dan setengah lagi ke depan pada tulang-tulang pembentuk lengkung

19
kaki. Tulang kalkaneus terletak di bawah talus dan menonjol di belakang talus
menjadi tulang tumit.Tulang ini menopang talus dan meredam goncangan saat
tumit menginjak tanah
Tulang navikular memiliki permukaan posterior berbentuk konkaf
untuk berartikulasi dengan talus dan permukaan anterior berbentuk konveks
untuk berartikulasi dengan tiga tulang tarsal.
Ketiga tulang kuneiform yang berbentuk baji,diberi nomor dari sisi
medial ke sisi lateral, sebagai kuneiform pertama,kedua,dan ketiga. Masing-
masing tulang berartikulasi dengan tulang tarsal bernomor sama;tulang
koneiform ketiga juga berartikulasi dengan tulang tarsal ketujuh,yaitu tulang
kuboid tulang koneiform ini membentuk arkus transversa yang terdapat di
bawah permukaan kaki.
f. Metatarsal
Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal di
proksimal dan dengan tulang phalangs di distal. Khusus di tulang metatarsal 1
(ibu jari) terdapat 2 tulang sesamoid. Metatarsal merupakan 5 tulang yang
berartikulasi dengan tarsal di proksimal dan dengan tulang phalangs di distal.
Khusus di tulang metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2 tulang sesamoid. Tulang
kuboid berartikulasi di sisi anterior dengan tulang metatarsal keempat dan
kelima di sisi posterior,tulang ini berartikulasi dengan kalkaneus. Telapak
kaki dan arkus longitudinal terbentuk dari lima tulang metatarsal
yang ramping. Setiap metatarsal memiliki bagian dasar,batang,dan bagian
kepala. Tulang-tulang metatarsal dikenal dengan urutan nomor dari satu
sampai lima,mulai dari sisi medial ibu jari kaki. Bagian dasar metatarsal
berartikulasi dengan tarsal. Bagian kepalanya berartikulasi dengan falang.
Bagian kepala dari dua metatarsal pertama membentuk tumit kaki. Bagian
kepala metatarsal pertama memiliki 2 tulang sesamoid yang melekat pada
permukaan plantarnya. Ke 14 falang pada jari jari kaki, seperti halnya
falang jari tangan. Tersusun dalam barisan proksimal, medial. Ibu jari kaki
hanya memiliki falang proksimal dan distal.
g. Phalangs
Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki. Terdapat 2 tulang phalangs di
ibu jari dan 3 phalangs di masing-masing jari sisanya. Karena tidak ada sendi

20
pelana di ibu jari kaki, menyebabkan jari tersebut tidak sefleksibel ibu jari
tangan.

c. Anatomi otot

Otot rangka yang jumlahnya lebih dari 600 macam mulai dari ujung kepala
sampai ujung kaki yang berfungsi untuk menggerakan seluruh tubuh kita yaitu :
1. Otot frontalis yang berfungsi untuk mengangkat alis mata, posisi nya terletak
di sekitar alis
2. otot orbikularis okuli berfungsi untuk menutup kelopak mata, posisinya
terletak di kelopak mata
3. Otot orbikularis oris berfungsi untuk mengkerutkan bibir
4. Otot sternokleidomastoid yang berfungsi untuk memiringkan kepala
5. Otot trapezius berfungsi untuk memperkuat bahu
6. Otot pektoralis major berfungsi untuk memutar lengan
7. Otot pektoralis minor berfungsi untuk menarik bahu kebawah
8. Otot triseps dan otot biseps berfungsi untuk menggerakan lengan
9. Otot serratus anterior yang berfungsi untuk menarik bahu kesekeliling
10. Otot interkosta berfungsi untuk mengangkat rusuk
11. Otot rektus abdominis berfungsi untuk mengempiskan dinding perut
12. Otot sartorius berfungsi untuk memilin paha dan membengkokan penggul
dan lutut
13. Otot guadriseps femoris berfungsi untuk menekuk pinggul dan meluruskan
lutut
14. Otot gastroknemius berfungsi untuk mengangkat tumit dan menekuk lutut
15. Otot tibialis anterior berfungsi untuk mengangkat kaki
16. Otot peroneus berfungsi untuk melengkungkan kaki
17. Otot latissimus dorsi berfungsi untuk memperkuat punggung
18. Otot gluteus maksimus berfungsi untuk meluruskan pinggul
19. Otot archiles tendon berfungsi untuk menggerakan telapak kaki

21
1.2 Fisiologi Sistem Muskuloskletal

1. Sistem Skeletal
Menurut Phipps, et al (1991), tulang mempunyai tiga fungsi mekanik yaitu :
mendukung jaringan tubuh, melindungi organ tubuh seperti tulang tengkorak
melindungi otak dan pergerakan dimana dipengaruhi oleh kontraksi otot-otot pada
tulang memungkinkan untuk bergerak. Tulang juga mempunyai dua fungsi
tambahan yaitu menyimpan kalsium dan sumsum tulangnya menghasilkan sel darah
merah (hematopoiesis).
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam 4 kategori : tulang
panjang (misal. Femur), tulang pendek (misal. Tulang Tarsalia), tulang pipih (misal
sternum), dan tulang tak teratur (misal. Vertebra). Bentuk dan konstruksi tulang
tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya yang bekerja padanya.
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus (trabekular atau spongius) atau
kortikal (kompak). Tulang panjang (misal. Femur berbentuk seperti tangkai
panjang dengan ujung yang membulat). Batang, atau diafisis, terutama tersusun
atas tulang kortikal. Ujung tulang panjang dinamakan epifisis dan terutama
tersusun oleh tulang kanselus. Plat epifisis memisahkan epifisis dari diafisis dan
merupakan pusat pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Pada orang dewasa
mengalami kalsifikasi. Ujung tulang panjang tertutupi oleh kartilago artikular pada
sendi-sendinya. Tulang panjang disusun untuk penyangga berat badan dan gerakan.
Tulang pendek misal metakarpal terdiri dari tulang kanselus ditutupi selapis tulang
kompak, tulang pipih (misal. Sternum) merupakan tempat penting untuk
hematopoesis dan sering memberikan perlindungan bagi organ vital. Tulang pipih
tersusun dari tulang kanselus diantara dua tulang kompak. Tulang tak teratur
vertebrata mempunyai bentuk yang unik sesuai dengan fungsinya. Secara umum
struktur tulang tak teratur sama dengan tulang pipih.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya
terdiri atas tiga jenis dasar osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast berfungsi
dalam pembentukan tulang denagn mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun
atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan[asam
folisakararida]) dan proteoglikan. Matriks merupakan kerangka dimana garam-

