Pembelajaran
Matema ka
www.prioritaspendidikan.org
PRAKTIK YANG BAIK
DI SEKOLAH DASAR dan
MADRASAH IBTIDAIYAH
(SD dan MI)
Maret 2017
Modul pelatihan ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United
States Agency for International Development (USAID). Isi dari materi pembelajaran ini
merupakan tanggung jawab konsorsium Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and
Opprtunities for Reaching Indonesias Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS) dan
tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat.
Pengantar Pengantar
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar
Program Prioritizing Reform, Innovation and Opportunities for Reaching Indonesias Teachers,
Administrators and Students (PRIORITAS) yang didanai oleh USAID bekerja sama dengan
Pemerintah Indonesia dilaksanakan untuk mendukung Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan serta Kementerian Agama dalam meningkatkan akses pendidikan dasar yang
bermutu. Untuk mencapai tujuan tersebut, PRIORITAS mengembangkan dan melaksanakan
program pengembangan kapasitas yang terdiri dari pelatihan, pendampingan, kegiatan
kelompok kerja di tingkat sekolah maupun gugus. Sasaran program pengembangan kapasitas
ini adalah guru dan dosen Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), kepala
sekolah, komite sekolah, serta pengawas dan staf Dinas Pendidikan terkait di kabupaten
terpilih di tujuah propinsi mitra PRIORITAS, yaitu: Aceh, Sumatra Utara, Banten, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan. Pelatihan bagi dosen dilaksanakan
melalui kerja sama dengan sejumlah LPTK terpilih untuk pengembangan peran LPTK
sebagai penyedia layanan untuk pendidikan dalam jabatan.
Modul IV yang digunakan dalam pelatihan ini berfokus pada isi/materi mata pelajaran
daripada metodologi seperti modul-modul sebelumnya (Modul I, II, dan III). Materi tersebut
meliputi mata pelajaran: Literasi kelas awal, IPA, dan Matematika (SD/MI); Bahasa Indonesia,
IPA, dan Matematika (SMP/MTs) dan tertuang dalam modul terpisah untuk tiap mata
pelajaran dan jenjang sekolah tersebut. Jadi, modul IV ini berjumlah 6 modul, 3 buah untuk
SD/MI dan 3 buah untuk SMP/MTs.
Modul Pelatihan Praktik yang Baik untuk Sekolah Menengah tingkat Pertama dan Madrasah
Tsanawiyah ini memuat materi yang terkait Bilangan, Geomentri, Aljabar, dan Statistika.
Pemilihan materi dalam modul Matematika ini pada umumnya berdasar pada miskonsepsi
(salah paham), kesulitan siswa dalam memahami, dan/atau kesulitan guru dalam mengajarkan
konsep dalam materi tersebut. Dengan demikian, pelatihan yang menggunakan modul ini
diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan pemahaman guru terkait materi tersebut
sehingga masalah miskonsepsi atau kesulitan yang dialami guru dalam mengajarmateri itu
sedikit demi sedikit dapat diatasi. Secara garis besar, modul ini berisi materi-materi berikut.
Unit 1: Garis Tinggi Segitiga. Pada unit ini peserta diminta untuk berurun pengalaman
tentang miskonsepsi siswa yang pernah mereka alami pada siswa mereka terkait garistinggi
segitiga. Selanjutnya, mereka diminta mengamati hasil kerja siswa dan menganalisis apa saja
miskonsepsi yang terlihat, memperkirakan penyebabnya, dan merumuskan kegiatan untuk
mengatasi atau menghindari miskonsepsi tersebut. Peserta juga diminta menggambar garis
tinggi berbagai segitiga, termasuk segitiga tumpul, dan dengan berbagai posisi segitiga, dan
Unit 3: Bilangan Bulat. Unit ini membahas kesulitan siswa dalam memahami dan
kesulitan guru dalam mengajarkan operasi bilangan yang melibatkan bilangan bulat negatif.
Pada unit ini diperkenalkan cara/peragaan hadap kiri/kanan dan maju/mundur pada garis
bilangan untuk menyelesaikan operasi bilangan yang melibatkan bilangan bulat negatif.
Peserta menyimulasikan bagaimana proses menjumlah/mengurang yang melibatkan bilangan
bulat negatif dengan menerapkan cara hadap kiri/kanan dan maju/mundur pada garis
bilangan yang mereka buat di lantai atau dinding.
Unit 4: Nilai Tempat. Unit ini membahas kesalahan siswa dalam menuliskan nama
bilangan, misal untuk bilangan tiga angka yang terdapat nol di tengah; demikian juga dalam
membandingkan dua pecahan desimal: 11,17 dianggap lebih besar dari 11,5. Peserta
mengkaji berbagai kesalahan siswa, mengidentifikasi kemungkinan penyebab, dan
merumuskan kegiatan untuk mengatasi/menghindari kesalahan tersebut. Selanjutnya,
peserta mengalami modelling dalam penanaman konsep nilai tempat yang dianggap menjadi
penyebab miskonsepsi siswa dalam masalah di atas. Pada modelling tersebut diperlihatkan
bagaimana nilai tempat puluhan bernilai 10 kali nilai tempat satuan. Secara umum, nilai
suatu tempat pada tempat bilangan selalu 10 kali nilai tempat di sebelah kanan.
Unit 5: Bangun Datar. Unit ini membahas miskonsepsi siswa terkait keliling bangun
datar gabungan. Peserta diminta mengidentifikasi kebiasaan salah siswa terkait bangun
datar gabungan, mengidentifikasi kemungkinan penyebab, dan merumuskan kegiatan untuk
mengatasi/menghindari miskonsepsi tersebut. Peserta, selain diminta menghitung keliling
bangun datar gabungan juga luas bangun datar gabungan. Hal ini untuk mengkontraskan
perbedaan antara keduanya.
Unit 6: Kesebangunan. Unit ini membahas miskonsepsi siswa terkait bangun yang
sebangun dan bangun yang sama dan sebangun. Peserta diminta mengidentifikasi bangun
mana saja yang sebangun dan yang sama dan sebangun dari beberapa bangun yang
disediakan. Dari kegiatan ini lahir syarat kesebangunan. Selanjutnya peserta diminta
melukis bangun yang sebangun dan bangun yang sama dan sebangun dari bangun yang
disediakan. Peserta juga mengidentifikasi penerapan kesebangunan dalam kehidupan sehari-
hari.
JADWAL PELATIHAN
Berikut adalah contoh Jadwal Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Provinsi.
Pembukaan
a. Menyanyikan lagu Indonesia Raya (5)
08.00 08.20 b. Sambutan Penjelasan program daan modul
oleh perwakilan USAID PRIORITAS (10)
Doa dan penutup (5)
- Kontrak belajar
08.20 08.45
- Penjelasan modul 4 Matematika
08.45 10.15 Unit 1 SMP/MTs
Garis Tinggi Segitiga
10.15 10.45 Istirahat
10.45 11.15 Garis Tinggi Segitiga (lanjutan)
11.15 12.15 Unit 2 Membandingkan Pecahan
12.15 13.15 Isama
13.15 14.15 Membandingkan Pecahan (lanjutan)
Hari 2
08.00 10.00 Unit 4 Nilai Tempat
10.00 10.15 Istirahat
10.15 12.15 Unit 5 Bangun Datar
12.15 13.15 Isama
Catatan:
ATK
Alat tulis kantor (ATK) yang diperlukan dalam pelatihan ini: Kertas plano/flipchart, karton
manila, HVS (putih, biru, hijau, kuning, pink), post-it warna-warni, selotip kertas, lem stick,
gunting sedang, cutter, penggaris plastik 30 cm, dan white-board marker. (Jumlah yang
dibutuhkan untuk tiap butir ATK harus dihitung tersendiri berdasarkan jumlah peserta
pelatihan).
