Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara pertimbangan politik, Pancasila perlu diaktualisasikan dalam
kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan mengingat Pancasila
sebagai ideologi nasional yang merupakan visi kebangsaan Indonesia (yang membina
persatuan bangsa) yang dipandang sebagai sumber demokrasi yang baik di masa
depan dan yang lahir dari sejarah kebangsaan Indonesia. Visi kebangsaan dan sumber
demokrasi Indonesia ini perlu diterapkan sebagai nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan etika
untuk melandasi dan mengawal perubahan politik dan pemerintahan yang sedang
terjadi dari model sentralistik (otoriter yang birokratis dan executive-heavy) menuju
model desentralistik (demokrasi yang multipartai dan legislative-heavy).
Latar belakang seperti itu didorong pula oleh realita penerapan Pancasila
selama ini yang dipersepsi publik sebagai untuk kepentingan (alat) penguasa, yang
ditantang oleh globalisasi ideologi asing (terutama Liberalisme), yang gagal dalam
mengatasi penyakit korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) sebagai akibat adanya
salah-urus mengelola negara, serta yang perwujudan praktek demokrasinya
berkonotasi buruk.
Ini semua seringkali diarahkan pada Pancasila yang dijadikan
kambinghitam-nya. Secara yuridis ketatanegaraan, Pancasila adalah dasar-negara
NKRI yang dirumuskan dalam (Pembukaan) UUD 1945 dan yang kelahirannya
ditempa dalam proses perjuangan kebangsaan Indonesia sehingga perlu
dipertahankan dan diaktualisasikan walaupun konstitusinya berubah. Di samping itu,
Pancasila perlu memayungi proses reformasi untuk diarahkan pada reinventing and
rebuilding Indonesia dengan berpegangan pada perundang-undangan yang juga
berlandaskan Pancasila dasar negara. Melalui UUD 1945 sebagai payung hukum,
Pancasila perlu diaktualisasikan agar dalam praktek berdemokrasinya tidak
kehilangan arah dan dapat meredam konflik yang tidak produktif .

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka dalam makalah ini akan diangkat permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana aktualisasi pacasila dalam kehidupan kampus?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memahami bagaimana aktualisasi pacasila dalam kehidupan kampus.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Pembaca mampu memahami bagaimana aktualisasi pacasila dalam kehidupan
kampus.
2. Penulis dapat meimplementasikan dan memahami makalah ini dalam kehidupan
kampus dan masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Dimensi pertahanan dan keamanan memandang bahwa keberadaan Pancasila


erat kaitannya dengan sejarah lahirnya Tentara Nasional Indonesia (TNI), sehingga
pelaksanaan Pancasila secara murni dan konsekuen merupakan landasan idiil dan
konstitusional bagi ketahanan nasional serta merupakan filter untuk tantangan
liberalisme-kapitalisme di Indonesia yang semakin menguat. Pancasila perlu
diaktualisasikan oleh dan bagi bangsa Indonesia karena banyaknya dampak negatif
kebijakan otonomi daerah (seperti timbul ego daerah, primordialisme sempit) sebagai
akibat dari sempitnya pemahaman Pancasila, terjadinya degradasi nilai-nilai
kekeluargaan dan tenggang-rasa di masyarakat, serta disalahgunakan
implementasinya oleh penguasa sehingga legitimasinya sudah pada titik nadir
(antiklimaks). Dimensi sosial ekonomi memandang perlunya diaktualisasikan oleh
dan bagi bangsa Indonesia karena Pancasila sebagai falsafah negara yang
mewujudkan sistem ekonomi Pancasila serta sebagai sumber sistem ekonomi
kerakyatan. Pandangan ini diperkuat oleh realita tentang keadaan negara yang labil
yang telah berdampak pada efektifnya pengaruh globalisasi terhadap penguatan
campurtangan asing (badan-badan internasional) terhadap perekonomian nasional.
Begitu pula dimensi kesejahteraan rakyat yang memandang perlunya
Pancasila diaktualisasikan oleh dan bagi bangsa Indonesia karena kemampuan
ideologi Pancasila yang bersimetris dengan tingkat kesejahteraan rakyat dan
kedaulatan rakyat serta yang perlu dianalisis substansi ideologinya pada segi ontologi
dan epistemologinya. Di samping itu didorong pula oleh realita tentang bangsa
Indonesia yang sedang mengalami krisis-diri (dekadensi moral), krisis kepercayaan,
mengalami gangguan (disrupsi) toleransi, masih memiliki kelemahan filsafat-
ilmiahnya, serta belum merasakan terpenuhinya harapan bangsa atau lemah
aktualisasinya dalam usaha kecil, menengah, dan mikro-pedesaan.

