Anda di halaman 1dari 5

Problem 1

Aku pengen curhat, sebenarnya malu, tapi aku bener2 ga tahan dengan kondisi aku, dan ga
ada yang tau kondisi aku yang sebenarnya dan ga brani untuk terus terang karena takut
malu dan ga punya nyali juga

Aku pernah hamil di luar nikah pas bgt aku kuliah semester 1, dan hampir mau gugurin,
tapi akhirnya aku lahirin karena aku ga mau makin lebih berdosa dan mau tangung jawab
dengan perbuatan aku.

sekarang anakku umur 6 tahun, keluargaku ga tau kl aku punya anak dan temen2 deketku
aku bohongin mereka kl aku nikah beda agama, atau nikah dibawah tangan dan pisah, itu
semua aku lakuin karena aku ga mau di sebut anak aku anak haram.

anaku sempet aku adopsi umur 3 tahun ke orang Kristen juga, tapi 3 bulan pisah ku ga
tahan dan ambil anaku kembali secara diam2, untung aj belum ada surat perjanjian jadi
bebas dari hukum,

sulit buat aku jadi single parent, biayain hidup dan anak aku, terkadang ku sampe ngasih
tubuh aku buat dapat duit tuk memenuhi kebutuhan hidup, pa lagi anaku dah mau masuk
sd, ku bener2 stress dan putus asa,

aku pengen hidup di jalan yg Tuhan mau, dan hidup kudus, tapi aku harus gimn, ku ga
punya jalan buat memenuhi kebutuhan ku dan anakku, ku mohon doa tmn2 agar aku di
beri jalan

Problem 2

Aku tak bisa memungkiri daya tarik yang dimiliki abang kandungku. Meski aku tahu dia
terlarang untukku toh aku tak kuasa berpaling darinya. Benar kata orang, cinta itu buta.
Begitu besar cinta yang kurasakan hingga aku rela menyerahkan kesucianku padanya.
Namaku Sanny, usiaku 36 tahun. Aku mempunyai seorang kakak bernama Sonny, usianya
dua tahun lebih tua dariku. Kami adalah anak-anak korban perceraian. Saat usiaku 6 tahun,
ibu cerai dengan ayah. Aku dan Mas Sonny ikut nenek dan kakek dari pihak ibu di Kota
Yogyakarta. Sementara ibuku bekerja di luar kota untuk membiayai aku dan Mas Sonny.
Setelah bercerai dari ibu, ayah kembali ke kota asalnya di Purwokerto dan menikah lagi.
Kuakui, ayahku bukan ayah yang baik. Beliau tidak pernah memberi kabar apalagi
mengunjungi kami. Aku pernah ingin mencari ayah, tapi seluruh keluarga melarang. Kakek
sangat marah. Katanya, kalau ayahku masih waras tentulah dia yang membiayai aku dan
Mas Sonny. Sejak hari itu aku tidak berani lagi mengungkit-ungkit.

Dua tahun menjanda, akhirnya ibu menikah lagi dengan seorang duda tanpa anak. Ibu pun
mengikuti suami barunya ke Kota Surabaya. Sejak kepergian ibu ke Surabaya, aku dan Mas
Sonny jarang bertemu ibu. Kudengar ayah tiriku itu keberatan bila aku dan Mas Sonny ikut
ibu. Perkawinan kedua ibu tidak menghasilkan keturunan. Tahun pun berganti, aku tumbuh
menjadi gadis remaja. Kata orang, wajahku cukup cantik. Hobi Mas Sonny adalah melukis.
Dan, obyek lukisannya selalu wajahku. Mas Sonny sangat sayang padaku, dia selalu
memanjakan aku. Mungkin karena kami dibesarkan kakek berdua saja, kami pun menjadi
sangat dekat. Kami tidak memiliki saudara, baik kandung maupun sepupu, karena ibu
adalah anak tunggal.

Saat menduduki bangku kelas dua SMP, aku mulai tertarik pada lawan jenis. Anehnya, rasa
tertarik itu justru tertuju pada Mas Sonny, bukan pada teman-teman pria di sekolahku.
Dan, sepertinya Mas Sonny juga merasakan hal yang sama. Setiap kali aku melihat tubuh
atletis Mas Sonny, hatiku berdebar-debar. Padahal waktu itu banyak laki-laki yang mencoba
mendekatiku. Bahkan seorang teman sekelasku pernah datang ke rumah di malam minggu.
Apa yang terjadi? Mas Sonny marah besar. Dia melarangku pacaran dengan berbagai
alasan. Sebenarnya aku tidak pernah tertarik pada laki-laki lain kecuali Mas Sonny. Meski
demikian, kami tahu perasaan itu tidak wajar sehingga kucoba menepisnya. Ternyata rasa
cinta itu lebih kuat dari akal sehat kami.

