LATAR BELAKANG
Gambar 1.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015
(Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015)
Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus terdiri dari 6 Desa Binaan yaitu :
1. Desa Lemo
2. Desa Pangkalan
3. Desa Tanjung Burung
4. Desa Tanjung Pasir
5. Desa Tegal Angus
6. Desa Muara
1
1.1.2 Batas wilayah
Batas batas wilayah Desa Pangkalan seperti yang terlihat pada gambar
adalah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tegal Angus
2. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Lemo dan Kampung Besar
3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kalibaru
4. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kampung Melayu Barat
2
1.1.3.3 Tingkat pendidikan
10
Besar
Penyakit
6,000
4,000
2,000
0
10
Besar
Penyakit
POSITIF NEGATIF
NAMA DESA
L P L P
PANGKALAN 2 2 1 2
TANJUNG BURUNG 4 2
TEGAL ANGUS 1 1
TANJUNG PASIR 1
MUARA
LEMO
4
4
3.5
3
2.5
2
1.5
POSITIF
L
1
POSITIF
P
0.5
NEGATIF
L
0
NEGATIF
P
Dari Tabel 1.3 dan Diagram Coloumn 1.1 di atas didapatkan penderita
TB pada desa Pangkalan termasuk salah satu yang terbanyak di Desa Tegal
Angus.
5
(Sumber. RPJM desa pangkalan, 2015)
e. Pelayanan Neonatal.
Pelayanan kesehatan neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali
umur 0-7 hari dan satu kali pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan
pelayanan neonatus, petugas kesehatan selain melakukan pemeriksaan
kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.
6
dilakukan antara lain penyuluhan di posyandu dan pembentukan kelas
ibu balita.
1. Keluarga berencana (KB)
a. Peserta KB Baru. Puskesmas Tegal Angus melakukan edukasi
melalui penyuluhan terus menerus.
b. Peserta KB Aktif.
2. Imunisasi
a. Desa Universal Child Immunization (UCI)
Desa binaan di wilayah Puskesmas Tegal Angus ada 6 desa.
Upaya yang dilakukan sweeping imunisasi.
b. Drop Out imunisasi Campak-Polio.
Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi lengkap pada balita,
sweeping imunisasi campak dan meningkatkan cakupan
imunisasi di posyandu.
3. Gizi
a. Penanganan balita Bawah Garis Merah (BGM) dan gizi buruk
Penanganan balita gizi buruk dengan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) pemulihan di klinik gizi dan Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk perawatan di rumah
dan kegiatan kunjungan rumah untuk pemantauan pemberian
PMT serta rujukan untuk balita gizi buruk.
c. Pengkajian PBHS
Dalam rangka meningkatkan Rumah Tangga Ber-PHBS di Kabupaten
Tanggerang Dinas Kabupaten Tanggerang melalui Bidang PPK dan
7
puskesmas melaksanakan pendataan dan penilaIan rumah tangga sehat
yaitu rumah tangga yang melaksanakan 10 (sepuluh) indikator PHBS bagi
rumah tangga yang memiliki bayi atau balita dan rumah tangga yang
melaksanakan 7 (tujuh) indikator PHBS bagi rumah tangga yang tidak
memiliki bayi atau balita. Sasaran dari kegiatan ini adalah 778.228 rumah
tangga di 274 desa di Kabupaten Tanggerang. Dan berdasarkan hasil
pengkajIan, dari 62.371 rumah tangga yang dipantau hanya 29.070
(46,61%) rumah tangga yang dapat dikatakan sebagai rumah tangga sehat.
Adapun hasil pengkajian selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.6. Perilaku Hidup Bersih Sehat di Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
INDIKATOR
% % % Tdk
Jumla % % % By/ % % %
% Cuci % Air Bersih Makan merokok
Nama Desa h KK Persalinan ASI blt Jamban Aktf Jmlh
tangan bersih -kan sayur dlm
YDT O/ tks eks dtmbg Sehat fisik (sehat)
jentik buah rumah
Pangkalan 210 577.6 42.4 67.1 70 95.7 66.5 51.4 57 33.3 33.5 16.2
Tj. Burung 210 64.6 58.6 65.7 43.3 96.6 46.7 79 61.9 72.8 72.8 16.7
Tegal Angus 214 35.6 24.3 58.9 87.4 90.2 57 94 39.7 72.4 57 17
Tj. Pasir 210 71.4 49.5 79.5 38.6 91.4 68.8 92.7 72.3 65.6 65.2 17
Muara 210 71.5 43.6 70.6 45.9 99 43 92 73.4 33 71.2 56.5
Lemo 216 63.6 24.8 64 91.6 83.6 44.8 80.8 84 62 45 18
Jumlah 1260 65.2 37.7 67.5 63.6 92.8 54 86 55.3 61.5 54 15.5
8
d. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan merupakan aspek yang penting di bidang
kesehatan, upaya peningkatan kualitas lingkungan merupakan langkah
yang tepat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan keluarga
yang lebih baik. Berikut ini merupakan upaya-upaya peningkatan kualitas
lingkungan bagi kesehatan yang dilakukan di Puskesmas Tegal Angus :
a. Penyehatan Perumahan
Rumah merupakan tempat berkumpul atau beristirahat bagi semua
anggota keluarga dan untuk menghabiskan sebagian besar waktunya,
sehingga kondisi kesehatan perumahan dapat berperan sebagai media
penularan penyakit di antara anggota keluarga atau tetangga
sekitarnya. Rumah sehat adalah rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan, hasil pemantauan selama tahun 2012 menunjukkan dari
12.421 rumah yang diperiksa sebanyak 11,2% yang memenuhi syarat
kesehatan.
b. Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar
Pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar di wilayah Puskesmas
Tegal Angus sangat kurang sekali.
9
Gambar 1.3 Denah Keluarga Binaan
Laelatul
10
Keluarga Tn. Abdul Rohman tinggal di Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga RT 003 RW 005. Keluarga ini terdiri dari ayah,
ibu, satu orang anak. Tn. Abdul sebagai kepala keluarga, berusia 26
tahun dan bekerja sebagai karyawan pada pabrik karpet dengan latar
belakang pendidikan tamat SLTP, sedangkan Ny. Mawar sebagai istri
sekaligus ibu rumah tangga dan bekerja sebagai penjual makanan
ringan berusia 22 tahun dengan latar belakang pendidikan tamat SLTP.
