Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Anak merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah keluarga. Selain
sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus
bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya
jatuh sakit, lebih - lebih bila anaknya mengalami kejang demam.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal lebih dari 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses
1
ekstrakranial.. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 5 tahun. Semua
jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan
demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering
menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan atas, otitis media
akut, pneumonia, gastroenteritis akut, bronkitis dan infeksi saluran kemih.3
Kejang demam sederhana adalah kejang motorik umum mayor yang
berlangsung kurang dari 15 menit dan hanya terjadi satu kali dalam kurun waktu
24 jam pada anak yang normal secara neurologis maupun perkembangan. Jika
terdapat tanda-tanda fokal, lamanya kejang lebih dari 15 menit, anak memiliki
gangguan neurologis sebelumnya, atau kejang terjadi lebih dari satu kali dalam
satu kejadian demam, maka kejang disebut sebagai kejang demam kompleks atau
atipik.
Kejang demam berulang terjadi pada 30% sampai 50% anak dengan
kejang demam pertama di bawah usia 1 tahun dan 28% anak dengan kejang
demam pertama diatas usia 1 tahun. Anak dengan kejang demam kompleks
hanya memiliki risiko 7% untuk mengalami kejang demam kompleks kembali.
Hampir 80% kasus adalah KD sederhana (kejang <15 menit, umum, tonik
atau klonik, akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu
24 jam). Sedangkan 20% kasus merupakan KD komplikata (kejang >15 menit,
2

fokal atau kejang umum didahului kejang parsial, berulang atau lebih dari satu
2,4
kali dalam 24 jam).
Kejang demam berulang adalah KD yang timbul pada lebih dari 1 episode
demam. Bila kejang terjadi pada demam yang tidak tinggi, anak berisiko tinggi
1
untuk mengalami kejang berulang. Hanya sedikit penelitian yang membahas
tentang predictor berulangnya KD. Beberapa factor risiko berulangnya kejang
antara lain kejang pertama terjadi sebelum usia 18 bulan, suhu tubuh rendah saat
kejang (di bawah 38oC), waktu pendek antara demam dan kejang, serta adanya
riwayat KD dalam keluarga. Hirtz menyebutkan bahwa adanya kejang neonatal,
keterlambatan perkembangan, rendahnya kadar natrium darah, dan panas sangat
4
tinggi juga merupakan factor risiko berulangnya KD.

1.2. MaksuddanTujuan
Adapun maksud dan tujuan pembuatan laporan kasus ini:
1. Diharapkan pada semua sarjana kedokteran dapat memahami setiap kasus
kejang demam yang didapat secara menyeluruh.
2. Diharapkan adanya pola berpikir kritis setelah dilakukannya diskusi
laporankasus kejang demam ini dengan pakar atau pun dosen pembimbing
klinik yang membimbing.
3. Diharapkan pada semua sarjana kedokteran dapat mengaplikasikan
pemahaman yang didapat mengenai kasus kejang demam yang terkait
pada kegiatan kepaniteraan.

1.3.Manfaat

1.3.1 Manfaat Teoritis


a. Bagi institusi, diharapkan laporan kasus ini dapat menambah
bahan referensi dan studi kepustakaan dalam bidang ilmu
kesehatan anak terutama tentangkejang demam.
3

b. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan laporan kasus ini dapat


dijadikan landasan untuk penulisan laporan kasus selanjutnya.

1.3.2 Manfaat Praktis


a. Bagi dokter muda, diharapkan laporan kasus ini dapat membantu
dalam mengaplikasikanpenatalaksanaan kasus kejang demampada
kegiatan kepaniteraan klinik senior (KKS).
b. Bagi tenaga kesehatan lainnya,diharapkanlaporan kasus ini dapat
menjadi bahan masukan untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan terutama dalam memberikan informasi atau edukasi
kesehatan berupa upaya pencegahan kepada pasien dan keluarga
terutama untuk kasus kejang demam sehingga angka
morbiditasnya dapat berkurang.
4

BAB II
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : RH
Umur : 3 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Panca Usaha Lr. Porlapa
Berat Badan : 16 kg
Tinggi Badan : 90 cm
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
No.Medrec : 51.87.30
MRS : 29 April 2016

Ayah
Nama : Tn. Andi
Pendidikan : SMA
Usia : 32 tahun
Pekerjaan : Dagang

Ibu
Nama : Ny. Sri Utami
Pendidikan : SMA
Usia : 33 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

II. Anamnesis
(Anamnesis dilakukan pada tanggal 30 April 2016)
5

a. Keluhan Utama : Os mengalami kejang sebanyak 4 kali. 1 kali dirumah


selama 15 menit, 2 kali selama perjalanan 5 menit dan 1 kali di rumah
sakit selama 3 menit.
b. Keluhan Tambahan: Demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
disertai batuk dan pilek.
c. Riwayat Perjalanan Penyakit
Sekitar 1 hari SMRS, ibu penderita merasakan badan anaknya
panas tinggi serta batuk dan pilek tetapi penderita belum berobat.
Sekitar 2 jam SMRS, penderita mengeluh kejang. Kejang selama
15 menit 1 kali, kemudian penderita dibawa ke RS Bari Palembang.
Selama perjalanan penderita mengeluh kejang kembali sebanyak 2 kali
dengan waktu selama 5 menit. Setelah tiba di IGD RS, penderita
mengalami kejang 1 kali dengan waktu selama 3 menit. Pre iktal sadar,
inter iktal sadar dan post iktal sadar. Demam tinggi (+), batuk (+), dan
pilek (+), kejang umum klonik.

