Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS PSIKIATRI

Nama : Tn.Ivon

Umur : 20 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Dusun I, Desa Sarumbaya, Marantale, Parigi

Pekerjaan : Tukang Pemasangan Baja Ringan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Suku : Kaili

Pendidikan : SMA

Tanggal Pemeriksaan : 7 November 2015

Tempat Pemeriksaan : UGD RS Madani

LAPORAN PSIKIATRIK

I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama
Pasien mengamuk sejak 1 minggu yang lalu.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Autoanamnesa : Seorang laki-laki berusia 20 tahun masuk UGD
Rumah Sakit Madani dengan keluhan sering mengamuk sejak
seminggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan sering mengamuk
setelah mendengarkan suara suara ditelinga yang menurutnya ingin
memerintahkannya untuk melakukan sesuatu yang membuatnya bicara
sendiri, gelisah, susah tidur, nafsu makan berkurang dan jalan kesana
kemari tanpa tujuan yang jelas. Pasien menganggap dirinya tuhan.
Pasien mengakui pernah mengonsumsi obat tablet putih kecil atau pil
dengan tulisan Y (THD) sejak 2013 hampir setiap hari dan bertambah

1
jumlahnya akhir akhir ini, meminum alkohol tradisional seperti
ballo, cap tikus dan topi raja, sering merokok dan minum kopi setiap
hari. Pasien mengonsumsi obat awalnya karena ingin coba coba dan
didapatkan dari temannya atau membelinya sendiri. Pasien juga
mengakui baru pertama kali merasakan keluhan seperti ini. Untuk
perhitungan konsentrasi pasien baik karena masih dapat menghitung
pengurangan secara serial dengan baik. Orientasi baik ditandai dengan
pasien dapat mengetahui ruang tempat ia dirawat yaitu diruangan
mangga, waktu pasien datang kerumah sakit yaitu pada hari sabtu dan
siapa yang membawanya kerumah sakit yaitu kakak kandungnya yang
bernama erni dan dilo. Daya ingat baik ditandai dengan pasien dapat
mengingat tanggal dan tempat kelahirannya, tanggal berapa pasien
dibawa ke rumah sakit dan jam berapa ia makan terakhir. Pasien dapat
mengartikan istilah panjang tangan yang berarti mencuri. Pasien
memiliki bakat seperti menyanyi dan bermain gitar. Pasien masih bisa
mengurus dirinya sendiri seperti makan, mandi dan menggunakan
pakaian. Ada gangguan persepsi seperti halusinasi auditorik pada
pasien. Pasien bicara spontan, lancar dan relevan yang berarti pasien
menjawab sesuai dengan apa yang ditanyakan. Tidak ada hendaya
berbahasa tetapi ada gangguan isi pikiran berupa waham kebesaran
yang menganggap dirinya Tuhan. Pasien masih bisa mengontrol
kegelisahan yang ia rasakan. Pasien masih sadar atas perilaku yang
dapat membahayakan dirinya dan mengetahui apa yang harus ia
lakukan ketika mendapatkan dompet dijalan yaitu mengembalikannya
kepada yang punya atau memberikan dompet tersebut kepada pihak
berwajib. Pasien menyadari dirinya sakit dan butuh pengobatan.
Alloanamnesa (Erni kakak pasien) : kakaknya berkata bahwa pasien
sering mengamuk dirumah tanpa tujuan yang jelas. Pasien dibawa ke
UGD Rumah Sakit Madani karena mengamuk sabtu sore dengan
membawa kayu yang terbakar masuk kedalam rumah warga dan
mengancam akan membakar rumah orang dan tangan saudaranya.

2
Kakaknya juga berkata bahwa perilaku pasien ini mulai berubah sejak
hari rabu yang membuat pasien menjadi lebih sering menyendiri,
bengong dan bicara sendiri. Kakaknya juga mengakui ketika pasien
bicara dengan keluarganya sering tidak nyambung. Kemudian pada
hari jumat pasien terlihat seperti ingin mencekik temannya sendiri,
tiba-tiba sujud ditanah dan sholat menggunakan celana puntung.
Kakaknya membenarkan bahwa pasien tidak hanya menggunakan satu
jenis obat obatan dan sering meminum minuman beralkohol.
Hendaya Sosial (-)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+)
Faktor Stressor Psikososial :
Masalah obat obatan terlarang yang dipengaruhi oleh pergaulan
teman teman dilingkungan sekitar tempat ia tinggal.
Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan
psikis sebelumnya :
Tidak ada hubungan karena pasien baru pertama kali merasakan
keluhan seperti ini

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya.