Tn. Abdul dan Ny.Mawar memiliki satu orang anak bernama An. Nur
Aqilah Lailatul F.
Tn. Abdul bekerja sebagai karyawan pabrik dengan penghasilan
tetap. Dengan pendapatan Rp 1.200.000 per bulan. Pendapatan Tn.
Abdul digunakan sebagai tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, seperti makanan, minuman, pengobatan dan lain-lain.
Istrinya, Ny. Mawar bekerja sebagai ibu rumah tangga dan penjual
makanan ringan. Pasangan ini menikah saat Tn. Abdul berumur
23 tahun dan Ny. Mawar berusia 19 tahun. Saat hamil, Ny. Mawar
memeriksakan kehamilannya di dokter dan bidan dan saat melahirkan
anaknya dibantu oleh bidan di rumah.
11
Gambar 1.4 Denah rumah keluarga Tn. Abdul
C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Abdul terletak dipemukiman yang padat penduduk.
Dibagian depan rumah terdapat jalan setapak dan terdapat kandang
ayam serta bebek serta pembuangan sampah yang sudah dibakar.
Dibagian samping kiri rumah terdapat jamban umum yang dipakai
keluarga untuk buang air.
D. Pola Makan
Keluarga Tn. Abdul memiliki pola makan yang teratur.
Biasanya menu yang biasa dimakan adalah nasi, tahu tempe, sayur-
sayuran, telur, mie instan dan kadang daging ayam dan sapi, untuk
masak dilakukan satu kali sehari. Mencuci peralatan memasak di dapur
menggunakan air sumur. Air minum dan memasak bahan makanan
menggunakan air galon.
12
kelahirannya ditolong oleh bidan. Imunisasi dasar lengkap
dan mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan dan sampai sekarang
masih mendapatkan ASI.
F. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya
berobat ke puskesmas dan bidan.
G. Riwayat Penyakit
Penyakit yang sering diderita anggota keluarga Tn. Abdul dan
Ny. Mawar adalah batuk dan pilek. Keluarga Tn. Abdul juga pernah
beberapa kali mengalami diare. Anak Tn. Abdul mengaku susah
menaikan berat badan. Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita
penyakit lainnya.
14
5. MCK Tempat cuci piring dan cuci pakaian di kamar mandi
6. Sumber air Air untuk kebutuhan minum, memasak membeli air galon.
Untuk mandi dan mencuci piring berasal dari air sumur.
7. Saluran Limbah rumah tangga baik cair maupun padat dibuang
pembuangan ketanah di belakang rumah yang kemudian dibakar dan
limbah bercampur dengan sampah disekitarnya.
8. Tempat Tn. Abdul dan keluarga sering membuang dan
pembuangan mengumpulkan sampah di samping rumah dan jika di rasa
sampah sudah cukup banyak, sampah dibakar.
15
sebagai pegawai pabrik tetap dengan latarbelakang pendidikan tamat
SD, sedangkan Ny. Mariyah sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga
berkerja sebagai pedagang warung sembako. Tn. Asmar dan Ny.
Mariyah memiliki dua orang anak bernama Ny. Mawar yang telah
berkeluarga dan sudah tidak tinggal serumah serta Nn. Fitria yang
masih menjadi pelajar SMP.
Tn. Asmar bekerja pegawai pabrik tetap dengan penghasilan tetap
dalam sebulan kira-kira sebesar Rp 1.700.000,00. Pendapatan Tn.
Asmar digunakan sebagai tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, seperti makanan, minuman, pengobatan dan lain-lain.
Istrinya, Ny. Mariyah bekerja sebagai ibu rumah tangga dan berjualan
warung sembako. Pasangan ini menikah saat Tn. Abdul berumur
20 tahun dan Ny. Mariyah berusia16 tahun. Saat hamil, Ny. Mariyah
melahirkan anak pertama di dukun paraji dan tidak memeriksakan
kandunganya pada kehamilan pertama, pada kehamilan kedua Ny.
Mariyah memeriksakan kehamilannya di bidan dan saat melahirkan
anaknya dibantu oleh bidan.
16
Disebelah kamar mandi terdapat dapur berukuran 4 x 1 meter dengan
ventilasi.
Keluarga Tn. Asmar menggunakan air sumur bor sebagai sumber
air untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci, sedangkan
untuk memasak dan minum menggunakan air galon. Keluarga Tn.
Asmar mengaku selalu mencuci tangan setelah melakukan aktivitas dan
sebelum makan, namun tidak selalu menggunakan sabun.
C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Asmar terletak dipemukiman yang padat penduduk.
Dibagian depan rumah terdapat jalan setapak, kanan dan kiri rumah
diapit rumah lain dengan satu atap,dibelakang rumah terdapat kebun.
17
D.Pola Makan
Keluarga Tn. Asmar memiliki pola makan yang teratur. Biasanya
menu yang biasa dimakan adalah nasi, tahu tempe, daging ayam atau
ikan dan mie instan, menu buah dan sayur jarang dikonsumsi keluarga
Tn. Asmar, masak dilakukan satu kali sehari. Mencuci peralatan
memasak di dapur menggunakan air sumur .Air minum dan memasak
bahan makanan menggunakan air mineral galon.
F. KebiasaanBerobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya
membeli obat warung, bila dua sampai tiga hari keluhan tidak hilang
keluarga ini membawa anggota keluarganya ke puskesmas.
G. Riwayat Penyakit
Penyakit yang sering diderita anggota keluarga Tn. Asmar adalah
batuk dan pilek.Tn. Asmar mempunyai riwayat pengobatan paru selama
6 bulan.Ny. Mariyah memiliki penyakit asma tetapi jarang sekali
kambuh. Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit
lainnya.