d. Riwayat penyakit dahulu


Saat pasien berusia 5 bulan, pasien pernah mengalami kejang
dengan didahului adanya batuk, pilek, dan demam tinggi. Kejang selama
5 menit sebanyak 1 kali. Tipe kejang klonik, dimana pasien kehilangan
kesadaran saat kejang. Pre iktal: sadar dan post iktal: sadar. Pasien tetapi
tidak dibawa ke RS.

e. Riwayat penyakit keluarga


Riwayat penyakit keluarga dengan keluhan yang sama disangkal

Pedigree Keluarga

Andi / buruh/
32th Sri utami/IRT/ 37th
6

Kakak os 3th
5 th

: Penderita : Ibu Os
: Ayah Os

f. Riwayat Kehamilan dan kelahiran


P2 A0, lahir cukup bulan (38 Minggu), partus spontan, langsung
menangis, ditolong oleh bidan, riwayat ibu demam (-), KPSW (-), BBL:
3300 gram, PBL: 50 cm.

g. Riwayat Makan
ASI: 0 4 bulan, Susu Formula: 4 bulan sekarang, frekuensi 5x/hari,
Bubur Susu: 6 bulan, Bubur Saring: 6 bulan, frekuensi 3x/hari, Nasi Tim:
8 bulan, Nasi Biasa: 1 tahun- sekarang, frekuensi 3x/hari.

h. Riwayat Imunisasi
BCG, Polio 0, Hepatitis 0

i. Riwayat Perkembangan
Mengangkat kepala: 3 bulan, Tengkurap: 6 bulan, Merangkak: 9 bulan,
Duduk: 8 bulan, Berdiri: 10 bulan, Berjalan: 12 bulan.

III. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum (30 April 2015)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
Nadi : 130 x/menit, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 36 x/menit
Temperatur : 38,2o C
Berat badan : 16 kg
7

Tinggi badan : 93 cm
Status Gizi : BB/U : 2 SD s/d -2 SD
TB/U : 2 SD s/d -2 SD
BB/TB : 2 SD s/d -2 SD
Lingkar kepala: 48 cm ( 2 SD s/d -2 SD)
LiLA : 17 cm (2 SD s/d -2 SD)
Kesan : Gizi Baik

Keadaan Spesifik
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-), air
mata (-), nafas cuping hidung (-), hidung: sekret sedikit
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar.
Thoraks :
Paru:
- Inspeksi: simetris, retraksi (-)
- Palpasi: stem fremitus (Normal)
- Perkusi: sonor
- Auskultasi: vesikuler (+) normal, rhonki (-), wheezing (-)
Jantung
- Inspeksi: pulsasi tidak ada, iktus tidak ada
- Palpasi: iktus kordis (+), thrill (-)
- Perkusi: batas jantung normal
- Auskultasi: bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: datar, lemas, shifting dullness (-), bising usus (+) normal,
hepar dan lien tidak teraba
Punggung: deformitas (-)
Anggota gerak: akral hangat, CRT <2 detik, pitting edema (-).
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi motorik
Pemeriksaan Tungkai Tungkai Lengan Lengan
8

Kanan Kiri Kanan Kiri


Gerakan Luas Luas Luas Luas
Kekuatan +5 +5 +5 +5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - -

Refleks fisiologis refleks biseps (+/+), refleks triseps (+/+), reflek


sendi lutut (+/+), reflek pergelangan kaki (+/+)
Refleks patologis reflek babinsky (-/-), reflek openheim (-/-), reflek
chaddock (-/-), reflek scaefer (-/-), reflek Gordon (-/-)

Fungsi sensorik : Dalam batas normal


No. Pemeriksaan Ada Tidak Ada
1. Uji sentuhan + -
2. Uji rasa nyeri + -
3. Uji perasaan vibrasi + -
4. Uji posisi + -
5. Uji koordinasi + -

Fungsi nervi craniales : Dalam batas normal


Gerakan Rangsang Meningeal (GRM)
- Kaku kuduk : Negatif - Brudzinsky
- Kernig : Negatif I: Negatif
- Lassegue : Negatif II: Negatif

Kesan : Pemeriksaan status neorologis dalam batas normal


9

IV. Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Tanggal Jenis Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan Pemeriksaan
29 April Hb 9,7 gr/dl 10,5-14 gr/dl
2016 Leukosit 19.200 /ul 5000-15.500 /ul
Trombosit 237.000 /ul 150.000-400.000 /ul
Ht 32% 37-43%
Hitung Jenis 0/1/3/83/11/2 0-1/1-3/2-6/50-70/20-40/2-8%
2 Mei 2016 Hb 12 gr/dl
Leukosit 15.500/ul
Trombosit 181.000/ul
Ht 40%
Hitung Jenis 0/2/5/28/55/10