Pasien belum pernah merasakan keluhan seperti ini sebelumnya
Tidak ada riwayat kejang, infeksi berat dan trauma
Ada riwayat penggunaan NAPZA dalam hal ini pil Y dan minuman
beralkohol. Pasien seorang perokok.

D. Riwayat Kehidupan Peribadi


Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal pervaginam, cukup bulan, di Sarumbaya
dibantu oleh dukun. Ibu pasien tidak pernah sakit berat
selama kehamilan. Pasien merupakan anak keempat dari
sembilan bersaudara.

3
Riwayat Masa Kanak Awal (1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan anak
seusianya. Pasien mendapatkan kasih sayang dari kedua orang
tuanya.
Riwayat Masa Pertengahan (4-11 tahun)
Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Pertumbuhan dan
perkembangannya baik sesuai dengan anak seusianya. Pasien
masuk sekolah dasar di SDN 2 Sarumbaya pada umur 6 tahun.
Pasien aktif bermain di rumah dan di sekolah bersama teman-
temannya.
Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja. ( 12-18 tahun)
Pasien melanjutkan pendidikan di SMP 1 Sarumbaya selama 3
tahun sampai dinyatakan lulus. Tidak ada masalah selama proses
pendidikan. Pasien tidak melanjutkan pendidikan ketingkat SMA
karena terkendala masalah ekonomi keluarga. Pertumbuhan dan
perkembangannya baik sesuai dengan anak seusianya. Hubungan
dengan keluarga kurang baik karena pada tahun 2008 ayah dan ibu
pasien cerai serta ayah meninggal 2 tahun yang lalu karena
penyakit stroke yang dialaminya. Hubungan dengan teman baik.
Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai tukang memasang baja ringan dan tidak
terdapat masalah dalam pekerjaannya sebelum ia sakit.

E. Riwayat Kehidupan Keluarga


Pasien anak keempat dari sembilan bersaudara. Pasien belum menikah.
Hubungan dengan ibu baik. Hubungan dengan saudara baik. Ada
riwayat menderita penyakit gangguan jiwa dalam keluarga yaitu anak
pertama yang merupakan kakak kandung pasien.

4
F. Situasi Sekarang
Pasien tinggal bersama Ibu dan saudara kandungnya. Pasien berhenti
melakukan pekerjaannya sejak dirawat di Rumah Sakit Madani Palu.
Ayahnya dan dua orang kakak kandungnya telah meninggal dunia.
G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupan
Pasien merasa bahwa dirinya sakit dan butuh pengobatan. Pasien ingin
segera sehat dan ingin melakukan aktivitas sehari hari seperti
biasanya.

II. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
Penampilan:
Tampak seorang laki -laki memakai kaos oblong warna
hijau dan celana jeans panjang warna hitam. Postur tinggi badan
pasien sekitar 160 cm dan berat badan sekitar 55 kg. Pasien
memiliki rambut pendek yang terurus dan tampakan wajah sesuai
dengan umurnya. Perawakan agak kurus. Perawatan diri cukup
baik.
Kesadaran: Komposmentis
Perilaku dan aktivitas psikomotor : Sedikit gelisah
Pembicaraan : Spontan dan lancar
Sikap terhadap pemeriksa : Koperatif

B. Keadaan afektif
Mood : Hipotimia
Afek : Tumpul
Keserasian : Serasi (appropriate)
Empati : Dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)


Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan

5
Pengetahuan dan kecerdasan sesuai taraf pendidikannya.
Daya konsentrasi : Baik
Orientasi (waktu, tempat, orang) : Baik

Daya ingat
Jangka Pendek : Baik
Jangka Sedang : Baik
Jangka Panjang : Baik
Pikiran abstrak : Baik
Bakat kreatif : Menyanyi dan bermain gitar
Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

D. Gangguan persepsi
Halusinasi : Auditorik
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada

E. Proses berpikir
Arus pikiran :
A.Produktivitas : Cukup
B. Kontinuitas : Relevan
C. Hendaya berbahasa : Tidak ada
Isi Pikiran
A. preokupasi : Tidak ada
B. Gangguan isi pikiran : Waham kebesaran

F. Pengendalian impuls
Baik

6
G. Daya nilai
Norma sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Penilaian Realitas : Baik

H. Tilikan (insight)
Derajat VI: Pasien menyadari dirinya sakit dan butuh pengobatan.

I. Taraf dapat dipercaya


Dapat dipercaya

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


Pemeriksaan fisik :
TTV : TD: 120/70 mmHg, N: 80 x/menit, S: 36 C, P: 20 x/menit.
GCS : E4M6V5, reflex cahaya (+)/(+), konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterus, fungsi motorik dan sensorik ke empat ekstremitas dalam
batas normal.