Tanpa ada yang bisa mencegah, kami pun bersikap layaknya sepasang kekasih. Setiap kali
ada kesempatan, kami selalu bercumbu dan tak seorang pun yang mengetahui hubungan
terlarang ini. Hubungan rahasia itu berlangsung lebih dari dua tahun. Sampai akhirnya di
suatu malam yang dingin, saat seluruh penghuni rumah sedang bertandang ke rumah
saudara yang sedang menggelar pesta pernikahan, kami pun memanfaatkannya untuk
bermesraan. Bak sepasang kekasih yang dilanda asmara, kami terhanyut hingga akhirnya
hilang kendali. Malam itu kegadisanku terenggut oleh abang kandungku sendiri. Aku dan
Mas Sonny sadar bahwa perbuatan itu tidak baik. Semalaman aku menangisi kekhilafan itu.
Mas Sonny pun merasa sangat bersalah. Dia memukulkan tangannya ke dinding berkali-kali
hingga jari-jarinya berlumuran darah. Bila tidak kuhentikan pasti cidera di tangannya
semakin parah. Kami pun berjanji untuk menutup rapat kejadian ini dan tidak akan
mengulanginya.

Aku dan Mas Sonny akhirnya pindah ke Surabaya mengikuti ibu dan ayah tiriku. Semula
aku keberatan, karena dulu ayah tiriku tidak menginginkan kami ikut ibu. Tapi, kini ayah
tiriku telah berubah. Mungkin karena tidak memperoleh keturunan, ia jadi sayang padaku
dan Mas Sonny. Di Surabaya ini aku berkenalan dengan Roy. Roy adalah karyawan di
sebuah perusahaan yang cukup besar di Surabaya. Usia kami terpaut empat tahun.
Sayangnya, hubungan kami tidak direstui karena kami beda agama. Tiba-tiba saja Roy
dipindah ke Jakarta. Akhirnya hubungan kami putus dengan sendirinya.

Ketika aku duduk di bangku kelas dua SMA, ada murid baru yang bernama Reza. Ternyata
Reza adalah adik kandung Roy, mantan pacarku. Sifat Reza sangat beda dengan Roy. Reza
sedikit urakan, hobinya balapan sepeda motor. Aku dan teman-teman sering melihat Reza
balapan. Lamakelamaan aku dan Reza pun pacaran. Aku dan Reza melakukan hubungan
bak suami-istri hingga akhirnya aku hamil, sementara kelulusan kami tinggal satu bulan
lagi. Berbagai cara kulakukan untuk menutupi perutku yang mulai membuncit hingga tidak
seorang pun tahu kehamilanku kecuali Reza. Untunglah akhirnya aku bisa lulus tanpa
masalah. Sayangnya Reza tidak mau bertanggung jawab. Berkali-kali aku memintanya
untuk menikahiku, tapi selalu ditolak Reza dengan bermacam-macam alasan. Malah Reza
menyuruhku menggugurkan kandunganku. Aku dibawanya ke suatu tempat dan disuruh
meminum ramuan obat untuk menggugurkan janinku. Ternyata fisikku tak kuat hingga
akhirnya aku dilarikan ke rumah sakit. Kejadian itu membuat orangtuaku tahu tentang
kehamilanku. Untunglah, kata dokter, kandunganku baik-baik saja. Orangtuaku marah
besar, apalagi Mas Sonny. Mas Sonny langsung mendatangi Reza dan memintanya untuk
bertanggung jawab. Reza pun bersedia bertanggung jawab.

Masalahnya, kami berbeda keyakinan agama. Bagiku itu menjadi penghalang besar.
Kebingunganku bertambah karena ibu mengusirku dari rumah karena malu menanggung
aib. Aku disuruh tinggal di rumah Reza. Selama satu minggu tinggal di rumah Reza, aku
benar-benar berada dalam kegundahan. Akhirnya aku pulang ke rumah orangtuaku dan
mengadu pada Mas Sonny. Untuk memecahkan masalah, Mas Sonny membawaku ke rumah
nenek di Yogya. Di kota ini aku dinikahkan dengan pria beristri bernama Rahmat dan
menjadi istri ketiga. Usia Rahmat sudah separo baya dan aku menikah tanpa cinta. Tapi
hanya itu satu-satunya cara untuk mengatasi keadaan, apalagi kandunganku sudah
semakin membesar.

Beberapa bulan kemudian anakku lahir dan kuberi nama Ayu Sekarini. Syukurlah, Ayu lahir
dalam keadaan normal, meski aku sempat meminum ramuan untuk meluruhkan janin. Tapi
aku tidak tahan pada suamiku karena ternyata dia memiliki kelainan seks. Saat Ayu berusia
delapan bulan, aku bercerai dari Rahmat dan kembali ke rumah ibuku di Surabaya.

Saat usia Ayu genap satu tahun, aku memutuskan untuk kuliah sambil bekerja di Kota
Malang. Sementara itu anakku diasuh oleh ibu, ayah tiriku dan Mas Sonny. Karena usiaku
masih muda dan tubuhku masih langsing, tak seorang pun teman di kampus ataupun
tempat kerja tahu bahwa aku sudah memiliki seorang anak.