V. Pemeriksaan Penunjang
- Darah rutin
- EEG

VI. Diagnosis Kerja:


Kejang Demam Komplek + ISPA

VII. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
IVFD RLgtt XII x/m
Inj Ampicilin 3x800 mg
Inj Gentamicin 2x7.5 strip
Diazepam 3x3.5 mg bila kejang
PCT 3x 250 mg
Terapi rumatan As. Valproat sirup 2x 2 cth
Cek laboratorium : darah rutin
10

- Non Farmakologi
Diet
- Teruskan makan
- Berikan makanan keluarga 3 x 1/3 porsi makan dewasa terdiri nasi,
lauk, sayur, buah.
- Beri makanan selingan kaya gizi 2 kali sehari diantara waktu
makan
Monitoring
- Kejang
- Demam
Edukasi
- Mengedukasi keluarga untuk memberikan obat apabila gejala
muncul.
- Menginformasikan kondisi penderita kepada orang tua.
- Memberikaninformasimengenaikemungkinankejang kembali
- Mengedukasi keluarga untuk mengompres anak jika demam
- Mengedukasi tatalaksana awal ketika kejang

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
11

Follow Up Pasien
Tanggal Pemeriksaan Fisik Tindakan
29April 2016 S: kejang (+), batuk (+), pilek (+), demam (+) P:
O: KU: Tampak sakit sedang IVFD D5 NS
-Hr: 110 x/m gtt 15 x/m
-Rr: 30 x/m Ampicilin 3x 800
o
-Temp: 37,9 C mg
Kepala: CA(-/-), SI(-/-), NCH (-/-), mata Inj Gentamicin 2x
cekung(-), secret hidung (+) 7.5 mg
Leher : pembesaran KGB (-) Diazepam oral 3 x
Thorak: Simetris, retraksi (-), vesikuler, 3.5 mg
rhonki (-), wheezing (-). Bunyi jantung 1/ PCT 3x 250 mg
bunyi jantung 2 (+) normal, murmur (-), gallop Dexamethason 3 x
(-) 4 mg IV
Abdomen : datar lemas, BU(+), turgor normal,
hepar lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 3
A: Kejang Demam Kompleks + ISPA
30 April 2016 S: kejang (-), batuk (+), pilek (+), demam (-), P:
Bab lembek warna coklat frekuensi 3x sedikit- IVFD KAEN 3A
sedikit, mata cekung (-) gtt 12 x/m
O: KU: Tampak sakit sedang Ampicilin 3 x 800
-Hr: 75 x/m mg
-Rr: 48 x/m Inj Gentamicin 2 x
-Temp: 36,5oC 7.5 mg
Kepala: CA(-/-), SI(-/-), NCH (-/-), mata Diazepam oral 3 x
cekung(-), sekret (+) sedikit 3.5 mg
Leher : pembesaran KGB (-) PCT 3 x 250 mg
Thorak: Simetris, retraksi (-), vesikuler, Dexamethason 3 x
rhonki (-), wheezing (-). Bunyi jantung 1/ 4 mg IV
bunyi jantung 2 (+) normal, murmur (-), gallop Asam Valproat Syr
(-) 2 x 2 cth
Abdomen : datar lemas, BU(+) normal, turgor Oralit gelas
12

normal, hepar lien tidak teraba setiap Bab


Ekstremitas : akral hangat, CRT < 3
A: Kejang Demam Kompleks + ISPA + GEA
tanpa dehidrasi
1 Mei 2016 S: kejang (-), batuk (+), pilek (+), demam (-), P:
Bab lembek warna coklat frekuensi 3x sedikit- IVFD KAEN 3A
sedikit, mata cekung (-) gtt 12 x/m
O: KU: Tampak sakit sedang Ampicilin 3 x 800
-Hr: 112x/m mg
-Rr: 30x/m Inj Gentamicin 2 x
-Temp: 37,1oC 7.5 mg
Kepala: CA(-/-), SI(-/-), NCH (-/-), mata Diazepam oral 3 x
cekung(-), sekret (+) sedikit 3.5 mg
Leher : pembesaran KGB (-) PCT 3 x 250 cth
Thorak: Simetris, retraksi (-), vesikuler, Dexamethason 3 x
rhonki (-), wheezing (-). Bunyi jantung 1/ 4 mg IV
bunyi jantung 2 (+) normal, murmur (-), gallop Asam Valproat Syr
(-) 2 x 2 cth
Abdomen : datar lemas, BU(+), turgor normal, Oralit gelas
hepar lien tidak teraba setiap Bab
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 3
A: Kejang Demam Kompleks + ISPA + GEA
tanpa dehidrasi