22
garam mineral anorgenik ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam
pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang)
osteoklast adalah sel multinuklear (berinti banyak yang berperan dalam
penghancuran, resorpsi dan remodelling tulang).
Osteon merupakan unit fungsional mikroskopis tulang dewasa ditengah osteon
terdapat kapiler di sekeliling kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang
dinamakan lamela. Di dalam lamela terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi
melalui prosesus yang berlanjut kedalam canaliculi yang halus (kanal yang
menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1
mm).
Tulang diselimuti dibagian luar oleh membran fibrous padat dinamakan
periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh,
selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung
saraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang paling lekat dengan tulang yang
mengandung osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum
tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklas, yang
melarutkan tulang untuk memeliharan rongga sumsum, terletak dekat endosteum
dan dalam lakunaHowship (cekungan dalam permukaan tulang).
Sumsum tulang merupakan jaringan vaskuler dalam ronga sumsum ( batang)
tulang panjang dan dalam tulang pipih. Sumsum tulang merah, yang terutama
terletak disternum, ileum, vertebra dan rusuk pada orang dewasa, bertanggung
jawab pada produksi sel darah merah dan putih. Pada orang dewasa, tulang panjang
terisi oleh sumsum lemak kuning.
Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang sangat baik. Tulang kanselus
menerima asupan darah yang sangat banyak melalui pembuluh metafisis dan
epifisis. Pembuluh periosteum mengangkut darah ke tulang kompak melalui kanal
Volkmann yang sangat kecil. Selain itu, ada arteri nutrien yang menembus
periosteum dan memasuki rongga meduler melalui foramina (lubang-lubang kecil).
Arteri nutrien memasok darah ke sumsum dan tulang. Sistem vena ada yang
mengikuti arteri ada yang keluar sendiri.
Pembentukan tulang. Tulang mulai terbenuk lama sebelum kelahiran. Osifikasi
adalah proses dimana matriks tulang (di sini serabut kolagen dan substansi dasar)
terbentuk pengerasan mineral (disini garam kalsium) ditimbun di serabut kolagen

23
dalam suatu lingkungan elektronegatif. Serabut kolegan memberi kekuatan
terhadap tarikan pada tulang, dan kalsium memberikan kekuatan terhadap tekanan
kepada tulang.
Ada dua model dasar osifikasi : intramembran dan endokondral. Penulangan
intramembranus dimana tulang tumbuh di dalam membran, terjadi pada tulang
wajah dan tengkorak. Maka ketika tengkorak mengalami penyenbuhan, terjadi
union secara fibrus. Bentuk lain pembentukan tulang adalah penulangan
endokondral, dimana terbentuk dahulu model tulang rawan. Pertama terbentuk
jaringan serupa tulang rawan (osteoid), kemudian mengalami resorpsi, dan diganti
oleh tulang. Kebanyakan tulang di tubuh terbentuk dan mengalami penyembuhan
melalui osifikasi endokondral.
Pemeliharan tulang. Tulang merupakan jaringan yang dinamis dalam keadaan
peralihan yang konstan (resorpsi dan pembentukan tulang). Kalsium adalah tulang
orang dewasa diganti dengan kecepatan sekitar 18% per tahun. Faktor pengatur
penting yang menentukan keseimbangan antara pembentukan dan resorbsi tulang
antara lain stress terhadap tulang, vitamin D, hormon paratiroid, kalsitonin, dan
peredaran darah.
Vitamin D berfungsi meningkatkan jumlah kalsium dalam darah dengan
meningkatkan penyerapan kalsium dalam darah dengan meningkatkan penyerapan
kalsium dari saluran pencernaan. Kekurangan vitamin D mengakibatkan defisit
mineralisasi, deformitas dan patah tulang.
Hormon paratiroid dan kalsitonin adalah hormon utama yang mengatur
homeostasis kalsium. Hormon paratiroid mengatur konsentrasi kalsium dalam
darah, sebagian dengan cara merangsang perpindahan kalsium dari tulang. Sebagai
respon kadar kalsium darah yang rendah, peningkatan kadar hormon paratiroid
akan mempercepat mobilisasi kalsium, dimineralisasi tulang dan pembentukan
kista tulang. Kalsitonin dari kelenjar tiroid meningkatkan penimbunan kalsium
dalam tulang.
Pasokan darah juga mempengaruhi pembentukan tulang menurunnya pasokan
darah atau hiperemia (kongesti) akan terjadi penurunan osteogenesis dan tulang
mengalami osteoporosis. Nekrosis tulang akan terjadi bila tulang kehilangan aliram
darah.
Otot skelet (otot lurik) berperan dalam gerakan tubuh, postur dan fungsi
produksi panas. Otot dihubungkan oleh tendon (tali jaringan ikat fibrus) atau

