PENDAHULUAN
Hernia inguinalis lateralis lebih sering terjadi daripada hernia scrotalis dengan
perbandingan 2:1 dan diantara seluruh pasien hernia ternyata pria lebih sering menderita
hernia dari pada wanita dengan angka 7 kali lipat lebih sering. Usia juga dapat
memepengaruhi kejadian hernia, dimana pada usia tua kemungkinan terjadinya hernia bisa
menjadi lebih besar dikarenakan melemahnya dinding otot perut.
Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.
Hernia, atau sering kita kenal dengan istilah Turun Bero, merupakan penonjolan isi
suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Kita ambil contoh hernia abdomen (perut). Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik (lapisan otot)
dinding perut.
Hernia terdiri atas jaringan lunak, kantong, dan isi hernia.Tujuh puluh lima persen
dari seluruh hernia abdominal terjadi diinguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat terjadi di
umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia
inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis
mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis.
1
BAB II
STATUS PASIEN
Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 55 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Tgl masuk RS : 05 Mei 2017
I. Anamnesis
KU : Terdapat benjolan yang menetap di buah zakar sebelah kiri sejak 5
bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
RPS : Pasien datang ke poli klinik bedah RSUD Bnagkinang dengan keluhan
terdapat benjolan menetap disekitar buah zakar sebelah kiri sejak 5
bulan yang lalu. Benjolan tersebut berbentuk bulat, dengan permukaan
yang rata dan warna sama dengan warna kulit sekitarnya. Ukuran
benjolan sebesar telur ayam, awalnya benjolan tidak menetap di buah
zakar kiri, namun sejak 2 bulan terakhir menetap. Tidak ada demam,
mual (-) , pusing dan muntah (-).
RPD : awalnya ada benjolan kecil dilipat paha kiri, terus semakin turun
sampai kebuah zakar kiri. Tidak memiliki riwayat penyakit prostat.
RPK : tidak terdapat riwayat keluarga yang berhubungan.
Kebiasaan: riwayat merokok (-), riwayat meminum alkohol (-).
2
III. Pemeriksaan Fisik Diagnostik
IV. A keadaan umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 65 kg
Status Generalisata
3
IV. E Pemeriksaan Abdomen
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, tidak ditemukan nyeri tekan dan
nyeri lepas.
Inspeksi : terlihat benjolan, bentuk bulat warna sama dengan warna kulit
Palpasi : teraba masa didaerah buah zakar sebelah kiri, sebesar telur ayam,
permukaan rata, tidak nyeri, massa teraba lunak, testis teraba. Finger
test didapatkan benjolan berada pada ujung jari. Tidak ditemukan
tanda- tanda radang.
I. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 5-5-2017
Pemeriksaan darah lengkap :
Hb : 15,4 g/dl
Leukosit : 16.300 ul
Ht : 44,9 %
Trombosit : 274.000/ul
Gula darah sewaktu: 124
Pemeriksaan ginjal
Creatinin : 1,1
4
Kreatinin : 21
Hemostatik
Masa pembekuan : 8 menit
Masa perdarahan : 3, 30 menit
Pemeriksaan lain gol darah A Rh (+)
II. DIAGNOSIS KLINIS
Diagnosis pre operasi: Hernia Scrotalis sinistra
5
Medikasi post operatif:
- Tramadol 100 mg
- Ketorolac IV 30 mg
Teknik anestesi :
- Pasien dalam posisi duduk tegak dan kepala menunduk, dilakukan desinfeksi di
sekitar daerah tusukan yaitu di regio vertebra lumbal 4-5. Dilakukan Sub
arakhnoid blok dengan jarum spinal no. 27 pada regio vertebra lumbal 4-5 dengan
tusukan paramedian.
- LCS keluar (+) jernih
- Respirasi : Spontan
- Posisi :Supine
- Jumlah cairan yang masuk :
- Kristaloid = 1500 cc (RL 1 + RL 2 + RL 3 )
- Perdarahan selama operasi : 100 cc
- Pemantauan selama anestesi :
o Mulai anestesi :12.45 WIB
o Mulai operasi :12.50 WIB
o Selesai operasi :13.25 WIB
- Tekanan darah dan frekuensi nadi :
Pukul (WIB) Tekanan Darah (mmHg) Nadi (kali/menit)
12.45 120 / 70 99
12.50 109 / 60 96
12.55 110/ 70 98
13.00 118/ 70 87
13.15 130 / 70 78
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Hernia
3.2.1 Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan muskuloaponeurotik)
yang menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut.
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi
hernia.1,2
3.2.2 Klasifikasi
Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas hernia kongenital dan akuisita.