2 Mei 2016 S: kejang (-), batuk (+), pilek (+), demam (-), P:
Bab cair 5x gelas cair>padat (hari 1) IVFD KAEN 3A
O: KU: Tampak sakit sedang gtt 12 x/m
-Hr: 108x/m Ampicilin 3 x 800
-Rr: 32x/m mg
-Temp: 36,7 oC Inj Gentamicin 2 x
Kepala: CA(-/-), SI(-/-), NCH (-/-), mata 7.5 mg
cekung(-), sekret (+) sedikit Diazepam oral 3 x
13

Leher : pembesaran KGB (-) 3.5 mg


Thorak: Simetris, retraksi (-), vesikuler, PCT 3 x 250 cth
rhonki (-), wheezing (-). Bunyi jantung 1/ Dexamethason 3 x
bunyi jantung 2 (+) normal, murmur (-), gallop 4 mg IV
(-) Asam Valproat Syr
Abdomen : datar lemas, BU(+) meningkat, 2 x 2 cth
turgor normal, hepar lien tidak teraba Oralit gelas
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 3 setiap Bab
Laboratorium: Zinc 1x20mg
Hb 12, Leukosit 15.500/ul, Trombosit
181.000/ul, Ht 47%, DC: 0/2/5/28/55/10
A: Kejang Demam Kompleks + ISPA + GEA
tanpa dehidrasi
3 Mei 2016 S: kejang (-), batuk (+), pilek (+), demam (-), P:
Bab cair 4x gelas cair>padat (hari 2) Oralit 100 cc/ Bab
O: KU: Tampak sakit sedang Cefixime Syr 2 x 1
-Hr: 102 x/m cth
-Rr: 28 x/m Zink 1 x 20 mg
-Temp: 37 oC As. Valproat Syr 2
Kepala: CA(-/-), SI(-/-), NCH (-/-), mata x 2 cth
cekung(-), sekret (+) sedikit, mata sedikit Paracetamol 3 x
cekung 250 mg
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorak: Simetris, retraksi (-), vesikuler,
rhonki (-), wheezing (-). Bunyi jantung 1/
bunyi jantung 2 (+) normal, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen : datar lemas, BU(+) meningkat,
turgor normal, hepar lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 3
Laboratorium:
Hb 12, Leukosit 15.500/ul, Trombosit
181.000/ul, Ht 47%, DC: 0/2/5/28/55/10
14

A: Kejang Demam Kompleks + ISPA + GEA


tanpa dehidrasi
4 Mei 2016 S: kejang (-), batuk (+), pilek (+), demam (-), P:
Bab biasa Cefixime Syr 2 x 1
O: KU: Tampak sakit sedang cth
-Hr: 75 x/m Zink 1 x 20 mg
-Rr: 48 x/m As. Valproat Syr 2
-Temp: 36,5oC x 2 cth
Kepala: CA(-/-), SI(-/-), NCH (-/-), mata Paracetamol 3 x
cekung(-), sekret (+) sedikit, mata cekung (-) 250 mg
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorak: Simetris, retraksi (-), vesikuler,
rhonki (-), wheezing (-). Bunyi jantung 1/
bunyi jantung 2 (+) normal, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen : datar lemas, BU(+) normal, turgor
normal, hepar lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 3
A: Kejang Demam Kompleks + ISPA + GEA
tanpa dehidrasi
15

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi Kejang Demam


Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 380C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat,
gangguan elektrolit atau metabolik lain. Kejang disertai demam pada bayi berusia
kurang dari 1 bulan tidaktermasuk dalam kejang demam.8
Kejang demam ini terjadi pada 2% - 4 % anak berumur 6 bulan 5 tahun.6
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam
kembali tidak termasuk dalam kejang demam.7
Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung kurang dari 15
menit, bersifat umum serta tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam
sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.8
Kejang demam disebut kompleks jika kejang berlangsung lebih dari 15
menit, bersifat fokal atau parsial 1 sisi kejang umum didahului kejang fokal dan
berulang atau lebih dari1 kali dalam 24 jam.8
Terdapat interaksi 3 faktor sebagai penyebab kejang demam, yaitu (1)
Imaturitas otak dan termoregulator, (2) Demam, dimana kebutuhan oksigen
meningkat, dan (3) predisposisigenetik: > 7 lokus kromosom (poligenik,
autosomal dominan). 8
Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan
kejang berulang tanpa demam.2 Anak yang pernah mengalami kejang tanpa
demam kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam.5
Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk
dalam kejang demam.7 Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5
tahun mengalami kejang didahului demam, kemungkinan lain harus
dipertimbangkan misalnya infeksi SSP atau epilepsi yang kebetulan terjadi
bersama demam.7
Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti
meningitis, ensefalitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai
16

prognosis berbeda dengan kejang demam karena keadaan yang mendasarinya


mengenai sistem susunan saraf pusat.2

3.2. Epidemiologi Kejang Demam


Kejadian kejang demam diperkirakan 2% - 4% di Amerika Serikat, Amerika
Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira kira 20 % kasus
merupakan kejang demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada tahun
kedua kehidupan (17 23 bulan), kejang demam sedikit lebih sering pada laki-
laki.6
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun.1,4
Menurut IDAI, kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun
hampir 2-5%.3,4