TIK
Alat yang perlu ada untuk mendukung sesi presentasi di lokasi pelatihan adalah:
a. Proyektor LCD
b. Laptop atau desktop untuk presentasi
c. Layar proyektor LCD
UNIT 1
GARIS TINGGI SEGITIGA
Pendahuluan
Masih terjadi pemahaman siswa yang
salah terkait pengertian garis tinggi
sebuah segitiga. Seolah siswa memahami
garis tinggi segitiga sebagai garis yang
harus selalu vertikal dan alas suatu
segitiga harus selalu di posisi sisi segitiga
bagian bawah dan mendatar. Siswa
hampir dipastikan salah ketika
menggambar garis tinggi segitiga tumpul.
Mereka menggambarkannya dengan
Guru mencontohkan penggunaan alat peraga garis bilangan
menarik garis dari titik puncak lurus ke dari batang singkong kepada siswanya.
alas dengan posisi miring. Hal ini juga
mengesankan bahwa dalam pemahaman mereka, garis tinggi harus selalu berada di dalam
segitiga tersebut.
Di sisi lain, contoh segitiga yang digunakan dalam membelajarkan garis tinggi segitiga
kepada siswa kurang bervariasi dan alas suatu segitiga hampir selalu ditunjukkan pada sisi
bawah dan mendatar.
Sesi ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan pengalaman kepada para guru sehingga
pembelajaran matematika tidak lagi memungkinkan siswa memiliki pemahan yang kurang
tepat, khususnya terkait garis tinggi segitiga.
Tujuan
Setelah mengikuti sesi ini, peserta dapat:
Waktu
Waktu yang disediakan untuk kegiatan pada sesi ini adalah 120 menit. Rincian alokasi
waktu dapat dilihat pada Perincian Langkah-langkah Kegiatan.
I
Introduction (5 menit)
1. Fasilitator menyampaikan latar belakang, tujuan, dan garis besar kegiatan yang akan
dilakukan pada unit ini.
C
Connection (10 menit)
Urun Gagasan/Pengalaman 10
Kemungkinan jawaban:
Miskonsepsi: Siswa menggambar garis tinggi segitiga tumpul ditarik
dari titik puncak ke sisi di depannya dengan posisi miring;
Masalah Pembelajaran, antara lain:
1. Contoh segitiga yang digunakan untuk membelajarkan garis
tinggi segitiga kepada siswa kurang bervariasi; selalu segitiga
lancip;
2. Dalam pembelajaran garis tinggi, alas suatu segitiga hampir
selalu ditunjukkan pada sisi bawah mendatar.
A
Application (90 menit)
Kegiatan 1: Identifikasi Miskonsepsi Kerja Kelompok 10
2. Fasilitator meminta kelompok untuk saling berbagi hasil kajian dengan kelompok lain
(Alur kunjung karya: Kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 dan seterusnya);
Kemungkinan jawaban:
Masalah: Siswa tidak memahami secara tepat pengertian garis tinggi
sebuah segitiga.
Kemungkinan Penyebab dalam Pembelajaran, antara lain:
1. Contoh segitiga yang digunakan untuk membelajarkan garis tinggi
segitiga kepada siswa kurang bervariasi;
2. Dalam pembelajaran garis tinggi, alas suatu segitiga hampir
selalu ditunjukkan pada sisi bawah mendatar.
Garis tinggi suatu segitiga adalah garis yang ditarik dari titik sudut
tegak lurus (900) terhadap sisi di hadapannya atau perpanjangan sisi
tersebut.
2. Secara BERKELOMPOK, peserta diminta untuk berbagi hasil kerja dan berpandu pada
pertanyaan:
a. Apakah ada cara lain menentukan tinggi pintu tenda tersebut? Bagaimana?
b. Apa pendapat Saudara terkait kesesuaian masalah tersebut dengan tingkat
pemahaman siswa SD/MI? Jelaskan !
1. Secara BERPASANGAN, peserta diminta merancang lembar kerja terkait garis tinggi
segitiga yang memungkinkan siswa:
- menggambar garis tinggi secara benar.
Catatan: Sampaikan kepada peserta bahwa LKP 1.2a dan LKP 1.2b dapat memberi
inspirasi)
2. Peserta diminta untuk saling bertukar hasil kerja dan memberikan komentar terutama
terkait KETEPATAN definisi dan KEBENARAN gambar garis tinggi segitiga.
R
Reflection (10 menit)
Refleksi
1. Fasilitator memeriksa ketercapaian tujuan sesi ini dengan mengajukan pertanyaan
sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud garis tinggi suatu segitiga?
b. Hal penting apa sajakah yang harus diperhatikan dalam menentukkan garis tinggi
suatu segitiga?
Penguatan
1. Fasilitator memberikan penguatan dengan menyampaikan bahwa:
a. Garis tinggi sebuah segitiga merupakan garis yang ditarik dari titik sudut tegak
lurus terhadap sisi atau perpanjang sisi di hadapan titik tersebut (alas).
b. Sebuah segitiga memiliki tiga buah garis tinggi.
c. Garis tinggi sebuah segitiga tidak selalu berada di dalam daerah segitiga.
d. Alas segitiga tidak selalu di posisi bawah.
E
Extension (5 menit)
Sebagai pengembangan, fasilitator meminta peserta untuk:
1. Mengidentifikasi miskonsepsi lain yang mungkin ada dalam menentukan garis tinggi
segitiga, kemudian merumuskan penyelesaiannya;
2. Mempraktikan pembelajaran terkait menentukan garis tinggi segitiga dengan
langkah-langkah yang menjamin tidak terjadi miskonsepsi dan dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari.
Di atas adalah hasil kerja/jawaban siswa ketika mereka diberi gambar berbagai segitiga
(tanpa huruf t dan garis tinggi) dan diminta untuk menggambarkan/menentukan garis
tinggi.
Diskusikan:
Apa sajakah pemahaman siswa yang salah (miskonsepsi) tentang garis tinggi yang
tercermin dari hasil kerja siswa tersebut?
120
cm
100
cm
0 cm
10 cm
8 cm
0 cm 0 cm
Berapakah tinggi segitiga pada gambar Berapakah tinggi segitiga pada gambar di
atas? Berikan alasan.
tersebut? Berikan alasan.
C C
A B A B
(I) (II)
A B
(IV) (III)
Apa yang dilakukan oleh Fina untuk dapat menentukan berapa panjang
ranting kayu yang harus dicari?
UNIT 2
MEMBANDINGKAN PECAHAN
Pendahuluan
Bilangan pecahan, sesuai dengan
kurikulum sekolah, dibelajarkan mulai
dari kelas III Sekolah Dasar (SD).
Namun, sering ditemukan tersajikan
secara abstrak sehingga siswa mengalami
kesulitan. Di lapangan terungkap bahwa
terdapat kelemahan penguasaan materi
oleh siswa pada pecahan dan operasi-
operasi pada pecahan. Selain fakta ini,
secara teoretis dituliskan juga bahwa
Siswa mempresentasikan konsep pecahan dari membelah
pecahan merupakan topik yang sulit buah semangka.
dibelajarkan dan sulit dipelajari
dibandingkan dengan bilangan bulat. Oleh sebab itu kemungkinan besar akan terjadi
miskonsepsi siswa dalam memahami pecahan. Miskonsepsi pada bilangan pecahan berawal
dari kesulitan siswa dalam memahami pengertian pecahan. Dalam pembahasan materi
pecahan terdapat salah satu pokok bahasan yang membahas mengenai perbandingan dua
pecahan. Beberapa siswa juga melakukan kesalahan dalam membandingkan dua pecahan
yang penyebutnya berbeda. Selain itu, beberapa siswa mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan masalah pecahan yang berkaitan dalam kehidupan sehari hari. Hal ini
tentunya menjadi hambatan bagi tercapainya kompetensi siswa dan juga materi lanjutan
dari pokok bahasan ini.
