PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemenuhan kebutuhan oksigenisasi adalah bagian dari kebutuhan
fisiologis (Hirarki Maslow). Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses
kehidupan, oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh,
kebutuhan oksigen dalam tubuh harus dipenuhi karena apabila kebutuhan
dalam tubuh berkurang, maka terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila
hal tersebut terjadi berlangsung lama akan mengakibatkan kematian. Masalah
kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan
dasar manusia. Hal ini telah terbukti ada yang kekurangan oksigen akan
mengalami hipoxia dan akan terjadi kematian. Proses pemenuhan kebutuhan
pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran
pernapasan dan sumbatan yang yang menghalangi masuknya oksigen,
memolihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar dapat berfungsi normal
kembali. Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dalam pelayanan
keperawatan dapat dilakukan dengan pemberian oksigen dengan
menggunakan Nasal kanul, Masker dan Kateter nasal.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan
oksigenasi?
C. TUJUAN
Tujuan Umum:
1. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
gangguan oksigenasi.
Tujuan Khusus:
1. Mampu menyusun pengkajian asuhan keperawatan gangguan oksigenasi.
2. Mampu menentukan diagnosa keperawatan asuhan keperawatan gangguan
oksigenasi.
3. Mampu menyusun intervensi asuhan keperawatan gangguan oksigenasi.
1
4. Mampu menyusun implementasi asuhan keperawatan gangguan
oksigenasi.
5. Mampu mengidentifikasi evaluasi asuhan keperawatan gangguan
oksigenasi.
D. MANFAAT
1. Menambah wawasan tentang kebutuhan dasar manusia.
2. Sebagai pedoman untuk melaksanakan tindakan lanjutan untuk klien yang
memiliki gangguan oksigenasi.
3. Sebagai sumber informasi tambahan untuk pembuatan asuhan
keperawatan.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan laporan makalah keperawatan dasar ini
dibagi dalam empat bab, antara lain: BAB 1. Pendahuluan yang meliputi latar
belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II. Tinjauan teori terdiri dari definisi oksigenasi, anatomi dan fisiologi
pemenuhan oksigenasi, faktor faktor mempengaruhi pernapasan, jenis
pernapasan, pengukuran kekuatan paru-paru, gangguan pernapasan,
pemeriksaan menunjang, penatalaksanaan gangguan pemenuhan oksigenasi
dan, Asuhan keperawatan teoritis gangguan pemenuhan oksigenasi. BAB III.
Pengkajian terdiri dari diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. BAB IV penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.
2
KONSEP TEORITIS
A. DEFINISI OKSIGENASI
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup
dan aktifitas berbagai organ atau sel. Oksigen (O2) adalah salah satu
komponen gas dan unsur vital dalam metabolisme untuk mempertahankan
kelangsungan hidup sel-sel tubuh dan jaringan tubuh karena oksigen
diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus menerus.
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen kedalam sistem tubuh
(kimia atau fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau
yang sangat dibutuhkan dalam metabolisme sel. Sebagai hasilnya terbentuklah
karbondioksida, energi dan air. Akan tetapi penambahan karbondioksida yang
melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak negatif terhadap
aktivitas sel.
Oksigenisasi adalah pemberian tambahan aliran gas oksigen lebih dari 20
% pada tekanan/Atm. Sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah
pada kondisi klien yang membutuhkan.
Oksigenisasi adalah pemasangan oksigen yang diberikan pada klien untuk
mengatasi masalah pernapasan. Misalnya pada penderita asma,
bronkopneumonia, klien tidak sadar, klien penyakit jantung, dll.
b. Faring
3
Faring berbentuk seperti tabung corong yang terletak di belakng
rongga hidung dan mulut. Faring berfungsi sebagai jalan masuknya
udara dan makanan. Selain itu faring juga berfungsi sebagai ruang
getar untuk menghasilkan suara.
Faring terbagi menjadi 3 bagian yaitu:
1) Nasofaring: faring yang terletak di belakang hidung mulai dari
dasar tenggorokan hingga dasar anak tekak atau uvula.
2) Orofaring: faring yang terletak dibelakang rongga mulut, yaitu
dari uvula hingga epiglotis.
3) Laringo faring: terletak di bagian belakang orofaring di ruas
vertebra servical ke enam. Laringofaring merupakan saluran
terakhir dari saluran pernapasan.
c. Laring
Laring terdapat diantara faring dan trakea. Dinding laring tersusun dari
sembilan buah tulang rawan. Salah satu tulang rawan tersusun dari
lempeng kartilago hialin yang menyatu dan membentuk segitiga.
Bagian ini disebut jakun. Di dalam laring terdapat epiglotis dan pita
suara. Epiglotis merupakan kartilago elastis yang berbentuk sepertid
aun. Epiglotis dapat membuka dan menutup. Pada saat menelan
makanan epiglotis menutup sehingga makanan tidak jatuh ke
tenggorokan tetapi menuju ke kerongkongan, begitu pula sebaliknya.
Pita suara merupakan selaput lendir yang berbentuk da pasang lipatan
dan dapat bergetar menghasilkan suara.
4
b. Bronkus
Bronkus merupakan bagian yang menghubungkan paru-paru dengan
trakea. Bronkus terdapat di paru-paru kanan dan paru-paru kiri.
Cabang bronkus ke sebelah kiri lebih mendatar dibandingkan dengan
cabang bronkus ke sebelah kanan. Hal ini merupakan penyebab
mengaa paru-paru kanan lebih mudah diserang penyakit dibandingkan
dengan paru-paru kiri. Setiap bronkus terdiri dari lempengan tulang
rawan dan dindingnya terdiir dari otot halus. Bronkus bercabang-
cabang lagi disebut dengan bronkiolus. Dinding bronkiolus tipis dan
tidak bertulang.
c. Paru-Paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas. Rongga dada dan
rongga perut dipisahkan oleh sekat diafragma. Paru-paru terbagi
menjadi 2 bagian yaitu paru-paru kanan dan kiri. Paru-paru kanan
terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus. Paru-paru
terbungkus oleh selaput tipis yang disebut dengan pleura. Di dalam
paru-paru masing-masing bronkus bercabang membentuk bronkiolus.