Semasa kuliah inilah aku tertarik pada dosenku, Rizal. Dia seorang duda yang ditinggal mati
oleh istri dan kedua anaknya dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Dua tahun kami
berpacaran sebelum akhirnya kami menikah. Suamiku sangat baik dan religius. Aku banyak
dibimbing olehnya. Tapi sayang, meski usia perkawinan kami sudah menginjak sepuluh
tahun, kami belum juga dikaruniai anak. Sudah empat kali aku mengalami keguguran.
Berbagai pengobatan kucoba, namun tidak membuahkan hasil. Aku kasihan pada suamiku
yang begitu mengharapkan anak. Di malam-malam yang sepi aku sering berpikir,
mungkinkah ini hukuman dari Tuhan, karena aku pernah mencoba menggugurkan
kandunganku? Ya Tuhan, bila memang demikian, arnpunilah aku.

Kini Ayu telah menjadi gadis remaja, wajahnya sangat mirip denganku. Ayu mulai
menanyakan jati dirinya padaku. Rupanya dia mendengar bisik-bisik dari tetangga tentang
dirinya. Ayu mengatakan bahwa ia ingin kepastian tentang ayah kandungnya. Karena
kupikir Ayu sudah cukup dewasa, akhirnya kuceritakan semuanya. Aku juga minta maaf,
karena dia terlahir akibat dosa yang diperbuat orangtuanya. Ayu begitu terpukul mendengar
kenyataan yang kubeberkan padanya. Ternyata dia belum siap menghadapi kenyataan
dirinya yang merupakan anak haram. Beberapa bulan lamanya dia tidak menyapa aku. Aku
sadar sepenuhnya dan aku pantas menerima perlakuan semacam itu. Tapi itu lebih baik
daripada harus membohongi seorang anak yang sudah bisa berpikir kritis seperti Ayu.
Untunglah kemarahan Ayu tidak berlarut-larut. Setelah mendapat masukan dari seluruh
keluarga, terutama dari Mas Sonny, akhirnya ia memaafkanku.

Reza yang mengetahui bahwa anaknya kini telah tumbuh menjadi gadis remaja,
memberanikan diri menemui Ayu. Karena Ayu sudah mengetahui Reza adalah ayah
kandungnya, akhirnya mereka cepat akrab dan Ayu diterima dengan baik di keluarga besar
Reza. Kalau dulu aku dibesarkan oleh kakek dan nenek serta Mas Sonny, kini Ayu pun
berada di bawah asuhan orang-orang yang sama.

Meski usianya sudah 38 tahun, Mas Sonny belum juga berkeluarga. Pernah kucoba
menjodohkannya dengan teman kerjaku, tapi Mas Sonny menolak. Aku juga melihat Mas
Sonny terlalu memanjakan Ayu, apa pun keperluan anak itu selalu dipenuhi. Mas Sonny
pula yang mengantarkan dan menjemput Ayu. Melihat kedekatan Mas Sonny dan Ayu, aku
teringat kedekatanku dengan Mas Sonny dulu. Jujur kuakui, aku takut hal yang sama
menimpa Ayu. Aku sering membujuk Ayu untuk ikut denganku ke Kota Malang, namun Ayu
tidak bersedia. Karena trauma pada masa laluku, akhirnya dengan terus terang kukatakan
pada Mas Sonny, bila sesuatu yang buruk terjadi pada Ayu, aku tidak pernah akan
memaafkannya. Tapi Mas Sonny mengatakan bahwa aku tak perlu cemas karena dia tulus
menyayangi Ayu sebagai keponakannya. Tapi sulit bagiku mempercayai ucapannya itu.
Bagaimana tidak? Aku pernah terpikat pada pesona Mas Sonny, dan tidak mustahil Ayu pun
merasakan hal yang sama. Apalagi Mas Sonny belum terlalu tua. Sebagai pria, dia adalah
sosok yang menarik. Dan, bisa jadi, Mas Sonny jatuh hati pada Ayu yang begitu mirip
denganku.

Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan? Haruskah aku berterus-terang pada Ayu tentang
masa laluku bersama Mas Sonny agar dia berhati-hati?Tapi aku takut, bila hal itu kukatakan
malah akan menambah kebencian Ayu padaku. Tapi mana mungkin aku membiarkan Ayu
terjatuh ke jurang yang sama?
Problem 3

Flend. .. Q mau cUrhat neCch, Q baru zha tau ternyata Q adl anak di luar nikah, pantesan
azha nyokap kawin paz umur 19 taon. Q sed!h bgt. Q kecewa, malu, Q merasa orang paling
h!na saat ney, cOz Q terlahir dari sebuah dosa dan kesalahan besar.
Q ngerasa Q adl pembawa petaka bagi keluarga, nyokap Q dulu sekolah p!nter bgt n gara2
aQ masa depannya rusak.
Pha menurut kaL!an tentang anak "Haram". .. ??
Q musti g!mana supaya, ,, Q strezz bgt n!ch_
N pha bener kata orang2 kaLo nyokapnya gitu anaknya kelak gitu juga??
Thankz b'4

Anda mungkin juga menyukai