3
Dimensi lingkungan hidup memandang perlunya diaktualisasikan oleh dan
bagi bangsa Indonesia karena Pancasila sebagai jiwa rakyat Indonesia. Untuk itu
maka diperlukan pedomannya untuk menghayati sila-sila Pancasila serta untuk
mengejawantahkan Pancasila yang diselaraskan, diserasikan, dan diseimbangkan
dengan lingkungan hidup (Sumber Daya Alam: SDA). Demikian pula hal itu
diperlukan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi nasional serta untuk memperbaiki
dampak dari eksploitasi SDA dan lingkungan hidup terutama pada sektor- sektor
strategisnya (kehutanan, pertanian, dan pertambangan).
Dimensi pendidikan memandang Pancasila perlu diaktualisasikan dengan
alasan bahwa ia perlu difahami dan dihayati kembali oleh seluruh komponen bangsa.
Sehubungan dengan ini, anak sebagai harapan bangsa dan generasi penerus sudah
seharusnya menyerap nilai-nilai Pancasila sejak dini dengan cara diasah, diasih, dan
diasuh. Di samping itu dalam realita kehidupan sehari-hari selama ini Pancasila telah
dijadikan alat-penguasa untuk melegitimasi perilaku yang menyimpang yang tidak
mendidik, dihilangkannya Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK)
Pendidikan Pancasila dalam kurikulum nasional (UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional), hancurnya pembangunan karena moral yang serakah
dibiarkan merajalela, serta menguatnya desakan konsumerisme untuk membeli gengsi
(kehidupan semu).
Dimensi budaya memandang perlunya Pancasila diaktualisasikan (dikinikan)
oleh dan bagi bangsa Indonesia dengan pertimbangan perlunya visi NKRI 2020 untuk
menjadi negara Industri Maju Baru. Dengan demikian rumusan Pancasila pada
Pembukaan UUD 1945 tak perlu dipermasalahkan lagi tetapi justru diperlukan
pengembangan budaya Pancasila yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
(kreatif, berbudi, berdaya, perdamaian, dll). Hal ini dianggap penting mengingat sejak
reformasi, persatuan dan kesatuan menjadi tidak kokoh serta kondisi bangsa yang
masih menghadapi tingkat kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan.
Terakhir, dimensi keagamaan memandang perlunya Pancasila diaktualisasikan
oleh dan bagi bangsa Indonesia mengingat keragaman agama perlu disikapi sebagai
permata-indah untuk dipilih. Hal ini sebagai pewujudan terhadap hasil penelusuran

4
sejarah perumusannya. Di samping itu Pancasila dan Agama serta nilai-nilai lainnya
telah membentuk ideologi Pancasila yang bila dijaga dan diimplementasikan dengan
baik dan benar maka negara akan tegak dan kokoh.
Pertimbangan lainnya adalah karena selama ini terkesan masyarakat telah
trauma bila diajak bicara Pancasila karena dianggap Orde Baru. Selain itu pada
pengalaman telah diimplementasikan secara indoktrinatif melalui P-4, yang dalam
prakteknya justru Pancasila yang seharusnya berfungsi sebagai perekat bangsa mulai
diabaikan, sehingga ada fenomena untuk mendirikan negara dengan prinsip Islam
atau dengan ideologi-alternatif lainnya sehingga memicu konflik yang
mengatasnamakan agama, etnis, bahkan separatisme yang mengancam NKRI.

1. Esensi Aktualisasi Pancasila Bidang Pendidikan


Esensi pikiran-pikiran di bidang ini merumus pada aktualisasi Pancasila
dalam wujud sebagai landasan idiil bagi pembangunan pendidikan di Indonesia yang
menghilangkan penonjolan kesukuan, keturunan, dan ras; ideologi terbuka yang
mendorong kreativitas dan inovativitas; spirit untuk pengembangan dinamika
masyarakat dalam pembentukkan watak peradaban bangsa dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa; serta visi dan misi pendidikan nasional bagi anak
Indonesia.