Selanjutnya bronkiolus bercabang menjadi pembuluh halus yang
berakhir pada gelembung paru-paru yang disebut dengna alveolus. Di
dalam alveolus terjadi proses difusi oksigen dengan karbondioksida.
5
Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat
dipengaruhi oleh ventilasi. Hal tersebut CO2 memiliki kemampuan
merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2 dalam batas 60mmHg
dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan. Bila PaCO2 80
mmHg, maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
b. Difusi
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan berikutnya
adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner.
Difusi merupakan pertukakaran antara O2 dari elveoli ke kapiler paru
dan CO2 dari kapiler ke alveoli. Kecepatan difusi dapat dipengaruhi
oleh ketebalan membran. Klien yang mengalami odema pulmonar atau
efusi pulmonar membran mengakibatkan proses difusi yang lambat,
pertukaran gas pernapasan yang lambat dan menganggu proses
pengiriman oksigen ke jaringan.
1. Transpor O2 :
6
Sistem transportasi oksigen terdiri dari sistem paru dan
sistem kardiovaskular. Proses pengantaran ini tergantung pada
jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi), aliran darah
ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan difusi dan kapasitas
membawa oksigen. Kapasitas darah untuk membawa oksigen
dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut dalam plasma, jumlah
hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan
dengan oksigen (Ahrens, 1990).
Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatif kecil, yakni
hanya sekitar 3%. Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh
hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan
karbon dioksida. Molekul hemoglobin dicampur dengan oksigen
untuk membentuk oksi hemoglobin. Pembentukan oksi hemoglobin
dengan mudah berbalik (revesibel), sehingga memungkinkan
hemoglobin dan oksigen berpisah, membuat oksigen menjadi
bebas. Sehingga oksigen ini bias masuk ke dalam jaringan.
2. Transpor CO2
Karbon dioksida berdifusi ke dalam sel-sel darah merah dan
dengan cepat di hidrasi menjadi asam karbonat(H2CO3 ) akibat
adanya anhidrasi karbonat. Asam karbonat kemudian berpisah
menjadi ion hydrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO3-) berdifusi
dalam plasma. Selain itu beberapa karbon dioksida yang ada dalam
sel darah merah bereaksi dengan kelompok asam amino
membentuk senyawa karbamino. Reaksi ini dapat bereaksi dengan
cepat tanpa adanya enzim. Hemoglobin yang berkurang
(deoksihemoglobin) dapat bersenyawa dengan karbon dioksida
dengan lebih mudah daripada oksi hemoglobin. Dengan demikian
darah vena mentrasportasi sebagian besar karbon doiksida.
Tranportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a) Kardiak output dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi
denyut jantung.
7
b) Kondisi pembuluh darah, latihan dan aktivitas seperti olahraga,
dll.
1. Saraf Otonom
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dapat memengaruhi kemampuan
untuk dilatasi dan konstruksi, hal ini dapat terlihat keduanya baik simpatis
maupun parasimpatis ketika terjadi rangsangan ujung saraf dapat
mengeluarkan neurotransmitter (untuk simpatis dapat mengeluarkan
noradrenalin yang berpengaruh pada bronchodilatasi dan untuk
parasimpatis mengeluarkan acetylcolin yang berpengaruh pada
bronchokonstriksi) karena pada saluran pernafasan terdapat adrenergic
reseptor dan cholinergic reseptor.
2. Hormonal dan Obat
Semua hormon yang termasuk derivate catecholamine dapat melebarkan
saluran pernafasan, kemudian obat-obatan yang tergolong parasympathic
dapat melebarkan tractus respiratorius, seperti sulfas atropin,
extr.belladona dan obat-obatan yang menghambat adrenergic tipe beta
(khususnya beta-2) dapat mempersempit tractus respiratorius.
3. Alergi Pada Saluran Napas
Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu
binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan dan lain-lain.
4. Faktor Perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang
memengaruhi sistem pernapasan individu.
a) Bayi prematur
Bayi yang baru lahir prematur beresiko menderita penyakit membran
hialin yang ditandai dengan perkembangannya membran serupa hialin
yang membatasi ujung saluran pernapasan. Kondisi ini disebabkan
8
oleh produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru
dalam menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester terakhir.
b) Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini beresiko mengalami infeksi saluran napas atas,
seperti faringitis, influenza, tonsillitis, dan aspirasi benda asing (misal
makanan, permen, dan lain-lain)
c) Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini beresiko mengalami infeksi saluran napas akut
akibat kebiasaan buruk seperti merokok.
d) Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang
berolahraga merupakan factor yang dapat meningkatkan resiko
penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini
e) Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan pada
fungsi normal pernapasan, seperti penurunan elastisitas paru, pelebaran
alveolus, dilatasi bronkus, dan kifosis tulang belakang yang
menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penuruna
kadar O.
f) Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan, seperti ketinggian, suhu, serta polusi udara dapat
memengaruhi proses oksigenasi.
1) Suhu.
2) Ketinggian.
3) Polusi.
g) Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya kosentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran napas bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transpor O2 terganggu.
9
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu
hamil, luka, dan lain-lain.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang obnormal, penyakit
kronik seperti TBC paru.
h) Faktor Perilaku
1) Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi
paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
2) Olahraga akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok: nikotin menyebabkan vasonkontriksi pembuluh darah
perifer dan koroner.
4) Substance abuse (alkohol dan obat-obatan): menyebabkan intake
nutrisi/Fe menurunun mengakibatkan penurunan hemoglobin,
alkohol menyebabkan depresi pusat pernapasan.
5) Kecemasan: menyebabkan metabolisme meningkat.