24
aponeurosis (lembaran jaringan ikat fibrus yang lebar dan pipih) ke tulang jaringan
ikat, atau kulit. Kontraksi otot menyebabkan dua titik perlekatan satu sama lain.
Otot bevariasi ukuran an bentuknya bergantung aktivitas yang dibutuhkan. Otot
akan berkembang dan terpelihara bila digunakan secara aktif. Proses penuaan dan
disuse menyebabkan kehilangan fungsi otot sehingga jaringan otot kontraktil akan
diganti oleh jaringan fibrotik.
Otot tubuh tsusun oleh kelompok sel otot yang paralel (fasikuli) yang
terbungkus oleh jaringan fibrus yang dinamakan epimisium atau fasia. Semakin
banyak fasikuli yang terdapat dalam otot semakin rinci dalam gerakan yang
ditimbulkan. Kecepatan kontraksi otot berbeda-beda. Mioglobulin merupakan
pigmen protein yang serupa dengan hemoglobin yang terdapat dalam otot lurik.
Mioglobin bemanfaat sebagai transpor oksigen untuk memenuhi kebutuhan
metabolik sel dari kapiler darah ke mitokondria sel otot. Otot mengandung
sejumlah besar mioglobulin (otot merah) yang ternyata berkontraksi lebih lambat
dan lebih kuat ( misal otot pernafasan dan postur) . otot yang sedikit mengandung
mioglobulin (otot putih) berkontraksi cepat dan dalam waktu yang lama (misal otot
ekstraokuler di mata). Kebanyakan otot tubuh mengandung baik serat otot merah
maupun serat otot putih. Tiap sel otot (sering juga disebut serabut otot)
mengandung mio fibril yang pada gilirannya tersusun atas seklompok sarkomer,
yang merupakan unit kontrkatil otot skelet yang sebenarnya. Komponen sarkomer
dikenal sebagai filamen tebal dan tipis. Filamen tipis tersusun terutama oleh
protein yang dikenal sebagai aktin. Filamen tebal tersusun terutama oleh protein
miosin.
Kontraksi otot skelet. Kontraksi otot diakibatkan oleh kontraksi masing-
masing komponen sarkomer. Kontraksi sarkomer disebabkan oleh interaksi antara
miosin dalam filamen tebal dan aktin dalam filamen tipis, yang saling mendekat
dengan adanya peningkatan lokal kadar ion kalsium. Filamen tebal dan tipis saling
meluncur satu sama lain. Ketika kadar kalsium dalam sarkomer menurun, filamen
miosin dan aktin berhenti berinteraksi dan sarkomer kembali kepanjang istirahat
awalnya (relaksasi). Aktin dan miosin tidak dapat berinteraksi tanpa ada kalsium.
Serabut otot akan berkontraksi sebagai respon terhadap rangsangan listrik. Bila
terangsang, sel otot akan membangkitkan suatu potensial aksi dengan cara serupa
dengan yang terlihat pada sel saraf. Potensial aksi ini akan menjalar sepanjang
membran sel dan mengakibatkan pelepasan ion kalsium kedalam sel otot yang

25
sebelumnya tersimpan dalam organel khusus yang dinamakan retikulum
sarkoplasmikum adalah kalsium yang memungkinkan interaksi antara aktin dan
sarkomer. Segera setelah membran sel mengalami depolarisasi, membran ini akan
kembali ke tegangan membran istirahat. Kalsium dengan cepat diambil dari
sarkomer oleh reakumulasi aktif dalam retikulum sarkoplasmikum, dan otot
kembali relaks.
Depolarisasi sel otot normalnya terjadi sebagai respon terhadap rangsangan
yang dibawa oleh sel saraf. Komunikasi antara sel saraf dan sel otot terjadi dalam
motot end plate. Neuron yang mengatur yang aktivitas sel otot skelet. Dinamakan
lower motor neuron. Neuron ini berasal dari kornu anterior korda spinalis.
Dibutuhkan energi untuk berkontrkasi otot dan relaksasi. Banyaknya energi yang
diperlukan oleh otot skelet berbeda-beda, sangat meningkat selama latihan. Sumber
energi untuk sel otot adalah adenosin trifosfat (ATP) yang dibangkitkan melalui
metabolisme oksidatif seluler. Kreatinin fosfat yang juga terdapat dalam sel otot,
berperan sebagai cadangan kedua energi metabolisme ; dapat dikonversi menjadi
ATP bila perlu pada aktifitas rendah, otot skelet mensintesis ATP dari oksidasi
glukosa menjadi air dan karbondioksida selama rasa aktivitas tinggi, bila tidak
tersedia oksigen yang memadai, glukosa terutama dimetabolisme menjadi asam
laktat. Meskipun ATP juga dapat dihasilkan selama produksi asam laktat, proses ini
tidak efisien bila dibandingkan dengan jalur oksidatif. Sehingga diperlukan lebih
banyak glukosa dan harus disediakan oleh glikogen otot. Glikogen adalah suatu
tepung yang dibuat dari glukosa, disimpan dalam sel selama periode istrirahat, dan
dipergunakan dalam periode aktivitas. Kelelahan otot mungkin disebabkan oleh
pemecahan glikogen dan simpanan energi serta penumpukan asam laktat sebagai
akibatnya, lingkaran kontraksi dan relaksasi otot tak dapat berlanjut.
Selama kontraksi otot, energi yang dilepaskan dari ATP tidak seluruhnya
digunakan oleh aparatus kontraktil. Kelebihan energi ini akan dilepaskan dalam
bentuk panas. Selama kontraksi isometrik, hampir semua energi dilepaskan dalam
bentuk panas; selama kontraksi isotonik, sebagian energi dikeluarkan dalam bentuk
kerja mekanis. Pada keadaan tertentu, seperti pada saat menggigil karena
kedinginan, kebutuhan untuk menghasilkan panas merupakan rangsangan utama
untuk kontraksi otot.