19
Tabel 1.12 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Asmar
No Kriteria Permasalahan
1. Luas bangunan Luas tanah sekitar 65 m
2. Ruangan dalam Rumah terdiri dari teras berukuran 6 x 2 meter dengan
rumah warung berukuran 3 x 2 meter, dengan satu ruang tamu
berukuran 3 x 3 meter, berlantai ubin, tanpa meja dan kursi
dengan dua jendela disebelah pintu serta ventilasi
diatasnya pintu disebelahnya terdapat kamar tidur utama
berukuran 3 x 3 meter dengan satu tempat tidur beralaskan
ubin dan dengan langit-langit anyaman bambu, dengan
penerangan bohlam, tanpa jendela dan pintu. Didepanya
terdapat ruang keluarga berukuran 3 x 3 meter beralaskan
ubin tanpa jendela dengan penerangan lampu bohlam
disertai televisi. Dan dibelakangnya terdapat kamar tidur
kedua dengan kasur matras beralaskan ubin tanpa jendela
dan dengan penerangan lampu bohlam kamar. Kamar
mandi berukuran tanpa pintu dengan sumber air berasal
dari sumur tanpa jamban. Disebelah kamar mandi terdapat
dapur berukuran 4 x 1 meter dengan ventilasi.
3. Ventilasi Ventilasi hanya berada di ruang tamu dan dapur
4. Pencahayaan Terdapat 7 buah lampu bohlam berwarna putih di dalam
rumah, masing-masing terdapat di teras depan, warung,
ruang tamu, kedua kamar tidur, ruang keluarga dan dapur.
5. MCK Tempat cuci piring di dapur dan cuci pakaian di dekat
sumur kamar mandi
6. Sumber air Membeli air bersih yang berasal dari gallon isi ulang,
sebanyak 2 galon setiap 1 minggu dan digunakan untuk air
minum serta memasak. Air untuk kebutuhan mandi dan
mencuci piring berasal dari air sumur.
7. Saluran Limbah rumah tangga baik cair maupun padat dibuang
20
pembuangan limbah ketanah di depan rumah yang kemudian dibakar dan
bercampur dengan sampah disekitarnya.
8. Tempat Tn. Asmar dan keluarga sering membuang dan
pembuangan mengumpulkan sampah di samping rumah dan jika di rasa
sampah sudah cukup banyak, sampah dibakar.
9. Lingkungan Di lingkungan sekitar rumah keluarga Tn. Asmarcukup
bersih dikarenakan setiap membuang sampah langsung di
bakar.
21
pendidikan tamat Sekolah Menengah Pertama dan hanya sebagai Ibu
Rumah Tangga tanpa penghasilan
22
Gambar 1.6 Denah rumah keluarga Tn. Umar
C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Umar terletak di pemukiman yang padat penduduk.
Di bagian depan, samping kiri dan kanan serta belakang terdapat rumah
tetangga.
D. Pola Makan
Ny. Meryati memasak makanan sendiri untuk keluarganya
setiap pagi dengan menu seperti ikan, tempe, sayur-sayuran dan
sesekali ayam atau daging. Sehari-hari mereka makan besar sebanyak 1-
2 kali.Mereka juga mengatakan bahwa mereka mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan dengan sabun dan air mengalir.
23
E. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Ny. Meryati mengaku belum mempunyai anak walaupun sudah
menikah sekitar 8 tahun. Namun, keponakan mereka yang bernama
Akbari berusia 20 tahun dan Sofiandi berusia 12 tahun sejak kecil tidur
dan diasuh oleh Ny. Meryati. Ny. Meryati mengasuh kedua
keponakannya sudah seperti anaknya sendiri.
F. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Umar belum pernah
mengalami sakit yang serius. Gangguan kesehatan yang sering dialami
anggota keluarganya antara lain demam, batuk dan pilek. Ny. Meryati
mengatakan mereka biasanya meminum obat warung terlebih dahulu,
jika tidak membaik baru dibawa berobat ke Puskesmas.
G. Riwayat Penyakit
Ny. Meryati mengatakan keluarga tidak pernah mengalami
penyakit yang serius. Hanya batuk, demam dan pilek saja.
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas tanah 45 m
2. Ruangan dalam rumah Ruang Tamu berukuran 3 m x 3 m. Dua kamar tidur
rata-rata berukuran 3 m x 3 m. Dapur Tn. Umar
berukuran 2 m x 1,5 m. Terdapat 1 kamar mandi
berukuran 3 m x 1,5 m.
25
No Kriteria Permasalahan
setiap kamar tidur.
b. Terdapat 1 lampu pada ruang tamu, 1 lampu di
dapur, 1 lampu di kamar mandi, 1 lampu di teras
depan rumah.
6. MCK Keluarga Tn. Umar memiliki tempat MCK yang
cukup baik.
7. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Umar menggunakan air
sumur bor yang digunakan untuk mandi dan mencuci
baju. Sedangkan untuk minum dari air galon.
8. Saluran pembuangan Pembuangan ditampung dan dibawa ke sungai
limbah
9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Umar membakar sampah samping
sampah sungai dan membuang abunya disungai
10. Lingkungan sekitar Di bagian depan, samping kiri dan kanan dan
rumah belakang rumah Tn. Umar terdapat rumah tetangga.
26
3. Sri Anak I Perempuan 8 - Pelajar -
Nurfadilah th
27
dinding rumah terbuat dari batako, kemudian atap rumah tersebut
terbuat dari genteng.
Keluarga Tn. Marudin sering menggunakan air sumur sebagai
sumber air untuk keperluan mandi dan mencuci, namun tidak untuk
memasak dan minum karena air sumur cukup keruh sehingga untuk
keperluan memasak dan minum keluarga Tn. Marudin menggunakan air
aqua galon.Keluarga Tn. Marudin mengaku selalu mencuci tangan
setelah melakukan aktivitas dan sebelum makan, namun tidak selalu
menggunakan sabun.
C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Marudin terletak di pemukiman yang padat
penduduk. Di bagian depan, bagian belakang, samping kiri, samping
kanan terdapat rumah tetangga. Terdapat selokan untuk mengalirkan
limbah cair.
28
D. Pola Makan
Ny. Hariya memasak makanan sendiri untuk keluarganya
setelah pulang dari bekerja dengan menu seperti tahu, tempe, sayur-
sayuran dan sesekali ikan, ayam. Jika pulang bekerja terlalu malam Ny
Hariya hanya memasak mie instan. Untuk keperluan makan kedua
anaknya, Ny Hariya menumpang dengan kakak iparnya. Mereka juga
mengatakan bahwa mereka mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, namun terkadang mencuci tangan hanya menggunakan air tanpa
sabun.
F. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Marudin belum pernah
mengalami sakit yang serius. Gangguan kesehatan yang sering dialami
anggota keluarganya antara lain batuk dan pilek. Menurut penuturan
Ny. Hariyah, mereka biasanya meminum obat warung terlebih dahulu,
jika tidak membaik baru dibawa berobat ke klinik, keluarga Ny.
29
Hariyah jarang memeriksakan ke puskemas karena jarak dari rumah ke
puskesmas jauh dan tidak ada kendaraan umum yang melintas ke arah
puskesmas.
G. Riwayat Penyakit
Tn. Marudin dan ketiga anaknya sering mengalami batuk dan
pilek. Keluarga Tn. Marudin tidak pernah mengalami sakit yang serius
yang membutuhkan pengobatan di Rumah Sakit.
30
No Faktor Internal Permasalahan
b. Ibu bekerja sebagai buruh pabrik, bekerja dari jam 7
pagi hingga jam 6 sore
c. Anak pertama masih bersekolah di sekolah dasar
d. Anak kedua dititipkan ke kakak ipar
7 Alat kontrasepsi Di keluarga Tn. Marudin, istrinya Ny. Hariya,
menggunakan kontrasepsi hormon yang di suntik setiap
bulan di bidan.
33
Gambar 1.8 Denah rumah keluarga Tn. M.Arsan
C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. M.Arsan terletak di pemukiman yang padat
penduduk. Di bagian depan terdapat rumah tantenya yang berjarak 1 m,
bagian belakang terdapat rumah tetangga dan samping kiri terdapat
rumah kakaknya, samping kanan terdapat tembok belakang rumah
tetangga. Tidak ada selokan untuk mengalirkan limbah cair.
D. Pola Makan
Ny. Nurhayati memasak makanan sendiri untuk keluarganya
setiap sarapan dan makan malam setelah pulang bekerja dengan menu
seperti tahu, tempe, sayur-sayuran dan sesekali ikan, ayam atau daging
dan terkadang mie. Sehari-hari mereka makan besar sebanyak 3 kali.
Siang hari Ny. Nurhayati mengatakan makan siang di pabrik. Mereka
juga mengatakan bahwa mereka mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, namun terkadang mencuci tangan hanya menggunakan air dari
ember dan tanpa sabun.
34
E. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Tn. M.Arsan dan Ny. Nurhayati telah menikah selama 5 tahun
dan belum mempunyai keturunan.
F. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. M.Arsan belum pernah
mengalami sakit yang serius. Gangguan kesehatan yang sering dialami
anggota keluarganya antara lain demam, batuk dan pilek. Ny. Nurhayati
mengatakan jarang memeriksakan ke puskemas karena jarak dari rumah
ke puskesmas jauh dan tidak ada kendaraan umum yang melintas ke
arah puskesmas sehingga hanya meminum obat warung.
G. Riwayat Penyakit
Tn. M.Arsan dan istrinya sering mengalami batuk. Keluarga
Tn. M.Arsan tidak pernah mengalami sakit yang serius yang
membutuhkan pengobatan di Rumah Sakit.
36
No Kriteria Permasalahan
4. Ventilasi Terdapat ventilasi udara pada setiap ruangan.
39
tersebut dibandingkan dengan laporan kader desa setempat yang menyatakan
bahwa jumlah perokok masih sangat banyak. Setelah mengamati, mewawancarai,
dan melakukan observasi masing-masing keluarga binaan di Desa Pangkalan,
Desa Tanjung Pasir terdapat berbagai area permasalahan, yaitu:
1. Kebiasaan merokok didalam rumah
2. Kebiasaan berolahraga yang tidak rutin
3. Penyakit ISPA pada keluarga binaan
4. Penyakit Tuberkulosis pada keluarga binaan ( Tn. Asmar )
5. Kebiasaan cuci tangan yang tidak benar
6. Tidak tersedianya jamban umum
7. Kebiasaan menumpuk barang bekas
8. Ketidaktersedianya tempat sampah dan pengelolaannya sampah
9. Pencahayaan dan sirkulasi udara di dalam rumah yang kurang baik
10. Kesadaran untuk berobat sangat kurang
11. Anak di keluarga binaan berat badan tidak bertambah secara signifikan sesuai
usianya ( Anak Tn. Abdul )
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, diputuskan untuk
mengangkat permasalahan PERILAKU MEROKOK DIDALAM RUMAH
PADA KELUARGA BINAAN RT 003 RW 005 KAMPUNG KEBUN
JAMBLANG, DESA PANGKALAN KECAMATAN TELUK NAGA
KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN PADA OKTOBER 2016.
Dalam pengambilan sebuah masalah digunakan Metode Delphi.
Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat
oleh suatu kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang
akan diputuskan. Proses penetapan Metode Delphi dimulai dengan identifikasi
masalah yang akan dicari penyelesaiannya.
Pemilihan area masalah ini didasarkan atas pertimbangan yaitu :
1. Dari data sekunder yang didapat dari Puskesmas Tegal Angus tahun 2014,
mengenai PHBS, merokok merupakan indikator yang masih sangat tinggi di
desa pangkalan. Tercatat hanya 33,5% masyarakat yang tidak merokok di
dalam rumah, sebanyak 66,5% merokok di dalam rumah. Kemudian dari data
sekunder yang didapat dari Puskesmas Tegal Angus tahun 2015, Indeks
40
pencapaian angka kejadian Tuberkulosis masih 65,85%, dimana merokok
merupakan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya TB. Dari data
sekunder yang didapat dari puskesmas tegal angus tahun 2015, mengenai 10
besar penyakit di Puskesmas Tegal Angus didapatkan jumlah kasus ISPA
merupakan kasus terbanyak. Penyakit ini merupakan penyakit yang dapat
ditimbulkan akibat perilaku merokok terutama didalam rumah
2. Selama melakukan kunjungan beberapa kali ke keluarga binaan, kami
menemukan bahwa ke-5 keluarga binaan memiliki masalah kebiasaan merokok
didalam rumah. Dari hasil pre-survey pada perwakilan 5 keluarga binaan
didapatkan persentasi masing-masing keempat domain pembentuk perilaku
merokok yaitu, sebanyak 93% memiliki knowledge yang baik, sebanyak 92%
memiliki attitude yang positif dan sebanyak 40% memiliki practice yang
buruk, sehingga kami menyimpulkan bahwa terdapat masalah pada perilaku
merokok didalam keluarga binaan kami.
Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
Berdasarkan ayat diatas, segala sesuatu yag buruk diharamkan oleh Allah
41
Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
Janganlah kalian membunuh jiwa-jiwa kalian. (An-Nisa: 29).
Ayat ini dikaitkan dengan rokok karena rokok dapat membunuh secara
perlahan-lahan.
Tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.(Al-Baqarah:
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
42
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
43
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
44
mengerti/ memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi
sebelumnya dari hubungan ini yang menemukan secara relative korespondensi
yang rendah diantara sikap-sikap dan perilaku, serta beberapa teori yang
bertujuan menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku
(Fishbein, 1993; Abelson, 1972; Wicker, 1969).
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab
yang menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan
keyakinan norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah
laku, melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan
hubungan sebab musabab diantara komponen yang ditentukan dengan jelas
(Ajzen dan Fishbein, 1980).Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik
skala.Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a) Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan
kondisi fisik.
b) Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atau
sarana.
c) Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya
strategi dan metode dalam pembelajaran.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa
sikap mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
46
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
47
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam
diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1. Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
48
1. Faktor-faktor perdisposisi (predisposing factors):
Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan
kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,
sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi dan lain sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
Untuk perilaku kesehatan misalnya: pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil
diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa
hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. disamping itu kadang-
kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat
mendorong atau menghambat ibu tersebut untuk periksa kehamilan. Misalnya
orang hamil tidak boleh di suntik (periksa hamil termasuk suntik anti tetanus),
karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat.Faktor-faktor ini terutama yang
positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor
pemudah.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors):
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, temapat pembuangan
sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan
sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas,
rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan
praktek swasta, dan sebagainya. Untuk berprilaku sehat, masyarakat
memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya: perilaku
pemeriksaaan kehamilan. ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya
karena dia tahu dan sadar manfaat perikksa hamil saja, melainkan ibu tersebut
dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil,
misalnya : puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah sakit. fasilitas
ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku
kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor
pemungkin.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors):
Faktor-faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh
agama (toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan termasuk juga disini
49
undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat
kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan
dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari
para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih pada petugas
kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat
perilaku masyarakat tersebut seperti perilaku periksa hamil, serta kemudahan
memperoleh fasilitas periksa hamil, juga diperlukan peraturan atau
perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil periksa hamil.
50
digalangkan oleh pemerintah, seperti vaksinasi influenza. Mengasumsikan
bahwa tiap orang beresiko untuk terkena penyakit. Maka terdoronglah untuk
mengambil langkah-langkah sehat dalam rangka untuk mengurangi resiko sakit
(perceived thread) dan berharap serangkaian tindakan yang akan dilakukan
menguntungkan dalam mengurangi resiko sakit atau keparahan penyakit selama
keuntungan yang diperoleh melebihi hambatan yang di temui ketika melakukan
perilaku sehat. HBM di formulasikan untuk memprediksi kemungkinan individu
akan melibatkan diri dalam perilaku sehat atau tidak. HBM telah banyak di
aplikasikan pada penelitian-penelitian tentang berbagai macam perilaku
kesehatan (Rosenstock, 1966 dalam Purijayanti, 2012).
Menurut Nejad et. al. (2005) dalam Pratama (2010), HBM digunakan untuk
memprediksikan tindakan seseorang, memilih tindakan kesehatan untuk
mengurangi atau mencegah penyakit atau kematian dini. Berdasarkan HBM ada
dua tipe kepercayaan yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan
pencegahan:
1. Kepercayaan yang berhubungan dengan kesiapan untuk melakukan tindakan
2. Kepercayaan yang berhubungan dengan modifikasi faktor-faktor yang
mendukung atau mempengaruhi tindakan.
Dalam HBM seseorang akan melakukan tindakan untuk mecegah penyakit
tergantung pada persepsi individu bahwa:
a. Secara pribadi merasa rentan terhadap kondisi yang dirasakan,
b. Konsekuensi dari kondisi tersebut dapat menjadi serius,
c. Tindakan yang efektif untuk mencegah kondisi tersebut,
d. Manfaat yang diambil untuk mengatasi ancaman dilihat dari biaya yang
diambil (Redding et. al, 2000)
53
Kesimpulan dari perilaku merokok dengan merujuk pada definitas di atas adalah
aktivitas membakar tembakau dan menghisap atau menghirup asap rokok
dengan pipa atau langsung dari rokoknya (mainstream smoke), dan kemudian
menghembuskan kembali asap tersebut ke udara (sidestream smoke).
2. Tar
Tar adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada dalam asap rokok,
tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat menumbuhkan kanker.
Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang berhubungan
dengan resiko timbulnya kanker. Sumber tar adalah tembakau, cengkeh,
pembalut rokok dan bahan organik lain yang terbakar (Pemerintah RI, 2003
dalam Sukendro, 2007)
3. Tahap IV : Relapse
Individu yang berhasil berhenti merokok tidak menjadi jaminan bahwa ia
tidak akan kembali menjadi perokok. Marlatt dan Gordon (dalam Ogden,
2000) membedakan antara lapse dan relapse. Lapse adalah kembali merokok
dalam jumlah kecil dan relapse adalah kembali merokok dalam jumlah besar.
55
Ada beberapa situasi yang mempengaruhi yaitu high-risk situation coping
behavior dan positive-negative outcome expectancies.
Saat dihadapkan dengan high risk situation maka individu akan melakukan
strategi coping behavior berupa perilaku atau kognitif. Bentuk perilaku
misalnya menjauhi situasi atau melakukan perilaku pengganti sedangkan
bentuk kognitif adalah mengingat alasan untuk berhenti merokok.Positive
outcome expectancies (misalnya merokok mengurangi kecemasan) dan
negative outcome expectancies (merokok membuatnya sakit) dipengaruhi
pengalaman individu. No lapse berhasil dilakukan jika individu memiliki
strategi coping dan negative outcome expectancies seta self efficacy yang
rendah maka individu akanmengalami lapse.
