PENDAHULUAN
fokal atau kejang umum didahului kejang parsial, berulang atau lebih dari satu
2,4
kali dalam 24 jam).
Kejang demam berulang adalah KD yang timbul pada lebih dari 1 episode
demam. Bila kejang terjadi pada demam yang tidak tinggi, anak berisiko tinggi
1
untuk mengalami kejang berulang. Hanya sedikit penelitian yang membahas
tentang predictor berulangnya KD. Beberapa factor risiko berulangnya kejang
antara lain kejang pertama terjadi sebelum usia 18 bulan, suhu tubuh rendah saat
kejang (di bawah 38oC), waktu pendek antara demam dan kejang, serta adanya
riwayat KD dalam keluarga. Hirtz menyebutkan bahwa adanya kejang neonatal,
keterlambatan perkembangan, rendahnya kadar natrium darah, dan panas sangat
4
tinggi juga merupakan factor risiko berulangnya KD.
1.2. MaksuddanTujuan
Adapun maksud dan tujuan pembuatan laporan kasus ini:
1. Diharapkan pada semua sarjana kedokteran dapat memahami setiap kasus
kejang demam yang didapat secara menyeluruh.
2. Diharapkan adanya pola berpikir kritis setelah dilakukannya diskusi
laporankasus kejang demam ini dengan pakar atau pun dosen pembimbing
klinik yang membimbing.
3. Diharapkan pada semua sarjana kedokteran dapat mengaplikasikan
pemahaman yang didapat mengenai kasus kejang demam yang terkait
pada kegiatan kepaniteraan.
1.3.Manfaat
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : RH
Umur : 3 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Panca Usaha Lr. Porlapa
Berat Badan : 16 kg
Tinggi Badan : 90 cm
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
No.Medrec : 51.87.30
MRS : 29 April 2016
Ayah
Nama : Tn. Andi
Pendidikan : SMA
Usia : 32 tahun
Pekerjaan : Dagang
Ibu
Nama : Ny. Sri Utami
Pendidikan : SMA
Usia : 33 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
II. Anamnesis
(Anamnesis dilakukan pada tanggal 30 April 2016)
5
Pedigree Keluarga
Andi / buruh/
32th Sri utami/IRT/ 37th
6
Kakak os 3th
5 th
: Penderita : Ibu Os
: Ayah Os
g. Riwayat Makan
ASI: 0 4 bulan, Susu Formula: 4 bulan sekarang, frekuensi 5x/hari,
Bubur Susu: 6 bulan, Bubur Saring: 6 bulan, frekuensi 3x/hari, Nasi Tim:
8 bulan, Nasi Biasa: 1 tahun- sekarang, frekuensi 3x/hari.
h. Riwayat Imunisasi
BCG, Polio 0, Hepatitis 0
i. Riwayat Perkembangan
Mengangkat kepala: 3 bulan, Tengkurap: 6 bulan, Merangkak: 9 bulan,
Duduk: 8 bulan, Berdiri: 10 bulan, Berjalan: 12 bulan.
Tinggi badan : 93 cm
Status Gizi : BB/U : 2 SD s/d -2 SD
TB/U : 2 SD s/d -2 SD
BB/TB : 2 SD s/d -2 SD
Lingkar kepala: 48 cm ( 2 SD s/d -2 SD)
LiLA : 17 cm (2 SD s/d -2 SD)
Kesan : Gizi Baik
Keadaan Spesifik
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-), air
mata (-), nafas cuping hidung (-), hidung: sekret sedikit
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar.
Thoraks :
Paru:
- Inspeksi: simetris, retraksi (-)
- Palpasi: stem fremitus (Normal)
- Perkusi: sonor
- Auskultasi: vesikuler (+) normal, rhonki (-), wheezing (-)
Jantung
- Inspeksi: pulsasi tidak ada, iktus tidak ada
- Palpasi: iktus kordis (+), thrill (-)
- Perkusi: batas jantung normal
- Auskultasi: bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: datar, lemas, shifting dullness (-), bising usus (+) normal,
hepar dan lien tidak teraba
Punggung: deformitas (-)
Anggota gerak: akral hangat, CRT <2 detik, pitting edema (-).
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi motorik
Pemeriksaan Tungkai Tungkai Lengan Lengan
8
V. Pemeriksaan Penunjang
- Darah rutin
- EEG
VII. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
IVFD RLgtt XII x/m
Inj Ampicilin 3x800 mg
Inj Gentamicin 2x7.5 strip
Diazepam 3x3.5 mg bila kejang
PCT 3x 250 mg
Terapi rumatan As. Valproat sirup 2x 2 cth
Cek laboratorium : darah rutin
10
- Non Farmakologi
Diet
- Teruskan makan
- Berikan makanan keluarga 3 x 1/3 porsi makan dewasa terdiri nasi,
lauk, sayur, buah.
- Beri makanan selingan kaya gizi 2 kali sehari diantara waktu
makan
Monitoring
- Kejang
- Demam
Edukasi
- Mengedukasi keluarga untuk memberikan obat apabila gejala
muncul.