Tujuan
Setelah mengikuti sesi ini, peserta diharapkan dapat:
1. mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada saat membandingkan dua pecahan
2. mengidentifikasi kemungkinan penyebab miskonsepsi;
3. mengidentifikasi teknik/cara menentukan pecahan yang lebih besar tanpa menyamakan
penyebut atau kali-silang
4. mengidentifikasi berbagai ketentuan dalam konsep pecahan;
Petunjuk Umum
Agar pelaksanaan sesi ini dapat berjalan dengan baik, berikut adalah beberapa petunjuk
umum.
1. Sejak awal sesi, peserta dikelompokkan dalam kelompok heterogen dengan
memperhatikan memperhatikan aspek gender: pada tiap kelompok diusahakan ada
perempuan dan laki-laki.
2. Fasilitator hendaknya mendorong peserta untuk aktif melakukan kegiatan sesuai tugas
dalam workshop.
Waktu
Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini adalah 120 menit. Rincian alokasi waktu dapat
dilihat pada setiap tahapan pelaksanaan sesi ini.
Introduction (5 menit)
(1) Fasilitator menyampaikan latar belakang, tujuan, dan garis besar kegiatan yang akan
dilakukan pada unit ini.
Latar belakang, yaitu alasan topik ini dibahas, disampaikan secara umum seperti
yang tertulis pada power point, TIDAK diberi contoh secara spesifik karena pada
kegiatan Urun Pengalaman (Connection) peserta akan diminta menyampaikan
pengalaman mereka terkait miskonsepsi siswa dalam pecahan secara spesifik.
(1) Fasilitator meminta peserta mencermati hasil kerja siswa di bawah kemudian
menjawab pertanyaan berikut:
Kemungkinan jawaban
Kegiatan 2 : Kaji Model Penyajian Pecahan (30) Gunakan LKP 2.2: Model
Pecahan
Kerja Berpasangan
(1) Peserta diminta mengkaji 3 model penyajian pecahan berpandu pada pertanyaan:
a. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan tiap model tersebut dalam hal menjelaskan
konsep pecahan?
b. Untuk MEMULAI penanaman konsep pecahan kepada siswa , model manakah yang
paling tepat? Mengapa?
c. Model manakah yang diperkirakan paling efektif dalam pembandingan pecahan?
Mengapa?
Kerja Kelompok
(2) Dalam kelompok, semua pasangan berbagi hasil kajian dan merangkum hasil kajiannya;
Pleno
(3) Satu atau dua kelompok diminta menyampaikan rangkuman hasil kajian di depan kelas
dan kelompok lain memberikan komentar atau menambahkan;
(4) Fasilitator memberikan penguatan seperti tertulis dalan Catatan untuk Fasilitator di
bawah.
Model Luas
Model Himpunan/Kuantitas
Catatan ini tercantum juga pada Informasi Tambahan 2.1: Ketentuan terkait
Pecahan
1. Bagian-bagian dari keseluruhan harus SAMA UKURAN tapi tidak perlu sama
bentuk (Kasus 1);
2. Dalam pembandingan pecahan, keseluruhan harus sama ukuran (Kasus 2);
3. Pecahan TIDAK membicarakan UKURAN Keseluruhan atau Bagian,
melainkan HUBUNGAN antara Bagian dan Keseluruhan (Kasus 2)
Reflection (5 menit)
1. Fasilitator memeriksa ketercapaian tujuan sesi ini dengan pertanyaan
pertanyaan sebagai berikut:
Apa saja model penyajian konsep pecahan?
Hal penting apa saja yang harus diperhatikan dalam pembelajaran membandingkan
pecahan agar siswa tidak mengalami miskonsepsi?
Apa saja pelajaran yang dapat dipetik dari sesi ini?
Ide pokok ttg pecahan adalah bahwa pecahan TIDAK membicarakan ukuran dari
Keseluruhan atau bagian-nya, melainkan Hubungan antara bagian dan
keseluruhan
Extention
Fasilitator memberikan saran tentang kegiatan yang sebaiknya dilakukan peserta sete;ah
mengikutin sesi ini sebagai berikut.
1. Membuat skenario pembelajaran/lembar kerja terkait membandingkan pecahan yang
menjamin siswa tidak mengalami miskonsepsi;
2. Mengidentifikasil beberapa miskonsepsi lain terkait pecahan dan menyusun skenario
pembelajaran untuk perbaikannya.
Manakah dari tiap pasang pecahan berikut yang LEBIH BESAR? Lingkari, berikan alasan.
(JANGAN gunakan teknik menyamakan penyebut atau kali-menyilang !!!)
CARA/TEKNIK apa sajakah yang Saudara gunakan dalam menentukan pecahan mana
yang lebih besar tersebut?
1. Model LUAS
0 1/4 1
0 3/4 1
3. Model HIMPUNAN/Kuantitas
1/4 3/4
Diskusikanlah,
Apa sajakah kelebihan dan kekurangan tiap model tersebut dalam hal menjelaskan
konsep pecahan?
Untuk MEMULAI penanaman konsep pecahan kepada siswa , model manakah yang
paling tepat? Mengapa?
Model manakah yang diperkirakan paling efektif dalam pembandingan pecahan?
Mengapa?
Pecahan
Pecahan manakah
yang LEBIH BESAR?
1/2
1/3
1/4 1/4
2. Memahami bahwa bagian harus sama ukuran (pada semua model: daerah, grs. bilangan,
dan himpunan) merupakan PENGETAHUAN PRASYARAT untuk operasi pecahan;
3. Dalam pembandingan dua atau lebih pecahan, ukuran keseluruhan HARUS SAMA.
.. Ukuran
keseluruhan kedua
lingkaran TIDAK
sama TIDAK
1/2 boleh
1/3
.. Ukuran
keseluruhan SAMA
1/2 1/3
Lebih dari/Kurang dari Setengah (Setengah dijadikan patokan) ------- 5/8 dan 3/7
(Pecahan terbesar adalah pecahan yang paling dekat ke .
Dekat ke Satu (Satu dijadikan patokan) ------ 9/10 dan 3/4
Siswa harus mengetahui semua teknik-teknik tersebut tetapi sebaiknyaTIDAK digali
sekaligus dari siswa dalam satu kali pertemuan.
0 1/4 1
7. Kegiatan BERBAGI (misal kue) dengan hasil pembagian yang adil/sama merupakan
kegiatan yang baik untuk MEMULAI memahami pecahan.
8. Berdasarkan penelitian, saran para ahli terkait pembelajaran Pecahan sebagai berikut:
a. Beri penekanan yang lebih besar pada MAKNA pecahan daripada prosedur
operasinya;
b. Sajikan model dan konteks yang bervariasi yang menggambarkan pecahan;
c. Tekankan bahwa pecahan adalah bilangan. Gunakan sebanyak mungkin garis
bilangan ketika menyajikan pecahan;
d. Sediakan waktu secukupnya bagi siswa untuk memahami pecahan yang senilai
(secara konkret dan simbolik) termasuk persamaan nama untuk pecahan tertentu
(Setengah = dua per empat, dsb.);
e. Latih siswa untuk mengestimasi/memperkirakan. Misal, disajikan gambar lingkaran
yang sebagian diarsir atau garis bilangan yang diberi titik pada jarak tertentu antara
0 1, siswa diminta memperkirakan bilangan pecahannya.
