Anda di halaman 1dari 99

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1. Gambaran Umum Desa Secara Geografis


1.1.1 Situasi dan Keadaan Umum
Desa Pangkalan terletak di wilayah Kecamatan Teluknaga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten. Desa Pangkalan merupakan salah satu desa
binaan dari Puskesmas Tegal Angus. Puskesmas Tegal Angus mempunyai luas
wilayah 4.763.198 ha (47,631 km2). Terdiri dari luas daratan 2.170.120 ha dan
sawah 2.593.078 ha dengan ketinggian dari permukaan laut 2 - 3 meter dengan
curah hujan rata-rata 24 mm/tahun. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Tangerang
sekitar 47 km.

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015
(Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015)

Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus terdiri dari 6 Desa Binaan yaitu :
1. Desa Lemo
2. Desa Pangkalan
3. Desa Tanjung Burung
4. Desa Tanjung Pasir
5. Desa Tegal Angus
6. Desa Muara

1


1.1.2 Batas wilayah
Batas batas wilayah Desa Pangkalan seperti yang terlihat pada gambar
adalah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tegal Angus
2. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Lemo dan Kampung Besar
3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kalibaru
4. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kampung Melayu Barat

Gambar 1.2. Peta Wilayah Desa Pangkalan


(Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015)

1.1.3 Gambaran umum desa secara demografi


1.1.3.1 Jumlah penduduk
Jumlah penduduk Desa Pangkalan sampai akhir tahun 2010 terhitung
sebanyak 16.247 jiwa yang terdiri dari 8.361 jiwa penduduk laki-laki dan 7.886
jiwa penduduk perempuan (RPJM Desa Pangkalan, 2015).

1.1.3.2 Keadaan sosial ekonomi


Lapangan pekerjaan penduduk di Desa Pangkalan cukup beragam. Mata
pencaharian penduduk didominasi oleh petani, buruh, dan pedagang. Namun
masih banyak penduduk yang tidak memiliki pekerjaan (RPJM Desa
Pangkalan, 2015).

2


1.1.3.3 Tingkat pendidikan

Tabel 1.1. Sarana Desa Pangkalan


Sarana Pendidikan Jumlah
TK (sederajat) 2 Unit
SD (sederajat) 6 Unit
SMP (sederajat) 2 Unit
SMA (sederajat) 1 Unit
Perguruan Tinggi 1 Unit
Lembaga Keterampilan (kursus) 1 Unit

(Sumber: RPJM Desa Pangkalan, 2015)

Tingkat pendidikan di Desa Pangkalan masih tergolong rendah. Dari


16.247 jiwa penduduk Desa Pangkalan, hanya sedikit yang menyelesaikan
jenjang pendidikan sarjana (RPJM Desa Pangkalan, 2015).

Tabel 1.2. Tingkat Pendidikan di Desa Pangkalan


Tidak Tamat SD SD SMP SMA Sarjana
672 1.820 879 231 15

(Sumber. RPJM Desa Pangkalan, 2015)

1.1.3.4 Angka Kesakitan Sepuluh Besar Penyakit


Berdasarkan hasil laporan bulanan Penyakit (LB1) Puskesmas Tegal
Angus didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal
Angus pada tahun 2014 menurut golongan semua umur seperti grafik berikut
ini :

10 Besar Penyakit
6,000
4,000
2,000
0 10 Besar Penyakit

Grafik 1.1.Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015


3


(Sumber: RPJM Desa Pangkalan, 2015)

Dari grafik 1.1 di atas didapatkan ISPA termasuk 10 besar penyakit


terbanyak di Puskesmas Tegal Angus.

1.3 Tabel Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru

NO TB Paru Target Pencapaian


Sub Variabel
(SV)
1 Angka Penemuan TB (CDR) 41 orang 27 orang 65.85%
2 Angka Kesembuhan ( cure Rate ) 7 orang 7 orang 100%
3 Angka Kelengkapan Pengobatan 7 orang 7 orang 114.28%
(Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus, 2015)

Tabel 1.4. Penderita TB Triwulan IV Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015

POSITIF NEGATIF
NAMA DESA
L P L P
PANGKALAN 2 2 1 2
TANJUNG BURUNG 4 2
TEGAL ANGUS 1 1
TANJUNG PASIR 1
MUARA
LEMO

4


4
3.5
3
2.5
2
1.5
POSITIF L
1
POSITIF P
0.5
NEGATIF L
0
NEGATIF P

Diagram Coloumn 1.1. Daftar Penderita TB Triwulan IV Puskesmas Tegal


Angus Tahun 2015 (Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun
2015)

Dari Tabel 1.3 dan Diagram Coloumn 1.1 di atas didapatkan penderita
TB pada desa Pangkalan termasuk salah satu yang terbanyak di Desa Tegal
Angus.