10
2. PERNAPASAN INTERNAL
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel
jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses
metabolisme tubuh, atau juga dapat dikatakan bahwa proses pernapasan ini
diawali dengan darah yang telah menjenuhkan Hb kemudian mengitari
seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler dn bergerak sangat lambat.
Sel jaringan mengambil oksigen dari Hb dan darah menerima sebagai
gantinya, dan menghasilkan karbondioksida sebagai sisa buangan.
11
d) Volume sisa merupakan jumlah udara yang masih tertinggal di dalam
paru-paru meskipun telah menghembuskan napas secara maksimal.
Pada orang dewasa nilai volume sisanya adalah 1200 cc.
2. Kapasiats Paru-Paru
a) Kapasitas hisap merupakan jumlah volume pasang surut dan volume
cadangan hisap.
b) Kapasitas cadangan fungsional meruakan jumlah dari volume
cadangan hembus dengan volume sisa.
c) Kapasitas vital merupakan jumlah dari volume cadangan hembus,
volume pasanga surut dan volume cadangan hisap.
d) Jumlah keseluruhan volume udara yang ada di dalam paru-paru terdiri
atas volume asang surut, volume cadangan hisap, volume cadangan
hembus, dan volume sisa.
12
cepat dan dalam. Proses ini ditandai dengan adanya peningkatan
denyut nadi, naps pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi
karbondioksida, dll. Keadaan demikian dapat disebabkan karena
adanya infeksi, keseimbangan asam basa, atau gangguan psikologis.
Hiperventilasi dapat menyebabkan hipokapnea, yaitu berkurangnya
karbondioksida tubuh dibawah batas normal sehingga rangsangan
terhadap pusat pernapasan menurun
d) Kusmaul, merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat
ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik.
e) Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh mengeluarkan karbondioksida
dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak
cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai dengan adanya nyeri
kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, atau ketidakseimvangan
elektrolit yang dapat terjad akibat atelektasis, lumpuhnya otot-otot
pernapasan, depresi pusat pernapasan, peningkatan tahanan jalan
udara, penurunan tahanan jaringan paru-paru dan toraks, serta
penurunan compliance paru-paru dan toraks. Keadaan demikian dapat
menyebabkan hiperkapnea, yaitu retensi karbondioksida dalam tubuh
sehingga pCO2 meningkat (akibat hipoventilasi) dan mengakibatkan
depresi susunan saraf pusat.
f) Dispnea, merupakan perasaan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini
dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah atau jaringan,
kerja berat atau berlebihan dan pengaruh psikis.
g) Cheney Stokes, merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya
mula-mula naik, turun, berhenti, kemudian mulai siklus baru.
h) Orthopnea, merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk
atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang
mengalami kongestif paru-paru.
i) Pernapasan paradoksial, merupakan pernapasan yang ditandai dengan
pergerakan dinding paru-paru yang berlawanan arah dari keadaan
normal, sering ditemukan pada keadaan atelektasis.
13
j) Biot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheney
stokes, tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada
rangsangan selaput otak, takanan intrakranial yang meningkat, trauma
kepala, dll.
k) Stridor, merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan
pada saluran pernapasan. Pola ini pada umumnya ditemukan pada
kasus spasme trakea atau obstruksi laring.
3. OBSTRUKSI JALAN NAPAS
Obstruksi jalan napas (bersihanjalan napas) merupakan kondisi pernapasan
yang tidak normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat
disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit
infeksi, imobilisasi, stasis sekresi, dan batuk tidak efektif karena penyakit
persarafan seperti cerebrovascular accident (CVA), efek pengobatan
sedatif, dll.
Tanda klinis:
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu mengeluarkan sekresi pada jalan napas
3. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan
4. Jumlah, iaram, kedalaman pernapasan tidak normal.
4. GANGGUAN PERTUKARAN GAS
Gangguan pertukaran gas merupakan kondisi penurunan gas, baik oksigen
maupun karbondioksida antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular,
dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit
sistem saraf, depresi susuna saraf pusat, atau penyakit radang paru-paru.
Terjadinya gangguan pertukaran gas ini menunjukkan kapasitas difusi
menurun, antara lain disebabkan oleh penurunan luas permukaan difusi,
penealan membran alveolar kapiler, terganggunya pengangkutan oksigen
dari paru-paru ke jaringan akibat rasio ventilasi perfusi tidak baik, anemia,
keracunan karbondioksida, dan terganggunya aliran darah.
Tanda klinis:
1. Dispnea pada usaha napas
2. Bernapas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang
14
3. Agitasi
4. Lelah, letargi
5. Meningkatnya tahanan vaskular paru-paru
6. Menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya pCO2
7. Sianosis.
15
c. Bronkografi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat secara visual
bronkus sampai dengan cabang bronkus pada penyakit gangguan
bronkus atau kasus displacement dari bronkus.
d. Angiografi. Pemeriksaan ini membantu menegakkan diagnosis tentang
keadaan paru-paru, emboli atau tumor paru-paru, aneurisma, emfisema,
kelainan kongenital dan lain-lain.
e. Endoskopi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melakukan diagnostik
dengan cara mengambil sekret untuk pemeriksaan, melihat lokasi
kerusakan, biopsi jaringan, untuk pemeriksaan sitologi, mengetahui
adanya tumor, melihat letak terjadinya perdarahan, untuk terapeutik,
misalnya mengambil benda asing dan menghilangkan sekret yang
menutupi lesi.
f. Radio Isotop. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai lobus paru-
paru, melihat adanya emboli paru-paru. Ventilasi scaning untuk
mendeteksi ketidaknormalan ventilasi, misalnya pada emfisema.