Menurut letaknya bisa disebut hernia inguinal, umbilical, femoral, insisional (sering)
dan hernia epigastrik, gluteal, lumbal, obturator (jarang). Dari sifatnya dikenal hernia
reponibel dan ireponibel.Reponibel bila isi kantung bisa direposisi kembali bila
berbaring atau didorong dengan tangan.Sedangkan bila tidak bisa direposisi disebut
ireponibel.Biasanya hernia ireponibel disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia, yang disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri atau
tanda sumbatan usus.1,3
Bila terjadi gangguan pada pasase usus yang terjepit hernia yang ireponibel,
maka disebut hernia inkarserata. Sementara bila hernia tersebut mengakibatkan
gangguan vaskularisasi maka disebut hernia strangulata.1 Berikut adalah pembagian
hernia yang terjadi secara congenital dan didapat (acquired) :
1. Kongenital
Kanalis inguinalis normal pada fetus :
Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu masuknya testis dari
abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga terjadi penarikan
peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi penonjolan (prosesus vaginalis
peritonei). Pada bayi yang sudah lahir akan mengalami obliterasi sehingga isi
perut tidak dapat masuk melalui kanal. Karena testis kiri turun lebih dahulu
daripada kanan, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Pada keadaan
normal, kanalis inguinalis menutup pada usia 2 tahun. Bila prosesus terbuka terus
7
(tidak mengalami obliterasi) menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis
kongenital.
2. Acquired / didapat
Disebabkan oleh :
8
adalah ligamentum inguinale. Akanal ini berisi funiculus spermaticus pada laki-laki
dan ligamentum rotundum pada perempuan.1
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar
melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan bila cukup panjang
keluar di annulus inguinalis eksternus. Jika berlanjut, tonjolan akan sampai ke
skrotum dan disebut hernia skrotalis. Kantong hernia terletak di dalam m. kremaster,
anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funiculus spermaticus.1
Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial menonjol
langsung ke depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang dibatasi ligamentum
inguinal di inferior, a/v. epigastrika inferior di lateral dan tepi otot rektus di bagian
medial. Dasar segitiga hasselbach ini dibentuk oleh fascial transversal yang diperkuat
oleh aponeurosis m. transverses abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna,
sehingga potensial untuk menjadi lemah. Karena hernia medialis ini tidak melalui
kanalis umumnya tidak mengalami strangulasi karena cincinnya cenderung longgar.1
9
Gbr 3. Bagian dalam regio inguinal
3.2.2 Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain yang
didapat (missal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak
pada lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena annulus inguinalis
eksternus pada pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu juga karena perjalanan
embriologisnya dimana testis pada pria turun dari rongga abdomen melalui kanalis
inguinalis. Seringkali kanalis tidak menutup sempurna setelahnya. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang
cukup lebar sehingga bisa dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan
juga faktor yang bisa mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup
lebar itu.1,3,4,5
10
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen keluar melalui celah tersebut.1,3
3.2.3 Patofisiologi
Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus
intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya jika otot dinding perut berkontraksi,
kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga
mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Bila cincin hernia sempit, kurang elastic atau lebih kaku maka akan terjadi
jepitan yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan
terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia
dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada
cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat
berupa cairan serosanguinus. 1
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang waktu
berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada
11
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri
yang disertai mual atau muntah, dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi
karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren. 1
3.2.5 Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang
muncul waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda berat atau mengedan, dan
menghilang saat berbaring. Pasien sering mengatakan sebagai turun berok, burut atau
kelingsir. Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong. Nyeri yang
disertai mual dan muntah baru muncul kalau terjadi inkarserata karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis.1,2,6
Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri dapat dilihat
hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan
dari lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi
lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta
mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat. 1,2,4
Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan
dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia dapat direposisi, waktu jari
masih berada di annulus internus, pasien diminta mengedan, kalau ujung jari
menyentuh hernia berarti hernia inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari yang
menyentuh, berarti hernia inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang
dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua kain sutera. Disebut tanda sarung tangan sutera.
Kalau kantong hernia berisi organ, palpasi mungkin meraba usus, omentum (seperti
karet) atau ovarium. Diagnosis pasti hernia umumnya sudah bisa dilakukan dengan
pemeriksaan klinis yang teliti.1,2
12
Berdasarkan anatomi, hernia dapat dibagi menjadi :
13
3.2.7 Tatalaksana
Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan vitalitas
lebih jarang disbanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin hernia yang lebih
elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan
pemberian sedative dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil,
anak disiapkan operasi hari berikutnya. Bila tidak berhasil, operasi segera. Pemakaian
penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah
menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup. Ini tidak dianjurkan karena
merusak kulit dan tonus otot di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap
mengancam. Yang penting diperhatikan untuk memperoleh keberhasilan terapi maka
faktor-faktor yang meningkatkan tekanan intra abdomen juga harus dicari dan
diperbaiki. Misalnya batuk kronis, prostat, tumor, ascites, dan lain-lain). Dan defek
yang ada direkonstruksi.1,2
14
Gbr 4. Herniotomi dan Hernioplasti
Kelemahan teknik Bassini dan teknik variasi lain adalah adanya regangan
berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Karena itu dipopulerkan metode penggunaan
prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang menjadi dasar kanalis
inguinalis, tanpa menjahit otot-otot ke inguinal.1
A. Teknik operasi
15
spinalis, celah direct dan indirect. Kantung hernia biasanya diligasi dan dasar kanalis
spinalis di rekonstruksi.