26
a. Komposisi dan perkembangan
Tulang terdiri dari sel-sel hidup (living cells) dan material intraseluler tidak
hidup. Sel sel hidup yaitu osteoblast yang merupakan sel pembentuk tulang,
osteoclast yang merupakan sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel
tulang yang rusak maupun yang sudah tua dan osteosit yaitu osteoblas yang berada
pada matriks. Material intraseluler tidak hidup atau matriks tulang terdiri dari
mukopolisakarida dan kolagen. Tulang berasal dari kartilago hialin embrionik yang
prosesnya dikenal sebagai osteogenesis atau osifikasi endokondrial. Proses ini
selesai melalui sintesis mukopolisakarida dan kolagen oleh osteoblas (sel
pembentuk tulang). Garam kalsium disimpan di matriks tulang, memberikan
kekuatan pada tulang.

b. Tipe, struktur dan pertumbuhan tulang

Tulang terdiri atas empat type, tergantung pada ukurannya :

1. Tulang panjang (femur, humerus).


2. Tulang pendek (karpal)
3. Tulang pipih (tengkorak)
4. Tulang tidak teratur (vertebrae).
Setiap tulang tersusun atas tulang kankelous (spongy) dan compact (dense).
Pada tulang panjang bagian kankelous ditemukan pada ujung tulang dan
compact pada bagian tengah. Pada tulang pendek dan tidak teratur mempunyai
suatu inti bagian dalam pada kankelous dan suatu lapisan luar pada compact.
Tulang datar mempunyai dua lapisan luar tulang compact dengan satu lapisan
bagian dalam pada kankelous.

Tulang kankelous dan tulang compact dibedakan dari yang lainnya dengan
adanya susunan lamelae yaitu lapisan silindris kosentrik yang terletak di
antaranya. Pada pusat susunan cincin kosentrik ini ada suatu saluran yang
disebut saluran haversian. Saluran ini mengandung suatu pembuluh darah
kapiler. Beberapa saluran juga mengandung arteriola, venula dan limfatik.
Ruang kecil antara cincing lamelae disebut lakuna yang diisi oleh sel tulang
(osteosit). Lacuna dihubungkan dengan saluran haversian dan selanjutnya zat

27
gizi disuplay oleh saluran yang sangat kecil yang disebut kanalikuli. Lamellae
dengan saluran haversian, lacuna dan kanalikuli disebut unit haversian. Unit
haversian merapat secara bersamaan pada tulang compact. Pada tulang
kankelous banyak ruang yang terbuka yang kokoh diantara penghubung tulang
yang disebut trabekulae.

Salah satu type tulang panjang adalah dibungkus/dilapisi kecuali pada


permukaan artikular oleh suatu membrane fibrous warna putih yang disebut
periosteum. Permukaan artikular dibungkus/dilapisi dengan kartilago hialin.
Periosteum memberikan tempat bagi serat-serat otot dan lapisan bagian
dalamnya mengandung osteoblast. Karena adanya osteoblast periosteum maka
periosteum bertanggung jawab untuk pertumbuhan dan perbaikan. Endosteum
membran juga mengandung beberapa osteoblast, batas rongga medulary yang
berisikan sumsum tulang dan saluran haversian. Ujung tulang disebut epifisis
dan bagian batang disebut diafisis.

Pertumbuhan longitudinal tulang panjang berasal dari kartilago epifisial


yang terlektak diantara diafisial dan pusat epifisial osifikasi. Kartilago epifisial
tebal karena proliferasi yang cepat dari sel kartilago. Pertumbuhan pada
diameter tulang dilakukan oleh osteklast (sel yang merusakan tulang) yang
membesar pada rongga medulary selama osteoblast pada periosteum yang
menghasilkan tulang baru pada bagian luarnya (osifikasi membran). Pada orang
yang lebih tua dan inaktif, degenerasi dan reabsorbsi tulang terjadi lebih cepat
daripada pertumbuhan tulang baru. Hal ini menyebabkan osteoporosis yaitu
suatu kondisi dimana tulang keropos dan fragil.

Tulang mempunyai kemampuan untuk remodel atau membentuk kembali


ukurannya sendiri dengan berespon pada terganggunya fungsi mekaniknya.
Respon ini sesuai dengan hukum Wolff (Julius Wolff, ahli anatomi Jerman)
yaitu setiap perubahan pada bentuk dan fungsi tulang atau hanya fungsinya
diikuti dengan perubahan yang nyata pada konfigurasi eksternalnya sesuai
dengan hukum matematika (Phips, et al, 1991). Atau hukum Wolff yaitu tulang
akan mengembangkan struktur yang paling cocok untuk menahan gaya yang
bekerja padanya (Dorland, 1997). Trabekula pada tulang berkembang dan
membangun dirinya sendiri dan akan terjadi osteogenesis sesuai stres yang ada.

28
Jika tulang tidak ditekan makan terjadi resorbsi tulang. Dengan demikian
individu yang memulai program berlari dapat memperoleh hipertropi
(meningkatnya massa tulang) pada tulang ekstremitas bawah, mengingat
individu yang menetap akan terjadi atropi (kehilangan substansi tulang)

c. Suplay sirkulasi dan inervasi


Sirkulasi darah yang cukup pada tulang perlu untuk suplay oksigen dan zat
gizi. Darah disuplai ke tulang melalui tiga jalur, yaitu (Phips, et al, 1991).