----------------------------------------------------
*) Sumber: Van De Walle, John A.; Karp, Karen S.; Bay-Williams, Jennifer M. (2013), Elementatry and Middle
School Mathematics: Teaching Developmentally (Eight Edition). USA:
Pearson Education.
UNIT 3
OPERASI BILANGAN BULAT
Pendahuluan
Operasi bilangan bulat negatif sangat
penting untuk dipahami oleh siswa SD,
namun pemahaman siswa masih sering
salah. Hal ini mungkin disebabkan karena
media/alat peraga dan cara
mengajarkannya kurang bervariasi.
Peragaan sering hanya menggunakan garis
bilangan yang dianggap masih bersifat
semi abstrak (belum konkret).
Pembelajarannya sendiri kurang
mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari,
Kelompok siswa melakukan operasi hitung
misal dalam bentuk soal cerita. pengurangan dan penjumlahan dengan media biji
bijian.
Beberapa contoh kekurangcermatan yang
ditemukan dalam pembelajaran dan pemahaman bilangan bulat di sekolah dasar antara
lain: 1) Selisih dengan pengurangan: Ikan berenang sedalam 1 meter di bawah permukaan
laut, tepat di atas ikan tersebut terbang seekor burung yang tingginya 2 meter diatas
permukaan laut. Berapakah jarak antara ikan dan burung tersebut?. Jawaban anak 1 meter,
semestinya 3 meter. 2) Membandingkan dua bilangan bulat negatif, misalnya: Isilah titik
(.....) dengan simbol < atau > pada bilangan 5 4 sehingga benar. Jawaban anak:
5 > 4, semestinya 5 < 4. 3). Pembelajaran hanya menggunakan garis bilangan,
kurang memberikan variasi penggunaan alat peraga/media. Misal, guru menggunakan
bermain maju-mundur dan kancing dua warna (hijau = positif , merah = negatif).
Unit ini memberikan pemahaman kepada guru tentang konsep operasi (penjumlahan dan
pengurangan) bilangan bulat dan bagaimana guru mengajar dengan menggunakan
media/alat peraga yang bervariasi serta menyusun soal-soal cerita terkait kehidupan
sehari-hari yang dipahami siswa.
Tujuan
Setelah mengikuti sesi ini, peserta dapat:
Petunjuk Umum
1. Sesi ini dilaksanakan dalam kelompok mata pelajaran matematika SD/MI;
2. Untuk menjalankan slide presentasi, fasilitator disarankan untuk menggunakan wireless
mouse/pointer.
Waktu
Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini adalah 120 menit. Rincian alokasi waktu dapat
dilihat pada Perincian Langkah-langkah Kegiatan.
I
Introduction (5 menit)
Fasilitator menyampaikan latar belakang, tujuan, dan garis besar kegiatan yang akan
dilakukan pada unit ini.
C
Connection (10 menit)
Kegiatan 1: Urun Gagasan/Pengalaman terkait miskonsepsi (10)
(1) Fasilitator mengajak peserta untuk URUN GAGASAN terkait materi operasi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan memberikan pertanyaan:
(a) Permasalahan apa saja yang muncul dalam pembelajaran bilangan bulat?
(b) Media apa saja yang bisa digunakan guru dalam menentukan hasil penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat.
(2) Fasilitator menuliskan jawaban peserta di flipchart/white board.
(jawaban yang diharapkan: (a) siswa belum bisa menentukan hasil penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat yang melibatkan bilangan bulat negatif; (b) Media yang
digunakan belum bervariasi)
(3) Jawaban ini dapat menginspirasi peserta pada kegiatan selanjutnya, yaitu mengkaji
permainan, media yang bervariasi, soal cerita yang terkait dengan penjumlahan dan
pengurangan yang melibatkan bilangan bulat negatif)
A
Application (95 menit)
Kegiatan 1: Bermain Maju-Mundur untuk Penjumlahan/Pengurangan (30)
c. Hadap
d. Langkah
Cotoh untuk 2 + (- 4) = .
a. Berdirilah di titik nol
b. Lihat bilangan pertama 2 adalah positif, hadapkan wajah ke kanan dan
melangkahlah 2x (Sekarang posisi model di angka 2)
c. Lihat bilangan penambah, yaitu 4 (negatif 4). Karena negatif, hadapkan wajah
ke kiri (arah negatif). Lihat operasinya tambah, maka melangkahlah maju 4x
(Sekarang posisi model di angka -2)
Jadi, 2 + (-4) = -2
Cotoh untuk 2 (- 4) = .
a. Berdirilah di titik nol
b. Lihat bilangan pertama 2 adalah positif, hadapkan wajah ke kanan dan
melangkahlah 2x (Sekarang posisi model di angka 2)
c. Lihat bilangan penambah, yaitu 4 (negatif 4). Karena negatif, hadapkan wajah
ke kiri (arah negatif). Lihat operasinya kurang, maka melangkahlah mundur
4x (Sekarang posisi model di angka 6)
Jadi, 2 - (-4) = 6.
(3) Fasilitator meminta setiap peserta, secara berpasangan, untuk melakukan praktik
menyelesaikan soal: a. 3 + (5) = b. 5 (3) = c. 2 (4) =
dengan gerakan model pada ubin dan menggambarkan proses dan hasilnya pada
kertas HVS.
(4) Fasilitator meminta peserta melakukan kunjung karya ke kelompok lain dan
saling memeriksa.
1. Fasilitator membagi peserta ke dalam kelompok, setiap kelompok terdiri atas 5 orang
peserta.
2. Fasilitator membagikan LK 3.1 beserta media/alat peraga, kemudian meminta peserta
peserta secara berkelompok mengerjakan LK mengenai penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat yang melibatkan bilangan bulat negatif.
3. Fasilitator meminta perwakilah setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil
kerjanya.
4. Fasilitator meminta 2 kelompok lain untuk memberikan masukan setelah satu
kelompok melakukan presentasi.
5. Fasilitator memberikan penguatan atas hasil kerja setiap kelompok.
6. Fasilitator kembali meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan media atau alat
peraga lain yang dapat digunakan untuk menentukan hasil penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat.
7. Fasilitator meminta kelompok untuk memilih salah satu media atau alat peraga hasil
diskusi untuk menyelesaikan permasalahan berikut:
a. 3 + 5 b. 5 (3) c. 2 (4)
8. Fasilitator meminta kelompok untuk menuliskan hasil diskusi dalam kertas plano yang
memuat:
a. media atau alat peraga lain yang bisa digunakan untuk menentukan hasil operasi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
b. cara penggunaan media atau alat peraga yang dipilih dalam menyelesaikan
permasalahan pada poin 7.
9. Fasilitator meminta setiap kelompok untuk memajang hasil kerjanya pada tempat
yang telah disediakan.
10. Fasilitator memberikan komentar dan penguatan atas hasil kerja kelompok yang
dipajang.
2. Fasilitator meminta peserta untuk menukarkan soal yang telah dibuat dengan pasangan
lain (karya kunjung).
3. Fasilitator meminta peserta untuk saling mengkaji soal yang telah dibuat:
a. Apakah soal tersebut dapat dipahami oleh siswa?
b. Apakah soal tersebut sudah kontekstual dengan kehidupan siswa ?