Scaning galium untuk mendeteksi peradangan pada paru-paru. Pada
keadaan normal, paru-paru hanya menerima sedikit atau sama sekali
tidak ada gallium yang lewat, tetapi gallium sangat banyak terdapat
pada infeksi.
g. Mediastinoskopi. Merupakan endoskopi mediastinum untuk melihat
penyebaran tumor. Mediastinostomi bertujuan untuk memeriksa
mediastinum bagian depan dan menilai aliran limpa paru-paru,
biasanya dilakukan pada penyakit saluran pernapasan bagian atas.
16
e. Fisoterapi dada
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1) Pembersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Pengisapan lendir
4) Jalan nafas buatan.
b. Pola Nafas Tidak Efektif
1) Atur posisi klien ( semi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernafas dan relaksasi.
c. Gangguan Pertukaran Gas
1) Atur posisi klien ( posisi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Pengisapan lendir.
17
faring berwarna merah, dan adanya odema (Aziz Alimul Hidayat,
2009).
Pada tahap pengkajian kita harus mengkaji hal-hal seperti (NANDA,
2013):
1) Faktor yang berhubungan: nyeri dada, batuk tidak efektif, mukus
kental, serta kelelahan
2) Frekuensi napas, kedalaman napas, upaya pernapasan, auskultasi
penurunan atau ketiadaan ventilasi dan auskultasi suara napas
3) Nilai gas darah arteri.
18
kebersihan, ada atau tidaknya sekret, perdarahan, bengkak, atau
obstruksi mekanik ; kedua, penghitungan frekuensi pernapasan
dalam waktu 1 menit ( umumnya, wanita bernapas sedikit lebih
cepat. Apabila kurang dari 10x/menit pada orang dewasa, kurang
dari 20x/menit pada anak-anak, atau kurang dari 30x/menit pada
bayi, maka disebut sebagai bradipnea atau pernapasan lambat.
Gejala ini juga dijumpai pada keracunan obat golongan barbiturate,
uremia, diabetes, miksedema dan proses desak ruang intrakranium.
Bila lebih dari 20x/menit pad orang dewasa, kurang dari 30x/menit
pada anak-anak atau kurang dari 50x/menit pada bayi, maka
disebut sebagai takipnea atau pernapasan cepat.); ketiga
pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abdominal, atau
kombinasi keduanya ( pernapasan torakal atau dada adalah
mengembang atau mengempisnya rongga torakal sesuai dengan
irama inspirasi dan ekspirasi. Pernapasan abdominal atau perut
adalah siramanya inspirasi dengan mengambangnya perut dan
ekspirasi dengan mengempisnya perut. Selain itu, mengembang
dan mengempisnya paru-paru juga diatur oleh pergerakan
diafragma. Pernapasan pada laki-laki adalah abdominal, sedangkan
pada anak adalah abdominal atau torakoabdominal, karena otot
interkosta pada neonates masih lemah, untuk kemudian
berkembang. Pada wanita, pernapasan yang umum adalah
pernapasan torakal.); keempat, pengkajian irama pernafasan, yaitu
dengan menelaah masa inspirasi dan ekspirasi ( pada orang dewasa
yang sehat, irama pernafasannya teratur dan menjadi cepat jika
terjadi pengeluaran tenaga dalam keadaan terangsang atau emosi.
Kemudian, yang perlu diperhatikan pada irama pernapasan adalah
perbandingan antara inspirasi dan ekspirasi pada keadaan normal,
ekspirasi lebih lama daripada inspirasi, yaitu 2 : 1. Ekspirasi yang
lebih pendek dari inspirasi terjadi pada orang yang mengalami
sesak napas. Dalam keadaan normal, perbandingan antara frekuensi
pernapasan dengan frekuensi nadi adalah 1:1, sedangkan pada
19
keracunan obat golongan barbiturate perbandingannya menjadi 1:6.
Penyimpanan irama pernapasan, seperti pernapasan kusmaul
dijumpai pada keracunan alkohol, obat bius, diabetes, uremia, dan
proses desak ruang instrakarnuim. Pernapasan biot ditemukan pada
klien kerusakan otak. Pernapasan cheyne stokes dapat ditemui pada
klien keracunan obat bius, penyakit jantung, penyakit paru,
penyakit ginjal kronis, dan pendarahan pada susunan saraf pusat.);
kelima, pengkajian terhadap dalam/ dangkalnya pernapasan (pada
pernapasan yang dangkal, dinding torak tampak hampir tidak
bergerak. Gejala ini timbul jika terdapat empisema/ jika pergerakan
dinding torak menimbulkan rasa sakit dan juga jika pada rongga
toraks terjadi peruses desak ruang, seperti penurunan cairan dalam
rongga pleura dan erikardium serta konsolidasi yang dangkal dan
lambat).
Palpasi : pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan,
seperti nyeri tekan yang dapat timbul akibat luka, peradangan
setempat, metastasis tumor ganas, pleuritis, atau pembengkakan
dan benjolan pada dada. Palpasi dilakukan untuk menentukan
besar, konsistensi, sushu, apakah dapat atau tidak digerakkan dari
dasarnya. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding toraks pada
saat inspirasi dan ekspirasi terjadi. Cara ini juga dapat dilakukan
dari belakang dengan meletakkan kedua tangan pada kedua sisi
tulang belakang. Jika pada puncak paru terdapat fibrosis, proses
tuberculosis, atau suatu tumor, maka tidak akan ditemukan
pengembangan bagian atas pada toraks. Kelainan pada paru, seperti
getaran suatu atau femritus vocal, dapat dideteksi bila terdapat
getaran sewaktu pemeriksaan meletakkan tangannya pada dada
klien ketika ia berbicara. Fremitus vocal yang jelas mengeras dapat
disebabkan oleh konsolidasi paru seperti dada pneumonia lobaris,
dengan bronkus yang utuh dan tidak tersumbat, kavitasi yang
letaknya dekat permukaan paru. Fremitus vocal menjadi lemah atau
hilang sama sekali jika rongga pleura berisi air, darah, nanah atau
20
udara, bahkan jaringan pleura menjadi tebal, bronkus tersumbat,
jaringan paru tidak lagi elastic (emfisema)., paru menjadi fibrosis,
dan terdapat kaverna dalam paru yang letaknya jauh dari
permukaan. Getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa dapat juga
ditimbulkan oleh dahak dalam bronkus yang bergetar pada waktu
inspirasi dan ekspirasi atau oleh pergeseran antara kedua membran
pleura pada pleuritis.