1. Arteriola pada saluran haversian.


2. Pembuluh darah yang berada pada periosteum dimana masuk ke tulang melalui
struktur yang dikenal saluran Volkmann
3. Pembuluh darah pada sumsum tulang dan ujung tulang.
Untuk itu jika ada gangguan pada arteri, periosteum atau tulang sendiri
maka mengakibatkan suplay darah akan terganggu juga. Selanjutnya tulang
disediakan dengan ujung saraf sensori pada periosteum yang menghubungkan
dengan sistem saraf pusat. Konsekuensinya, nyeri akan dirasakan jika tulang
terganggu misalnya fraktur, infeksi atau lesi lainnya.

d. Fisiologi penyembuhan tulang


Penyembuhan tulang melalui suatu proses yang dikenal dengan pembentukan kalus
(callus formation). Pertumbuhan tulang baru disebut kalus. Pembentukan kalus
melalui lima tahap umum, yaitu (Phipps, et al, 1991)

Kebanyakan patah tulang sembuh melalui osifikasi endokondral. Ketika tulang


mengalami cedera, fragmen tulang tidak hanya ditambal dengan jaringan parut.
Namun tulang mengalami regenerasi sendiri. Umumnya patah tulang sembuh
melalui osifikasi endokondral. Ketika tulang mengalami cidera, fragmen tulang
tidak hanya ditambal dengan jaringan parut,, namun tulang mengalami regenerasi
sendiri. Mengutip pendapat Smeltzer (2002), tahapan penyembuhan tulang terdiri
dari: inflamasi, proliferasi sel, pembentukan kalus, penulangan kalus (osifikasi),
dan remodeling.
1. Hematom formation (pembentukan hematom).
Karena tulang vaskularisasi tinggi, perdarahan bisa terjadi pada ujung kedua
tulang yang mengalami fraktur. Permiabilitas kapiler meningkat menyebabkan

29
ekstravasasi darah ke dalam area yang injury. Darah berkumpul pada periosteal
atau jaringan sekitarnya.

2. Fibrin meshwork formation


Fibroblast (sel jaringan ikat) dirusak oleh hematom, menyebabkan fibroblast
terorganisir ke dalam fibrin meshwork (jaringan fibrin). Dinding sel darah putih
rusak, maka terjadi peradangan local. Sel darah membentuk fibrin dan
berlangsung selama 24 48 jam dan perdarahan akan berhenti (Black, J. M, et
al, 1993 dan Apley, A. G, 1993).

3. Invasion by osteoblast
Osteoblast invasi ke fibrous (serabut sel) menyebabkan fibrous lembek/lunak,
pembuluh darah berkembang dari ujung-ujung kapiler, dengan demikian
membentuk suatu sumber suplay bagi zat gizi untuk membentuk kolagen.
Kolagen menjadi lebih panjang dan terjadi penumpukan kalsium.

4. Callus formation
Osteoblast secara terus menerus membentuk tulang sedangkan osteoklast
menghancurkan tulang yang mati dan membantu mensintesa tulang baru.
Kekuatan kolagen bertambah dan lebih padat dengan kalsium. Berlangsung dari
4 minggu hingga beberapa bulan hingga tulang mampu membawa beban yang
normal.

5. Remodeling
Kalus yang berlebihan direabsorbsi dan tulang trabekula menutupi garis
sepanjang stres atau fraktur sesuai dengan hukum Wolff. Lamellae yang tebal
menempati tekanan yang lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang,
dibentuk rongga sumsum tulang dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip
dengan normalnya (Black, J. M, et al, 1993 dan Apley, A. G, 1993).

4. Penyembuhan Tulang

a. Tahap Inflamasi.
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan
berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang
cidera dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen
tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera

30
kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan
membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.
b. Tahap Proliferasi Sel.
Kira-kira lima hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk
benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoklast
(berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan
kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang.
Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum,
tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh
gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang
berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh
menunjukkan potensial elektronegatif.
c. Tahap Pembentukan Kalus.
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh
mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang
digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur.
Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara
langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu
waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang
rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi
digerakkan.
d. Tahap Penulangan Kalus (Osifikasi).
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai
tiga minggu patah tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah
tulang panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga
sampai empat bulan. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-
benar telah bersatu dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat
elektronegatif.
e. Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling).
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan
mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya.
Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun tahun
tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan

31
pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus stres fungsional
pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih
cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung.
Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis
mengalami remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis
menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai
hasil proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan.
Proses remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-
anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif,
sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang
negative. Remodeling juga terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur.
e. Factor yang menghambat pembentukan callus yang baik adalah
(1) tidak adekuatnya reduksi fraktur, (2) edema yang berlebihan pada tempat
fraktur yang menghambat suplay zat gizi ke area, (3) terlalu banyak tulang yang
hilang pada waktu terjadinya injury, (4) imobilisasi yang tidak efektif, (5) infeksi
pada tempat injury, (6) nekrosis tulang, (7) anemia atau kondisi sistemik lainnya,
(8) tidak seimbangnya endokrin dan (9) intake diet yang kurang. Jika pembentukan
kalus tidak terjadi secara normal dan efisien mengakibatkan kurangnya perbaikan
yang disebut fraktur non union atau ununited.

2. Otot
A. Type type otot
Otot dibagi atas 3 kelompok besar yaitu skeletal (volunter, bergaris), viseral
(polos, involuter) dan kardiak atau jantung. Otot-otot viseral seperti pada usus
besar dan halus, dipersarafi sistem saraf otonom sehingga tidak bisa dikontrol
oleh kemauan. Otot skeletal dipersarafi oleh serat saraf dari sistem
serebrospinal dan bisa dikontrol oleh kemauan. Otot skeletal mengontrol
pergerakan, mempertahankan postur dan menghasilkan panas.

B. Struktur otot rangka


Otot-otot di atas panjang dan sempit. Strukturnya ini menyebabkan mereka
dibagi atas serat-serat yang terdiri atas sarkolema atau membran sel, dan
sarkoplasma atau sitoplasma. Ukurannya kecil, seratnya terdapat sepanjang
sarkoplasma disebut myofibril dengan diameter 1-2 mikrometer dimana

32
terdapat pita bergaris warna terang dan gelap. Pita A (anisotropik) merupakan
pita gelap bersifat bias ganda pada cahaya terpolarisasi dan pita I (isotropic)
merupakan pita terang bersifat tidak merubah cahaya. Miofibril terdiri atas
beberapa bagian sarkomer yang merupakan sub unit terkecil dari susunan
kontraktil. Tiap sarkomer terdiri dari satu garis Z (terdapat antara pita I).
Sedangkan zone H yaitu pita terang yang terdapat antara pita A.