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang laki-laki berusia 20 tahun masuk UGD Rumah Sakit
Madani dengan keluhan sering mengamuk sejak seminggu yang lalu.
Pasien juga mengeluhkan sering mengamuk setelah mendengarkan suara
suara ditelinga yang menurutnya ingin memerintahkannya untuk
melakukan sesuatu yang membuatnya bicara sendiri, gelisah, susah tidur,
nafsu makan berkurang dan jalan kesana kemari tanpa tujuan yang jelas.
Pasien menganggap dirinya tuhan. Pasien mengakui pernah mengonsumsi
obat tablet putih kecil atau pil dengan tulisan Y (THD) sejak 2013 hampir
setiap hari dan bertambah jumlahnya akhir akhir ini, meminum alkohol
tradisional seperti ballo, cap tikus dan topi raja, sering merokok dan
minum kopi setiap hari. Kakaknya berkata bahwa pasien sering mengamuk
dirumah tanpa tujuan yang jelas. Pasien dibawa ke UGD Rumah Sakit

7
Madani karena mengamuk sabtu sore dengan membawa kayu yang
terbakar masuk kedalam rumah warga dan mengancam akan membakar
rumah orang dan tangan saudaranya. Kakaknya juga berkata bahwa
perilaku pasien ini mulai berubah sejak hari rabu yang membuat pasien
menjadi lebih sering menyendiri, bengong dan bicara sendiri. Kakaknya
juga mengakui ketika pasien bicara dengan keluarganya sering tidak
nyambung. Kemudian pada hari jumat pasien terlihat seperti ingin
mencekik temannya sendiri, tiba-tiba sujud ditanah dan sholat
menggunakan celana puntung. Kakaknya membenarkan bahwa pasien
tidak hanya menggunakan satu jenis obat obatan dan sering meminum
minuman beralkohol.
Tampak seorang laki -laki memakai kaos oblong warna
hijau dan celana jeans panjang warna hitam. Postur tinggi badan pasien
sekitar 160 cm dan berat badan sekitar 55 kg. Pasien memiliki rambut
pendek yang terurus dan tampakan wajah sesuai dengan umurnya.
Perawakan agak kurus. Perawatan diri cukup baik. Aktivitas fisik dan
motorik sedikit gelisah. Mood hipotimia, afek tumpul dan serasi. Terdapat
gangguan persepsi halusinasi auditorik dan gangguan isi pikiran berupa
waham kebesaran.

V. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I :
Berdasarkan alloanamnesa dan autoanamnesa didapatkan adanya
gejala klinis yang bermakna berupa perasaan gelisah dan
mengamuk. Keadaan ini akan menimbulkan distress dan
disabilitas dalam pekerjaan dan penggunaan waktu senggang, yaitu
pasien menderita sulit tidur dan berhenti untuk bekerja sehingga
dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Gangguan Jiwa.

8
Pada pasien ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita
ataupun gejala psikotik positif, seperti halusinasi auditorik dan
waham kebesaran pada pasien sehingga didiagnosa sebagai
Gangguan Jiwa Psikotik.
Berdasarkan deskripsi kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami gangguan psikotik karena memenuhi kriteria
diagnosa untuk gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
zat multiple dan zat psikoaktif lainnya yang mengarah dalam
kelompok gangguan psikotik tipe Lir-skizofrenia (Scizofrenia like)
karena pasien menggunakan obat obatan terlarang seperti pil
dengan tulisan Y (THD), meminum minuman beralkohol
tradisional seperti Ballo, cap tikus dan topi raja, sering meminum
kopi serta merokok setiap hari. Berdasarkan PPDGJ III, pasien
dapat digolongkan dalam Gangguan Mental dan Perilaku
Akibat Penggunaan Zat Multipel dan Zat Psikoaktif lainnya
dengan Gejala Psikotik tipe Lir-Skizofrenia (F19.5.50).
Aksis II
Tipe kepribadian tidak khas.
Aksis III
Tidak ditemukan diagnosa
Aksis IV
Stressor psikososial yaitu masalah dengan primary support group
(Keluarga) dan penggunaan obat obatan.
Aksis V
GAF scale 90-81 (Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas,
tidak lebih dari masalah harian biasa).