3.3. Etiologi Kejang Demam


Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan
infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan
infeksi saluran kemih.6 Demam yang disebabkan oleh infeksi ekstrakranial.9

3.4. Faktor Risiko Kejang Demam


Faktor risiko kejang demam pertama yang penting adalah demam.2 Ada
riwayat kejang demam keluarga yang kuat pada saudara kandung dan orang tua,
menunjukkan kecenderungan genetik.2.5 Selain itu terdapat faktor perkembangan
terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, kadar
natrium rendah, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul,
temperatur yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam dan riwayat
keluarga epilepsi.2.5
Faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari yaitu adanya gangguan
neurodevelopmental, kejang demam kompleks, riwayat epilepsi dalam keluarga,
lamanya demam saat awitan, lebih dari satu kali kejang demam kompleks.5
17

3.5. Patofisiologi Kejang Demam


Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak, diperlukan
suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak
yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi, dimana oksigen
disediakan dengan perantaraan fungsi paruparu dan diteruskan ke otak melalui
kardiovaskuler.2 Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses
oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.2 Sel dikelilingi oleh suatu membran yang
terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik.
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah
oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel
maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi
dan bantuan enzim NaKATPase yang terdapat pada permukaan sel.2
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
b. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.2
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10%-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %. Pada
seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Jadi pada kenaikan suhu
tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
18

maupun membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut


neurotransmitter dan terjadilah kejang.2
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari
tinggi rendahnya ambang kejang. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah,
kejang telah terjadi pada suhu 38o C, sedangkan pada anak dengan ambang kejang
yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40oC atau lebih. Dari kenyataan ini
dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada
ambang kejang yang rendah, sehingga dalam penanggulangannya perlu
diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang.2 Penelitian binatang
menunjukkan bahwa vasopresin arginin dapat merupakan mediator penting pada
patogenesis kejang akibat hipertermia.5
Kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai
terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi
otot skelet yang akibatnya terjadihipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipertensi arterial disertai denyut jantung
yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya
aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat.
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya
kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting
adalah gangguan peredaran darah yangmengakibatkan hipoksia sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan
kerusakan sel neuron otak9. Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis
setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi
matang di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi
kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di
otak sehingga terjadi epilepsi.2
19

3.6. Klasifikasi Kejang Demam


a. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure)
Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung singkat,
kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk
umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang
dalam waktu 24 jam.10 Kejang demam sederhana merupakan 80 % diantara
seluruh kejang demam.9 Suhu yang tinggi merupakan keharusan pada
kejang demam sederhana, kejang timbul bukan oleh infeksi sendiri, akan
tetapi oleh kenaikan suhu yang tinggi akibat infeksi di tempat lain, misalnya
pada radang telinga tengah yang akut, dan sebagainya.
Bila dalam riwayat penderita pada usia sebelumnya terdapat periode-
periode dimana anak menderita suhu yang sangat tinggi akan tetapi tidak
mengalami kejang; maka pada kejang yang terjadi kemudian harus berhati
hati, mungkin kejang yang ini ada penyebabnya.6
Pada kejang demam yang sederhana kejang biasanya timbul ketika
suhu sedang meningkat dengan mendadak, sehingga seringkali orang tua
tidak mengetahui sebelumnya bahwa anak menderita demam. Agaknya
kenaikan suhu yang tibatiba merupakan faktor yang penting untuk
menimbulkan kejang.6
Kejang pada kejang demam sederhana selalu berbentuk umum,
biasanya bersifat tonikklonik seperti kejang grand mal; kadangkadang
hanya kaku umum atau mata mendelik seketika. Kejang dapat juga
berulang, tapi sebentar saja, dan masih dalam waktu 16 jam meningkatnya
suhu, umumnya pada kenaikan suhu yang mendadak, dalam hal ini juga
kejang demamsederhana masih mungkin.6

b. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)


Kejang dengan salah satu ciri berikut :
1. Kejang lama lebih dari 15 menit.
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial.
20

3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.2


Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau
kejang berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak
tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8 % kejangn demam. Kejang fokal
adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang
parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari,
diantara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16
% diantara anak yang mengalami kejang demam.7

3.7. Manifestasi Klinik Kejang Demam


Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dengan cepat yang disebabkan oleh lesi
ektrakranial, misalnya infeksi saluran pernapasan akut, tonsilitis, otitis media akut,
gastroenteritis. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu
demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik,
fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti
anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik
atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.2
Livingston (1954, 1963) membuat kriteria dan membagi kejang demam atas
2 golongan, yaitu:
1. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion)
2. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsy triggered off by fever).
Modifikasi kriteria Livingston:
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum.
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal
tidak menunjukkan kelainan.
7. Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
21

Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh
kriteria modifikasi Livingston di atas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi
oleh demam.