1.1.3.5 Kesehatan dasar


Berikut adalah sarana kesehatan yang ada di Desa Pangkalan (RPJM
Desa Pangkalan, 2015):

Tabel 1.5. Sarana Kesehatan Di Desa Pangkalan


Sarana Kesehatan Jumlah
Apotek 1 Unit
Balai Pengobatan 2 Unit
Klinik Khitan 1 Unit
Poliklinik 3 Unit
Praktik Bidan 3 Unit
Praktik Dokter 2 Unit

5


(Sumber. RPJM desa pangkalan, 2015)

a. Pelayanan Kesehatan Dasar


1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir untuk menurunkan angka
kematian ibu dengan instansi terkait, dalam hal ini Puskesmas untuk
pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain:

a. Kunjungan Ibu Hamil K1


Kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai
standar yang pertama kali pada masa kehamilan.

b. Kunjungan Ibu Hamil K4


Kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai
standar paling sedikit empat kali selama masa kehamilan, minimal
satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada trimester kedua dan
dua kali pada triwulan ketiga kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe.

c. Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan


Ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.

d. Penanganan Ibu Hamil (Bumil) dan Neonatal Risiko Tinggi (Risti)


Deteksi dini kelompok bumil dan neonatal risti. Jika ditemukan lebih
awal dapat dilakukan intervensi untuk menangani risiko tersebut.

e. Pelayanan Neonatal.
Pelayanan kesehatan neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali
umur 0-7 hari dan satu kali pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan
pelayanan neonatus, petugas kesehatan selain melakukan pemeriksaan
kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.

2. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pemeriksaan kesehatan


anak sekolah. Puskesmas Tegal Angus melakukan deteksi tumbuh
kembang balita dan pemeriksaan kesehatan siswa SD/MI. Upaya yang

6


dilakukan antara lain penyuluhan di posyandu dan pembentukan kelas
ibu balita.
1. Keluarga berencana (KB)
a. Peserta KB Baru. Puskesmas Tegal Angus melakukan edukasi
melalui penyuluhan terus menerus.
b. Peserta KB Aktif.
2. Imunisasi
a. Desa Universal Child Immunization (UCI)
Desa binaan di wilayah Puskesmas Tegal Angus ada 6 desa.
Upaya yang dilakukan sweeping imunisasi.
b. Drop Out imunisasi Campak-Polio.
Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi lengkap pada balita,
sweeping imunisasi campak dan meningkatkan cakupan
imunisasi di posyandu.

3. Gizi
a. Penanganan balita Bawah Garis Merah (BGM) dan gizi buruk
Penanganan balita gizi buruk dengan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) pemulihan di klinik gizi dan Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk perawatan di rumah
dan kegiatan kunjungan rumah untuk pemantauan pemberian
PMT serta rujukan untuk balita gizi buruk.

b. Pelayanan Kesehatan Pengembangan


Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Pelayanan kesehatan salah satunya ditujukan terhadap kelompok usia
lanjut, di mana pada kelompok ini biasanya banyak mengalami gangguan
kesehatan degeneratif dan fungsi tubuh lainnya. Dalam upaya
meningkatkan status kesehatan usia lanjut telah dilaksanakan program
pelayanan kesehatan usia lanjut.

c. Pengkajian PBHS
Dalam rangka meningkatkan Rumah Tangga Ber-PHBS di Kabupaten
Tanggerang Dinas Kabupaten Tanggerang melalui Bidang PPK dan
7


puskesmas melaksanakan pendataan dan penilaIan rumah tangga sehat
yaitu rumah tangga yang melaksanakan 10 (sepuluh) indikator PHBS bagi
rumah tangga yang memiliki bayi atau balita dan rumah tangga yang
melaksanakan 7 (tujuh) indikator PHBS bagi rumah tangga yang tidak
memiliki bayi atau balita. Sasaran dari kegiatan ini adalah 778.228 rumah
tangga di 274 desa di Kabupaten Tanggerang. Dan berdasarkan hasil
pengkajIan, dari 62.371 rumah tangga yang dipantau hanya 29.070
(46,61%) rumah tangga yang dapat dikatakan sebagai rumah tangga sehat.
Adapun hasil pengkajian selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.6. Perilaku Hidup Bersih Sehat di Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
INDIKATOR
% % % Tdk
Jumla % % % By/ % % %
% Cuci % Air Bersih Makan merokok
Nama Desa h KK Persalinan ASI blt Jamban Aktf Jmlh
tangan bersih -kan sayur dlm
YDT O/ tks eks dtmbg Sehat fisik (sehat)
jentik buah rumah
Pangkalan 210 577.6 42.4 67.1 70 95.7 66.5 51.4 57 33.3 33.5 16.2
Tj. Burung 210 64.6 58.6 65.7 43.3 96.6 46.7 79 61.9 72.8 72.8 16.7
Tegal Angus 214 35.6 24.3 58.9 87.4 90.2 57 94 39.7 72.4 57 17
Tj. Pasir 210 71.4 49.5 79.5 38.6 91.4 68.8 92.7 72.3 65.6 65.2 17
Muara 210 71.5 43.6 70.6 45.9 99 43 92 73.4 33 71.2 56.5
Lemo 216 63.6 24.8 64 91.6 83.6 44.8 80.8 84 62 45 18
Jumlah 1260 65.2 37.7 67.5 63.6 92.8 54 86 55.3 61.5 54 15.5

(Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2014)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyarakat dapat menggambarkan


derajat kesehatan wilayah tersebut hal ini dapat disajikan dengan indikator
PHBS, adapun dari hasil kajian PHBS di wilayah Puskesmas Tegal angus
pada Tahun 2014 dapat digambarkan sebagai berikut :
1. PersalinanDitolongolehTenagaKesehatan (65,2%)
2. Rumah yang bebas jentik (86%)
3. Penimbangan Bayi dan Balita (67,5%)
4. Memberikan Asi Eksklusif (37,7%)
5. Menggunakan air Bersih (92,8%)
6. Menggunakan Jamban Sehat (54%)
7. Olah Raga atau melakukan aktifitas fisik setiap hari (61,5%)
8. Mengkonsumsi makanan seimbang (55,3%)
9. Tidak Merokok dalam rumah (54%)
10. Penduduk miskin yang dicakup JPKM (98,10%)