VI. DAFTAR MASALAH


Organobiologik
Terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga pasien
memerlukan psikofarmaka.

9
Psikologik
Ditemukan adanya masalah / stressor psikososial sehingga pasien
memerlukan psikoterapi.

VII. PROGNOSIS
Ad Bonam

Faktor yang mempengaruhi :

a . Keinginan pasien untuk sembuh

b .Tidak ada gangguan mental organik

c . Dukungan dari keluarga yang baik

d . Edukasi

VIII. RENCANA TERAPI


Farmakoterapi :
Antipsikotik APG2 (Atipikal) : Risperidone 2 mg
Antiansietas golongan benzodiazepine : Diazepam 5 mg
Psikoterapi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi
hati dan keinginannya sehingga pasien merasa lega.
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang
sekitarnya sehingga tercipta dukungan sosial dengan lingkungan yang
kondusif untuk membantu proses penyembuhan pasien serta
melakukan kunjungan berkala.

IX. FOLLOW UP
Mengevaluasi keadaan umum, pola tidur, pola makan dan
perkembangan penyakit pasien serta menilai efektivitas pengobatan yang
diberikan dan melihat kemungkinan adanya efek samping obat yang
diberikan.

10
X. PEMBAHASAN
a. NARKOTIKA
Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang
Narkotika, NARKOTIKAadalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. NARKOTIKA dibedakan kedalam golongan-golongan :
Narkotika Golongan I :
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai
potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh :
heroin/putauw, kokain, ganja).
Narkotika Golongan II :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin)
Narkotika Golongan III :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein).
b. Psikotropika
Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika,
Yang dimaksud dengan PSIKOTROPIKAadalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
PSIKOTROPIKAdibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut :
PSIKOTROPIKA GOLONGAN I : Psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi serta mempunyai potensiamat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)
PSIKOTROPIKA GOLONGAN II : Psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin)

11
PSIKOTROPIKA GOLONGAN III : Psikotropika yang
berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensisedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital,
Flunitrazepam).
PSIKOTROPIKA GOLONGAN IV : Psikotropika yang
berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam,
bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide,
nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).
c. Zat adiktif lainnya
Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif
diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
Minuman berakohol, Mengandung etanol etil alkohol, yang
berpengaruh menekan susunan syaraf pusat, dan sering menjadi
bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan
tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau
psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh
manusia. Ada 3 golongan minumanberakohol, yaitu :
o Golongan A: kadar etanol 1-5%, (Bir)
o Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman
anggur)
o Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW,
Manson House, Johny Walker, Kamput.)
Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah
menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai
barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin.
Yang sering disalah gunakan, antara lain : Lem, thinner, penghapus
cat kuku, bensin.
Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat
luas di masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di
masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja,
harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan
alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain
yang lebih berbahaya.

12
Bahan/ obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan berikut :
Sama sekali dilarang : Narkotoka golongan I dan Psikotropika
Golongan I.
Penggunaan dengan resep dokter: amfetamin, sedatif hipnotika.
Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lain-lain.
Ada batas umur dalam penggunannya : alkohol, rokok.

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat


digolongkan menjadi tiga golongan :
1. Golongan Depresan (Downer)
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional
tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan
bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini
termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif
(penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-
lain.
2. Golongan Stimulan(Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi
aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah :
Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain.
3. Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang
bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya
pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu.
Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk :
Kanabis (ganja), LSD, Mescalin

Klasifikasi kondisi medis akibat penggunaan zat, antara lain :


a. Kriteria DSM-IV-TR untuk intoksikasi zat
A. Berkembangnya sindrom spesifik zat yang reversible akibat baru
saja mengonsumsi (atau terpajan) suatu zat
B. Terdapat perubahan perilaku atau psikologis yang maladaptive dan
signifikan yang disebabkan oleh efek zat tersebut pada system saraf
pusat (contoh agresif, labilitas mood, hendaya kognitif, daya nilai
terganggu, fungsi social dan okupasional terganggu) dan timbul
selama atau segera setelah penggunaan zat

