Pyk - Bartholin's Cysts Abcess
Pyk - Bartholin's Cysts Abcess
Oleh:
Preseptor:
Daftar Isi 2
BAB 1. PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA 24
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Kista barthtolini merupakan salah satu kelainan pada vulva berukuran relatif
besar yang paling sering dijumpai. Penyakit ini pertama kali diperkenalkan oleh
seorang ahli anatomi Belanda pada tahun 1677 bernama Casper Bartolini. Kelenjar
bulbouretral) pada laki-laki, yang letaknya tertutup dan berpasangan. Kelenjar ini
berfungsi untuk mensekresi cairan pembersih, mukus yang alkalis kedalam duktus
yang bagian dalamnya tersusun atas sel kolumner dan bagian luar tersusun atas epitel
transisional.1
lubrikasi yang mestinya keluar. Kista bartolini merupakan masalah yang sering
didapatkan pada wanita usia reproduksi, kebanyakan kasus terjadi pada usia 20
sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista bartolini
atau abses, sehingga hal ini merupakan masalah yang perlu untuk dicermati. Hal ini
menopause. 2,3
3
1.1 Batasan Masalah
klinis, diagnosis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan dari kista dan abses
bartolini.
Tujuan penulisan dari makalah ini meliputi definisi, epidemiologi, etiologi, gambaran
Makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber keilmuan yang terstruktur
bagi calon dokter sehingga dapat mengenali kasus dari kista dan abses bartolini
Metode penulisan makalah ini adalah dengan tinjauan pustaka yang merujuk pada
berbagai literatur.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
organ genitalia eksterna pada wanita. Kelenjar bartolini berjumlah dua buah
berbentuk bundar, dan terletak posterolateral dari vestibulum arah jam 4 dan jam 8.
Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara pada celah yang terdapat diantara labium
minus pudendi dan tepi hymen. Glandula ini homolog dengan glandula
bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu coitus dan mengeluarkan
Kelenjar bartolini diperdarahi oleh arteri bulbi vestibuli, dan dipersarafi oleh nervus
Kelenjar bartolini sebagian tersusun dari jaringan erektil dari bulbus, jaringan
erektil dari bulbus menjadi sensitif selama rangsangan seksual dan kelenjar ini akan
mensekresi sekret yang mukoid yang bertindak sebagai lubrikan. Drainase pada
kelenjar ini oleh saluran dengan panjang kira-kira 2-2,5 cm yang terbuka ke arah
orificium vagina sebelah lateral hymen, normalnya kelenjar bartolini tidak teraba
5
Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Bartolini 3
dari jaringan erektil dari bulbus, dimana jaringan ini akan menjadi sensitif selama
rangsangan seksual dan akan mensekresi sekret mukoid yang bertindak sebagai
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk
di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Suatu abses terjadi bila kista
menjadi terinfeksi. Kista kelenjar Bartolini terbentuk apabila kelenjar ini menjadi
tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka
panjang. Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini
6
akan melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang
Kista Bartolini merupakan kista yang sering terjadi pada vulva. Dua persen
wanita mengalami kista Bartolini atau abses kelenjar pada suatu saat dalam
kehidupannya. Abses umumnya hampir terjadi tiga kali lebih banyak daripada kista.
Salah satu penelitian kasus kontrol menemukan bahwa wanita berkulit putih dan
hitam yang lebih cenderung untuk mengalami kista bartolini atau abses bartolini
daripada wanita hispanik, dan bahwa perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki
risiko terendah. Kista Bartolini, yang paling umum terjadi pada labia majora.
Involusi bertahap dari kelenjar Bartolini dapat terjadi pada saat seorang
wanita mencapai usia 30 tahun. Hal ini mungkin menjelaskan lebih seringnya terjadi
kista Bartolini dan abses selama usia reproduksi. Biopsi eksisional mungkin
diperlukan lebih dini karena massa pada wanita pascamenopause dapat berkembang
tidak diperlukan karena rendahnya risiko kanker kelenjar Bartholin (0,114 kanker per
menjadi lebih buruk. Kebanyakan kasus terjadi pada wanita usia reproduktif, antara
20 sampai 30 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita
7
2.4 Etiologi Kista dan Abses Bartolini
Pembesaran kista bartolini bisa terjadi akibat parut setelah infeksi (terutama
yang disebabkan oleh nisereria gonorea dan kadangkadang streptokok dan stafilokok)
atau trauma yang kemudian menyebabkan sumbatan pada saluran ekskresi kelenjar
dihasilkannya dilatasi dari duktus dan pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan
abses dapat berkembang dalam kelenjar. Kista Bartolini tidak selalu harus terjadi
Infeksi pada abses bartolini dapat disebabkan oleh sejumlah bakteri, termasuk
organisme yang menyebabkan penyakit menular seksual seperti Klamidia dan Gonore
serta bakteri yang biasanya ditemukan di saluran pencernaan, seperti Escherichia coli.