8


d. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan merupakan aspek yang penting di bidang
kesehatan, upaya peningkatan kualitas lingkungan merupakan langkah
yang tepat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan keluarga
yang lebih baik. Berikut ini merupakan upaya-upaya peningkatan kualitas
lingkungan bagi kesehatan yang dilakukan di Puskesmas Tegal Angus :
a. Penyehatan Perumahan
Rumah merupakan tempat berkumpul atau beristirahat bagi semua
anggota keluarga dan untuk menghabiskan sebagian besar waktunya,
sehingga kondisi kesehatan perumahan dapat berperan sebagai media
penularan penyakit di antara anggota keluarga atau tetangga
sekitarnya. Rumah sehat adalah rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan, hasil pemantauan selama tahun 2012 menunjukkan dari
12.421 rumah yang diperiksa sebanyak 11,2% yang memenuhi syarat
kesehatan.
b. Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar
Pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar di wilayah Puskesmas
Tegal Angus sangat kurang sekali.

1.2 Gambaran Keluarga Binaan


a. Lokasi Keluarga Binaan
Keluarga binaan bertempat di RT 003/RW 005, Kampung Kebun
Jamblang, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten. Diagnosis komunitas,
dilaksanakan dari tanggal 04 Oktober sampai dengan 15 Oktober 2016.
Adapun lokasi pemukiman keluarga binaan kami adalah sebagai berikut:

9


Gambar 1.3 Denah Keluarga Binaan

Tn. Marudin Tn. Umar Tn. Asmar Tn. Abdul


Rohman
J
a
Tn. M.Arsan Jalan setapak m
b
a
n

Gambar 1.3 Denah Keluarga Binaan

1.2.1 Keluarga Tn Abdul Rohman


A. Data Dasar Keluarga Tn. Abdul Rohman
Keluarga binaan Tn. Abdul Rohman terdiri dari 3 anggota
keluarga, yaitu keluarga Tn. Abdul Rohman sebagai kepala keluarga,
istrinya bernama Ny. Mawar Melati, beserta 1 anaknya yang bernama
An. Nur Aqilah Lalitul fadilah

Tabel 1.7 Data Dasar Keluarga Tn. Abdul Rohman

No Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan


Keluarga Kelamin Terakhir

1. Tn. Suami Laki-laki 26 th SLTP Karyawan Rp.1.200.000


Abdul (KK) Swasta /bulan
Rohman

2. Ny. Istri Perempuan 22 th SLTP Pedagang Rp.1.500.000


Mawar /bulan
Melati

3. Nur Anak Perempuan 2 th - - -


Aqillah

Laelatul

10


Keluarga Tn. Abdul Rohman tinggal di Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga RT 003 RW 005. Keluarga ini terdiri dari ayah,
ibu, satu orang anak. Tn. Abdul sebagai kepala keluarga, berusia 26
tahun dan bekerja sebagai karyawan pada pabrik karpet dengan latar
belakang pendidikan tamat SLTP, sedangkan Ny. Mawar sebagai istri
sekaligus ibu rumah tangga dan bekerja sebagai penjual makanan
ringan berusia 22 tahun dengan latar belakang pendidikan tamat SLTP.
Tn. Abdul dan Ny.Mawar memiliki satu orang anak bernama An. Nur
Aqilah Lailatul F.
Tn. Abdul bekerja sebagai karyawan pabrik dengan penghasilan
tetap. Dengan pendapatan Rp 1.200.000 per bulan. Pendapatan Tn.
Abdul digunakan sebagai tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, seperti makanan, minuman, pengobatan dan lain-lain.
Istrinya, Ny. Mawar bekerja sebagai ibu rumah tangga dan penjual
makanan ringan. Pasangan ini menikah saat Tn. Abdul berumur
23 tahun dan Ny. Mawar berusia 19 tahun. Saat hamil, Ny. Mawar
memeriksakan kehamilannya di dokter dan bidan dan saat melahirkan
anaknya dibantu oleh bidan di rumah.

B. Bangunan Tempat Tinggal


Bangunan tempat tinggal terdiri darisatu ruang tamu dengan
ukuran 4 m x 4 m, yang biasa digunakan untuk menerima tamu, satu
ruang keluarga dengan ukuran 4 m x 4 m menonton TV, terdapat dua
kamar tidur, kamar tidur pertama berukuran 2 m x 2 m, kamar kedua
berukuran 2 m x 2 m, terdapat satu dapur yang bersatu dengan kamar
mandi, dapur berukuran 2 m x 2 m kamar mandi berukuran 4 m x 2 m.
Keluarga Tn. Abdul menggunakan air sumur sebagai sumber air
untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci. Dan membeli
air galon untuk minum dan memasak. Keluarga Tn. Abdul mengaku
selalu mencuci tangan setelah melakukan aktivitas dan sebelum makan,
namun tidak selalu menggunakan sabun.

11


Gambar 1.4 Denah rumah keluarga Tn. Abdul

C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Abdul terletak dipemukiman yang padat penduduk.
Dibagian depan rumah terdapat jalan setapak dan terdapat kandang
ayam serta bebek serta pembuangan sampah yang sudah dibakar.
Dibagian samping kiri rumah terdapat jamban umum yang dipakai
keluarga untuk buang air.