3.8. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari
penyebab demam atau kejang. Pemeriksaan dapat meliputi darah perifer
lengkap, gula darah, elektrolit, urinalisis dan biakan darah, urin atau feses.
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk
menegakkan/menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil
seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika yakin bukan
meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. Pungsi
lumbal dianjurkan pada:
Bayi usia kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan
Bayi usia 12-18 bulan : dianjurkan
Bayi usia > 18 bulan tidak rutin dilakukan
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak
direkomendasikan.EEG masih dapat dilakukan pada kejang demam yang
tidak khas, misalnya: kejang demam kompleks pada anak berusia lebih
dari 6 tahun atau kejang demam fokal.
Pencitraan (CT-Scan atau MRI kepala) dilakukan hanya jika ada
indikasi, misalnya :
Kelainan neurologi fokal yang menetap (hemiparesis) atau
kemungkinan adanya lesi struktural di otak (mikrosefali, spastisitas)
Terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran menurun,
muntah berulang, UUB membonjol, paresis nervus VI, edema papil).8
22

1.9. Diagnosis Banding


Kelainan di dalam otak biasanya karena infeksi, misalnya :
1. Meningitis
2. Ensefalitis
3. Abses otak
Oleh sebab itu, menghadapi seorang anak yang menderita demam
dengan kejang, harus dipikirkan apakah penyebab dari kejang itu di dalam
atau di luar susunan saraf pusat (otak). 9Pungsi lumbal terindikasi bila ada
kecurigaan klinis meningitis. Adanya sumber infeksi seperti otitis media
tidak menyingkirkan meningitis dan jika pasien telah mendapat antibiotik
maka perlu pertimbangan pungsi lumbal.2

3.10. Penatalaksanaan
Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada
algoritme tatalaksana kejang.Saat ini lebih diutamakan pengobatan
profilaksis intermiten pada saat demam berupa :
o Antipiretik, Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari
dan tidak lebih dari 5 kali atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali
sehari.
o Anti kejang, Diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam
atau diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat suhu
tubuh > 38,5OC.Terdapat efek samping berupa ataksia, iritabel dan
sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus.
o Pengobatan jangka panjang/rumatan, Pengobatan jangka panjang
hanya diberikan jika kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut
(salah satu):
Kejang lama > 15 menit
Kelainan neurologi yang nyata sebelum/sesudah kejang:
hemiparesis, paresis Todd, palsi serebral, retardasi mental,
hidrosefalus.
Kejang fokal
23

Pengobatan jangka panjang dipertimbangkan jika :


Kejang berulang 2 kali/lebih dalam 24 jam
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
Kejang demam > 4 kali per tahun.
Obat untuk pengobatan jangka panjang: fenobarbital (dosis 3-4
mg/kgBB/hari dibagi 1-2 dosis) atau asam valproat (dosis 15-40
mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis). Pemberian obat ini efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang (Level I). Pengobatan
diberikanselama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan.8
Indikasi rawat
Kejang demam kompleks
Hiperpireksia
Usia dibawah 6 bulan
Kejang demam pertama kali
Terdapat kelainan neurologis.8

3.11. Edukasi Pada Orang Tua


Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada
saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah
meninggal. Kecemasan ini harus dikurangidengan cara yang diantaranya: 7
a. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis
baik.
b. Memberitahukan cara penanganan kejang.
c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.
d. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus
diingat adanya efek samping obat.
Beberapa Hal Yang Harus Dikerjakan Bila Kembali Kejang (4)
a. Tetap tenang dan tidak panik.
b. Kendorkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.
24

c. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring.


Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun
kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
d. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
e. Tetap bersama pasien selama kejang.
f. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
g. Bawa ke dokter atau ke rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih.

3.12. Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak
menyebabkan kematian.
a. Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Perkembanganmental dan neurologis umumnya tetap normal
pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitianlain secara retrospektif
melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan
kelainanini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang
berulang baik umum atau fokal7. Kejang yang lebih dari 15 menit,
bahkan ada yang mengatakan lebih dari 10 menit, diduga biasanya telah
menimbulkan kelainan saraf yang menetap6. Apabila tidak diterapi
dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi:8
1. Kejang demam berulang dengan frekuensi berkisar antara 25 % - 50
%. Umumnya terjadi pada 6 bulan pertama.
2. Epilepsi resiko untuk mendapatkan epilepsi rendah.
3. Kelainan motorik
4. Gangguan mental dan belajar
b. Kemungkinan mengalami kematian
Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.
c. Kemungkinan Berulangnya Kejang Demam
25

Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor


resiko berulangnya kejang demam adalah :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor diatas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam
adalah 80 %, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan
berulangnya kejang demam hanya 10 % - 15 %. Kemungkinan berulangnya
kejang demam paling besar pada tahun pertama.7
Faktor resiko menjadi epilepsi adalah :
a. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang
demam pertama.
b. Kejang demam kompleks.
c. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
Masing masing faktor resiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi
sampai 4 % - 6 %, kombinasi dari faktor resiko tersebut meningkatkan
kemungkinan epilepsi menjadi 10 % - 49 %. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak
dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang demam.8
26