- Faktor Biologis
Banyak penelitian menunjukan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah
satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok.
Pendapat ini didukung Aditama (1992) yang mengatakan nikotin dalam darah
perokok cukup tinggi.
- Faktor Psikologis
Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa
kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat
memberikan kesan modern dan beribawa, sehingga bagi individu yang sering
bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit dihindari.
- Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan perhatian
individu pada perokok. Seseorang berperilaku merokok dengan
memperhatikan lingkungan sosialnya.
58
- Faktor Demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia
dewasa semakin banyak (Smet, 1994) akan tetapi pengaruh jenis kelamin
zaman sekarang sudah merokok.
- Faktor Sosial Kultural
Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, dan gengsi pekerjaan
akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu (Smet, 1994).
- Faktor Sosial Politik
Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik yang
bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha
melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi
perilaku merokok.Merokok menjadi masalah yang bertambah besar bagi
Negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Smet, 1994).
2. Dampak negatif
Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang berpengaruh
bagi kesehatan. Merokok bukanlah suatu penyakit, namun dapat memicu
berbagai jenis penyakit. Sehingga boleh dikatakan merokok tidaklah
menyebabkan kematian, tetapi penyakit yang ditimbulkan dari perilaku
merokok yang bisa menyebabkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang
bisa ditimbulkan oleh rokok antara lain penyakit tekanan darah,
memperpendek umur, penurunan vertilitas dan nafsu sexual, sakit maag,
59
gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran air seni,
penglihatan kabur, kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi udara
dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokan).
Menurut Hahn & Payne, 2003, dampak positif merokok yaitu menimbulkan
perasaan bahagia karena kandungan nikotin pada tembakau menstimulasi
adrenocorticotropichormone yang terdapat pada area spesifik di otak. Rose
(Marks, Murray, et al, 2004) menyatakan bahwa nikotin yang dikonsumsi
dalam jumlah kecil memiliki efek psikologis, antara lain: menenangkan,
mengurangi berat badan, mengurangi perasaan mudah tersinggung,
meningkatkan kesiagaan dan memperbaiki fungsi kognitif. Hahn & Payne
(2003) mengatakan bahwa perokok aktif biasanya lebih mudah sakit,
menjalani proses pemulihan kesehatan yang lebih lama dan usia hidup yang
lebih singkat. Merokok tidak menyebabkan kematian tapi mendorong
munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian, antara lain :
penyakit kardiovaskular, kanker, saluran pernapasan, gangguan kehamilan,
penurunan kesuburan, gangguan pencernaan,, peningkatan tekanan darah,
peningkatan prevalensi gondok dan gangguan penglihatan (Sitepoe, 2000).
60
2.4.7 Aspek-Aspek Perilaku Merokok
Menurut Kumalasari (dalam Triyono,2004) ada empat predictor dalam
mengukur perilaku merokok seseorang, yaitu :
a) Aktivitas merokok adalah seberapa sering individu melakukan aktivitas
yang berhubungan dengan perilaku merokoknya (menghisap asap rokok,
merasakan dan menikmatinya).
b) Tempat merokok adalah dimana individu melakukan aktivitas merokoknya
(rumah, sekolah, jalan, dan lain-lain).
c) Waktu merokok adalah kapan (pada momen-momen apa saja) individu
melakukan aktivitas merokoknya.
d) Fungsi merokok, yaitu seberapa penting aktivitas merokok bagi diri si
perokok dalam kehidupannya sehari-hari dan makna merokok itu sendiri
bagi individu yang bersangkutan.
61
2.6 Kerangka Konsep
Kerangka Konsep Perilaku Merokok Didalam Rumah Pada Keluarga Binaan
Di RT 003 / RW 005 Kampung Kebun Jamblang, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
PERILAKU MEROKOK
DIDALAM RUMAH PADA
MASYARAKAT DESA
PANGKALAN
62
Tabel 2.1 Definisi Operasional
63
mengetahui
akibatnya
(Skor = 0)
64
walaupun ada yang serta tetap
terganggu merokok
walaupun
sekitar
responden
terganggu
(Skor = 1)
Tidak
setuju,
apabila tidak
memberikan
dampak
buruk bagi
kesehatan
serta tidak
merokok
karena
sekitar
responden
terganggu
4. Keyakinan Penilaian yang Kuesioner Wawancara Skor tiap Nominal
Responden diyakini oleh pilihan :
terhadap responden bahwa Ya, apabila
merokok di merokok di dalam memberikan
dalam rumah rumah dapat ketenangan
memberikan dan
ketenangan keyakinan
walaupun banyak mengenai
yang mengatakan merokok itu
rokok itu haram, haram dan
dan tidak adanya tidak adanya
tokoh agama di tokoh agama
65
sekitar lingkungan di
responden. lingkungan
responden
(Skor = 1)
Tidak,
apabila tidak
memberikan
ketenangan
dan
keyakinan
mengenai
merokok itu
tidak haram,
dan adanya
tokoh agama
di
lingkungan
responden
(Skor = 0)
67
BAB III
METODE
68
tersusun. Disamping itu interview menjadi terlalu formal, sehingga hubungannya
dengan responden kurang fleksibel.
71
BAB IV
HASIL
Usia
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan di RT 003/RW 005,
Kampung Kebun Jamblang, Desa Pangkalan, Oktober 2016
72
PENDIDIKAN
40% SD
SMP/SLTP
60%
PEKERJAAN
PEKERJAAN
20%
Buruh
Nelayan
60%
20% Karyawan
Swasta
Dari diagram 4.2 terlihat jenis pekerjaan terbanyak dari keluarga binaan
adalah Buruh Pabrik (Sebanyak 60%).
73
4.1.2. Variabel
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel
variabel dalam kuesioner yang dijawab 5 responden pada bulan Oktober 2016.
Total 5 100%
Total 5 100%
Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan responden terbesar memiliki sikap yang baik
terhadap perilaku merokok di dalam rumah dan sikap mengenai dampak merokok
di dalam rumah bagi kesehatan (Sebesar 60%).
Total 5 100%
75
Tabel 4.7. Distribusi frekuensi responden tentang sarana dan prasarana yang
mendukung perilaku merokok di dalam rumah pada keluarga binaan di RT
003/RW 005, Kampung Kebun Jamblang, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal
Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Oktober
2016.