D. Pola Makan
Keluarga Tn. Abdul memiliki pola makan yang teratur.
Biasanya menu yang biasa dimakan adalah nasi, tahu tempe, sayur-
sayuran, telur, mie instan dan kadang daging ayam dan sapi, untuk
masak dilakukan satu kali sehari. Mencuci peralatan memasak di dapur
menggunakan air sumur. Air minum dan memasak bahan makanan
menggunakan air galon.

E. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Tn. Abdul dan Ny. Mawar memiliki satu orang anak. Anaknya
bernama An. Nur Aqillah Laelatul yang berumur 2 tahun. Proses

12


kelahirannya ditolong oleh bidan. Imunisasi dasar lengkap
dan mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan dan sampai sekarang
masih mendapatkan ASI.

F. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya
berobat ke puskesmas dan bidan.

G. Riwayat Penyakit
Penyakit yang sering diderita anggota keluarga Tn. Abdul dan
Ny. Mawar adalah batuk dan pilek. Keluarga Tn. Abdul juga pernah
beberapa kali mengalami diare. Anak Tn. Abdul mengaku susah
menaikan berat badan. Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita
penyakit lainnya.

H. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari


Tn. Abdul dapat menghabiskan lebih dari satu bungkus rokok
dalam sehari namun rata-rata menghabiskan satu bungkus, ia juga
sering merokok di dalam rumah. Keluarga Tn. Abdul terbiasa
melakukan cuci tangan sebelum makan menggunakan sabun. Air yang
digunakan keluarga Tn. Abdul adalah air sumur dengan warna air
jernih. Air sumur ini digunakan untuk mandi, mencuci baju, dan
peralatan untuk makan.
Keluarga Tn. Abdul memiliki kebiasaan membakar sampah
rumah tangga di depan rumah, biasanya pada sore hari. Keluarga Tn.
Abdul juga buang air di jamban umum di samping kiri rumah.

Tabel 1.8 Faktor Internal Keluarga Tn. Abdul Rohman

No Faktor Internal Permasalahan


1 Kebiasaan Merokok Tn. Abdul merokok 1 bungkus/hari
2 Olah raga Tn. Abdul tidak pernah berolahraga karena sibuk akan
pekerjaannya yang hampir seharian di tempat kerja.
Keluarga lainnya juga jarang berolah raga.
3 Pola Makan Ny.Mawar Melati memasak makanan sendiri untuk
13


No Faktor Internal Permasalahan
keluarganya. Ia sering memasak makanan dengan menu
seperti tahu, tempe, telur, mie instan, sayur-sayuran dan
sesekali ikan, ayam atau daging. Sehari- harinya mereka
makan besar 2-3 kali dalam sehari.
4 Pola Pencarian Apabila sakit, mereka langsung ke puskesmas untuk
Pengobatan berobat.
5 Menabung Tn. Abdul dan Ny. Mawar rajin menabung untuk
kebutuhan yang akan datang.
6 Aktivitas sehari-hari a.Bapak bekerja sebagai karyawan pabrik karpet.
b. Ibu bekerja sebagai pedagang makanan ringan dan ibu
rumah tangga.
c. Anak belum bekerja dan masih berumur 2 tahun.
7 Alat kontrasepsi Ny.Mawar pernah menggunakan kontrasepsi.

Tabel 1.9 Identifikasi Faktor Eksternal Keluarga Tn.Abdul


No Kriteria Permasalahan
1. Luas bangunan Luas tanah sekitar 50 m
2. Ruangan dalam Bangunan tempat tinggal satu lantai dan terdiri, satu ruang
rumah keluarga yang bersatu dengan ruang tamu dengan ukuran 4 m
x 4 m, yang biasa digunakan untuk bekerja Ny. Mawar,
terdapat dua kamar tidur, kamar tidur pertama berukuran 2 m
x 2 m, kamar kedua berukuran 2 m x 2 m, ruang dapur yang
bersatu dengan kamar mandi, dapur berukuran 2 m x 2 m
dan kamar mandi berukuran 2 m x 2 m.
3. Ventilasi Ventilasi berada di setiap kamar, kamar mandi dan dapur
terdapat satu ventilasi, ruang tamu dan ruang tengah terdapat
satu ventilasi.
4. Pencahayaan Terdapat 7 buah lampu berwarna putih di dalam rumah,
masing-masing terdapat di ruang tamu, kamar tidur, ruang
tengah, dapur, dan kamar mandi.

14


5. MCK Tempat cuci piring dan cuci pakaian di kamar mandi
6. Sumber air Air untuk kebutuhan minum, memasak membeli air galon.
Untuk mandi dan mencuci piring berasal dari air sumur.
7. Saluran Limbah rumah tangga baik cair maupun padat dibuang
pembuangan ketanah di belakang rumah yang kemudian dibakar dan
limbah bercampur dengan sampah disekitarnya.
8. Tempat Tn. Abdul dan keluarga sering membuang dan
pembuangan mengumpulkan sampah di samping rumah dan jika di rasa
sampah sudah cukup banyak, sampah dibakar.

9. Lingkungan Di lingkungan sekitar rumah keluarga Tn. Abdul cukup


bersih dikarenakan setiap membuang sampah langsung di
bakar.