(Masukan/saran perbaikannya ditulis pada kertas tempel)
4. Fasilitator meminta setiap pasangan untuk menentukan media yang dapat membantu
siswa untuk menyelesaikan soal tersebut dan bagaimana caranya, tuliskan pada kertas
plano;
5. Fasilitator meminta peserta untuk menempelkan hasil kerja peserta pada dinding kelas.
R
Reflection (5 menit)
Fasilitator memeriksa ketercapaian tujuan sesi ini dengan pertanyaan sebagai berikut:
Permasalahan apa yang ditemukan dalam pembelajaran bilangan bulat?
Media/alat peraga apa saja yang dapat digunakan dalam menentukan hasil penjumlahan
dan pengurangan yang melibatkan bilangan bulat negatif?
Hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyusun soal cerita?
E
Extension (5 menit)
Sebagai pengembangan, fasilitator meminta kepada peserta untuk:
membaca literatur-literatur terkait bilangan bulat dan pembelajarannya.
merancang pembelajaran bilangan bulat yang melibatkan penggunaan beberapa
media/alat peraga serta dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
+ () =
+ () =
+ () =
2 (-3) 2 (-3) = 5
Keterangan:
Operasi diatas adalah operasi pengurangan. Bilangan 2 (2 buah kancing hijau) dikurangi
dengan bilangan 3 (3 kancing merah). Padahal tidak ada kancing merah yang dapat
diambil (dikurangi). Maka kita harus menambahkan beberapa buah kancing merah dan
hijau yang merepresentasikan bilangan 0, yakni 3 hijau dan 3 merah.
Tugas Kelompok!
1. Gambarlah kancing hijau dan merah untuk melambangkan
a. 4 + (3) = b. (3) + 5 = c. (2) (5)
2. Gambarlah kancing hijau dan merah yang menunjukkan hasil penjumlahannya 7
3. Gambarlah kancing hijau dan merah yang menunjukkan hasil pengurangannya 4 dengan
pengurangannya bilangan bulat negatif
4. Bagaimanakah kesimpulanmu tentang hasil penjumlahan dan pengurangan dua bilangan
bulat?
3. Apakah soal tersebut sudah menggunakan bahasa yang singkat dan jelas ? Mengapa?
UNIT 4
NILAI TEMPAT PADA BILANGAN
(120 Menit)
Pendahuluan
Dewasa ini penggunaan lambang bilangan
dalam matematika umumnya
menggunakan sistem bilangan Hindu
Arab, yaitu sistem bilangan yang
menyatakan bilangan dengan
menggunakan angka 0 - 9. Pada penulisan
bilangan bulat tertentu, angka yang
terletak paling kanan disebut sebagai
angka satuan, selanjutnya angka disebelah
kirinya disebut sebagai angka puluhan,
dan berturut-turut di sebelah kiri angka Siswa melihat dan menentukan berapa nilai angka-angka
puluhan terletak angka ratusan, ribuan, yang diangkat oleh temannya.
jutaan, dan seterusnya. Dalam sistem
bilangan ini, angka nol memiliki peranan penting dan berperan sebagai pengisi kedudukan
atau place holder. Sebagai contoh bilangan 309 membutuhkan angka nol untuk mengisi
kedudukan atau letak angka puluhan. Jika angka nol itu tidak ada maka akan sangat
berbeda nilai dari setiap angka karena yang terbentuk adalah bilangan 39.
Secara singkat pengertian dari nilai tempat berdasarkan Mathematics in the New Zealand
Curriculum (1992) adalah nilai yang diberikan untuk sebuah angka berdasarkan letak angka
tersebut dalam penulisannya. Contoh, pada bilangan 68, angka 6 memiliki nilai tempat
puluhan dengan nilai 60. Mengajarkan pengertian nilai tempat pada siswa SD sebagai
pemula dalam mengenal lambang bilangan dan nilai tempatnya dapat diungkapkan sebagai
nilai dari angka pada suatu bilangan sesuai dengan tempatnya.
Nilai tempat pada bilangan desimal juga didefinisikan. Nilai tempat bilangan desimal sangat
ditentukan berapa banyak angka yang dituliskan di belakang tanda koma.
Contoh:
17, 52
1 menunjukkan nilai tempat puluhan
7 menunjukkan nilai tempat satuan
5 menunjukkan nilai tempat persepuluhan
2 menunjukkan nilai tempat perseratusan
Nilai tempat di sekolah mulai diperkenalkan pada akhir kelas 1 atau awal kelas 2.
Kesalahan yang paling sering ditemukan berkaitan dengan pemahaman nilai tempat adalah
kesalahan menyebutkan nominal suatu bilangan berdasarkan nilai tempatnya. Seorang anak
menyebutkan nominal bilangan 8273 dengan sebutan delapan dua tujuh tiga disebabkan
kurang memahaminya nilai tempat. Sebaliknya, ada juga siswa yang masih salah dalam
penulisan bilangan yang terdiri dari tiga angka. Contohnya ketika disebutkan empat ratus
lima dan siswa ditugaskan menuliskan lambang bilangannya, ada siswa yang menuliskannya
450. Pada bilangan yang melibatkan bilangan desimal, sering dijumpai bahwa 3,27 dibaca
tiga koma duapuluh tujuh, seharusnya dibaca tiga koma dua tujuh. Kesalahan ini disebabkan
siswa terbiasa dengan penyebutan duapuluh tujuh untuk bilangan yang dituliskan ,27
tanpa memperhatikan penempatannya berdasarkan nilai tempat. Kesalahan ini berdampak
pada kesulitan membandingkan nilai suatu pecahan desimal. Sebagai contoh, siswa
menganggap 11,15 > 11,5 karena memahami bahwa 15 > 5 tanpa memperhatikan nilai
tempat angka 15 di belakang tanda koma desimal.
Tujuan
Setelah mengikuti sesi ini, peserta dapat :
1. Mengidentifikasi miskonsepsi siswa terkait nilai tempat, penyebab miskonsepsi, dan
solusi untuk mengatasi;
2. Memahami skenario pembelajaran Nilai Tempat melalui modelling;
3. Memahami hal-hal penting dalam pembelajaran Nilai Tempat.
Meskipun demikian, fasilitator harus tetap siap apabila peralatan yang diharapkan tidak
tersedia. Fasilitator harus menyiapkan presentasi dengan menggunakan OHP atau
menggunakan kertas flipchart/whiteboard.
Kegiatan 4 (20) :
Diskusi hal penting
dalam pembelajaran
Nilai Tempat
P
Introduction (5 menit)
Pastikan peserta duduk dalam KELOMPOK Kelas yang beranggota 4-6 orang.
(1) Fasilitator menyampaikan
a. latar belakang,
b. tujuan sesi,
c. garis besar kegiatan.
C
Connection (15 menit)
Urun Gagasan/Pengalaman (10)
(1) Fasilitator mengajak peserta untuk berurun gagasan/pengalaman tentang
miskonsepsi siswa terkait nilai tempat pada bilangan, misal dengan mengajukan
pertanyaan berikut.
a. Apa sajakah miskonsepsi yang dialami siswa terkait dengan nilai tempat?
(Kemungkian jawaban:
- Beberapa siswa masih belum bisa menyebutkan nominal suatu bilangan
berdasarkan nilai tempatnya, misal siswa menyebutkan nominal bilangan
8574 dengan sebutan delapan lima tujuh empat; atau menuliskan angka
untuk Dua puluh satu adalah 201
- Kesulitan dalam menuliskan bilangan yang terdiri dari tiga angka, misalnya
ketika disebutkan angka dua ratus sembilan, siswa menuliskan 290.