5 100%
Berdasarkan Tabel 4.7 didapatkan bahwa menurut seluruh responden sarana dan
prasarana mendukung perilaku merokok di dalam rumah (Sebesar 100%).
Total 5 100%
76
Jumlah
No Variabel Hasil Ukur Persentase
(orang)
1 Perilaku Merokok Merokok di dalam 5 100%
rumah 0 0%
Merokok di luar rumah
2 Pengetahuan Baik 3 60%
Responden Buruk 2 40%
77
78
Tabel 4.10 Tabel Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi Pada
Keluarga Binaan di RT 003/RW 005, Kampung Kebun Jamblang, Desa
Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tanggerang, Provinsi Banten, Oktober 2016.
Akar
Alternatif
No. Penyebab Rencana Intervensi
Pemecahan Masalah
Masalah
Tingkat Meningkatkan
Memberikan penyuluhan
pendidikan pengetahuan
1. tentang pentingnya
yang rendah responden tentang
pendidikan
pentingnya pendidikan
Kurangnya
kesadaran diri Memberikan Memberikan penyuluhan
Kurangnya Memberikan
79
Akar
Alternatif
No. Penyebab Rencana Intervensi
Pemecahan Masalah
Masalah
Kurangnya
Kesadaran diri Mengatur keuangan
dalam untuk membeli hal Memberikan saran kepada
mengatur yang lebih dibutuhkan responden untuk membeli hal
5. penggunaan seperti bahan pokok yang lebih dibutuhkan dan
keuangan ataupun mengatur mulai menabung untuk masa
untuk hal-hal keuangan untuk depan
yang lebih menabung
dibutuhkan
Kurangnya
Kesadaran diri
dalam Meningkatkan Memberi penyuluhan
dibutuhkan
80
4.3. Intervensi Pemecahan Masalah yang Terpilih
Intervensi terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Memberikan penyuluhan tentang merokok di luar rumah dan dampak
merokok di dalam rumah bagi kesehatan
Memberikan poster dan pemutaran video tentang dampak merokok bagi
kesehatan
Terpilihnya intervensi tersebut dikarenakan penyuluhan merupakan salah
satu cara yang cukup efektif dan efisien untuk mengubah persepsi masyarakat
tentang pentingnya merokok di luar rumah dan dampak merokok di dalam rumah
bagi kesehatan. Pemutaran video dampak merokok di dalam rumah bagi kesehatan
yang akan ditontonoleh seluruh keluarga binaan berfungsi sebaga alat bantu untuk
memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi. Selain itu juga
terpilihnya intervensi tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan dari peneliti
untuk melakukan intervensi.
Penyuluhan diselenggarakan pada hari Kamis tanggal 20 Oktober 2016
mengenai Pentingnya merokok di luar rumah dan dampak merokok di dalam
rumah bagi Kesehatan, menggunakan komunikasi secara massgroup dengan
jumlah peserta sebanyak +10 orang dari 5 keluarga binaan di Kampung Kebun
Jamblang RT 003/RW 005, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten.
Kami mempresentasikan materi penyuluhan dalam bentuk poster dan video
tentang pentingnya merokok di luar rumah dan dampak merokok di dalam rumah
bagi Kesehatan. Setelah pemberian materi oleh presentan berakhir, kami
membuka sesi tanya jawab. Peserta penyuluhan terlihat antusias dan
memperhatikan selama kegiatan penyuluhan berlangsung.
81
3. Menghubungi pemilik tempat (Tn. Abdul) dan meminta izin
memakai tempat tersebut untuk kegiatan penyuluhan
4. Menghubungi seluruh kepala keluarga binaan untuk mengajak
seluruh anggota keluarga untuk berkumpul di tempat penyuluhan
pada waktu yang sudah ditentukan
Pelaksanaan
1. Penyuluhan dilaksanakan pada pukul 19:00 WIB
2. Peserta penyuluhan dipersilakan untuk berkumpul pada waktu dan
jam yang telah ditentukan
3. Teknik pelaksanaan acara dilaksanakan secara bersama dengan
anggota keluarga binaan sebagai peserta penyuluhan
4. Acara penyuluhan dilaksanakan menggunakan media informasi
dalam bentuk poster dan video
5. Acara berakhir pada pukul 20.00 WIB
82
BAB V
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
1. Area Masalah
Perilaku Merokok Di Dalam Rumah pada Keluarga Binaan Di RT 003/ RW
005 Kampung Kebun Jamblang, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Periode 26 September 2016 29
Oktober 2016
2. Hasil
a. Perilaku merokok di dalam rumah
Perilaku merokok di dalam rumah didapatkan pada sebagian besar
responden (100%)
b. Pengetahuan Responden
Didapatkan sebagian dari seluruh responden memiliki pengetahuan yang
buruk mengenai dampak merokok di dalam rumah (60%)
c. Sikap Responden
didapatkan responden terbesar memiliki sikap yang buruk terhadap perilaku
merokok di luar rumah dan sikap mengenai dampak merokok di dalam
rumah bagi kesehatan (Sebesar 60%).
d. Keyakinan Responden
Didapatkan bahwa responden terbanyak memiliki keyakinan yang buruk
tentang perilaku merokok di dalam rumah (Sebesar 40%).
e. Lingkungan Responden
Didapatkan bahwa faktor lingkungan responden mempengaruhi perilaku
merokok di dalam rumah (Sebesar 100%).
f. Sarana dan Prasarana
Didapatkan bahwa menurut seluruh responden sarana dan prasarana
mendukung perilaku merokok di dalam rumah (Sebesar 100%).
g. Petugas Kesehatan
Didapatkan bahwa tidak adanya penyuluhan mengenai merokok di luar
rumah oleh petugas kesehatan menurut seluruh responden (Sebesar 100%).
83
3. Hasil Fishbone
1. Kurangnya pengetahuan responden disebabkan oleh tingkat pendidikan
yang rendah.
2. Sikap responden yang buruk terhadap perilaku merokok di dalam rumah
disebabkan oleh kurangnya kesadaran diri responden untuk menghindari
bahaya merokok.