1.2.2 Keluarga Tn. Asmar


Keluarga binaan Tn. Asmar terdiri dari 4 anggota keluarga, yaitu
keluarga Tn. Asmar sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny.
Mariyah, beserta anaknya yang bernama Ny Mawar dan Fitria.

Tabel 1.10 Data Dasar Keluarga Tn. Asmar

No Nama Status Jeniskel Usia Pendidikan Pekerja- Penghasil


keluarga amin an an
1. Tn. Asmar Kepala Laki-laki 42 SD Pegawai Rp1.700.0
keluarga Pabrik 00,-/ bln

2. Ny. Istri Perem- 38 SD Ibu Rp800.000


Mariyah puan Rumah ,- / bln
Tangga
3. Ny. Anak Peremp- 22 SD Ibu -
Mawar an Rumah
Tangga
4. An. Fitria Anak Perem- 18 SMP Pelajar -
puan

Keluarga Tn. Asmar tinggal di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk


Naga RT 003 RW 005. Keluarga ini terdiri dari ayah, ibu, dua orang
anak. Tn. Asmar sebagai kepala keluarga, berusia 42 tahun dan bekerja

15


sebagai pegawai pabrik tetap dengan latarbelakang pendidikan tamat
SD, sedangkan Ny. Mariyah sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga
berkerja sebagai pedagang warung sembako. Tn. Asmar dan Ny.
Mariyah memiliki dua orang anak bernama Ny. Mawar yang telah
berkeluarga dan sudah tidak tinggal serumah serta Nn. Fitria yang
masih menjadi pelajar SMP.
Tn. Asmar bekerja pegawai pabrik tetap dengan penghasilan tetap
dalam sebulan kira-kira sebesar Rp 1.700.000,00. Pendapatan Tn.
Asmar digunakan sebagai tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, seperti makanan, minuman, pengobatan dan lain-lain.
Istrinya, Ny. Mariyah bekerja sebagai ibu rumah tangga dan berjualan
warung sembako. Pasangan ini menikah saat Tn. Abdul berumur
20 tahun dan Ny. Mariyah berusia16 tahun. Saat hamil, Ny. Mariyah
melahirkan anak pertama di dukun paraji dan tidak memeriksakan
kandunganya pada kehamilan pertama, pada kehamilan kedua Ny.
Mariyah memeriksakan kehamilannya di bidan dan saat melahirkan
anaknya dibantu oleh bidan.

B. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Asmar tinggal disebuah bangunan rumah dengan
tanah seluas 65 m. Rumah terdiri dari teras berukuran 6 x 2 meter
dengan warung berukuran 3 x 2 meter, dengan satu ruang tamu
berukuran 3x3 meter, berlantai ubin, tanpa meja dan kursi dengan dua
jendela disebelah pintu serta ventilasi diatasnya pintu disebelahnya
terdapat kamar tidur utama berukuran 3 x 3 meter dengan satu tempat
tidur beralaskan ubin dan dengan langit-langit anyaman bambu, dengan
penerangan bohlam, tanpa jendela dan pintu. Didepanya terdapat ruang
keluarga berukuran 3 x 3 meter beralaskan ubin tanpa jendela dengan
penerangan lampu bohlam disertai televisi. Dan dibelakangnya terdapat
kamar tidur kedua dengan kasur matras beralaskan ubin tanpa jendela
dan dengan penerangan lampu bohlam kamar. Kamar mandi berukuran
tanpa pintu dengan sumber air berasal dari sumur tanpa jamban.

16


Disebelah kamar mandi terdapat dapur berukuran 4 x 1 meter dengan
ventilasi.
Keluarga Tn. Asmar menggunakan air sumur bor sebagai sumber
air untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci, sedangkan
untuk memasak dan minum menggunakan air galon. Keluarga Tn.
Asmar mengaku selalu mencuci tangan setelah melakukan aktivitas dan
sebelum makan, namun tidak selalu menggunakan sabun.

Gambar 1.5 Denah rumah keluarga Tn. Asmar

C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Asmar terletak dipemukiman yang padat penduduk.
Dibagian depan rumah terdapat jalan setapak, kanan dan kiri rumah
diapit rumah lain dengan satu atap,dibelakang rumah terdapat kebun.

17


D.Pola Makan
Keluarga Tn. Asmar memiliki pola makan yang teratur. Biasanya
menu yang biasa dimakan adalah nasi, tahu tempe, daging ayam atau
ikan dan mie instan, menu buah dan sayur jarang dikonsumsi keluarga
Tn. Asmar, masak dilakukan satu kali sehari. Mencuci peralatan
memasak di dapur menggunakan air sumur .Air minum dan memasak
bahan makanan menggunakan air mineral galon.

E. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Tn. Asmar dan Ny. Mariyah memiliki dua orang anak perempuan.
Anak perempuannya bernama Ny. Mawar berusia 22 tahun dan Nn.
Fitria 18 tahun. Proses lahiran anak pertama ditolong dukun beranak.
Imunisasi dasar tidak lengkap dan mendapatkan ASI sampai 2 tahun.
Anak kedua lahir ditolong bidan secara normal dengan imunisasi dasar
lengkap dan ASI sampai berusia 2 tahun. Ny. Mariyah mengunakan KB
spiral sejak kehamilan anak keduanya dan sudah dua kali ganti spiral.

F. KebiasaanBerobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya
membeli obat warung, bila dua sampai tiga hari keluhan tidak hilang
keluarga ini membawa anggota keluarganya ke puskesmas.

