Anda di halaman 1dari 14

TEORI-TEORI PERKEMBANGAN

(LATAR BELAKANG SEJARAH TEORI DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik

Dosen pengampu : Panji Hidayat, S.Pd.I

Disusun Oleh :

1. Wening Oktaviani (12670007)


2. Hemarita Rayuni Nurgita (12670027)
3. Rovik (12670030)
4. Anis Marifatul (126700 )
5. Hisan (126700 )

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
TEORI-TEORI PERKEMBANGAN

Teori merupakan seperangkat gagasan yang saling berkaitan dan menolong


menerangkan data, serta membuat ramalan (Santrock, 1995). Dalam pengkajian suatu
pengetahuan, teori merupakan suatu hal yang mutlak yang harus dikaji terlebih dahulu untuk
menjelaskan tentang sesuatu hal. Hal ini bertujuan agar kajian pengetahuan memiliki dasar
yang kuat untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ada berbagai macam teori yang
terkait dalam penelaahan materi perkuliahan perkembangan peserta didik yang berasal dari
Teori Psikologi Perkembangan, yaitu:

1. Teori Psikodinamika
Teori ini memandang pentingnya pengaruh lingkungan terutama lingkungan yang
diterima oleh individu pada awal perkembangannya. Lingkungan awal merupakan
pondasi yang menjadi pijakan kuat pada tahun-tahun berikutnya. Adapun dua ahli yang
termasuk dalam pengkajian Teori Psikodinamika adalah Sigmund Freud dan Erik
Erikson.
a. Teori Sigmund Freud
Teori Freud menyatakan bahwa kepribadian tersusun dari tiga komponen: id,
ego dan superego. Id ada sejak lahir dan terdiri dari instink dan dorongan mendasar
yang mencari kepuasan langsung tanpa menghiraukan konsekuensinya. Sebagai
contoh, peningkatan rasa lapar atau haus harus menghasilkan upaya segera untuk
makan atau minum. id ini sangat penting dalam hidup, karena itu dapat memastikan
bahwa kebutuhan bayi terpenuhi. Jika bayi lapar atau tidak nyaman, ia akan
menangis sampai tuntutan id terpenuhi. Ego mulai berkembang selama tahun
pertama kehidupan, ego terdiri dari proses mental, daya penalaran dan pikiran sehat
yang membantu id menentukan ekspresi tanpa mengalami masalah. Superego
berkembang dari puncak kedewasaan, identifikasi dan model orang tua, serta dari
masyarakat. Superego menjadi kata hati yag berusaha mempengaruhi perilaku untuk
menyesuaikan diri dengan harapan-harapan sosial. Id dan superego sering
bertentangan, menyebabkan kesalahan, kegelisahan, dan gangguan pada individu.
Menurut Freud, salah satu cara orang mengurangi atau menghilangkan kegelisahan
dan konflik adalah dengan menggunakan mekanisme pertahanan yang digunakan
secara tak sadar dan menjadi patologis atau penyakit jika digunakan secara
berlebihan. Mekanisme pertahanan tersebut antara lain:
1. Repression (penekanan): dorongan hati yang tidak pantas dengan
mendesaknya ke dalam pikiran tidak sadar.
2. Regression (kemunduran): kembali ke bentuk-bentuk awal atau kembali pada
kemampuan tahap perkembangan sebelumnya yaitu adanya bentuk kekanak-
kanakan dari perilaku ketika menghadapi kegelisahan.
3. Sublimation: menggantikan perilaku yang tidak disukai atau yang tidak layak
dengan perilaku yang diterima secara sosial.
4. Displacement (penggantian): mengubah emosi yang kuat dari sumber frustasi
dan melepaskannya kepada obyek atau orang lain.
5. Reaction formation (pembentukan reaksi): bertindak yang sepenuhnya
berlawanan dengan perasaannya untuk menyembunyikan perasaan-perasaan
yang tidak diterima.

Menurut Freud, mekanisme pertahanan yang paling kuat dan paling meresap
adalah represi, karena represi bekerja menolak dorongan-dorongan id yang tidak
diinginkan di luar kesadaran dan kembali ke pikiran tidak sadar.