13
C. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih
baik diterangkan oleh gangguan mental lain
b. Kriteria DSM-IV-TR untuk keadaan putus zat
A. Berkembangnya sindrom spesifik zat akibat penghentian (atau
pengurangan) penggunaan zat yang telah berlangsung lama dan berat
B. Sindrom spesifik zat menyebabkan penderitaan atau hendaya yang
secara klinis signifikan dalam fungsi social, okupasional, atau area
fungsi penting lain
C. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih
baik diterangkan oleh gangguan mental lain
c. Kriteria DSM-IV-TR untuk penyalahgunaan zat
A. Suatu pola maladaptive penggunaan zat yang menimbulkan hendaya
atau penderitaan yang secara klinis signifikan seperti
dimanifestasikan oleh satu (atau lebih) hal berikut, yang terjadi
dalam periode 12 bulan :
1) Penggunaan zat berulang mengakibatkan kegagalan memenuhi
kewajiban peran utama dalam pekerjaan, sekolah atau rumah
(contoh absen berulang atau kinerja buruk dalam pekerjaan yang
berhubungan dengan penggunaan zat, absen, skors atau
dikeluarkan dari sekolah
2) Penggunaan zat berulang pada situasi yang secara fisik
berbahaya (contoh mengendarai mobil atau mengoperasikan
mesin saat sedang mengalami hendaya akibat penggunaan zat)
3) Masalah hokum berulang terkait zat (contoh penahanan karena
perilaku kacau terkait zat)
4) Penggunaan zat berlanjut meski memiliki masalah social atau
interpersonal yang persisten atau rekuran yang disebabkan atau
dieksaserbasikan oleh efek zat (contoh berselisih dengan
pasangan tentang konsekuensi intoksikasi, perkelahian fisik)
B. Gejala tidak memenuhi criteria ketergantungan zat untuk kelas zat
ini
d. Kriteria DSM-IV-TR untuk ketergantungan zat
Suatu pola maladaptive penggunaan zat, yang menimbulkan hendaya
atau penderitaan yang secara klinis signifikan, yang dimanifestasikan
oleh tiga (atau lebih) hal berikut), terjadi dalam periode 12 bulan yang
sama:
1) Toleransi seperti didefinisikan salah satu dibawah ini
a) Kebutuhan untuk terus meningkatkan jumlah zat untuk
mencapai inoksikasi atau efek yang diinginkan

14
b) Penurunan efek yang sangat nyata dengan berlanjutnya
penggunaan zat dalam jumlah yang sama
2) Putus zat seperti didefinisikan salah satu dibawah ini
a) Karakteristik sindrom putus zat untuk zat tersebut
b) Zat yang sama (atau berkaitan erat) dikonsumsi untuk
meredakan atau menghindari gejala putus obat
3) Zat sering dikonsumsi dalam jumlah besar atau dalam periode yang
lebih lama daripada seharusnya
4) Terdapat keinginan persisten dan ketidakberhasilan upaya untuk
mengurangi atau mengendalikan suatu zat
5) Menghabiskan banyak waktu melakukan aktivitas yang diperlukan
untuk memperoleh zat (contohnya mengunjungi dokter atau
berkendara jarak jauh) menggunakan zat (contoh merokok seperti
kereta api) atau untuk pulih dari efeknya
6) Mengorbankan atau mengurangi aktivitas rekreasional, pekerjaan
atau social yang penting karena penggunaan zat
7) Penggunaan zat berlanjut meski menyadari masalah fisik atau
psikologis rekuren yang dialami mungkin disebabkan atau
dieksaserbasikan zat tersebut (contoh saat ini menggunakan kokain
walau menyadari adanya depresi terinduksi kokain atau minum
berkelanjutan meski mengetahui bahwa ulkus akan menjadi lebih
parah dengan konsumsi alcohol.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Irawati, I,. Kristiana, S,. Buku Ajar Psikiatri. Ed. 2. Badan Penerbit FKUI :
Jakarta. 2013.
2. Benjamin, JS,. Virginia, AS,. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed. 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta. 2010.
3. Rusdi, M,. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya : Jakarta. 2013.

16

Anda mungkin juga menyukai