G. Riwayat Penyakit
Penyakit yang sering diderita anggota keluarga Tn. Asmar adalah
batuk dan pilek.Tn. Asmar mempunyai riwayat pengobatan paru selama
6 bulan.Ny. Mariyah memiliki penyakit asma tetapi jarang sekali
kambuh. Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit
lainnya.

H. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari


Tn. Asmar dapat menghabiskan dua bungkus rokok dalam sehari,
ia juga sering merokok di dalam rumah. Keluarga Tn. Asmar terbiasa
melakukan cuci tangan sebelum makan menggunakan sabun. Air yang
digunakan keluarga Tn. Asmar adalah air sumur dengan warna air
18


jernih. Air sumur ini digunakan untuk mandi, mencuci baju, dan
peralatan untuk makan. Air gallon digunakan untuk memasak bahan
makanan dan minum.
Keluarga Tn. Asmar memiliki kebiasaan membakar sampah
rumah tangga di depan rumah, biasanya pada sore hari.

Tabel 1.11 Faktor Internal Keluarga Tn. Asmar


No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Tn Asmar merokok 2 bungkus/hari
2 Olah raga Tn. Asmar tidak pernah berolahraga karena sibuk akan
pekerjaannya yang hampir seharian di tempat kerja.
Anggota keluarga lainnya juga jarang berolah raga.
3 Pola Makan Ny. Mariyah memasak makanan sendiri untuk
keluarganya. Ia sering memasak makanan dengan menu
seperti tahu, tempe, daging ayam atau ikan dan mie
instan. Menu sayur buah jarang sekali di konsumsi
keluarga ini. Sehari- harinya mereka makan besar 2-3
kali dalam sehari.
4 Pola Pencarian Apabila sakit, mereka meminum obat warung. Dan
Pengobatan apabila dua sampai tiga hari keluhan tidak hilang,
mereka datang berobat ke puskesmas.
5 Menabung Tn. Asmar dan Ny. Mariyah tidak sempat untuk
menabung, menurut mereka uang gaji akan habis untuk
keperluan sehari hari dan tidak ada sisa untuk ditabung.
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai pegawai pabrik, dengan
waktunya yang pasti.
b. Ibu sebagai ibu rumah tangga.
c. Anak pertama sudah menikah dan sebagai ibu rumah
tangga dengan kebutuhan materil dinafkahi suaminya,
Anak kedua status masih pelajar, duduk di kelas 3
SMP
7 Alat kontrasepsi Ny. Mariyah pernah menggunakan kontrasepsi.

19


Tabel 1.12 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Asmar

No Kriteria Permasalahan
1. Luas bangunan Luas tanah sekitar 65 m
2. Ruangan dalam Rumah terdiri dari teras berukuran 6 x 2 meter dengan
rumah warung berukuran 3 x 2 meter, dengan satu ruang tamu
berukuran 3 x 3 meter, berlantai ubin, tanpa meja dan kursi
dengan dua jendela disebelah pintu serta ventilasi
diatasnya pintu disebelahnya terdapat kamar tidur utama
berukuran 3 x 3 meter dengan satu tempat tidur beralaskan
ubin dan dengan langit-langit anyaman bambu, dengan
penerangan bohlam, tanpa jendela dan pintu. Didepanya
terdapat ruang keluarga berukuran 3 x 3 meter beralaskan
ubin tanpa jendela dengan penerangan lampu bohlam
disertai televisi. Dan dibelakangnya terdapat kamar tidur
kedua dengan kasur matras beralaskan ubin tanpa jendela
dan dengan penerangan lampu bohlam kamar. Kamar
mandi berukuran tanpa pintu dengan sumber air berasal
dari sumur tanpa jamban. Disebelah kamar mandi terdapat
dapur berukuran 4 x 1 meter dengan ventilasi.
3. Ventilasi Ventilasi hanya berada di ruang tamu dan dapur
4. Pencahayaan Terdapat 7 buah lampu bohlam berwarna putih di dalam
rumah, masing-masing terdapat di teras depan, warung,
ruang tamu, kedua kamar tidur, ruang keluarga dan dapur.
5. MCK Tempat cuci piring di dapur dan cuci pakaian di dekat
sumur kamar mandi
6. Sumber air Membeli air bersih yang berasal dari gallon isi ulang,
sebanyak 2 galon setiap 1 minggu dan digunakan untuk air
minum serta memasak. Air untuk kebutuhan mandi dan
mencuci piring berasal dari air sumur.
7. Saluran Limbah rumah tangga baik cair maupun padat dibuang
20


pembuangan limbah ketanah di depan rumah yang kemudian dibakar dan
bercampur dengan sampah disekitarnya.
8. Tempat Tn. Asmar dan keluarga sering membuang dan
pembuangan mengumpulkan sampah di samping rumah dan jika di rasa
sampah sudah cukup banyak, sampah dibakar.
9. Lingkungan Di lingkungan sekitar rumah keluarga Tn. Asmarcukup
bersih dikarenakan setiap membuang sampah langsung di
bakar.

1.2.3 Keluarga Tn. Umar Saleh


A. Data Dasar Keluarga
Keluarga binaan Tn. Umar Saleh terdiri dari 2 anggota keluarga,
yaitu Tn. Umar sebagai kepala keluarga dan istrinya bernama Ny.
Meryati.