- Menginformasikan kondisi penderita kepada orang tua.
- Memberikaninformasimengenaikemungkinankejang kembali
- Mengedukasi keluarga untuk mengompres anak jika demam
- Mengedukasi tatalaksana awal ketika kejang
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
11
Follow Up Pasien
Tanggal Pemeriksaan Fisik Tindakan
29April 2016 S: kejang (+), batuk (+), pilek (+), demam (+) P:
O: KU: Tampak sakit sedang IVFD D5 NS
-Hr: 110 x/m gtt 15 x/m
-Rr: 30 x/m Ampicilin 3x 800
o
-Temp: 37,9 C mg
Kepala: CA(-/-), SI(-/-), NCH (-/-), mata Inj Gentamicin 2x
cekung(-), secret hidung (+) 7.5 mg
Leher : pembesaran KGB (-) Diazepam oral 3 x
Thorak: Simetris, retraksi (-), vesikuler, 3.5 mg
rhonki (-), wheezing (-). Bunyi jantung 1/ PCT 3x 250 mg
bunyi jantung 2 (+) normal, murmur (-), gallop Dexamethason 3 x
(-) 4 mg IV
Abdomen : datar lemas, BU(+), turgor normal,
hepar lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 3
A: Kejang Demam Kompleks + ISPA
30 April 2016 S: kejang (-), batuk (+), pilek (+), demam (-), P:
Bab lembek warna coklat frekuensi 3x sedikit- IVFD KAEN 3A
sedikit, mata cekung (-) gtt 12 x/m
O: KU: Tampak sakit sedang Ampicilin 3 x 800
-Hr: 75 x/m mg
-Rr: 48 x/m Inj Gentamicin 2 x
-Temp: 36,5oC 7.5 mg
Kepala: CA(-/-), SI(-/-), NCH (-/-), mata Diazepam oral 3 x
cekung(-), sekret (+) sedikit 3.5 mg
Leher : pembesaran KGB (-) PCT 3 x 250 mg
Thorak: Simetris, retraksi (-), vesikuler, Dexamethason 3 x
rhonki (-), wheezing (-). Bunyi jantung 1/ 4 mg IV
bunyi jantung 2 (+) normal, murmur (-), gallop Asam Valproat Syr
(-) 2 x 2 cth
Abdomen : datar lemas, BU(+) normal, turgor Oralit gelas
12
2 Mei 2016 S: kejang (-), batuk (+), pilek (+), demam (-), P:
Bab cair 5x gelas cair>padat (hari 1) IVFD KAEN 3A
O: KU: Tampak sakit sedang gtt 12 x/m
-Hr: 108x/m Ampicilin 3 x 800
-Rr: 32x/m mg
-Temp: 36,7 oC Inj Gentamicin 2 x
Kepala: CA(-/-), SI(-/-), NCH (-/-), mata 7.5 mg
cekung(-), sekret (+) sedikit Diazepam oral 3 x
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh
kriteria modifikasi Livingston di atas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi
oleh demam.
3.10. Penatalaksanaan
Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada
algoritme tatalaksana kejang.Saat ini lebih diutamakan pengobatan
profilaksis intermiten pada saat demam berupa :
o Antipiretik, Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari
dan tidak lebih dari 5 kali atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali
sehari.
o Anti kejang, Diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam
atau diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat suhu
tubuh > 38,5OC.Terdapat efek samping berupa ataksia, iritabel dan
sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus.
o Pengobatan jangka panjang/rumatan, Pengobatan jangka panjang
hanya diberikan jika kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut
(salah satu):
Kejang lama > 15 menit
Kelainan neurologi yang nyata sebelum/sesudah kejang:
hemiparesis, paresis Todd, palsi serebral, retardasi mental,
hidrosefalus.
Kejang fokal
23
3.12. Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak
menyebabkan kematian.
a. Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Perkembanganmental dan neurologis umumnya tetap normal
pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitianlain secara retrospektif
melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan
kelainanini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang
berulang baik umum atau fokal7. Kejang yang lebih dari 15 menit,
bahkan ada yang mengatakan lebih dari 10 menit, diduga biasanya telah
menimbulkan kelainan saraf yang menetap6. Apabila tidak diterapi
dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi:8
1. Kejang demam berulang dengan frekuensi berkisar antara 25 % - 50
%. Umumnya terjadi pada 6 bulan pertama.
2. Epilepsi resiko untuk mendapatkan epilepsi rendah.
3. Kelainan motorik
4. Gangguan mental dan belajar
b. Kemungkinan mengalami kematian
Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.
c. Kemungkinan Berulangnya Kejang Demam
25
BAB IV
ANALISA KASUS
Seorang anak perempuan, usia 3 tahun, bangsal anak kelas III RSUD
Palembang BARI pada tanggal 29 April (pukul 20.00 WIB). Dari hasil anamnesis
didapatkan keluhan utama kejang berulang dan keluhan tambahan panas tinggi
dan batuk pilek.