C. Fisiologi kontraksi otot


Miofibril mengandung sedikitnya 4 protein yaitu tropomyosin (menghambat
kontraksi otot pada pita I), troponin (terdapat pada pita I), actin (bertanggung
jawab atas kontraksi dan relaksasi otot) dan myosin (bertanggung jawab
kontraksi dan relaksasi otot yang bersifata ensimatik dan ATP-ase terdapat
pada pita A). Fungsi otot adalah kontraksi. Ini dihasilkan oleh suatu proses
yang kompleks yang dipengaruhi oleh impuls saraf yang berasal dari serat
otot. Ion kalsium dilepaskan bila ada impuls, mengikat pada troponin (suatu
inhibitor pada interaksi myosin actin). Sekali troponin diikat maka akan
terjadi interaksi myosin actin dan sarkomer pada miofibril akan berkontraksi.
Energi untuk kontraksi otot disuplay melalui pemecahan ATP, merupakan
suatu susbstansi sel otot yang menghasilkan gabungan ADP dengan kreatinin
fosfat. Relaksasi otot terjadi bila kalsium dipisahkan dari troponin. Berikut
gambar tentang mekanisme kontraksi otot :

D. Type kontraksi
Kontraksi otot skeletal terjadi jika mereka dirangsang. Ada beberapa type
kontraksi yaitu :

1. Tonik. Kontraksi parsial yang terus menerus untuk mempertahankan postur


2. Isotonik. Kontraksi dimana tension (tegang) dari otot tidak diubah tetapi
panjang otot berubah (memendek)
3. Isometrik. Ketegangan otot yang meningkat tetapi otot tidak memendek.
4. Twitch. Reaksi yang tersentak sentak terhadap stimulus tunggal.
5. Tetanik. Seperti twitch tetapi dihasilkan oleh suatu seri stimulus yang tepat.
6. Treppe. Kontraksi twitch yang lebih kuat.
7. Fibrilasi. Kontraksi yang tidak sinkron pada serat otot.

33
8. Konvulsi. Kontraksi tetanik abnormal yang tidak terkoordinasi yang terjadi
pada berbagai kelompok otot.
Kontraksi serabut otot dapat menghasilkan kontraksi isotonik maupun
isometrik. Pada kontraksi isometrik, panjang otot tetap konstan tetapi tenaga yang
dihasilkan oleh otot meningkat ; contohnya adalah bila kita mendorong dinding
yang tak dapat digerakkan. Kontraksi isotonik, sebaliknya, ditandai dengan
pemendekan otot tanpa peningkatan tegangan dalam otot contohnya adalah fleksi
lengan atas. Pada aktivitas normal, kebanyakan gerakan otot adalah kontraksi
isotonik dan isometrik. Misalnya ketika berjalan, kontraksi isotonik menyebabkan
pemendekan tungkai, dan selama kontraksi isotonik kekakuan tungkai akan
mendorong lantai. Tonus otot. Otot yang sedang relaksasi menunjukkan suatu
keadaan yang selalu siap untuk berespons terhadap setiap rangsangan kontraksi.
Keadaan yang selalu siap ini dikenal sebagai tonus otot dan disebabkan karena
tetap terjaganya beberapa saraf otot dalam keadaan kontraksi. Organ indra dalam
otot ( spindel otot) selalu memantau tonus otot. Tonus otot menjadi paling minim
saat tidur dan meningkat ketika seseorang dalam keadaan cemas. Otot yang
tonusnya kurang dari normal disebut flaksid; otot yang tonusnya lebih tinggi dari
normal spastik. Pada kerusakan lower motor neuon (misal. Polio), otot yang
mengalami denervasi akan menjadi atonik (lunak dan menggelambir) dan atrofi.

3.Kerja Otot
Otot mampu melakukan gerakan dengan hanya kontraksi. Melalui koordinasi
kelompok-kelompok otot , tubuh mampu melakukan berbagai macam gerakan.
Penggerak utama adalah otot yang menyebabkan gerakan tertentu. Otot yang
membantu pergerakan utama dinamakan sinergis. Otot yang menyebabkan gerakan
yang berlawanan dengan penggerak utama dikenal sebagai antagonis. Otot
antagonis harus rileks untuk memberi kesempatan penggerak utama untuk
berkontraksi, menghasilkan gerakan. Misalnya, ketika kontraksi bisep menyebabkan
fleksi sendi siku, bisep merupakan penggerak utama dan trisep sebagai antagonis.
Bila otot mengalami paralisis, orang tetap dapat memperoleh kembali fungsi otot
melalui kelompok sinergis untuk mengkoordinasi sedemikian rupa untuk
menghasilkan gerakan yang diinginkan. Penggerak sekunder kemudian menjadi
penggerak utama.