2. Budaya Akademik
Warga dari suatu perguruan tinggi adalah insan-insan yang memiliki wawasan
dan integritas ilmiah. Oleh karena itu masyarakat akademik harus senantiasa
mengembangkan budaya ilmiah yang merupakan esensi pokok dari aktivitas
perguruan tinggi. Terdapat sejumlah ciri masyarakat ilmiah sebagai budaya akademik
sebagai berikut :
a. Kritis, senantiasa mengembangkan sikap ingin tahu segala sesuatu untuk
selanjutnya diupayakan jawaban dan pemecahannya melalui suatu kegiatan
ilmiah penelitian.

5
b. Kreatif, senantiasa mengembangkan sikap inovatif, berupaya untuk
menemukan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi masyarakat.
c. Obyektif, kegiatan ilmiah yang dilakukan harus benar-benar berdasarkan pada
suatu kebenaran ilmiah, bukan karena kekuasaan, uang atau ambisi pribadi.
d. Analitis, suatu kegiatan ilmiah harus dilakukan dengan suatu metode ilmiah
yang merupakan suatu prasyarat untuk tercapainya suatu kebenaran ilmiah.
e. Konstruktif, harus benar-benar mampu mewujudkan suatu karya baru yang
memberikan asas kemanfaatan bagi masyarakat.
f. Dinamis, ciri ilmiah sebagai budaya akademik harus dikembangkan
terusmenerus.
g. Dialogis, dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dalam masyarakat
akademik harus memberikan ruang pada peserta didik untuk mengembangkan
diri, melakukan kritik serta mendiskusikannya.
h. Menerima kritik, sebagai suatu konsekuensi suasana dialogis yaitu setiap
insan akademik senantiasa bersifat terbuka terhadap kritik.
i. Menghargai prestasi ilmiah/akademik, masyarakat intelektual akademik harus
menghargai prestasi akademik, yaitu prestasi dari suatu kegiatan ilmiah.
j. Bebas dari prasangka, budaya akademik harus mengembangkan moralitas
ilmiah yaitu harus mendasarkan kebenaran pada suatu kebenaran ilmiah.
k. Menghargai waktu, senantiasa memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien
mungkin, terutama demi kegiatan ilmiah dan prestasi.
l. Memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah, memiliki karakter ilmiah
sebagai inti pokok budaya akademik
m. Berorientasi ke masa depan, mampu mengantisipasi suatu kegiatan ilmiah ke
masa depan dengan suatu perhitungan yang cermat, realistis dan rasional.
n. Kesejawatan/kemitraan, memiliki rasa persaudaraan yang kuat untuk
mewujudkan suatu kerja sama yang baik. Oleh karena itu budaya
akademiksenantiasa memegang dan menghargai tradisi almamater sebagai
suatu tanggung jawab moral masyarakat intelektual akademik.

6
3. Kampus sebagai Moral Force Pengembangan Hukum dan HAM
Masyarakat kampus wajib senantiasa bertanggung jawab secara moral atas
kebenaran obyektif, tanggung jawab terhadap masyarakat bangsa dan negara, serta
mengabdi kepada kesejahteraan kemanusiaan. Oleh karena itu sikap masyarakat
kampus tidak boleh tercemar oleh kepentingan politik penguasa sehingga benar-benar
luhur dan mulia. Oleh karena itu dasar pijak kebenaran masyarakat kampus adalah
kebenaran yang bersumber pada ketuhanan dan kemanusiaan.
Indonesia dalam melaksanakan reformasi dewasa ini, agenda yang mendesak
untuk diwujudkan adalah reformasi dalam bidang hukum dan peraturan perundang-
undangan. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, oleh karena
itu dalam rangka melakukan penataan negara untuk mewujudkan masyarakat yang
demokratis maka harus menegakkan supremasi hukum. Agenda reformasi yang
pokok segera direalisasikan adalah untuk melakukan reformasi dalam bidang hukum.
Konsekuensinya dalam mewujudkan suatu tatanan hukum yang demokratis, maka
harus dilakukan pengembangan hukum positif.
Dalam reformasi bidang hukum, bangsa Indonesia telah mewujudkan
Undang-undang Hak Asasi Manusia yaitu UU No. 39 Th.1999. Sebagaimana
terkandung dalam konsideran bahwa yang dimaksud Hak asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Disamping hak asasi manusia, undang-undang ini juga menentukan
Kewajiban Dasar Manusia, yaitu seperangkat kewajiban yang apabila tidak
dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia.
Dalam penegakan hak asasi manusia tersebut mahasiswa sebagai kekuatan
moral harus bersifat obyektif dan benar-benar berdasarkan kebenaran moral demi
harkat dan martabat manusia, bukan karena kepentingan politik terutama kepentingan
kekuatan politik dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin menghancurkan
negara Indonesia. Perlu disadari bahwa dalam menegakkan hak asasi manusia