BAB IV
ANALISA KASUS

Seorang anak perempuan, usia 3 tahun, bangsal anak kelas III RSUD
Palembang BARI pada tanggal 29 April (pukul 20.00 WIB). Dari hasil anamnesis
didapatkan keluhan utama kejang berulang dan keluhan tambahan panas tinggi
dan batuk pilek.
Keluhan utama pada pasien ini adalah kejang dengan temperatur 39,8 C.
Secara umum kejang dapat disebabkan karena adanya lesi di intrakranial
(meningitis, ensefalitis, ensefalopati atau abses otak) atau lesi ekstrakranial. Pada
kasus ini kejang yang terjadi didahului oleh demam yang diakibatkan oleh lesi
ekstrakranial (Infeksi saluran pernapasan akut). Pada pemeriksaan fisik ditemukan
suhu tubuh tinggi yaitu 39,8oC yang menunjukkan adanya demam yang dapat
menyebabkan perubahan keseimbangan potensial membran sel neuron sehingga
terjadi kejang.
Dari alloanamnesis didapatkan bahwa OS datang ke IGD RSUD
Palembang BARI karena mengalami kejang yang dialami sebanyak 4 kali, kejang
pertama selama 15 menit, kejang kedua selama 5 menit, kejang ketiga selama
5 menit dan kejang keempat 3 menit. Kejang umum tonik klonik. Pre iktal:
sadar, interiktal: sadar, dan post iktal pasien sadar. Demam tinggi (+), batuk (+),
pilek (+), mata mendelik keatas. Hasil pemeriksaan fisik temperatur 39,8oC.
Riwayat kejang demam saat berusia 5 bulan dan riwayat kejang demam pada
keluarga tidak ada.
Kejang yang dialami OS diduga kejang demam kompleks karena memiliki
salah satu ciri kejang demam kompleks antara lain kejang >15 menit dan berulang
> 1 kali dalam 24 jam.
Dari hasil pemeriksaan fisik, tidak ditemukan juga tanda-tanda infeksi
intrakranial seperti muntah yang menyemprot, kaku kuduk, tonus otot yang
melemah maupun defisit neurologis. Akan tetapi,dari anamnesis didapatkan 1
hari SMRS OS mengalami batuk dan pilek yang menyebabkan OS mengalami
demam tinggi. Secara teori batuk dan pilek (ISPA) merupakan etiologi dari
27

terjadinya kejang demam. Demam yang ditimbulkan oleh ISPA menjadi faktor
terjadinya kejang demam.
Dari anamnesis diatas, diagnosis mengarah pada kejang demam, demam
kemungkinan berasal dari infeksi pada saluran pernapasan (batuk dan pilek).
Kejang demam pada kasus ini adalah kejang demam kompleks (KDK).
Tatalaksana untuk anak dengan kejang demam kompleks adalah diazepam.
Diazepam rectal dapat diberikan di rumah dengan dosis 0.5 mg/KgBB, pada OS
dapat diberikan 7.5 mg setiap pemberian. Di rumah, maksimum diberikan 2 kali
berturut-turut dengan jarak 5 menit. Di Rumah Sakit, diazepam dapat diberikan
parentral dengan dosis 0.3-0.5 mg/KgBB diberikan dengan kecepatan 0.5-
1mg/menit (3-5 menit), pada OS dapat diberikan 4.5 7.5 mg setiap pemberian.
Jika kejang masih berlanjut dapat diberikan Fenitoin Bolus IV dengan dosis 10-20
mg/KgBB/kali dengan kecepatan 1mg/KgBB/menit, pada OS jika diberikan dapat
menggunakan dosis 150-300mg/kali.
Pada saat demam os dapat diberikan terapi Diazepam oral dengan dosis
0.3 0.5 mg/KgBB setiap 8 jam, yang berguna menurunkan resiko kejang. Pada
pasien dapat diberikan dengan dosis 3 x 4.5mg. Selain itu pasien diberikan juga
antipiretik Paracetamol dengan dosis 3 x 10 15 mg/KgBB/kali.
Pasien juga mendapatkan terapi rumatan, yaitu pengobatan yang diberikan
terus menerus untuk waktu yang cukup lama, karena kejang terjadi lama > 15
menit. Obat terapi rumatan yang diberikan pada kasus adalah asam valproat
dengan dosis 10-40 mg/KgBB/hari dibagi 2-3 dosis. Pada pasien dapat diberikan
dengan dosis 150 mg/ hari dibagi dalam 2 dosis, sehingga dosis 2 x 75mg setiap
pemberian.
Prognosis pada OS adalah bonam karena secara klinis keadaaan OS sudah
baik, tidak ada tanda-tanda kelainan neurologis setelah bangkitan kejang, kejang
tidak berulang selama dirawat di RS dan pasien sudah diberikan obat untuk
pengobatan rumatan dalam jangka waktu yang panjang. Kejang demam juga tidak
menyebabkan kematian, namun OS masih memiliki kemungkinan untuk terjadi
kejang demam kembali karena OS memiliki faktor resiko seperti pernah kejang
28

demam pada usia 5 bulan. Sedangkan untuk terjadinya epilepsi masih terdapat
kemungkinan karena OS memiliki faktor resiko yakni kejang demam kompleks.
29