34
Gerakan tubuh yang dapat dihasilkan oleh kontraksi otot sangat banyak.
Fleksi ditandai dengan adanya lipatan pada sendi (misal. siku). Gerakan nyang
berlawanan adalah ekstensi, atau peluru sendi. Abduksi adalah gerakan yang
menjauhkan diri dari setengah tutbuh. Gerakan yang mendekati garis setengah tubuh
adduksi. Rotasi adalah gerakan memutar pada sumbu tertentu misal. Sendi bahu.
Sirkumduksi adalah gerakan ibu jari yang berbentuk corong. Gerakan khusus tubuh
meliputi supinasi (membalik telapak tangan keatas), pronasi (membalik telapak
tangan keatas), inversi (memutar telapak kaki kedalam), eversi (lawan gerakan
inversi), protraksi (menarik dagu ke depan), dan retraksi (menarik dagu ke
belakang).
5. Latihan, Disuse, dan Perbaikan
Otot harus selalu dilatih untuk menjaga fungsi dan kekuatannya. Bila otot
berulang-ulang mancapai tegangan maksimum atau mendekati maksimum selama
waktu yang lama, seperti pada latihan beban teratur, maka irisan melintang otot
akan membesar (hipertrofi). Ini disebabkan karena penambahan ukurab masing-
masing serat otot tanpa peningkatan jumlah serta otot. Hipertrofi hanya bisa
dipertahankan selama latihan dilanjutkan.
Fenomena sebaliknya bila terjadi disus otot dalam waktu yang lama.
Pengecilan ukuran otot dinamakan atrofi. Tirah baring dan immobilisasi akan
menyebabkan kehilangan massa dan kekuatan otot. Bila immbobilisasi karena
suatu modalitas penanganan (misal. Pada gips dan traksi), kita dapat mengurangi
efek immbolitas pasien dengan latihan isometrik otot-otot dibagian yang
diimobilisasi. Latihan kuadriseps ( mengencangkan otot paha) dan latihan gluteal
(mengencangkan otot bokong) dapat membantu mempertahankan kelompok otot
besar yang penting untuk berjalan. Latihan aktif dan beban berat badan pada bagian
tubuh yang tidak mengalami cedera dapat mencegah terjadinya atrofi otot. Ketika
otot mengalami cedera, harus diistirahatkan dan immobilisasi sampai terjadi
perbaikan . otot yang sudah sembuh kemudian harus dilatih secara progresif untuk
mencapai kemampuan fungsional dan kekutatan seperti sebelum cedera.
E. Sirkulasi pada otot
Efisiensi kontraksi otot tergantung pada suplay darah yang adekuat ke dan dari
serat serat otot dimana otot skeletal pembuluh darahnya banyak. Produk sisa dari
perubahan kimia yang terjadi selama kontraksi otot harus ditransportasi ke
penyelaras untuk disintesa ulang. Bila sisa produk tidak dapat dikeluarkan maka

35
otot menjadi lelah dan terjadi nyeri. Oksigen harus ditranspor ke serat otot untuk
mendukung kerja kontraksi otot. Bila tidak adekuat maka kerja otot menurun
seperti pada kondisi anemia atau trauma dimana sirkulasi serat otot terputus.

F. Inervasi otot (rangsangan pada otot)


Kontraksi otot yang adekuat juga tergantung pada efektifnya inervasi otot.
Serebelum merupakan penanggung jawab utama. Setiap sel otot disuplay akson
pada satu sel saraf. Sel saraf mentransmisikan impuls ke otot skeletal yang dikenal
dengan neuron motor somatik. Aktivitas neuron dan sel otot disebut unit motor.
Akson pada satu neuron motor somatic terdiri atas beberapa branches dan
kemudian inervasi ke sejumlah sel-sel otot. Kontraksi otot merupakan suatu set
dengan pelepasan asetilkolin yaitu bahan kimia yang terkandung dalam vesikel
(gelembung) kecil yang berada pada terminal akson. Bila asetilkolin kontak dengan
sarkolema maka akan merangsang terjadinya kontraksi. Reaksi ini dikenal dengan
motor end-plate atau neurmuscular junction, dimana otot dan saraf kontak.
Gangguan pada system saraf di tingkat serebrospinal atau pada beberapa tempat
lewatnya saraf akan menyebabkan disfungsinya muscular.

3. Sistem Persendian
Artikulasi atau sendi adalah hubungan antara dua tulang yang berdekatan.
Sendi di klasifikasikan sesuai dengan struktur (berdasarkan ada tidaknya rongga
persendian diantara tulang-tulang yang berartikulasi dan jenis jaringan ikat yang
berhubungan dengan persendian tersebut), danmenurut fungsi persendian
(berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada persendian).
a) Klasifikasi struktural persendian :
1. Sendi fibrosa
Tulang-tulang dihubungkan oleh serat-serat kolagen yang kuat. Sendi ini
biasanya terikat mis, sutura tulang tengkorak. Kadang sendi dapat sedikit
bergerak.
2. Sendi kartilago
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh
jaringan fibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago mis, antara korpus
vertebra dan simfisis pubis. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan
sedikit bebas.
3. Sendi synovial

36
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umm. Sendi ini biasanya
memungkinkan gerakan yang bebas (misalnya : lutut, bahu, siku,
pergelangan tangan, dll) tetapi beberapa sendi synovial secara relative tidak
bergerak (misalnya : sendi sakroiliaka). Sendi ini dibungkus dalam kapsul
fibrosa dibatasi dengan membrane synovial tipis. Membrane ini menskresi
cairan synovial kedalam ruang sendi untuk melumasi sendi. Permukaan
tulang dilapisi dengan kartilago artikular halus dan keras dimana permukaan
ini berhubungan dengan tulang.
Pada beberapa sendi terdapat satu sabit kartilago fibrosa yang sebagian
memisahkan tulang-tulang sendi (misalnya : lutut, rahang)
Klasifikasi fungsional persendian
1. Sendi sinartrosis atau sendi mati. Secara structural, persendian ini
dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau kartilago.
2. Sutura adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa rapat
dan hanya ditemukan pada tulang tengkorak.
3. Sinkondrosis adalah sendi yang tulang-tulangnya dihubungkan dengan
kartilago hialin.
4. Amfiartrosis adalah sendi dengan pergerakan terbatas yang
memungkinkan terjadinya sedikit gerakan sebagai respons terhadap torsi
dan kompresi.
5. Simfisis adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan diskus
kartilago,yang menjadi bantalan sendi yang memungkinkan terjadinya
sedikit gerakan.
6. Gomposis adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk dengan
pas dalam kantong tulang, seperti pada gigi yang tertanam pada alveoli.
7. Diartrosis adalah sendi yang bergerak bebas,disebut juga sendi synovial.
Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan synovial, suatu kapsul
sendi (artikular) yang menyambung kedua tulang, dan ujung tulang pada
sendi synovial dilapisi kartilago artikular.
b) Ciri ciri sendi diartrosis
a. Pada setiap sendi bagian ujung sendi ditutupi oleh tulang rawan hialin
yang halus, dilapisi oleh selubung fibrus kapsul sendi