Tujuan setiap mekanisme pertahanan ialah menekan atau menolak keinginan-


keinginan yang mengancam di luar kesadaran (Rice, 2000)

Adapun tahapan perkembangan psikoseksual pada awal masa kanak-kanak


menurut reud adalah 1

1. Tahap oral, berlangsung selama 18 bulan pertama kehidupan, kenikmatan bayi


berpusat disekitar mulut. Mengunyah, menghisap dan menggigit adalah sumber
kenikmatan.
2. Tahap anal, berlangsung antara usia 1 dan 3 tahun, kenikmatan terbesar pada anak
meliputi lubang anus atau fungsi pengeluaran/pembersihan yang diasosiakan
dengannya. Dalam pandangan Freud, latihan otot-otot lubang dubur mengurangi
tekanan/ketegangan.
3. Tahap phalik, berlangsung antara usia 3 dan 6 tahun. Phallic berasal dari kata
latin phallus yang berarti alat kelamin laki-laki (penis).

1
Rita Eka Izzaty, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY press.
4. Tahap laten, berlangsung antara kira-kira usia 6 tahun dan masa pubertas. Anak
menekan semua minat terhadap seks dan mengembangkan ketrampilan sosial dan
intelektual.
5. Tahap genital, berawal dari masa pubertas dan seterusnya. Tahap ini ialah suatu
masa kebangkitan seksual.

b. Teori Erik Erikson


Erik Erikson merupakan penganut teori psikodinamika atau psikoanalisis
dari Freud. Erikson menerima dasar-dasar orientasi umum dari Freud, namun
menambahkan dasar dan orientasi teorinya mengenai tahapan perkembangan
psikososial, penekanan pada identitas, dan perluasan metodologi.

i. Tahapan perkembangan Psikososial


Erikson meletakkan hubungan antara gejala psikis dan sisi edukatif,
serta gejala masyarakat budaya di pihak lain. Peran pengasuhan dan
lingkungan menjadi hal yang sangat penting dalam menentukan perkembangan
hidup individu. Dalam pandangannya, Erikson menyatakan bahwa masyarakat
memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan psikososial
individu. Peranan ini dimulai dari aturan atau budaya masyarakat sampai pola
asuh orangtua.

Ada dua hal yang menjadi perhatian bersama dalam mencermati


perkembangan psikososial, yaitu pertama, walaupun tiap individu melewati
tahapan perkembangan sosial yang sama, namun setiap budaya mempunyai
cara sendiri untuk menguatkan dan mengarahkan perilaku individu setipa
tahapnya. Kedua, budaya dapat berubah seiring dengan waktu, adanya
kemajuan teknologi, pendidikan, urbanisasi, dan perkembangan lain yang
membuat budaya harus berubah dan beradaptasi sesuai dengan lingkungan
masyarakat dan kebutuhannya.

ii. Penekanan pada Identitas


Erikson selalu menekankan bahwa individu selalu mencari identitas pada tiap
tahapan perkembangan. Identitas merupakan sesuatu hal yang sangat penting
bagi individu, sehingga secara sadar maupun tidak sadar individu tersebut
selalu mencari identitas dirinya. Identitas merupakan pengertian antara
penerimaan dan pengertian untuk diri individu maupun untuk masyarakat.

iii. Perluasan Metode Psikoanalisis


Menurut Erikson, dalam mempelajari indvidu ada tiga metode baru yang dpaat
digunakan dalam mempelajari perkembangnnya, yaitu; observasi langsung,
perbandingan cross-cultural, dan sejarah psikologis.

Erikson membagi perkembangan manusia menjadi 8 tahap dan mengatakan


bahwa individu memiliki tugas psikososial yang perlu dikuasai selama tiap
tahap. Delapan tahap itu, menurut Erikson adalah: kepercayaan
><ketidakpercayaan; otonomi ><rasa malu dan keraguan; inisiatif ><
keslaahan; industri >< inferioritas; identitas >< kebingungan peran; kekariban
>< isolasi; generativitas >< stagnasi (dewasa menengah: 40an 50an); dan
integritas >< keputusasaan.

Teori Erikson jauh lebih luas daripada teori Freud dan mencakup keseluruhan
masa hidup, dengan perhatian pada variasi yang lebih luasa dari faktor-faktor
motivasi dan lingkungan.