Perkusi : Pengkajian ini bertujuan untuk menilai normal atau
tidaknya suara perkusi paru-paru. Suara perkusi normal adalah
suara perkusisonor, yang bunyinya seperti kata dug dug. Suara
perkusi lain yang dianggap tidak normal adalah redup, seperti pada
infiltral, konsulidasi dan, efusi pleura. Pekak, seperti bsuara yang
terdengar bila kita memperkusi paha kita, terdapat pada rongga
pleura yang terisi oleh cairan nanah, tumor pada permukaan paru,
atau fibrosis paru dengan penebalan pleura. Hipersonor, bila udara
relative lebih padat, ditemukan pada emfisema, kavitas besar yang
letaknya perifer, dan pneumotoraks. Timpani, bunyinya seperti
ucapan dang-dang-dang. Suara ini menunjukkan bahwa di
bawah tempat yang diperkusi terdapat penimbunan udara, seperti
pada pneumotoraks dan kavitas dekat permukaan paru. Batas atas
paru dapat ditentukan dengan perkusi pada supraklavikularis kedua
sisi. Bila didapatkan suara perkusi yang kurang sonor, maka kita
harus menafsirkan bahwa bagian atas paru tidak berfungsi lagi, dan
berarti batas paru yang sehat terletak lebih bawah dari biasa. Pada
umumnya, hal ini menunjukkan proses tuberkolosis di puncak paru.
Dari belakang, apexs paru dapat diperkusi di daerah otot trapezius
antara otot leher dan pergelangan bahu yang akan
memperdengarkan seperti sonor. Batas bawah paru dapat
ditentukan dengan perkusi dimana suara sonor pada orang sehat
dapat didengar sampai iga ke 6 garis midaksilaris, iga ke 8 garis
midaksilaris, dan iga ke 10 garis skapularis. Batas bawah paru pada
orang tua agak lebih rendah, sedangkan pada anak anak agak
21
lebih tinggi. Batas bawah meninggi pada proses fibrosis paru,
kosulidasi, efusi pleura, dan asites tumor intra abdominal.
Turunnya batas paru didapati pada empisema dan pnumothorak.\
Auskultasi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya suara
napas, diantaranya suara napas dasar dan suara napas tambahan.
Suara napas dasar adalah suara napas pada orang dengan paru yang
sehat, seperti: pertama, suara vesikuler, ketika suara inspirasi lebih
keras dan lebih tinggi nadanya. Bunyi napas vesikuler yang disertai
ekspirasi memnjang terjadi pada empisema. Suara vesikuler dapat
didengar pada sebagian paru; kedua, suara bronchial, yaitu suara
yang bisa kita dengar pada waktu inspirasi dan ekspirasi,
bungyinya bisa sama, atau lebih panjang, antara inspirasi dan
ekspirasi terdengar jarak pause atau jeda yang jelas. Suara
bronchial terdengar di daerah trakea di dekat bronkus, dalam
keadaan tidak normal bisa terdengar seluruh daerah paru; ketiga,
bronkovaskular, yaitu suara yang terdengar antara vesikuler dan
bronchial, ketika ekspirasi menjadi lebih panjang hingga hamper
menyamai inspirasi. Suara ini lebih jelas terdengar pada
manubrium sternum pada keadaan tidak normal juga terdengar
pada daerah lain dari paru.
Suara napas tambahan yaitu suara yang terdengar pada
dinding thorax berasal dari kelainan dalam paru, termasuk bronkus,
alveoli, dan pleura. Suara napas tambahan seperti ronchi yaitu
suara yang terjadi dalam bronki karena penyempitan lumen
bronkus. Suara mengii (wheezing) yaitu suara ronchi kering yang
tingggi, terputus nadanya, dan panjang, terjadi pada asma. Suara
ronchi basah yaitu suara berisik yang terputus akibat aliran udara
yang menlwati cairan (ronchi basah, halus, sedang, atau kasar
tergantung pada besarnya bronkus yang terkena dan umumnya
terdengar pada inspirasi) sedangkan suara krepitasi adlah suara
seperti hujan rintik rintik yang berasal dari bronkus, alveoli, atau
kapitasi yang mengandung cairan. Suara ini dapat kita tiru dengan
22
jalan menggeser geserkan rambut dengan ibu jari dengan telunjuk
dekat telinga. Krepitasi halus menandakan adanya eksudat dalam
alveoli yang membuat alveoli saling berlekatan, misalnya pada
stadium dini pneumonia. Krepitasi kasar, terdengar seperti suara
yang timbul bila kita meniup dalam air. Suara ini terdengar selama
inspirasi dan ekspirasi. Gejala ini dijumpai pada bronchitis sitik.
Berhubungan dengan:
23
Lingkungan: merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif
Ditandai Dengan:
a. Subjektif:
1) Dispnea
b. Objektif:
1) Suara nafas tambahan (misalnya, rale, crackle, ronki, dan
mengi).
2) Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan.
3) Batuk tidak ada atau tidak efektif.
4) Sianosis
5) Kesulitan untuk berbicara
6) Penurunan suara nafas
7) Ortopnea
8) Gelisah
9) Sputum berlebihan
10) Mata terbelalak.
Berhubungan Dengan:
a. Ansietas
b. Posisi tubuh
c. Deformitas tulang
24
d. Deformitas dinding dada
e. Penurunan energi dan kelelahan
f. Hiperventilasi
g. Sindrom hipoventilasi
h. Kerusakan muskuloskeletal
i. Imaturitas neurologis
j. Disfungsi neuromuskular
k. Obesitas
l. Nyeri
m. Kerusakan persepsi atau kognitif
n. Kelelahan otot-otot pernapasan
o. Cedera medula spinalis.