37
b. Kapsul dilapisi oleh membran sinovial yang mensekresi cairan pelumas
dan peredam getaran dalam kapsul sendi (cairan synovial), sehingga tidak
terjadi kontak/sentuhan antar permukaan tulang
c. Untuk membentuk sendi maka antar tulang dihubungkan dengan ligamen
(pita jaringan ikat fibrus)
d. Ligamen dan tendon otot yang melintasi sendi sehingga jaga kestabilan
sendi
c) Jenis jenis sendi diartrosis
a. Sendi Peluru
Kepala sendi yang bulat tepat masuk di dalam rongga cawan
sendi sehingga memungkinkan gerakan bebas penuh. Contoh: Sendi
panggul dan bahu
b. Sendi Engsel/Hinge
Sumbu gerak tegak lurus pada arah panjang tulang sehingga
arah gerak hanya pada satu arah. Contoh: Siku dan lutut
c. Sendi Pelana
Permukaan sendi berbentuk pelana, arah sumbu yang satu
permukaan cembung dalam arah sumbu yang lain cembung. Contoh:
Pada dasar ibu jari
d. Sendi Pivot / Kisar
Gerakan rotasi sesuai dengan arah panjang tulang untuk
melakukan aktivitas.
Contoh: Sendi antara radius dan ulna (untuk membuka pintu)
e. Sendi Peluncur
Gerakan ke semua arah dan contohnya adalah sendi-sendi
tulang karpalia di pergelangan tangan.
f. Sendi Kondiloid
Mirip sendi engsel, tetapi dapat bergerak dalam dua bidang,
lateral ke belakang dan ke depan sehingga flexi, extensi, abduksi,
adduksi (ke samping) Contoh: Temporomandibula

4. Kartilago
Kartilago merupakan suatu material yang terdiri dari serat-serat yang kuat tapi
fleksibel dan avaskuler. Zat mencapai kartilago melalui difusi dari kapiler yang berada

38
di perikondrium (jaringan fibrous yang menutupi kartilago) atau melalui cairan
sinovial. Yang membentuk kartilago adalah fibrous, hyaline dan elastic. Fibrokartilago
ditemukan pada intervertebral disk, artikular atau hyaline lembut, putih yang
menutupi permukaan tulang. Elastic kartilago bias ditemukan pada telinga luar.

5. Ligamen
Ligament merupakan ikatan jaringan konektif fibrous yang lentur dan keras.
Mereka menghubungkan ujung artikular dan memberikan kestabilan. Misalnya
ligamen kolateral medial dan lateral lutut memberikan kestabilan mediolateral
terhadap sendi lutut. Ligamen bisa berhubungan dengan jaringan lunak untuk
menopangnya misalnya ligamen ovary yang menghubungkan ujung tuba ovary
dengan peritoneum.

6. Tendon
Tendon merupakan ikatan jaringan fibrous yang membentuk akhir dari suatu otot dan
menempel pada tulang.

7. Perubahan fisiologis dengan menua


Perubahan fisiologis terjadi pada sistem muskuloskeletal dimana anak dan
adolesens terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Namun demikian, pada
saat matur atau matang dan memasuki usia lebih tua, jaringan yang kuat dan integritas
mulai mengalami penurunan seperti terjadi penurunan jumlah total sel tubuh. Jaringan
konektif kehilangan beberapa elastisitas dan daya pegas terutama kartilago artikular
sendi dan intervertebral pada spina. Reabsorbsi terjadi lebih cepat dibandingkan
dengan pertumbuhan tulang dan terutama pada wanita postmenopaus, kehilangan
kalsium dari tulang, membuat tulang mudah rapuh dan kehilangan resistennya
terhadap fraktur. Bahu bisa menjadi bungkuk dan terbatas. Lutut dan panggul
mungkin menjadi nampak fleksi saat berdiri atau berjalan, dan sering nyeri akibat
degenerasi sendi. Postur tubuh membungkuk sebagai usaha tubuh untuk kompensasi
terhadap perubahan pada pusat gravitasi yang diakibatkan oleh sendi ekstremitas
bawah fleksi dan dorongan ke depan dari kepala, leher dan bahu. Dengan perubahan
ini tinggi badan menurun 6 10 cm, gaya berjalan menjadi goyah karena kehilangan
kekuatan otot dan koordinasi, serta individual mungkin mudah jatuh.

Sifat kondisi patologis pada sistem muskuloskeletal.

39
Seperti yang dijelaskan di atas otot, tulang, sendi, struktur suportif dan
saraf sensori dan motorik bekerja secara bersama untuk mengontrol pergerakan
dan mempertahankan postur. Namun demikian, beberapa masalah yang
mengakibatkan interferensi atau gangguan pada berbagai tingkat seperti
inervasi, kontraktilitas, artikulasi, atau penyokong. Masalah dapat terjadi
sebagai akibat putusnya suplay darah ke struktur, penyakit yang mempengaruhi
kontur/bentuk tulang atau sendi, penyakit yang mempengaruhi saraf, trauma.

40
Daftar Pustaka

1. Ganong, William.2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20.Jakarta : EGC


2. Guyton and Hall.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC
3. Sloane, ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran
4. Syaifuddin.1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta : EGC
5. Tambayong, Jan. 2001. Anatomi dan fisiologi untuk keperawatan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran

41

Anda mungkin juga menyukai