- Kesalahan dalam menyebutkan pecahan desimal, misalnya 1,35 dibaca
satu koma tigapuluh lima, seharusnya satu koma tiga lima
- kesulitan membandingkan nilai suatu pecahan desimal, misal siswa
menganggap 13,25 > 13,5 karena memahami bahwa 25 > 5 tanpa
memperhatikan nilai tempat angka 25 di belakang tanda koma desimal)
Kegiatan belajar apakah yang perlu dialami siswa untuk mengatasi miskonsepsi
tersebut?
A
Aplication/Aplikasi (85 menit)
b. Apa tujuan kegiatan siswa mengurai kembali ikatan puluhan batang korek
api menjadi satuan?
c. Tambahan kegiatan apa yang perlu ada untuk memantapkan konsep nilai
tempat?
(2) Perwakilan satu kelompok diminta melaporkan hasil diskusi mereka secara
pleno dan kelompok lain menambahkan dan/atau memberikan komentar.
R
Reflection (10 menit)
Nama dan lambang bilangan (angka) dapat dan seharusnya diajarkan berbarengan
dengan konsepnya.
Transisi dari memahami sepuluh sebagai akumulasi dari 10 satuan ke memahami
sepuluh sebagai 10 satuan dan sepuluh sebagai 1 puluhan merupakan tahap
awal yang penting bagi siswa untuk memahami Struktur Bilangan Dasar Sepuluh.
Alat peraga non-proporsional model tidak digunakan untuk pengenalan awal nilai
tempat.
E
Extension (5 menit)
1. Identifikasilah miskonsepsi siswa terkait nilai tempat yang tercermin dalam hasil kerja
siswa berikut.
Tujuan: Siswa memahami konsep Nilai Tempat suatu bilangan: Puluhan dan satuan
Puluhan Satuan
////////// ////////// // 3 puluhan dan 2 satuan =
//////////
////////// ////////// ////////// 2 puluhan dan 12 satuan =
//
////////// ////////// 1 puluhan dan 22 satuan
//////////
//
Kegiatan Penutup
1. Guru mengajukan pertanyaan untuk memeriksa 5 I
pemahaman siswa, misal:
34 = .... puluhan dan ..... satuan
43 = .... puluhan dan ..... satuan
40 = .... puluhan dan ..... satuan
Tuliskan angkanya
5 puluhan dan 0 satuan = ....
7 puluhan dan 8 satuan = ....
0 puluhan dan 9 satuan = ....
Puluhan Satuan
1. Lengkapilah tabel nilai tempat dan pembacaan nominal bilangan-bilangan bulat berikut ini.
Nilai Tempat
Bilangan Nominal (Sebutan)
Ribuan Ratusan Puluhan Satuan
3 0 0 0 3 Tiga
32 0 0 3 2 Tiga Puluh Dua
325 0 3 2 5 Tiga Ratus Dua Puluh Lima
302 0 3 ... 2 Tiga Ratus Dua
320 0 3 2 ... Tiga Ratus Dua Puluh
4670 4 6 7 0 Empat Ribu Enam Ratus Tujuh
Puluh
5010 ... ... ... ... ............................................................
2. Lengkapilah tabel nilai tempat dan pembacaan nominal bilangan-bilangan desimal berikut ini.
Nilai Tempat
Bilangan Nominal (Sebutan)
Ratusan Puluhan Satuan Persepuluh Perseratus
3,1 0 0 3 1 0 Tiga koma satu
5,16 0 0 5 1 6 Lima koma satu enam
32,16 0 3 2 0 6 Tiga Puluh Dua koma satu
enam
325,16 3 ... ... ... ... Tiga Ratus Dua puluh Lima
koma satu enam
325,10 ... ... ... ... 0 ............................................................
32,06 0 ... ... 0 ... Tiga puluh dua koma nol enam
302,05 ... ... ... ... ... ............................................................
1. Pada awalnya, anak tidak tahu bahwa 53 terdiri dari 5 kelompok puluhan dan 3
satuan Mereka tahu jumlah itu hanya dengan membilang benda sebanyak 53 buah.
2. Nilai tempat (Sistem bilangan dasar sepuluh) perlu dikenalkan dengan MEMULAINYA
dari MEMBILANG SATU-SATU. Mengapa?
(Karena hal itu membilang satu-satu - sudah diketahui anak sebelumnya)
Puluhan Satuan
Membilang
Secara Satuan
Secara kelompok dan satuan
Secara puluhan dan satuan
32
Gb: Konsep Nilai Tempat memadukan tiga komponen, tergambar sebagai sudut-sudut segitiga:
Konsep (Bilangan) Dasar Sepuluh, Nama Lisan untuk bilangan, dan Nama Tulisan untuk bilangan.
------------------------
-----------------------------------------------
*) Sumber: Van De Walle, John A.; Karp, Karen S.; Bay-Williams, Jennifer M. (2013), Elementatry and Middle
School Mathematics: Teaching Developmentally (Eight Edition). USA: Pearson Education.
UNIT 5
BANGUN DATAR
Pendahuluan
Bangun datar ditinjau dari segi sisinya Siswa merangkai lidi untuk menjawab permainan bangun datar.
dapat digolongkan menjadi dua jenis,
yakni bangun datar bersisi lengkung dan lurus. Bangun datar bersisi lengkung antara lain
lingkaran, ellips, dan bangun-bangun lainnya. Bangun datar yang bersisi lurus antara lain
segitiga, persegi, persegi panjang, segi lima, jajaran genjang dan lain-lain. Untuk
memperkenalkan gambar bangun datar dapat kita perkenalkan beberapa potongan kertas
berbentuk bangun datar atau juga dengan menggunakan benda-benda yang ada di sekitar
yang berbentuk bangun datar. Contoh potongan kertas yang berbentuk bangun datar. Lalu
bangun datar dipelajari siswa dalam bentuk gabungan antara bangun-bangun tersebut.
Selama ini, siswa SDsering mengalami kesulitan saat mempelajari Bangun Datar terutama
yang berkaitan dengan unsur-unsur bangun datar seperti titik, segmen, sinar dan ruas garis.
Selain itu ditemukan beberapa kesulitan anak dalam menentukan keliling dan luas bangun
datar gabungan, misalkan bangun segitiga dengan lingkaran, segi empat dengan segitiga
lingkaran dengan segi empat dan lain-lain. Permasalahan tersebut muncul karena masih
belum kuatnya penguasaan konsep penguasaan konsep. Rendahnya penguasaan konsep dasar
dalam belajar bangun datar. agar konsep bangun datar bisa dikuatsi oleh siswa, untuk konsep
keliling suatu bangun datar dapat ditanamkan kepada siswa melalui kegiatan siswa. Misalkan
siswa diminta berjalan mengelilingi halaman sekolah sambil mengukur panjang lintasan yang
dilaluinya. Kemudian barulah guru memulai memperkenalkan istilah keliling suatu bidang
sebagai panjang lintasan pinggir atau batas dari bidang yang dimaksud. Pemahaman konsep
keliling berdasarkan kegiatan siswa tersebut perlu diperkuat dengan beberapa latihan
menghitung keliling suatu bangun yang digambarkan.
Tujuan
Setelah mengikuti sesi ini, peserta dapat:
1. Mengidentifikasi unsur-unsur bangun datar
2. Menentukan keliling bangun datar gabungan
3. Menentukan luas bangun datar gabungan
Petunjuk Umum
1. Sesi ini dilaksanakan secara pleno mata pelajaran matematika;
2. Untuk menjalankan slide presentasi, fasilitator disarankan untuk menggunakan wireless
mouse/pointer.
Waktu
Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini adalah 120 menit. Rincian alokasi waktu dapat
dilihat pada Perincian Langkah-langkah Kegiatan.