2. Teori Behaviorisme dan Belajar Sosial


a. Behaviorisme
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia
yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878 1958), sebagai reaksi atas teori
psikodinamika. Perspektif behavioral ini berfokus pada peran dari belajar dalam
menjelaskan tingkah laku manusia. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut
terori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan, bisa
diramalkan, dan bisa dikendalikan.

Watson dan teoretikus behavioristik lainnya, seperti Skinner (1904 1990)


meyakini bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan
pengaruh lingkungan atau situasional. Kalu Freud melihat bahwa tingkah laku
dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan yang tidak rasional, teoretikus behavioristik
melihat tingkah laku manusia sebagai hasil pengaruh lingkungan yang membentuk
dan memanipulasi tingkah laku.

Menurut aliran ini, manusia sepenuhnya adalah makhluk reaktif, yang


tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang berasal dari luar. Faktor lingkungan
inilah yang menjadi penentu terpenting dari tingkah laku manusia. Berdasarkan
pemahaman ini, maka kepribadian individu menurut teori ini dapat dikembalikan
kepada hubungan antara individu dan lingkungan. Manusia datang ke dunia ini tidak
dengan membawa ciri-ciri yang pada dasarnya baik atau buruk, tetapi netral. Hal-
hal yang mempengaruhi perkembangan kepribadian individu selanjutnya semata-mata
bergantung pada lingkungannya.

Gagasan utama dalam aliran ini adalah bahwa untuk mempelajari tingkah
laku seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah
laku yang tampak, bukan dengan mengamati kegiatan bagian dalam tubuh. Menurut
Watson, adalah tidak bertanggung jawab dan tidak ilmiah mempelajari tingkah laku
manusia semata-mata didasarkan atas kejadian-kejadian subjektif, yakni kejadian-
kejadian yang diperkirakan terjadi di dalam pikiran, tetapi tidak dapat diamati dan
diukur. Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang
memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi,
bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem
pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan
respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang
mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.

b. Teori Belajar Sosial


Tokoh Teori ini adalah Albert Bandura. Teori ni menekankan perilaku,
lingkungan, dan faktor kognisi sebagai faktor kunci dalam perkembangan individu.
Secara umum teori ini mengatakan bahwa manusia bukanlah seperti robot yang tidak
mempunyai pikiran dan menurut saja sesuai dengan kehendak pembuatnya. Namun,
manusia mempunyai otak yang dapat berpikir, menalar, menilai, ataupun
membandingkan sesuatu sehingga dapat memilih arah bagi dirinya.
Lebih lanjut Bandura memperjelas teorinya lebih mendalam dengan menamakan teori
belajar sosial kognitif. Bandura sangat yakin bahwa perilaku seseorang itu
merupakan hasil dari mengamati perilaku orang lain, dengan kata lain secara kognitif,
perilaku indvidu itu mengadopsi dan perilaku orang lain. Proses ini disebut modeling
atau imitasi.

Toeri belajar sosial mengatakan bahwa anak-anak belajar dengan mengamati perilaku
orang lain dan dengan meniru perilaku mereka. Ahli teori pembelajaran sosial telah
memberi banyak sumbangan untuk pemahaman tentang perkembangan manusia
dengan menekankan peran pengaruh lingkungan dalam pembentukan perilaku.

3. Teori Humanistik
Teori humanistik muncul pada pertengahan abad ke-20 sebagai reaksi terhadap
teori psikodinamika dan behavioristik. Tokoh teori ini adalah Charlotte Buhler (1893
1974), (Teori tahap Perkembanagan), Abraham Maslow (1908 1970) (Teori Hierarkhi
Kebutuhan) dan Carl Rogers (1902 1987) (Teori Pertumbuhan Personal). Tokoh teori
ini meyakini bahwa tingkah laku manusia tidak dapat dijelaskan sebagai hasil dari
konflik-konflik yang tidak disadari maupun sebagai hasil pengondisian yang sederhana.
Teori ini menyiratkan penolakan terhadap pendapat bahwa tingkah laku manusia semata-
mata ditentukan oleh faktor di luar dirinya. Sebaliknya, teori ini melihat manusia sebagai
aktor dalam drama kehdiupan, bukan reaktor terhadap instink atau tekanan lingkungan.
Teori ini berfokus paa pentingnya pengalaman disadari yang bersifat subjektif dan self-
direction.