7
pelanggaran terhadap hak asasi manusia dapat dilakukan oleh seseorang, kelompok
orang termasuk aparat negara, penguasa negara baik disengaja maupun tidak
disengaja.

4. Aktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Kampus


Pancasila pada aktualitasnya di negara Republik Indonesia dijadikan dasar
filsafat negara, pandangan hidup bangsa dan ideologi naisonal, maka nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya harus terus-menerus meresap dalam kehidupan manusia
Indonesia dan mewujudkan dalam sikap dan perilaku kehidupannya sehari-hari.
Aktualisasi Pancasila secara obyektif ialah terwujud dalam bidang kehidupan
kenegaraan yaitu meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif, eksekutif, dan
yudikatif, juga bidang pragmatis yaitu politik, ekonomi, sosial budaya, hukum
(penjabaran ke dalam undang-undang), GBHN, pendidikan dan hankam.
Aktualisasi Pancasila secara subyektif adalah perwujudan kesadaran inidvidu
antara manusia Indonesia sebagai warga negara Indonesia yang taat dan pauh, baik
aparat penyelenggara negara, penguasa negara maupun elit politik dalam
meaksanakan kegiatan-kegiatan politiknya selalu berlandaskan moral Ketuhanan dan
Kemanusiaan sesuai yang terkandung dalam Pancasila.
Kampus adalah tempat hunian atau perkampungan masyarakat ilmiah atau
masyarakat intelektual, maka harus mengamalkan budaya akademik ,tidak terjebak
dalam politik peraktis atau legitimasi kepentingan penguasa. Masyarakat kampus
harus berpegang pada komitmen moral yang bersumber pada ketuhanan dan
kemanusiaan, bertanggungjawab secara moral, bertanggungjawab terhadap bangsa
dan negaraeraan serta mengabdi untuk kesejahteraan kemanusiaan.
Menurut PP No. 60 Tahun 1999,Pendidikan dilaksanakan di ruang kuliah
melalui pendidikan ini ilmu pengetahuan dan teknologi diberikan kepada para
mahasiswa untuk menyiapkan, membentuk dan menghasilkan SDM yang berkualitas,
Penelitian dilakukan di laboratorium , di lapangan, di perusahaan, di rumah sakit atau
di mana saja, penelitian bersifat obyektif dan ilmiah, baik kaidah serta untuk
menemukan kebenaran ilmiah atau menyelesaikan masalah dalam ilmu pengetahuan,