C
Connection (10 menit)
Urun Gagasan/Pengalaman
Secara pleno fasilitator mengajak peserta untuk URUN GAGASAN terkait dengan bangun
datar dengan menjawab pertanyaan berikut:
1. Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam bangun datar?
2. Apa sajakah kesulitan yang dialami siswa dalam memahami bangun datar?
A
Application (90 menit)
2. Dari contoh pekerjaan tersebut diminta untuk menganalisis kesalahan jawaban siswa
dengan menjawab pertanyaan berikut:
a. Apakah masalah dalam pekerjaan siswa pada gambar tersebut?
b. Apa sajakah yang menjadi penyebab masalah tersebut?
c. Konsep apakah yang harus dipahami agar kesalahan seperti itu tidak muncul?
Kunci jawaban
3. Mempresentasikan hasil diskusi secara perwakilan kelompok
6. Fasilitator meminta peserta untuk presentasi dengan kunjung karya. Kunjung karya
setiap peserta dalam kelompok dibagi untuk mengunjungi kelompok lain.
R
Reflection (10 menit)
Secara pleno fasilitator menanyakan kepada peserta
1. Unsur-unsur apa saja yang perlu diperhatikan dalam membuat bangun datar?
2. Bagaimana cara menentukan keliling bangun datar gabungan?
3. Bagaimana menentukan luas bangun datar gabungan?
E
Extension (5 menit)
Fasilitator memberikan penguatan dengan menyampaikan bahwa:
1. Pelajari kembali konsep bangun datar dengan membuka buku yang relevan
2. Kembangkan pembelajaran kontekstual mengenai bangun datar
Konsep Ilustrasi
Garis
Pada garis terdapat banyak titik, panjang tak berbatas.
Sinar
Sinar memiliki pangkal tidak memiliki ujung
Segmen
Segmen dibatasi panjangnya.
Beberapa kesalahan konsep siswa terhadap materi keliling adalah siswa tidak bisa
memahami bahwa keliling adalah menjumlahkan seluruh panjang sisi bangun atau wilayah
yang akan ditentukan kelilingnya, namun ketika siswa diberikan kasus bangun gabungan,
siswa menganggap bahwa kelilingnya adalah jumlah keliling dari bangun yang digabungkan
bukan menjumlahkan seluruh panjang sisi bangun gabungan tersebut. Begitu juga untuk
bangun setengah lingkaran, siswa akan menghitung kelililing setengah lingkaran
menggunakan rumus tanpa menjumlahkan lagi dengan panjang diameter lingkaran untuk
dapat mengetahui keliling setengah lingkaran. Maka yang perlu ditekankan adalah konsep
keliling adalah menjumlahkan seluruh panjang sisi bangun atau wilayah yang akan
ditentukan kelilingnya.
dipakai untuk menghitung keliling gabungan bangun datar tersebut. Berilah tanda
silang ( x ) pada sisi yang dipakai oleh kedua bangun datar tersebut.
Menentukan ukuran panjang semua sisi yang mengelilingi gabungan bangun datar
tersebut. Untuk sisi yang sudah disilang tidak perlu perhatiikan ukuran panjangnya
Menghitung keliling dengan cara menjumlahkan panjang sisi-sisi yang mengelilingi
gabungan bangun datar, tanpa mengikutkan sisi yang sudah disilang
Contoh:
Hitunglah keliling bangun datar dibawah ini!
Jawab:
Untuk menjawab biar tidak terjadi kesalah, maka gunakan lang-langkah yang ada pada tips
di atas.
Memastikan tentang definisi keliling bangun datar
Keliling adalah jumlah panjang sisi luarnya.
Cari sisi yang dipakai oleh kedua bangun datar, pastikan bahwa sisi ini tidak akan dipakai
untuk menghitung keliling gabungan bangun datar tersebut. Berilah tanda silang ( x ) pada
sisi yang dipakai oleh kedua bangun datar tersebut.
X X
Menentukan unkuran panjang semua sisi yang mengelilingi gabungan bangun datar
tersebut. Untuk sisi yang sudah disilang tidak perlu perhatiikan ukuran panjangnya.
Panjang sisi yang mengelilingi bangun datar adalah:
sisi AB = 6 cm, BC = 4 cm, sisi CE = 5 cm , sisi ED = 5 cm, sisi DA = 4 cm
Luas suatu daerah adalah banyak satuan luas yang dapat digunakan untuk menutupi seluruh
daerah itu. Untuk menentukan luas bangun datar gabungan dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagi berikut:
1. Mengidentifikasi banyaknya bangun datar tersebut, beri nama bangun pertama dan
bangun kedua ( karena terdiri dari dua bangun)
2. Memastikan tentang rumus luas bangun datar masing-masih
3. Cari luas bangun pertama, selanjutnya cari luas bangun kedua, selanjutnya jumlahkan luas
kedua bangun tersebut
Contoh
Hitunglah luas bangun datar gabungan dibawah ini!
Jawab:
1. Luas daerah pertama adalah segitiga
3. Luas gabungan adalah luas bangun pertama di tambah luas bangun kedua = 12 cm2 +
24 cm2 = 36 cm2
Gambar di atas adalah hasil kerja siswa dalam menghitung keliling bangun datar gabungan.
Amatilah hasil kerja siswa tersebut dengan menjawab pertanyaan berikut:
c. Konsep apakah yang harus dipahami agar kesalahan seperti itu tidak muncul?
Diskusikan keliling bangun datar gabungan dengan menjawab dan melakukan kegiatan berikut:
1. Buatlah gambar bangun datar gabungan yang teridiri dari segiempat, segitiga, dan
setengah lingkaran?
2. Tentukan sisi yang beririsan dari kedua bangun datar, berilah tanda silang.
Sisi yang beririsan adalah =
3. Tentukan sisi luar bangun datar gabungan yang tidak diberitanda silang.
Sisi luar bangun datar gabungan adalah sisi =
UNIT 6
KESEBANGUNAN
(120 menit)
Pendahuluan
Mempelajari Geometri merupakan
kegiatan yang berkaitan dengan
keberadaan segala sesuatu yang ada di
jagad raya. Hal ini tidak terlepas dari
keberadaan bangun yang ada di
lingkungan sekitar kita. Bangun yang
dimaksud yaitu bangun ruang dan
bangun datar. Sebuah bangun datar
biasanya digambarkan sebagai hasil
pengirisan permukaan yang setipis Siswa sedang berpraktik membuat beberapa bangun ruang
mungkin sehingga tidak memiliki dengan plastisin.
ketebalan. Sebuah bangun datar
tertentu tidak mempunyai ukuran ketebalan, hanya mempunyai ukuran panjang dan lebar,
sehingga dapat digambarkan sebagai permukaan bangun yang ada dalam kehidupan sehari-
hari. Bentuk bangun datar dapat berupa segitiga, segi empat dan lain-lain. Keberadaan
bangun datar memuat unsur-unsur sudut dan sisi yang saling bersesuaian. Selain itu dalam
memahami bangun datar seyogyanya dipahami pula prinsip-prinsip yang termuat dalam
bangun datar antara lain kesebangunan dan kekongruenan.
Beberapa kesalahan sering terjadi ketika siswa memaknai kesebangunan, yaitu adanya
miskonsepsi antara kesebangunan dan kekongruenan dalam bangun datar. Hal ini
ditunjukkan bahwa siswa memaknai kesebangunan sama dengan kekongruenan.
Kesulitan lain yang juga sering ditemukan pada siswa dalam menyelesaikan masalah
kesebangunan bangun datar dalam kehidupan sehari-hari, contohnya siswa belum mampu
membedakan gambar atap teras rumah dan atap rumah aslinya yang bentuknya sebangun.