Para teoretikus humanistik mempertahankan bahwa manusia memiliki


kecendrungan bawaan untuk melakukan self-actualization untuk berjuang menjadi apa
yang mereka mampu. Setiap manusia memiliki serangkaian perangai dan bakat-bakat
yang mendasari perasaan dan kebutuhan individual serta memberikan perspektif yang
unik dalam hidup.

Dalam teori humanistik, manusia digambarkan secara optimistik dan penuh


harapan. Di dalam diri manusia terdapat potensi-potensi untuk menjadi sehat dan tumbuh
secara kreatif. Manusia digambarkan sebagai tindakan individu yang aktif, bertanggung
jawab, mempunyai potensi kreatif, bebas (tidak terikat oleh belenggu masa lalu),
berorientasi ke depan, dan selalu berusaha untuk self-fulfillment (mengisi diri
sepenuhnya untuk beraktualisasi). Kegagalan dalam mewujudkan potensi-potensi ini
lebih disebabkan oleh pengaruh yang bersifat menjerat dan keliru dari pendidikan dan
latihan yang diberikan oleh orangtua serta pengaruh-pengaruh sosial lainnya.

Humanisme menggunakan pandangan yang sangat positif dari sifat dasar manusia
dan mengatakan bahwa orang bebas menggunakan kemampuan mereka yang
unggul/superior untuk membuat pilihan cerdas dan mewujudkan potensi penuh mereka
sebagai orang yang mengaktualisasikan diri. Implikasinya terhadap pendidikan adalah
sebagai berikut2

1. Perlakuan terhadap individu didasarkan akan kebutuhan individual dan kepribadian


peserta didik.
2. Motivasi belajar berasal dari dalam diri (intrinsik) karena adanya keinginan untuk
mengetahui.
3. Metode belajar menggunakan metode pendekatan terpadu dengan menekankan kepada
ilmu-ilmu sosial.
4. Tujuan kurikuler mengutamakan pada perkembangandari segi sosial, keterampilan
berkomunikasi, dan kemampuan untuk peka terhadap kebutuhan individu dan orang
lain
5. Bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik yang mempunyai kebebasan
memilih dan guru hanya berperan untuk membantu.
6. Untuk mengefektifkan mengajar maka pengajaran disusun dalam bentuk topik-topik
terpadu berdasarkan pada kebutuhan peserta didik
7. Partisipasi peserta didik sangat dominan
8. Kegiatan belajar peserta didik mengutamakan belajar melalui pemahaman dan
pengertian bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan

4. Teori Kognitif
Ada 2 teori sebagai pendekatan dasar untuk memahami kognisi. Pendekatan
pertama adalah Piagetian Approach yang menekankan perubahan kualitatif dalam cara
berpikir mereka ketika berkembang. Pendekatan kedua adalah Teori Vygotsky.

2
Baharudin dan Wahyuni , N.E. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruz media.
a. Piaget: Perkembangan Kognitif
Jean Piaget (1896 1980) adalah psikolog perkembangan dari Swiss. Piaget
mengajarkan bahwa perkembangan kognitif adalah hasil gabungan dari kedewasaan
otak dan sistem saraf, serta adaptasi pada lingkungan.

Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun


pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun
proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh
pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga berperan aktif dalam
menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam
mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia
punya.

Piaget menguraikan empat tahap perkembangan kognisi, yaitu:

Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Usia Tahap Perilaku


Lahir -18 bln Sensorimotor Belajar melalui perasaan
Belajar melalui refleks
Memanipulasi bahan
18 bln 6 thn Praoperasional Ide berdasarkan persepsinya
Hanya dapat memfokuskan pada
satu variabel pada satu waktu
Menyamaratakan berdasarkan
pengalaman terbatas
6 thn 12 thn Operasional Konkret Ide berdasarkan pemikiran
Membatasi pemikiran pada benda-
benda dan kejadian yang akrab
12 thn atau Operasional formal Bepikir secara konseptual
lebih Berpikir secara hipotesis

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah3

a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu
guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir
anak.