3. Keyakinan responden yang salah bahwa merokok di dalam rumah dapat
menimbulkan ketenangan disebabkan oleh presepsi yang salah mengenai
keyakinan merokok
4. Keyakinan responden yang salah mengenai hukum merokok menurut
agama disebabkan oleh Kurangnya pemahaman hukum merokok dalam
agama karena Tidak adanya tokoh agama setempat
5. Lingkungan yang mempengaruhi responden untuk merokok di dalam
rumah disebabkan oleh adanya orang lain disekitar responden yang juga
merokok didalam rumah.
6. Sarana dan prasarana yang mendukung perilaku merokok di dalam rumah
karena Responden Selalu merasa memiliki cukup uang untuk rutin
membeli rokok akibat kurangnya Kesadaran diri dalam mengatur
penggunaan keuangan untuk hal-hal yang lebih dibutuhkan
7. Petugas kesehatan sulit ditemukan sehingga Kurangnya peranan dari
petugas kesehatan dan berakibat tidak ada penyuluhan mengenai merokok
di luar rumah dan dampak merokok di dalam rumah bagi kesehatan
5.2 Saran
Intervensi Pemecahan Masalah
1. Memberikan penyuluhan tentang merokok di luar rumah dan dampak
merokok di dalam rumah bagi kesehatan.
2. Memutarkan video tentang dampak merokok di dalam rumah bagi kesehatan.
3. Memberikan saran kepada pemilik warung disekitar tempat tinggal keluarga
binaan untuk mengurangi jumlah rokok yang dijual dan diganti dengan
Sembilan bahan pokok yang lebih bermanfaat dan memiliki daya jual tinggi.
4. Memberikan saran kepada petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan
mengenai merokok diluar rumah dan dampak merokok di dalam rumah.
84
Bagi Masyarakat Kampung Kebun Jamblang
a. Hendaknya mengajak masyarakat sekitar bersamasama untuk saling
mengingatkan satu sama lain mengenai perilaku merokok di dalam rumah
yang memberikan dampak buruk baik bagi kesehatan.
b. Diharapkan kepada keluarga binaan untuk menerapkan hasil dari penyuluhan
yang telah didapat dan mengajarkannya kepada seluruh anggota keluarga.
c. Hendaknya pemilik warung di Kampung Kebun Jamblang mengurangi
jumlah rokok yang dijual dan digantikan dengan sembilan bahan pokok yang
lebih bermanfaat bagi warga Kampung Kebun Jamblang
85
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1992. Undang Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
1992. Jakarta
Husaini, A. 2006. Tobat Merokok (Rahasia dan Cara Empatik Berhenti Merokok).
Jakarta: Pustaka Iman
86
LAMPIRAN I
KUISIONER PRESURVEY KELOMPOK 2
TENTANG PHBS RUMAH TANGGA MEROKOK DI DALAM RUMAH
PADA 5 KELUARGA BINAAN DI RT 003/005 KAMPUNG KEBUN
JAMBLANG, DESA PANGKALAN, KECAMATAN TELUK NAGA,
KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN.
Identitas responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Status dalam keluarga :
5. Alamat :
6. Pendidikan terakhir :
7. Pekerjaan :
Pengetahuan
87
a) Ya
b) Tidak
8. Apakah Anda setuju bahwa bahaya merokok tidak hanya kepada yang
merokok saja ?
a) Ya
b) Tidak
9. Apakah Anda setuju bahwa merokok dapat menyebabkan penyakit ?
a) Ya
b) Tidak
10. Apakah Anda setuju bahwa merokok harus ditempat yang terbuka ?
a) Ya
b) Tidak
11. Apakah Anda setuju penyakit yang mematikan dapat disebabkan oleh
rokok ?
a) Ya
b) Tidak
Perilaku
88
KUISIONER SURVEY KELOMPOK 2
TENTANG PHBS RUMAH TANGGA PERILAKU MEROKOK DI
DALAM RUMAH PADA 5 KELUARGA BINAAN DI RT 003/005
KAMPUNG KEBUN JAMBLANG, DESA PANGKALAN, KECAMATAN
TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN.
I. Identitas Responden
a) Nama :
b) Umur :
c) Jenis kelamin :
d) Status dalam keluarga :
e) Alamat :
f) Pendidikan terakhir :
g) Pekerjaan :
II. Pertanyaan
Perilaku
1. Apakah Anda merokok di dalam rumah?
a. Ya
b. Tidak
Pengetahuan
4. Sebutkan akibat merokok di dalam rumah?
Minimal 4
Sikap
6. Merokok di dalam rumah dapat memberikan dampak yang buruk bagi
kesehatan seluruh anggota keluarga.
a. Setuju
b. Tidak setuju
7. Saya akan tetap merokok walaupun ada orang yang terganggu dengan
asap rokok saya
89
a. Setuju
b. Tidak setuju
Keyakinan
8. Apakah merokok di dalam rumah dapat memberikan ketenangan bagi
anda?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah dilingkungan anda ada tokoh Agama yang menjelaskan hukum
tentang merokok?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah anda tidak akan berhenti merokok walaupun ada yang
mengatakan rokok itu haram?
a. Ya
b. Tidak
Lingkungan
11. Apakah keluarga Anda tidak marah ketika anda merokok ?
a. Ya
b. Tidak
12. Apakah ditetangga Anda ada orang yang juga merokok di dalam rumah?
a. Ya
b. Tidak
Petugas kesehatan
16. Apakah petugas kesehatan memberi tahu dampak dari merokok?
a. Ya
b. Tidak
17. Apakah petugas kesehatan sulit ditemukan ketika anda batuk?
a. Ya
b. Tidak
90
LAMPIRAN II
91
IV.ASPEK KEYAKINAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI
DALAM RUMAH
Nilai tertinggi = 3
Hasil : 1 poin = Mempengaruhi, 0 poin = Tidak mempengaruhi
Ya (Skor = 1)
Tidak (Skor = 0)
V. ASPEK LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI
DALAM RUMAH
Nilai tertinggi = 3
Hasil : 1 poin = Mempengaruhi, 0 poin = Tidak mempengaruhi
Ya (Skor = 1)
Tidak (Skor = 0)
92
LAMPIRAN III
POSTER
93
LAMPIRAN IV
LEAFLET
94
LAMPIRAN V
KEGIATAN INTERVENSI
95
96
97
98
99