Tujuan
Setelah mengikuti sesi ini, peserta dapat:
Petunjuk Umum
1. Sesi ini dilaksanakan dalam kelompok mata pelajaran matematika SD/MI;
2. Untuk menjalankan slide presentasi, fasilitator disarankan untuk menggunakan wireless
mouse/pointer.
Waktu
Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini adalah 120 menit. Rincian alokasi waktu dapat
dilihat pada Perincian Langkah-langkah Kegiatan.
C
Connection (10 menit)
Kegiatan 1: Urun Gagasan/Pengalaman terkait miskonsepsi kesebangunan
(10)
Jawaban ini dapat menginspirasi peserta pada kegiatan selanjutnya, yaitu mengkaji
kasus pembelajaran yang terkait dengan kesebangunan.
A
Application (95 menit)
Kegiatan 1: Mengenal Syarat Kesebangunan (40)
(1) Fasilitator memberikan tugas kepada kelompok peserta dengan menggunakan LK 6.1
untuk berdiskusi tentang gambar yang sebangun dan tidak sebangun, dengan
memberikan pertanyaan Manakah gambar yang sebangun? Berikan alasannya?
(Peserta menuliskan hasil kerja secara berpasangan dan menukarkan dengan pasangan
yang lain dalam satu kelompok)
(2) Fasilitator memberikan tugas kelompok pada peserta dengan menggunakan LK 6.2
untuk berdiskusi tentang:
a) Manakah gambar yang memiliki kesebangunan? Dan berikan alasannya!
b) Gambar manakah yang memiliki sudut-sudut yang bersesuaian dan perbandingan
panjang sisi yang bersesuaian? Berikan alasannya!
(Peserta menuliskan hasil kerja kelompok di kertas plano)
(3) Fasilitator memberikan tugas kelompok pada peserta dengan menggunakan LK 6.3
untuk berdiskusi tentang gambar yang diamati dalam LK 6.3, dengan dipandu
pertanyaan: Dari kedua gambar tersebut, manakah gambar yang kongruen? Berikan
alasannya!
(Peserta menuliskan hasil kerja kelompok di kertas plano dan menukarkan dengan
kelompok yang lain)
(Peserta menempelkan hasil lukisan di kertas plano dan dipajang pada tempat yang sudah
disediakan)
R
Reflection (5 menit)
(1) Fasilitator memeriksa ketercapaian tujuan sesi ini dengan pertanyaan sebagai berikut:
- Apa yang dimaksud dengan Kesebangunan bangun datar?
- Prinsip apa saja yang perlu diperhatikan dalam memahami kesebangunan
bangun datar?
- Hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam merancang pembelajaran
kesebangunan bangun datar dalam kehidupan sehari-hari?
- Berikan contoh kesebangunan bangun datar yang terkait dalam kehidupan
sehari-hari
E
Extension (5 menit)
Sebagai pengembangan, fasilitator meminta kepada peserta untuk:
- Merapkan dan memperluas wawasan saudara tentang kesebangunan dengan
membaca berbagai sumber.
- Dalam pembelajaran perlu adanya contoh-contoh yang bervariatif.
Gambar i
Gambar ii
Pertanyaan:
Manakah Gambar yang Sebangun? Berikan alasan?
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 3 Gambar 4
Pertanyaan:
Gambar 1
Gambar 2
Pertanyaan:
Dari kedua gambar tersebut, manakah gambar yang kongruen (sama
dan sebangun)? Berikan alasan!
Lukislah bangun datar yang sebangun dengan bangun datar beikut dengan panjang sisi 2
kali panjang sisi bangun asal.
A. Kekongruenan
Definisi kekongruenan tidak lepas dari kesebangunan karena kekongruenan merupakan
kasus khusus kesebangunan. Jadi definisinya sebagai berikut. Dua segibanyak (polygon)
dikatakan kongruen jika ada korespondensi satu-satu antara titik-titik sudut kedua
segibanyak tersebut sedemikian hingga berlaku:
Contoh
Pada gambar di atas telah dibuat korespondensi satu-satu antar titik-titik sudut pada
kedua bangun sehingga sudut-sudut yang bersesuaian sama besar dan sisi-sisi yang
bersesuaian sama panjang. Berarti (sesuai definisi) dapat disimpulkan segiempat ABCD
kongruen dengan segiempat EFGH atau ditulis segiempat ABCD EFGH. Sekali lagi,
perhatikan bahwa korespondensi yang menjadikan dua bangun datar kongruen tidak
terpengaruh oleh posisi kedua bangun. Jadi sekali telah ditemukan korespondensi satu-
satu antar kedua bangun maka posisi apapun tetap kongruen.
Perhatikan gambar di atas. Kedua bangun pada posisi I, II, III, mupun IV tetap kongruen
walaupun posisi kedua bangun tersebut berubah-ubah. Jika dicermati lebih lanjut, keempat
posisi itu mewakili proses translasi, refleksi, rotasi, dan kombinasi dari ketiganya. Secara
bahasa sederhana, dua bangun dikatakan kongruen jika kedua bangun tersebut sama dalam
hal BENTUK dan UKURAN.
B. Kesebangunan
Dua segibanyak (polygon) dikatakan sebangun jika ADA korespondensi satu-satu antar
titik-titik sudut kedua segibanyak tersebut sedemikian sehingga berlaku:
Kata ADA dalam pengertian sebangun di atas sangat penting karena justru di sini kunci
kemampuan dalam menentukan sisi-sisi atau sudut-sudut mana yang bersesuaian. Jangan
sampai terjadi dua bangun yang sebangun dikatakan tidak sebangun hanya karena tidak
bisa menemukan korespondensi titik-titik sudutnya.
Contoh 1.1:
Kita bentuk pengaitan satu-satu antar titik-titik sudut di kedua segiempat tersebut, yaitu:
A E, B F, C G, dan D H.
Pengaitan seperti ini disebut dengan korespondensi satu-satu. Korespondensi satu-satu ini
menghasilkan:
2
= = = =
3
Sesuai definisi dapat disimpulkan bahwa segiempat ABCD sebangun dengan segiempat
EFGH dan dapat ditulis dengan segiempat ABCD ~ EFGH. Untuk lebih jelasnya, amatilah
ilustrasi di bawah.
Perhatikan bahwa korespondensi yang menjadikan dua bangun datar sebangun tidak
terpengaruh oleh posisi kedua bangun. Sekali telah ditemukan korespondensi satu-satu
maka posisi apapun tetap sebangun. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pada masing-masing posisi, amatilah semua pasangan titik yang dihubungkan dengan garis
putus-putus. Cocokkanlah ukuran sudut dan sisinya. Apakah ada di antara keempat posisi
yang menjadikan kedua bangun menjadi tidak sebangun lagi? Tentu saja tidak ada.
Selanjutnya perhatikan gambar di bawah.
Apakah ABC ~ EDC? Mungkin saja banyak yang menduga ABC tidak sebangun dengan EDC.
Oleh karena itu perlu suatu teorema sebagai jalan pintas (shortcut) untuk mengetahui
kesebangunan. Sebelum membahas teorema kesebangunan perlu membahas konsep
kekongruenan terlebih dahulu.
Contoh 1.2
Berdasar gambar di atas, segiempat dapat disusun dari dua segitiga dan segilima dapat disusun dari
tiga segitiga. Secara umum segi-n dapat disusun dari (n 2) segitiga. Hal tersebut merupakan
gambaran bahwa setiap segibanyak dapat disusun dari segitiga-segitiga.