Tabel 1.13 Data dasar keluarga Tn. Umar Saleh

No Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan


Keluarga Kelamin Terakhir

1. Tn. Suami Laki-laki 35 th SD Nelayan Rp.1.000.00


Umar (Kepala 0/bulan
Saleh Keluarga)

2. Ny. Istri Perempu 30 th SMP IRT -


Meryati an

Keluarga Tn.Umar tinggal di RT 03/RW 05 Kampung Kebon


Jamblang Desa Pangkalan.Di rumah ini Tn. Umar hanya tinggal
dengan istri.Tn. Umar yang saat ini berusia 35 tahun bekerja sebagai
nelayan dengan penghasilan Rp 1.000.000,00/bulan, dengan latar
belakang pendidikan tidak tamat sekolah dasar. Istrinya, Ny. Meryati
berusia 30 tahun bekerja sebagai ibu rumah dengan latar belakang

21


pendidikan tamat Sekolah Menengah Pertama dan hanya sebagai Ibu
Rumah Tangga tanpa penghasilan

B. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Umar tinggal disebuah bangunan rumah diatas
tanah seluas 45 m. Rumah terdiri dari sebuah teras depan ruang tamu
berukuran 5 m x 1,5 m dengan pintu kayu dengan lantai ubin berdebu.
Masuk kedalam rumah terdapat ruang tamu yang bersambung dengan
ruang keluarga dan hanya dibatasi oleh sebuah lemari kayu. Ruangan
tama berukuran 3 m x 3 m dengan 2 jendela kaca yang tidak bisa
dibuka. Ruang keluarga berukuran 3 m x 3 m . didalam ruang keluarga
terdapat televisi kecil. Di samping ruang tersebut terdapat 2 kamar
tidur. Kamar tidur pertama berukuran 3 m x 3 m dengan satu jendela
berkaca. Kamar tidur kedua sama dengan kamar tidur pertama namun
tidak ada jendela. Dibelakang ruang keluarga dan kamar tidur kedua
terdapat ruang kamar mandi dan dapur yang hanya terdapat sekat semen
untuk memisahkan kedua ruangan tersebut. Kedua ruangan tersebut 5 m
x 1,5m. Pada kamar mandi terdapat sumur saja dan 2 ember.Pada dapar
terdapat beberapa alat masak dan kompor kecil. Kedua ruangan tersebut
hanya beralaskan semen.
Keluarga Tn. Umar menggunakan air sumur sebagai sumber air
untuk keperluan sehari-hari seperti memasak, mandi dan mencuci,
Keluarga Tn. Umar mengaku selalu mencuci tangan setelah melakukan
aktivitas dan sebelum makan dan diiringi dengan sabun.

22


Gambar 1.6 Denah rumah keluarga Tn. Umar

C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Umar terletak di pemukiman yang padat penduduk.
Di bagian depan, samping kiri dan kanan serta belakang terdapat rumah
tetangga.

D. Pola Makan
Ny. Meryati memasak makanan sendiri untuk keluarganya
setiap pagi dengan menu seperti ikan, tempe, sayur-sayuran dan
sesekali ayam atau daging. Sehari-hari mereka makan besar sebanyak 1-
2 kali.Mereka juga mengatakan bahwa mereka mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan dengan sabun dan air mengalir.

23


E. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Ny. Meryati mengaku belum mempunyai anak walaupun sudah
menikah sekitar 8 tahun. Namun, keponakan mereka yang bernama
Akbari berusia 20 tahun dan Sofiandi berusia 12 tahun sejak kecil tidur
dan diasuh oleh Ny. Meryati. Ny. Meryati mengasuh kedua
keponakannya sudah seperti anaknya sendiri.
F. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Umar belum pernah
mengalami sakit yang serius. Gangguan kesehatan yang sering dialami
anggota keluarganya antara lain demam, batuk dan pilek. Ny. Meryati
mengatakan mereka biasanya meminum obat warung terlebih dahulu,
jika tidak membaik baru dibawa berobat ke Puskesmas.

G. Riwayat Penyakit
Ny. Meryati mengatakan keluarga tidak pernah mengalami
penyakit yang serius. Hanya batuk, demam dan pilek saja.

H. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari


Tn. Umar, memiliki kebiasaan merokok, dalam satu hari mampu
menghabiskan 1 bungkus rokok. Tn. Umar biasanya merokok didalam
maupun diluar rumah. Kebiasaan ini diakibatkan Tn. Umar merasa lelah
bekerja sebagai nelayan sehingga hiburannya adalah merokok dalam
ruangan sambil nonton tv. Keluarga Tn. Umar mengaku mencuci
tangan sebelum makan, jika tangan tampak kotor, dan setelah
melakukan aktivitas dengan air mengalir dan sabun. Kebiasaan
berolahraga jarang dilakukan oleh keluarga Tn. Umar. Untuk
pembuangan sampah, keluarga Tn. Umar biasanya membakar sampah
disamping sungai dan membuang abunya ke sungai.