Umumnya abses ini melibatkan lebih dari satu jenis organism. Meskipun Neisseria
kista saluran Bartolini dan abses kelenjar tidak lagi dianggap sebagai bagian eksklusif
dari infeksi menular seksual. Selain itu operasi vulvovaginal adalah penyebab umum
8
Tabel 2.1 Bakteri Penyebab Kista dan Abses Bartolini.5
distal dari duktus Bartolini yang dapat menyebabkan retensi dari sekresi.
Kista tersebut dapat menjadi terinfeksi, dan abses bisa berkembang dalam kelenjar.
Pembesaran kistik terjadi akibat parut setelah infeksi (terutama yang disebabkan oleh
Peradangan pada kista yang terbentuk akibat sumbatan duktus sekretorious dan
kelenjer Bartholini dapat juga terjadi secara kronis dan berlangsung hingga bertahun-
tahun.
9
Bila terjadi pada usia pascamenopouse, sebaiknya dilakukan pemeriksaan
secara saksama terkait risiko tinggi terhadap keganasan. Kelenjar Bartholini sangat
sering terinfeksi dan dapat membentuk kista atau abses pada wanita usia reproduksi.
Kista dan abses bartolini seringkali dibedakan secara klinis.6 Kista Bartolini
terbentuk ketika ostium dari duktus tersumbat, sehingga menyebabkan distensi dari
kista yang berukuran lebih besar, kadang menyebabkan nyeri dan dispareunia. Abses
Bartolini merupakan akibat dari infeksi primer dari kelenjar, atau kista yang
terinfeksi. Pasien dengan abses Bartolini umumnya mengeluhkan nyeri vulva yang
akut dan bertambah secara cepat dan progresif. Abses kelenjar Bartolini disebakan
oleh polymicrobial.2,5,6
10
2.6 Manifestasi Klinis Kista dan Abses Bartolini
Jika kista kelenjar Bartolini masih kecil dan belum terjadi inflamasi, penyakit
ini bisa menjadi asimptomatik. . Tetapi bila berukuran besar dapat menyebabkan rasa
kurang nyaman saat berjalan atau duduk. Bila pembesaran kistik tidak disertai infeksi
lanjutan atau sekunder, umumnya tidak akan menimbulkan gejala-gejala khusus dan
hanya dikenali melaluli palpasi. Kista biasanya nampak sebagai massa yang menonjol
secara medial dalam introitus posterior pada regio yang duktusnya berakhir di dalam
vestibula. Jika kista menjadi terinfeksi maka bisa terjadi abses pada kelenjar. Indurasi
biasa terjadi pada sekitar kelenjar, dan aktivitas seperti berjalan, duduk atau
11
Gambar 2.2 Kista Bartolini
Kista duktus Bartolini dan abses glandular harus dibedakan dari massa vulva
keganasan , khususnya jika massa irregular, nodular dan indurasi persisten. Kista
Bartolini tidak selalu menyebabkan keluhan akan tetapi kadang dirasakan sebagai
benda padat dan menimbulkan kesulitan pada waktu koitus. Tanda kista Bartolini
yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak nyeri pada salah satu sisi vulva
Penyakit ini cukup sering rekurens. Pada Bartolinitis akuta kelenjar membesar,
merah, nyeri, dan lebih panas dari daerah sekitarnya. Isinya cepat menjadi nanah yang
12
dalamnya dan menjadi abses yang kadang-kadang dapat menjadi sebesar telur bebek.
Jika belum menjadi abses, keadaan bisa di atasi dengan antibiotika, jika sudah
bernanah harus dikeluarkan dengan sayatan. Pasien dengan abses dapat memberikan
2) Dispareunia
13
2.7 Diagnosis Kista dan Abses Bartolini
2.7.1 Anamnesa
berupa :
Benjolan
(dispareunia)
terutama jika infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang ditularkan melalui
hubungan seksual
Teraba massa unilateral pada labia mayor sebesar telur ayam, lembut, dan
14
litotomi. Hasil pemeriksaan fisik yang diperoleh dari pemeriksaan terhadap abses
labium minor arah jam 4 dan 8 atau posisi jam 5 atau 7 dengan daerah sekitar
yang eritema dan edema. Dalam beberapa kasus didapatkan daerah selulitis
disekitar abses
Pada perabaan teraba massa yang lunak, berbatas tegas, berfluktuasi dan
Jika abses telah pecah secara spontan, dapat terdapat duh yang purulen
bakteri patogen11
Chlamidya. Untuk kultur, di ambil swab dari abses atau daerah lain seperti
serviks. Hasil tes ini baru dapat dilihat setelah 48 jam kemudian, tetapi hal
ini tidak menunda pengobatan. Dari hasil tes ini dapat diketahui apakah
15
Biopsi dari massa untuk mengetahui adanya sel-sel kanker, bagi
pasien:12,13
16
Solid lesions
Fibroma Labia majora, Firm, asymptomatic; may develop pedicle;
perineal body, may undergo myxomatous degeneration;
introitus potential for malignancy
Lipoma Labia majora, Benign, slow-growing; sessile or
clitoris pedunculated
yaitu drainase kista dan abses. Pengosongan dan drainase eksudat abses dengan
menggunakan katater Ward. Tindakan ini dapat mengurangi keluhan pasien untuk
sementara waktu karena jenis insisi tersebut rekurensinya bisa terjadi dengan
obstruktif ulangan sehingga terjadi kembali kista. Setelah tindakan ini, antibiotika
dapat diberikan sesuai dengan hasil pemeriksaan apus atau kultur bakteri.