Keluhan utama pada pasien ini adalah kejang dengan temperatur 39,8 C.
Secara umum kejang dapat disebabkan karena adanya lesi di intrakranial
(meningitis, ensefalitis, ensefalopati atau abses otak) atau lesi ekstrakranial. Pada
kasus ini kejang yang terjadi didahului oleh demam yang diakibatkan oleh lesi
ekstrakranial (Infeksi saluran pernapasan akut). Pada pemeriksaan fisik ditemukan
suhu tubuh tinggi yaitu 39,8oC yang menunjukkan adanya demam yang dapat
menyebabkan perubahan keseimbangan potensial membran sel neuron sehingga
terjadi kejang.
Dari alloanamnesis didapatkan bahwa OS datang ke IGD RSUD
Palembang BARI karena mengalami kejang yang dialami sebanyak 4 kali, kejang
pertama selama 15 menit, kejang kedua selama 5 menit, kejang ketiga selama
5 menit dan kejang keempat 3 menit. Kejang umum tonik klonik. Pre iktal:
sadar, interiktal: sadar, dan post iktal pasien sadar. Demam tinggi (+), batuk (+),
pilek (+), mata mendelik keatas. Hasil pemeriksaan fisik temperatur 39,8oC.
Riwayat kejang demam saat berusia 5 bulan dan riwayat kejang demam pada
keluarga tidak ada.
Kejang yang dialami OS diduga kejang demam kompleks karena memiliki
salah satu ciri kejang demam kompleks antara lain kejang >15 menit dan berulang
> 1 kali dalam 24 jam.
Dari hasil pemeriksaan fisik, tidak ditemukan juga tanda-tanda infeksi
intrakranial seperti muntah yang menyemprot, kaku kuduk, tonus otot yang
melemah maupun defisit neurologis. Akan tetapi,dari anamnesis didapatkan 1
hari SMRS OS mengalami batuk dan pilek yang menyebabkan OS mengalami
demam tinggi. Secara teori batuk dan pilek (ISPA) merupakan etiologi dari
27
terjadinya kejang demam. Demam yang ditimbulkan oleh ISPA menjadi faktor
terjadinya kejang demam.
Dari anamnesis diatas, diagnosis mengarah pada kejang demam, demam
kemungkinan berasal dari infeksi pada saluran pernapasan (batuk dan pilek).
Kejang demam pada kasus ini adalah kejang demam kompleks (KDK).
Tatalaksana untuk anak dengan kejang demam kompleks adalah diazepam.
Diazepam rectal dapat diberikan di rumah dengan dosis 0.5 mg/KgBB, pada OS
dapat diberikan 7.5 mg setiap pemberian. Di rumah, maksimum diberikan 2 kali
berturut-turut dengan jarak 5 menit. Di Rumah Sakit, diazepam dapat diberikan
parentral dengan dosis 0.3-0.5 mg/KgBB diberikan dengan kecepatan 0.5-
1mg/menit (3-5 menit), pada OS dapat diberikan 4.5 7.5 mg setiap pemberian.
Jika kejang masih berlanjut dapat diberikan Fenitoin Bolus IV dengan dosis 10-20
mg/KgBB/kali dengan kecepatan 1mg/KgBB/menit, pada OS jika diberikan dapat
menggunakan dosis 150-300mg/kali.
Pada saat demam os dapat diberikan terapi Diazepam oral dengan dosis
0.3 0.5 mg/KgBB setiap 8 jam, yang berguna menurunkan resiko kejang. Pada
pasien dapat diberikan dengan dosis 3 x 4.5mg. Selain itu pasien diberikan juga
antipiretik Paracetamol dengan dosis 3 x 10 15 mg/KgBB/kali.
Pasien juga mendapatkan terapi rumatan, yaitu pengobatan yang diberikan
terus menerus untuk waktu yang cukup lama, karena kejang terjadi lama > 15
menit. Obat terapi rumatan yang diberikan pada kasus adalah asam valproat
dengan dosis 10-40 mg/KgBB/hari dibagi 2-3 dosis. Pada pasien dapat diberikan
dengan dosis 150 mg/ hari dibagi dalam 2 dosis, sehingga dosis 2 x 75mg setiap
pemberian.
Prognosis pada OS adalah bonam karena secara klinis keadaaan OS sudah
baik, tidak ada tanda-tanda kelainan neurologis setelah bangkitan kejang, kejang
tidak berulang selama dirawat di RS dan pasien sudah diberikan obat untuk
pengobatan rumatan dalam jangka waktu yang panjang. Kejang demam juga tidak
menyebabkan kematian, namun OS masih memiliki kemungkinan untuk terjadi
kejang demam kembali karena OS memiliki faktor resiko seperti pernah kejang
28
demam pada usia 5 bulan. Sedangkan untuk terjadinya epilepsi masih terdapat
kemungkinan karena OS memiliki faktor resiko yakni kejang demam kompleks.
29
DAFTAR PUSTAKA