3
http://blog.uin-malang.ac.id/muttaqin/2011/02/15/teori-perkembangan/
b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan
baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan
sebaik-baiknya.

c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-temanya.

b. Lev Vygotsky
Lev Vygotsky lahir di Rusia pada tahun 1986. Satu hal pernyataan Vygotsky
yang terkenal adalah Pembelajaran dan perkembangan merupakan dua hal yang
saling berkaitan sejak hari pertama kehidupan manusia.

Salah satu konsep penting dari teori Vygotsky adalah Zone of Proximal
Developmental (ZPD). Vygotsky mendefinisikannya untuk tugas-tugas yang sulit
dikuasai sendiri oleh siswa, tetapi dapat dikuasai dengan bimbingan dan bantuan
orang dewasa atau siswa yang lebih terampil. Ia yakin bahwa siswa pada sisi
pembelajaran konsep baru dapat memperoleh manfaat dari interaksi dengan seorang
pendidik atau teman kelas. Bantuan yang pendidik atau teman sebaya berikan sebagai
scaffolding. Scaffolding ini diartikan sebagai kerangka pengetahuan yang disiapkan
saat masa kematangan tiba. Dengan cara yang sama, orang dewasa dan teman sebaya
dapat membantu seorang anak mencapai konsep atau kecakapan baru dengan
memberikan informasi yang mendukung. Vygotsky percaya hal ini dapat dilakukan
bukan hanya oleh pendidik tetapi juga oleh kelompok anak yang telah memiliki
kecakapan yang diinginkan.

Salah satu perbedaan utama dalam pendekatan Piaget dan Vygotsky adalah
Piaget membuktikan bahwa anak-anak memperoleh keuntungan dari eksplorasi dan
penemuan yang diprakarsai sendiri dari metode-metode pengajaran yang merespon
tingkat pemahaman. Sementara, Vygotsky menekankan peran orang dewasa dalam
memimpin perkembangan, yaitu bukan hanya mencocokkan lingkungan pembelajaran
melainkan juga membuat lingkungan dimana para peserta didik dengan bantuan orang
lain di sekitarnya dapat memperluas dan meningkatkan pemahaman mereka saat itu.
Kontribusi utama dari Vygotsky untuk pemahaman tentang perkembangan
individu adalah pemahamannya mengenai kepentingan interaksi dengan pendidikan
dan teman sebaya dalam mengembangkan pengetahuan siswa tersebut.

5. Teori Ekologi
a. Pokok Teori Ekologi
Urie Bronfenbrenner merupakan ahli yang mengemukakan teori sistem
mengenai ekologi yang menjelaskan perkembangan individu dalam interaksinya
dengan lingkungan di luar dirinya yang terus menerus mempengaruhi segala aspek
perkembangannya. Teori ekologi merupakan pandangan sosiokultural Bronfenbrenner
tentang perkembangan yang terdiri dari lima sistem lingkungan, mulai dari pengaruh
interaksi langsung pada indvidu hingga pengaruh kebudayaan yang berbasis luas.
Kelima sistem ekologi tersebut adalah mikrosistem, mesosistem, ekosistem,
makrosistem, dan kronosistem.

Teori ekologi menjelaskan bahwa manusia tidak berkembang dalam isolasi,


namun merupakan rangakaian interakasi di dalam keluarga, sekolah, masyarakat atau
komunitasnya. Setiap lapisan lingkungan selalu bersifat dinamis mempengaruhi
perkembangan individu.

b. Peran terhadap Perkembangan


Dari perspekstif teori ekologi, individu berkembang dalam jaringan yang
kompleks dari sistem yang saling berhubungan. Oleh karena itu, banyak sumber
berperan dalam perkembangan tingkah laku. Selain faktor individual, faktor
lingkungan seperti aktivitas pengasuhan dianggap sebagai salah satu determinan dari
perilaku individu. Teori ini menekankan bahwa manusia tidak berkembang dalam
isolasi, namun merupakan rangkaian interaksi di dalam keluarga, sekolah, masyarakat
atau komunitasnya. Setiap lapisan lingkungan selalu bersifat dinamis mempengaruhi
perkembangan indvidu.