Ditandai Dengan:
25
Bayi: <25 atau >60
n. Takipnea
o. Rasio waktu
p. Penggunaan oto bantu aksesoris untk bernapas
Berhubungan Dengan:
Ditandai Dengan:
Objektif:
26
o. Gelisah
p. Samonolen
q. Takikardia.
Ditandai dengan :
Subjektif : Perubahan sensasi
Objektif :
a. Perubahan karakteristik kulit (misalnya, rambut, kuku, dan
kelembapan)
b. Bruit
c. Perubahan tekanan darah pada ekstremitas
d. Klaudikasi
e. Kelambatan penyembuhan
f. Nadi arteri lemah
g. Edema
27
h. Tanda Hormon positif
i. Kulit pucat saat elevasi; tidak kembali saat tungkai kembali
diturunkan
j. Diskolorasi
k. Perubahan suhu kulit
l. Nadi lemah atau tidak teraba.
28
dalam pada klien yang
memiliki riwayat keturunan
mengalami tekanan
intratoraksik dan kompresi
parenkim paru yang
mendasari untuk
mengerahkan tenaga dalam
menghembuskan udara
6. Pengaturan posisi:
Mengubah posisi klien atau
bagian tubuh klien secara
sengaja untuk
memfasilitasi kesejahteraan
fisiologis dan psikologis
7. Pemantauan pernapasan:
Mengumpulkan dan
menganalisis data klien
untuk memastikan
kepatenan jalan napas dan
pertukaran gas adekuat
8. Bantuan ventilasi:
Meningkatkan pola napas
spontan yang optimal, yang
memaksimalkan pertukaran
oksigen dan
karbondioksida dalam paru.
1. Manajemen jalan napas: 1. Respon alergik:
Memfasilitasi kepatenan sistematik: tingkat
Ketidakefektifan
jalan napas keparahan respon imun
pola napas.
2. Pengisapan jalan napas: hipersensitifsistemik
Mengeluarkan sekret jalan terhadap antigen
29
napas dengan lingkungan tertentu
caramemasukkan kateter 2. Respon ventilasi mekanis:
pengisapan ke jalan napas Orang dewasa: Pertukaran
oral atau trakea klien alveolar dan perfusi
3. Manajemen anafilaksis: jaringan yang dibantu oleh
Meningkatkan ventilasi dan ventilasi mekanis
perfusi jaringanyang 3. Respon penyapihan
adekuat untuk individu ventilasi mekanis: Orang
yang mengalami reaksi dewasa: Penyesuaian
alergi berat (antigen- sistem pernapasan dan
antibodi) fisologis terhadap proses
4. Manajemen jalan napas pelepasan dari ventilasi
buatan: Memelihara slang mekanis secara bertahap
endiotrakeal dan slang 4. Status
trakeostomi serta mencegah pernapasan:Kepatenan
komplikasi yang jalan napas: Jalan napas
berhubungan dengan trakeobronkial bersih dan
penggunaannya terbuka untuk pertukaran
5. Manajemen asma: gas
Mengidentifikasi, 5. Status respirasi: Ventilasi:
mengobati dan mencegah Pergerakan udara ke
reaksi inflamasi/konstriksi dalam dan keluar paru
jalan napas 6. Status tanda vital: Tingkat
6. Ventilasi suhu, nadi, pernapasan dan
mekanis:Menggunakan alat tekanan darah dalam
buaatn untuk membantu rentang normal.
klien bernapas
7. Penyapihan ventilator
mekanis: Membentu klien
untuk bernapas tanpa
bantuan ventilator mekanis
30
8. Pemantauan pernapasan:
Mengumpulkan dan
menganalisis data klien
untuk memastikan
kepatenan jalan napas dan
pertukaran gas yang
adekuat
9. Bantuan ventilasi:
Meningkatkan pola
pernapasan spontan yang
optimal sehingga
memaksimalkan pertukaran
oksigen dan karbondioksida
di seluruh paru-paru
10. Pemantauan tanda-
tanda vital: Mengumpulkan
dan menganalisis data
kardiovaskular, pernapasan
dan suhu tubuh klien untk
menentukan dan mencegah
komplikasi.
1. Manajemen asam-basa: 1. Respon alergi:sistemik:
Meningkatkan Keparahan respon
keseimbangan asam-basa hipersensitivitas imun
dan mencegah komplikasi sistemik terhadap
Gangguan akibat ketidakseimbangan antigen lingkungan
pertukaran gas. asam-basa tertentu
2. Manajemen asam-basa: 2. Keseimbangan
Asidosis Respiratori: elektrolit dan asam-
Meningkatkan basa: Keseimbangan
keseimbangan asam-basa elektrolit dan
31
dan mencegah komplikasi nonelektrolit dalam
akibat PCO2 serum yang kompartemen intrasel
lebih tinggi dari yang dan ekstrasel tubuh
diharapkan 3. Respon ventilasi
3. Manajemen asam-basa: mekanis: prang dewasa:
Alkalosis Respiratori: Pertukaran alveolar dan
Meningkatkan perfusi jaringan yang
keseimbangan asam-basa disokong oleh ventilasi
dan mencegah komplikasi mekanis
akibat pCO2 serum yang 4. Status pernapasan
lebih rendah dari yang Pertukaran gas:
diharapkan Pertukaran oksigen dan
4. Manajemen jalan napas: karbondioksida di
Memfasilitasi kepatenan alveoli untuk
jalan napas mempertahankan
5. Manajemen anafilaksis: konsentrasi gas arteri
Meningkatkan keadekuatan 5. Status pernapasan:
ventilasi dan perfusi Ventilasi: Perpindahan
ajringan untuk individu udara masuk dan keluar
yang mengalami reaksi paru
alergi berat 6. Perfusi jaringan: Paru:
6. Manajemen asma: Keadekuatan aliran
Mengidentifikasi, darah melewati
mengatasi, dan mencegah vaskular paru yang utuh
reaksi terhadap untuk perfusi unit
inflamasi/konstriksi jalan alveolar-kapiler
napas 7. Tanda-tanda vital:
7. Manajemen elektrolit: kondisi suhu, nadi,
Meningkatkan pernapasan dan tekanan
keseimbangan elektrolit darah dalam batas
dan mencegah komplikasi normal.