8
teknologi, dan kesenian. Penelitian harus berpegang pada moral kejujuran yang
bersumber pada nilai-nilai Pancasila. Hasil Penelitian bermanfaat bagi kemanusiaan
dan kesejahteraan manusia demi harkat dan martabat manusia. Pengabdiaan kepada
masyarakat dilaksanakan di luar kampus ditengah-tengah masyarakat, di arena
kehidupan riil masyarakat luas. Hal ini merupakan wahana kegiatan memanfaatkan
ilmu pengetahuan dalam memberikan sumbangsih kepada masyarakat. Kegiatan
pengabdiaan kepada masyarakat demi kesjahteraan umat manusia, demi
pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan, maka harus dijiwai nilai-nilai
Ketuhanan dan Kemanusiaan sesuai yang terkandung dalam Pancasila.
Warga Perguruan Tinggi adalah insan-insan yang memiliki wawasan dan
integrasi ilmiah, maka masyarakat akademik harus selalu mengembangkan budaya
akademik atau budaya ilmiah yang berupa esensi dari aktivitas perguruan tinggi. Ciri-
ciri mayarakat ilmiah sebagai budaya akademik menurut Suhadi,(1998:214) adalah
kritis, kreatif, analitis, obyaktif, kontruktif, dinamik, dialogis, menghargai prestasi
ilmiah/akademik, bebas dari prasangka, menghargai waktu, menghargai dan
menjunjung tinggi tradisi ilmiah, berorientasi ke masa depan, menerima kritik dan
kemitraan.
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara, pandangan hidup bangsa serta
ideologi bangsa dan Negara, bukanlah hanya merupakan rangkaian kata-kata yang
indah namun harus diwujudkan dan di aktualisasikan dalam berbagai bidang dalam
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas 2 macam yaitu aktualisasi objektif


dan subjektif. Aktualisasi Pancasila yang objektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam
berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan Negara antara
lain legislative, eksekutif, maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-bidang
aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi, hokum terutama dalam penjabaran ke
dalam undang-undang, Garis-garis Besar haluan Negara, hankam, pendidikan
maupun bidang kenegaraan lainnya. Adapun aktualisasi Pancasila yang subjektif
adalah Aktualisasi Pancasila pada setiap individu terutama dalam aspek moral dalam

9
kaitannya dengan hidup Negara dan masyarakat. Aktualisasi yang subjektif tersebut
tidak terkecuali baik bagi warga Negara biasa, aparat penyelenggara Negara,
penguasa Negara, terutama kalangan elit politik dalam kegiatan politik perlu mawas
diri agar memiliki moral Ketuhanan dan Kemanusiaan sebagaimana terkandung
dalam Pancasila.

5. Tridharma Perguruan Tinggi

Pendidikan tinggi sebagai institusi dalam masyarakat bukanlah merupakan


menara gading yang jauh dari kepentingan masyarakat melainkan senantiasa
mengemban dan mengabdi kepada masyarakat. Maka menurut PP No. 60 Th, 1999,
bahwa perguruan tinggi memiliki tiga tugas pokok yang disebut Tridharma
Perguruan Tinggi, yang meliputi :

a. Pendidikan tinggi
b. Penelitian
c. Pengabdian kepada masyarakat
a. Pendidikan Tinggi
Sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi memiliki tugas sebagai dharma yang
pertama yaitu melaksanakan pendidikan untuk menyiapkan, membentuk dan
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Maka tugas Pendidikan Tinggi
adalah :
1) Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi
dan atau kesenian
2) Mengembangkan dan menyebar luaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian serta mengupayakan penggunanaannya untuk meningkatkan taraf
kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Sebagai bangsa yang memiliki pandangan hidup Pancasila intelektual produk
perguruan tinggi berupaya untuk mewujudkan sumber daya intelektual yang bermoral

10
Ketuhanan dan kemanusiaan. Oleh karena itu, pengembangan ilmu di perguruan
tinggi bukanlah value free (bebas nilai), melainkan senantiasa terikat nilai yaitu nilai
Ketuhanan dan kemanusiaan. Oleh karena itu intinya bahwa pendidikan tinggi
haruslah menghasilkan, ilmuwan, intelektual serta pakar yang bermoral Ketuhanan
yang mengabdi pada kemanusiaan.

b. Penelitian

Inovasi yang bersifat vital di perguruan tinggi adalah penelitian ilmiah.


Penelitian inilah yang merupakan misi Perguruan Tinggi dan merupakan dharma
kedua dari Tridharma Perguruan Tinggi. Yang dimaksud penelitian adalah suatu
kegiatan telaah yang taat kaidahbersifat objektif dalam upaya untuk menemukan
kebenaran dan atau menyelesaikan masalah dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan
atau kesenian (Pasal 3 ayat (3) PP.60 Th.1999). Dalam suatu kegiatan penelitian
seluruh unsure dalam penelitian senantiasa mendasarkan pada suatu paradigma
tertentu, baik permasalahan, hipotesis, landsan teori maupun metode yang
dikembangkannya. Seseorang peneliti haruslah bermoral dan mengabdikan diri
kepada nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini lebih mempetegas bahwa seorang ilmuwan
peneliti tidak bersifat bebas nilai melainkan senantiasa berpegang dan mengembna
nilai kemanusiaan yang didasari dari nilai Ketuhanan.