DAFTAR PUSTAKA

1. Soetomenggolo TS. Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta: IDAI; 2012;244-52.


2. Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. Konsensus Penanganan Kejang
Demam. 2006. UKK Neurologi PP IDAI; 1-10.
3. Jones T, Jacobsen S. Childhood Febrile Seizures, Overview and
Implications. 2007. Int J Med Sci. 4:110 - 14.
4. HirtzDG. 2010. Febrileseizures. PedinRev. 18: 5- 9.
5. Schweich PJ, Zempsky WT. Selected Topicin Emergency Medicin.e Dalam:
McMilan JA, De Angelis CD, Feigen RD, Warshaw JB, Ed. Oskis
6. Kejang Demam. 2010. Staf Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Dalam: Neurologi Buku Kuliah Ilmu Kesehatan anak. Hal 847-848
7. Panduan Praktek Klinis (PPK) Divisi Neurologi. 2014. Departemen
Kesehatan Anak RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Dalam: Kejang
demam hal 23-26.
8. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Pedoman Pelayan Medis IDAI. Hal: 150
154.

Anda mungkin juga menyukai

  • Case Fix11
    Case Fix11
    Dokumen38 halaman
    Case Fix11
    Alfreda Devina Susanti
    Belum ada peringkat
  • Case Fix
    Case Fix
    Dokumen37 halaman
    Case Fix
    Alfreda Devina Susanti
    Belum ada peringkat
  • Referat PDL Ayu BAB
    Referat PDL Ayu BAB
    Dokumen24 halaman
    Referat PDL Ayu BAB
    Umi Chusnul Chotimah
    Belum ada peringkat
  • Form RK
    Form RK
    Dokumen10 halaman
    Form RK
    Alfreda Devina Susanti
    Belum ada peringkat
  • Sken D
    Sken D
    Dokumen17 halaman
    Sken D
    alfredadevina
    Belum ada peringkat
  • Obgyn Borang
    Obgyn Borang
    Dokumen1 halaman
    Obgyn Borang
    Alfreda Devina Susanti
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    alfredadevina
    Belum ada peringkat
  • Kern Ikterus
    Kern Ikterus
    Dokumen6 halaman
    Kern Ikterus
    Alfreda Devina Susanti
    Belum ada peringkat
  • HidungBuntuPilek3Bulan
    HidungBuntuPilek3Bulan
    Dokumen3 halaman
    HidungBuntuPilek3Bulan
    Alfreda Devina Susanti
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 7 (Format Laporan)
    Lampiran 7 (Format Laporan)
    Dokumen6 halaman
    Lampiran 7 (Format Laporan)
    alfathoni
    Belum ada peringkat
  • Yerni
    Yerni
    Dokumen3 halaman
    Yerni
    Alfreda Devina Susanti
    Belum ada peringkat
  • LBKD DOSEN STAIN CURUP
    LBKD DOSEN STAIN CURUP
    Dokumen19 halaman
    LBKD DOSEN STAIN CURUP
    Alfreda Devina Susanti
    Belum ada peringkat
  • Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam
    Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam
    Dokumen54 halaman
    Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam
    Alfreda Devina Susanti
    Belum ada peringkat
  • Tutorial
    Tutorial
    Dokumen11 halaman
    Tutorial
    Alfreda Devina Susanti
    Belum ada peringkat
  • BAB V Case
    BAB V Case
    Dokumen1 halaman
    BAB V Case
    alfredadevina
    Belum ada peringkat
  • TPP Blok 9
    TPP Blok 9
    Dokumen24 halaman
    TPP Blok 9
    Alfreda Devina Susanti
    Belum ada peringkat
  • Skenario Drama (Keramat)
    Skenario Drama (Keramat)
    Dokumen19 halaman
    Skenario Drama (Keramat)
    Alfreda Devina Susanti
    Belum ada peringkat
  • DEMAM KEJANG
    DEMAM KEJANG
    Dokumen28 halaman
    DEMAM KEJANG
    Alfreda Devina Susanti
    Belum ada peringkat
  • Diabetes Insipidus
    Diabetes Insipidus
    Dokumen25 halaman
    Diabetes Insipidus
    Alfreda Devina Susanti
    Belum ada peringkat
  • Gout Oa
    Gout Oa
    Dokumen18 halaman
    Gout Oa
    Alfreda Devina Susanti
    Belum ada peringkat
  • BAB II Thalasemia TPP
    BAB II Thalasemia TPP
    Dokumen11 halaman
    BAB II Thalasemia TPP
    Alfreda Devina Susanti
    Belum ada peringkat
  • Struma
    Struma
    Dokumen15 halaman
    Struma
    Alfreda Devina Susanti
    Belum ada peringkat