2. Teknik Bassini7
16
hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi
sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi
umum.
4. Kelompok 3: Tension-Free Repair With Mesh 7
Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow ) menggunakan
pendekatan awal yang sama degan teknik open anterior. Akan tetapi tidak menjahit
lapisan fascia untuk memperbaiki defek , tetapi menempatkan sebuah prostesis,
mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa
menimbulkan tegangan dan ditempatkan disekitar fascia gambar 7. Hasil yang baik
diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang dari 1 persen.
5. Kelompok 4: Laparoscopic7
Operasi hernia Laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir,
tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini, hernia
diperbaiki dengan menempatkanpotongan mesh yang besar di region inguinal diatas
peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan
pembentuka fistel karena paparan usus terhadap mesh.
Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphie dilakukan
menggunakan salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total
extraperitoneal (TEP) . Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar
laparoscopic dalam cavum abdomendan memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini
memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan
17
peritoneum.sedangkan pendekatan TAPP adalah prosedur laparoskopic
langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi.
Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cidera selama operasi.
3.2.8 Komplikasi
Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat terjadi
kalau isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan. Dalam kasus ini tidak ada gejala klinis.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi strangulasi
yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat terjadi parsial atau
total seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau kaku,
sering terjadi jepitan parsial.1
18
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pre Operatif
Persiapan anestesi dan pembedahan harus selengkap mungkin karena dalam
pemberian anestesi dan operasi selalu ada risiko.Persiapan yang dilakukan meliputi
persiapan alat, penilaian dan persiapan pasien, dan persiapan obat anestesi yang
diperlukan. Penilaian dan persiapan penderita diantaranya meliputi :
- Informasi penyakit
- Anamnesis: kejadian penyakit
- Riwayat alergi, hipertensi, diabetes melitus, operasi sebelumnya, asma,
komplikasi transfusi darah (apabila pernah mendapatkan transfusi)
- Persiapan operasi yang tidak kalah penting yaitu informed consent, suatu
persetujuan medis untuk mendapatkan izin dari pasien sendiri dan keluarga pasien
untuk melakukan tindakan anestesi dan operasi, sebelumnya pasien dan keluarga
pasien diberikan penjelasan mengenai risiko yang mungkin terjadi selama operasi
dan post operasi.
20
BAB V
KESIMPULAN
Seorang laki-laki dengan usia55 tahun datang ke poliklinik bedah dengan keluhan
benjolan dibuah zakar sebelah kiri sejak 5 bulan yang lalu, awalnya benjolan tidak menetap
di buah zakar, namun 2 bulan terakhir benjolan menetap dibuah zakar sebelah kiri.
Selanjutnya dilakukan tindakan operasi Herniorraphy pada tanggal 08 Mei 2017 di ruangan
operasi RSUD Bangkinang. Teknik anestesi adalah dengan spinal anestesi (subarchnoid
block) merupakan teknik anestesi sederhana dan efektif untuk operasi pada regio
genital.Induksi anestesi dengan menggunakan Bupivacain spinal 2,5 cc (12,5 mg) dan
maintenance dengan midazolam 2 mg, oksigen 2-3 liter/menit. Untuk mengatasi nyeri
digunakan ketorolac sebanyak 30 mg. Perawatan post operatif dilakukan dibangsal dan
dengan diawasi vital sign, tanda-tanda perdarahan.
21
Daftar Pustaka
1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta :
EGC.
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI.
3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006. Jakarta :
Erlangga Medical Series.
4. Inguinal Hernia. Wikipedia the free encyclopedia. Last Updated :Agust 24th 2014.
(Available from http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia, cited on January7th
2015).
5. Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse. Last
Updated December 2008.
(Available from http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia. cited on
January7th 2015).
6. Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine Health.
(Available from http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm cited
onJanuary7th 2015).
7. She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa Laniyati
Celal, editor Linda Chandranata Jakarta, EGC, 2000, hal 509-515.
8. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR.Petunjuk Praktis
Anestesiologi.Ed.2.Cet.V.Jakarta:Bagian Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.2010.
22