Dasar-dasar nilai yang terkandung dalam Pancasila inilah yang menjiwai


moral peneliti, sehingga suatu penelitian harus bersifat objektif dan ilmiah. Seorang
peneliti harus berpegangan pada moral kejujuran yang berpegangan pada moral
kejujuran yang bersumber pada Ketuhanan dan kemanusiaan. Suatu hasil penelitian
tidak boleh karena motivasi uang, kekuasaan , ambisi atau bahkan kepentingan
primordial tertentu. Selain itu asas kemanfaatan penelitian haruslah demi
kesejahteraan umat manusia, sehingga dengan demikian suatu kegiatan penelitian
senantias harus diperhitungkan kemanfaatannya bagi masyarakat luas serta
peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan.

11
c. Pengabdian Kepada Masyarakat
Perguruan tinggi sebagai lembaga masyarakat, senantiasa mengembangkan
kegiatannya demi kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, pengabdian kepada
masyarakat merupakan dharma ketiga dari Tridharma Perguruan Tinggi. Berdasarkan
penjelasan Pasal 3 ayat (1) PP 60 Th.1999, bahwa yang dimaksud dengan pengabdian
kepada masyarakat adalah suatu kegiatan yang memanfaatkan ilmu pengetahuan
dalam upaya memberikan sumbangan demi kemajuan masyarakat.
Realisasi dharma ketiga dari tridarma perguruan tinggi tersebut dengan
sendirinya disesuaikan dengan cirri khas, sifat serta karakteristik bidang ilmu yang
dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan. Aktualisasi pengabdian
kepada masyarakat ini pada hakikatnya merupakan suatu aktualisasi pengembangan
ilmu pengetahuan dan kesejahteraan umat manusia. Dalam pengertian inilah maka
aktualisasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat, sebenarnya merupakan suatu
aktualisasi kegiatan masyarakat ilmiah perguruan tinggi yang dijiwai oleh nilai-nilai
Ketuhanan dan kemanusiaan, sebagaimana terkandung dalam Pancasila.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila perlu diaktualisasikan oleh dan bagi bangsa Indonesia karena


banyaknya dampak negatif kebijakan otonomi daerah (seperti timbul ego daerah,
primordialisme sempit) sebagai akibat dari sempitnya pemahaman Pancasila,
terjadinya degradasi nilai-nilai kekeluargaan dan tenggang-rasa di masyarakat, serta
disalahgunakan implementasinya oleh penguasa sehingga legitimasinya sudah pada
titik nadir (antiklimaks). Dimensi pendidikan memandang Pancasila perlu
diaktualisasikan dengan alasan bahwa ia perlu difahami dan dihayati kembali oleh
seluruh komponen bangsa. Sehubungan dengan ini, anak sebagai harapan bangsa dan
generasi penerus sudah seharusnya menyerap nilai-nilai Pancasila sejak dini dengan
cara diasah, diasih, dan diasuh. Kampus adalah tempat hunian atau perkampungan
masyarakat ilmiah atau masyarakat intelektual, maka harus mengamalkan budaya
akademik ,tidak terjebak dalam politik peraktis atau legitimasi kepentingan penguasa.
Masyarakat kampus harus berpegang pada komitmen moral yang bersumber pada
ketuhanan dan kemanusiaan, bertanggungjawab secara moral, bertanggungjawab
terhadap bangsa dan negaraeraan serta mengabdi untuk kesejahteraan kemanusiaan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hanapiah, Pipin. 2006 Aktualisasi Pancasila untuk Persatuan Bangsa


(http://Aktualisasi_Pancasila_untuk_Persatuan_Bangsa_all.pdf) diakses pada 1
September 2014 pukul 19:30 WIB.

Rahmatullah. 2008. Pancasila. (http://pancasila.pdf) diakses pada 1 September 2014


pukul 19:32 WIB.

14

Anda mungkin juga menyukai