Insisi dan drainase merupakan prosedur yang cepat dan mudah dilakukan serta
17
Word Catheter
Word catheter merupakan sebuah kateter kecil dengan balon yang dapat
mengobati kista dan abses Bartolini. Panjang dari kateter karet ini adalah sekitar 1
inch dengan diameter No.10 french foley kateter. Balon kecil di ujung Word catheter
dapat menampung sekitar 3-4 mL larutan saline.9 Jika Kista Bartolini atau abses
terlalu dalam, pemasangan Word catheter tidak praktis, dan pilihan lain harus
dipertimbangkan.
2) Dinding kista/ abses dijepit dengan forceps kecil dan blade no.11.
4) Insisi harus dibuat dalam introitusexternal hingga ke cincin hymenal pada area
saline)
18
6) Balon yang mengembang ini membuat kateter tetap berada di dalam rongga
kista atau abses. Ujung bebas dari kateter dapat dimasukkan ke dalam vagina.
Marsupialisasi6,7,9
dari kista Bartolini . Prosedur ini tidak boleh dilakukan ketika terdapat tanda- tanda
abses akut.
19
Gambar 2.6 Marsupialisasi Kista Bartolini
3) Dibuat insisi vertikal pada kulit labium sedalam 0,5cm (insisi sampai diantara
jaringan kulit dan kista/ abses) pada sebelah lateral dan sejajar dengan dasar
selaput himen.
4) Dilakukan insisi pada kista dan dinding kista dijepit dengan klem pada 4 sisi,
sehingga rongga kista terbuka dan kemudian dinding kista diirigasi dengan
cairan salin.
5) Dinding kista dijahit dengan kulit labium dengan atraumatik catgut. Jika
dan dalam waktu 1 minggu muara baru akan mengecil separuhnya, dan dalam
20
waktu 4 minggu muara baru akan mempunyai ukuran sama dengan muara
Eksisi (Bartoliniectomy)9,10
tidak berespon terhadap drainase, namun prosedur ini harus dilakukan saat tidak ada
infeksi aktif. Eksisi kista bartolini karena memiliki risiko perdarahan, maka sebaiknya
2) Lalu dibuat insisi kulit berbentuk linear yangmemanjang sesuai ukuran kista
pada vestibulum dekat ujung medial labia minora dan sekitar 1 cm lateral dan
parallel dari hymenal ring. Hati hati saat melakukan insisi kulit agar tidak
mengenai dinding kista. Struktur vaskuler terbesar yang memberi suplai pada
kista terletak pada bagian posterosuperior kista. Karena alasan ini, diseksi
3) Bagian inferomedial kista dipisahkan secara tumpul dan tajam dari jaringan
sekitar. Alur diseksi harus dibuat dekat dengan dinding kista untuk
21
Gambar 2.7 Diseksi Kista
utama dari kista dicari dan di klem dengan menggunakan hemostat. Lalu
5) Cool packs pada saat 24 jam setelah prosedur dapat mengurangi nyeri,
sitz bath hangat 1-2 kali sehari untuk mengurangi nyeri post operasi dan
kebersihan luka.
22
2.9. Komplikasi Kista dan Abses Bartolini 11
Komplikasi yang paling umum dari abses bartolini adalah kekambuhan. Pada
Perdarahan, terutama pada pasien dengan koagulopati dan timbul jaringan parut.
23
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk
di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Suatu abses terjadi bila kista
menjadi terinfeksi. Pembesaran kista bartolini bisa terjadi akibat parut setelah infeksi
(terutama yang disebabkan oleh nisereria gonorea dan kadang kadang streptokok dan
stafilokok) atau trauma yang kemudian menyebabkan sumbatan pada saluran ekskresi
kelenjar Bartolini.
dirasakan sebagai benda padat dan menimbulkan kesulitan pada waktu koitus. Jika
kista bartolini masih kecil dan tidak terinfeksi, umumnya asimtomatik. Tetapi bila
berukuran besar dapat menyebabkan rasa kurang nyaman saat berjalan atau duduk.
Pasien dengan abses dapat memberikan gejala berupa nyeri yang akut disertai
pembengkakan labial unilateral, dispareunia, nyeri pada waktu berjalan dan duduk,
nyeri yang mendadak mereda, diikuti dengan timbulnya discharge (sangat mungkin
24
DAFTAR PUSTAKA
25