6. Teori Etologi
a. Lorentz: Imprinting
Ethology menekankan bahwa perilaku adalah perilaku dari evolusi dan
ditentukan secara biologis. Tiap spesies mempelajari bagaimana cara beradaptasi agar
dapat bertahan hidup. Melalui proses seleksi alam yang mampu bertahan hidup dapat
mewariskan sifat-sifatnya kepada keturunannya.

Konrad Lorents (1903 1989) merupakan ahli ethologi. Lorentsz meneliti


pola-pla perilaku dari kawanan angsa dan menemukan bahwa anak angsa terlahir
dengan instink untuk mengikuti induknya. Perilaku ini ada sejak lahir dan merupakan
bagian dari instink mereka untuk bertahan hidup. Lorentz juga menemukan bahwa
jika anak angsa tersebut ditetaskan dalam inkubator, mereka akan mengikuti benda
yang pertama bergerak yang mereka lihat, yang mempercayai benda itu sebagai
induknya. Lorentz bersiaga ketika tutup inkubator diangkat. Ia adalah orang pertama
yang anak angsa lihat, jadi sejak itu anak angsa tersebut mengikuti Lorentz seolah
induknya. Anak angsa tersebut bahkan mengikuti Lorentz ketika ia berenang. Lorentz
menyebut proses ini sebagai imprinting, yang meliputi pengembangan kasih sayang
yang cepat pada benda pertama yang dilihat. Lorentz menemukan bahwa ada periode
kritis, tak lama setelah penetasan, selama mana imprinting akan terjadi.

b. Bonding dan Attachment Theories


Bonding adalah pembentukan hubungan yang erat antara seseorang dan
seorang anak. Attachement adalah teori yang mendeskripsikan proses bayi
mengembangkan ketergantungan emosional yang dekat pada satu atau lebih banyak
pengasuh dewasa.

Salah satu tokoh yang menjelaskan tentang attachment theory adalah John
Bowlby. Bayi tidak dilahirkan dengan attachmen pada siapapun; ibu, ayah atau orang
lain. Namun karena kelangsungan hidup bayi bergantung pada pengasuh yang
mencintai, bayi perlu mengembangkan attachment. Bowlby menyatakan bahwa
selama enam bulan pertama, attachment bayi cukup luas. Bayi menjadi lekat pada
orang-oramg secara umum, sehingga mereka nampak tidak memiliki preferensi
khusus akan siapa yang merawatnya. Namun, dari enam bulan ke depan, attachment
menjadi lebih spesifik. Anak bisa mengembangkan multiple attachment, tapi semua
itu dengan berbagai pihak, seperti ibu, ayah, pengasuh sehingga anak gelisah ketika
ditinggalkkan bersama pengasuh yang tidak dikenalnya.
c. Hinde: Periode Perkembangan Sensitif
Etholog Robert Hinde, lebih menyukai istilah priode sensitif daripada periode
kritis pada masa-masa tertenti ketika organisme lebih dipengaruhi pleh jenis-jenis
pengalaman khusus. Istilah periode sensitif, yang awalnya digunakan oleh Maria
Montessori, nampaknya lebih luas dan merupakan konsep yang lebih fleksibel
daripada konsep yang lebih sempit dari perode kritis. Dengan anak-anak manusia,
nampak ada periode sensitif secara khusus pada perkembangan bahasa, ikatan
emosional, atau hubungan sosial. Ketika defisit terjadi selama masa sensitif tersebut,
pertanyaan yang ada apakah mereka bisa dipulihkan selama periode perkembangan
selanjutnya. Hal ini ternyata tergantung pada sejauhmana pengalaman awal dan
pengaruh lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan individu tersebut.

Peran terhadap perkembangan


Teori ini menekankan bahwa perilaku individu adalah produk dari evolusi dan
ditentukan secara biologis. Teori ini juga tetap menghargai adanya peran lingkungan
dalam memenuhi berbagai kebutuhan individu, sehingga pengalaman individu pada
awal kehidupan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan individu
tersebut di masa selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Baharudin dan Wahyuni, N.E. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruz
media.

http://blog.uin-malang.ac.id/muttaqin/2011/02/15/teori-perkembangan/ (diakses pada hari


Minggu, tanggal 3/3/2013)

Izzaty, Rita Eka, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY press.

Anda mungkin juga menyukai