32
akibat kadar elektrolit
serum yang tidak normal
atau diluar harapan
8. Perawatan emboli: Paru:
Membatasi komplikasi
pada klien yang mengalami
atau beresiko terhadap
oklusi sirkulasi paru
9. Pengaturan hemodinamik:
Mengoptimalkan frekuensi
jantung, preload, afterload,
dan kontraktilitas jantung
10. Interpretasi data
laboratorium:
Menganalisis secara kritis
data laboratorium klien
untuk membantu
mengambil keputusan
klinis
11. Ventilasi mekanis:
Penggunaan alat buatan
untuk membantu klien
bernapas
12. Terapi oksigen:
Memberikan oksigen dan
memantau efektivitasnya
13. Bantuan ventilasi:
Meningkatkan pola napas
spontan yang optimal
dalam memaksimalkan
pertukaran oksigen dan
33
kerbondioksida paru-paru
14. Pemantauan tanda vital:
Mengumpulkan dan
menganalisis data
kardiovaskular,
pernapasan, suhu tubuh
untuk mencegah
komplikasi.
34
keseimbangan cairan dan 4. Integritas Jaringan :
mencegah kolplikasi Kulit dan Membran
akibat kadar cairan Mukosa : Keutuhan
abnormal / tidak structural dan fungsi
diinginkan. fisiologis normal
6. Menejemen kulit dan membrane
Hipervolemia: mukosa.
Mengurangi volume 5. Perfusi Jaringan :
cairan intraseluler Perifer :
dan/atau ektraseluler dan keadekuatan aliran
mencegah komplikasi darah melalui
pada pasien yang pembuluh darah
mengalami kelebihan kecil ektrimatas
cairan. untuk
7. Pemantauwan Neurologis: mempertahankan
Mengumpulkan dan fungsi jaringan.
menganalisis data pasien
untuk mencegah atau
meminimalkan
komplikasi neurologis.
8. Menejemen Sensasi
Perifer: Mencegah atau
meminimalkan cedera
atau ketidak nyamanan
pada pasien yang
mengalami perubahan
sensasi.
Surveilans Kulit:
Mengumpulkan dan
menganalisis pasien untuk
mempertahankan integritas
35
kulit dan membrane
mukosa.
36
e) Mengajarkan klien dan keluarga tentang makna perubahan
sputum, seperti warna, karakter, jumlah dan bau
f) Menginstruksikan kepada klien dan keluarga tentang cara
pengisapan jalan napas, jika perlu.
3) Aktivitas kolaboratif:
a) Merundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu
b) Mengkonsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk
perkusi atau peralatan pendukung
c) Memberikan udara atau oksigen yang telah
dihumidifikasi(dilembapkan) sesuai dengan kebijakan institusi
d) Melakukan atau membantu dalam terapi aerosol, nebulizer
ultrasonik dan perawatan paru-paru lainnya sesuai dengan
kebijakan dan protokol institusi
e) Memberitahu dokter tentang hasil nilai gas darah yang
abnormal.
4) Aktivitas lain:
a) Menganjurkan aktivitas fisik untuk pengeluaran sekret
b) Menganjurkan penggunaan spirometer insentif
c) Jika klien tidak mampu ambulasi, perawat harus memindahkan
klien dari satu sisi tempat tidur ke sisi tempat tidur yang lain
setiap 2 jam sekali
d) Menginformasikan kepada klien sebelum memulai prosedur,
untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kontrol diri
e) Memberikan klien dukungan emosi
f) Mengatur posisi klien yang memungkinkan untuk
pengembangan maksimal rongga dada
g) Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk megencerkan sekret
h) Menyingkirkan atau menangani faktor penyebab: nyeri,
keletihan dan sekret yang kental.
37
b. Diagnosa 2: Ketidakefektifan pola napas
Tindakan Keperawatan:
1) Pengkajian:
a) Memantau adanya pucat dan sianosis
b) Memantau efek obat pada status pernapasan
c) Menentukan lokasi dan luasnya krepitasi di sangkar iga
d) Mengkaji kebutuhan insersi jalan napas
e) Mengobservasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral
pada klien yang terpasang ventilator
2) Memantau pernapasan:
a) Memantau irama, kedalaman, kecepatan dan upaya pernapasan
b) Memperhatikan gerakan dada, mengamati kesimetrisan,
penggunaan otot bantu, serta retrasi otot supraklavikular dan
interkosta
c) Memantau pernapasan yang berbunyi seperti mendengkur
d) Memantau pola pernapasan
e) Auskultasi suara napas
f) Memantau kegelisahan ansietas dan lapar udara.
38
f) Mengistruksikan kepada klien dan keluarga bahwa mereka
harus memberitahu perawat saat terjadi kertidakefektifan pola
napas.
4) Tindakan kolaborasi:
Mengkonsultasikan dengan ahli pernapasan untuk memastikan
keadekuatan fungsi ventilator mekanis
a) Melaporkan perubahan sensori, bunyi napas, pola pernapasan,
nilai GDA, sputum, dan sebagainya sesuai dengan protokol
b) Memberikan obat sesuai dengan program
c) Memberikan terapi nebulizer ultrasonik dan udara atau oksigen
yang lembap sesuai program
d) Memberikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pola
pernapasan.
5) Tindakan lain:
a) Menghubungkan dan mendokumentasikan semua data
pengkajian
b) Membantu klien untuk menggunakan spirometer insentif jika
perlu
c) Menenangkan klien selama periode gawat napas
d) Menganjurkan napas dalam
e) Melakukan pengisapan sekret
f) Menginformasikan kepada klien sebelum memulai tindakan
g) Mengatur posisi klien
h) Mempertahankan oksigen aliran rendah dengan kanula nasal,
masker atau sungkup
i) Menginkronisasikan antara pola pernapasan dan kecepetan
napas.
39
1) Pengkajian:
a) Mengkaji suara paru-paru, iarama, kedalaman, usaha napas,
serta produksi sputum
b) Memnatau saturasi oksigen dengan oksimeter nadi
c) Memantau hasil gas darah
d) Memantau kadar elektrolit
e) Meningkatkan frekuensi pemantauan pada saat klien samnolen
f) Mengobservasi sianosis
3) Mengatur hemodinamik
a) Mengauskultasi bunyi jantung
b) Memantau dan mendokumentasikan frekuensi, irama, dan
denyut jantung
c) Memantau adanya odema perifer
d) Memantau fungsi alat pacu jantung, jika sesuai.
4) Penyuluhan untuk klien/keluarga
a) Menjelaskan penggunaan alat bantu napas yang diperlukan
(Oksigen, penghisap dll)
b) Mengajarkan klien teknik bernapas dan relaksasi
c) Menjelaskan kepada klien dan keluarga alasan pemberian
oksigen
d) Menginformasikan bahwa dilarang merokok di ruangan
40
b) Mengajarkan pada klien penggunaan inhaler.
6) Aktivitas kolaboratif
a) Mengkonsultasikan kepada dokter tentang pentingnya
pemeriksaan gas darah arteri
b) Melaporkan perubuahan pola data pengkajian terkait
c) Memberikan obat yang diresepkan oleh dokter
d) Mempersiapkan klien untuk ventilasi mekanis, jika perlu
e) Manajemen jalan napas
f) Memberikan udara yang dilembapkan atau oksigen, jika perlu
g) Memberikan bronkodilator, jika perlu
h) Memberikan terapi aerosol, jika perlu
i) Memberikan terapi nebulasi ultrasonik, jika perlu
j) Mengatur hemodinamik: memberikan obat antiaritmia.
7) Aktivitas lain
a) Menjelaskan kepada klien sebelum melakukan tindakan
prosedur
b) Memberikan penanganan pada saat periode atau kecemasan
c) Melakukan hygiene oral secara teratur
d) Mengatur posisi klien untuk memaksimalkan potensial ventilasi
e) Memantau komplikasi
f) Memastikan ketepatan slang ET.
41
- Lakukan pengkajian komprehensif terhadap sirkulasi
perifer (misalnya, kaji, nadi perifer, edema, pengisian ulang
kapiler, warna, dan suhu[ ekstremitas])
- Pantau tingkat ketidaknyamanan atau nyeri saat melakukan
latihan fisik, pada malam hari, atau saat istirahat([arterial])
- Pantau status cairan, termasuk asupan dan haluaran
c) Manajemen Sensasi Perifer (NIC)
- Pantau pembedaan ketajaman atau ketumpulan atau panas
atau dingin [ pada perifer ]
- Pantau parestesia : kebas, kesemutan, hiperesteria dan
hipoesteria
- Pantau tromboflebitis dan thrombosis vena profunda
- Pantau kesesuaian alat penyangga ( rungkup ), prosthesis
sepatu dan pakaian
42
3) Aktifitas Kolaborasi
a) Beri obat nyeri, beri tahu dokter jika nyeri tidak kunjung reda.
b) Perawatan Sirkulasi (Insufisiensi Arteri dan Vena) (NIC) :
- Berikan obat antitrombosit atau antiguagulan, jika
diperlukan.
4) Aktifitas Lain
a) Hindari trauma kimia, mekanis, atau panas yang melibatkan
ekstremitas
b) Kurangi rokok dan penggunaan stimulant
c) Perawatan Sirkulasi : Insufisiensi Arteri (NIC)
- Tetapkan ekstremitas pada posisi menggantung, jika
diperlukan.
d) Perawatan Sirkulasi: Insufisiensi Vena (NIC)
- Melakukan modalitas terapi kompresi (short-stretch atau
long-stretch bandage), jika perlu.
- Elevasi ekstremitas yang terkena 20 derajat atau lebih diatas
jantung, jika perlu.
- Dorong latihan rentan pergerakkan sendi pasif dan sktif,
terutama pada ekstremitas bawah, saat tirah baring
e) Penatalaksanakan Sensasi Perifer (NIC) :
- Hindari atau dengan seksama pantau menggunakan alat
yang panas atau dingin seperti bantal panas, botol berisi air
panas, dan kantong es
- Letakkan ayunan diatas bagian tubuh yang terkena agar
tidak menyentuh linen tempat tidur.
- Diskusikan dan identifikasi penyebab sensasi tidak normal
atau perubahan sensasi.
43
5. EVALUASI ( NANDA NIC NOC )
Evaluasi terhadap masalah tersebut dinilai dengan adanya kemampuan
dalam :
1. Menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif, yang dibuktikan oleh:
pencegahan aspirasi, status pernapasan, kepatenan jalan napas dan
ventilasi tidak terganggu.
2. Menunjukkan pola pernapasan yang efektif, yang dibuktikan oleh:
staus pernapasan, status ventilasi yang tidak terganggu, kepatenan jalan
napas, dan tidak ada penyimpangan tanda vital dari nilai normal.
3. Gangguan pertukaran gas akan berkurang yang dibuktikan oleh: tidak
terganggunya respon alergi: sistemik, keseimbangan elektrolit dan
asam-basa, respon ventilasi mekanis: orang dewasa, status pernapasan:
pertukaran gas, ventilasi, perfusi jaringan dan tanda vital dalam nilai
normal.
44