Tabel 1.14 Faktor Internal Keluarga Tn. Umar


No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Tn. Umar merokok 1 bungkus/hari didalam rumah
sambil menonton TV dan luar rumah
2 Olah raga Tn. Umar tidak pernah berolahraga karena merasa sudah
24


No Faktor Internal Permasalahan
lelah sebagai nelayan. Ny. Meryati juga merasa tidak
perlu olahraga.
3 Pola Makan Ny. Meryati memasak makanan sendiri untuk
keluarganya. Ia sering memasak makanan dengan menu
seperti ikan, tempe, sayur-sayuran dan sesekali ayam
atau daging. Sehari- harinya mereka makan besar 2
kali.
4 Pola Pencarian Apabila sakit, mereka membeli obat di warung, apabila
Pengobatan tidak sembuh maka berobat ke Puskesmas.
5 Menabung Tn. Umar dan Ny. Meryati mengaku tidak pernah
menyisihkan uang untuk tabungan karena habis untuk
keperluan sehari hari
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai nelayan, bekerja dari pagi
sampai sore
b. Ibu bekerja di rumah sebagai ibu rumah tangga.
7 Alat kontrasepsi Ny. Meryati tidak pernah menggunkan kontrasepsi

Tabel 1.15 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Umar

No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas tanah 45 m
2. Ruangan dalam rumah Ruang Tamu berukuran 3 m x 3 m. Dua kamar tidur
rata-rata berukuran 3 m x 3 m. Dapur Tn. Umar
berukuran 2 m x 1,5 m. Terdapat 1 kamar mandi
berukuran 3 m x 1,5 m.

3. Jamban Kamar mandi dirumah Tn. Umar dilengkapi oleh


sumur dan ember
4. Ventilasi Tidak ada ventilasi

5. Pencahayaan a. Terdapat 1 lampu pencahayaan yang baik di

25


No Kriteria Permasalahan
setiap kamar tidur.
b. Terdapat 1 lampu pada ruang tamu, 1 lampu di
dapur, 1 lampu di kamar mandi, 1 lampu di teras
depan rumah.
6. MCK Keluarga Tn. Umar memiliki tempat MCK yang
cukup baik.
7. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Umar menggunakan air
sumur bor yang digunakan untuk mandi dan mencuci
baju. Sedangkan untuk minum dari air galon.
8. Saluran pembuangan Pembuangan ditampung dan dibawa ke sungai
limbah
9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Umar membakar sampah samping
sampah sungai dan membuang abunya disungai
10. Lingkungan sekitar Di bagian depan, samping kiri dan kanan dan
rumah belakang rumah Tn. Umar terdapat rumah tetangga.

1.2.4 Keluarga Tn. Marudin


A. Data Dasar Keluarga
Keluarga binaan Tn. Marudin terdiri dari 4 anggota keluarga,
yaitu Tn. Marudin sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny.
Hariya, 2 anak perempuan bernama Sri Nurfadilah dan Moh Nurayan.

Tabel 1.16 Data dasar keluarga Tn. Marudin


No Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
Keluarga Kelamin Terakhir

1. Tn. Suami Laki-laki 29 SMP Buruh Rp1.500.000,-


Marudin (KK) th Pabrik /bulan

2. Ny. Hariya Istri Perempuan 27 SMP Buruh Rp1.700.000,-


th Pabrik /bulan

26


3. Sri Anak I Perempuan 8 - Pelajar -
Nurfadilah th

4. Moh. Anak II Laki-laki 22 - - -


Nurayan bln

Keluarga Tn. Marudin tinggal di RT 003/RW 005 Kampung


Kebon Jamblang Desa Pangkalan. Di rumah ini Tn. Marudin tinggal
dengan istri dan kedua anaknya. Tn. Marudin yang saat ini berusia 29
tahun bekerja sebagai buruh pabrik dengan penghasilan Rp 1.500.000,-
/bulan, dengan latar belakang pendidikan sekolah menengah pertama.
Istrinya, Ny. Hariya berusia 27 tahun bekerja sebagai buruh pabrik
dengan penghasilan Rp 1.700.000,-/bulan dengan latar belakang
pendidikan sekolah menengah pertama. Anak tertuanya, Sri Nurfadilah
berusia 8 tahun sedang dalam pendidikan sekolah dasar, dan anak
keduanya berusia 22 bulan. Pasangan ini menikah saat Tn. Marudin
berumur 20 tahun dan Ny. Hariyah berusia 18 tahun. Saat hamil, Ny.
Hariyah memeriksakan kehamilannya di dokter dan bidan dan saat
melahirkan anaknya dibantu oleh bidan di rumah.

B. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Marudin tinggal disebuah bangunan rumah diatas
tanah seluas 75 m. Rumah terdiri dari sebuah ruang tamu berukuran 3 x
3 m, terdapat 2 buah jendela.Ventilasi di rumah tersebut sangat kurang
karena hanya terdapat di ruang keluarga. Di samping ruang keluarga
terdapat kamar tidur Tn. Marudin dan Ny. Hariyah berukuran 3 x 5 m,
dikamar ini tidak terdapat jendela, ventilasi. Disamping kamar tidur Tn.
Marudin terdapat ruang tidur anak pertamanya berukuran 3 x 5 m,
dikamar ini juga tidak terdapat jendela, ventilasi. Di samping kamar
tidur Tn Marudin juga terdapat dapur berukuran 2 x 3 m dan kamar
mandi berukuran 2 x 1 m, ruangan ini tidak terdapat jendela dan
ventilasi. Seluruh ruangan di rumah ini teralasi dengan lantai ubin,

27


dinding rumah terbuat dari batako, kemudian atap rumah tersebut
terbuat dari genteng.
Keluarga Tn. Marudin sering menggunakan air sumur sebagai
sumber air untuk keperluan mandi dan mencuci, namun tidak untuk
memasak dan minum karena air sumur cukup keruh sehingga untuk
keperluan memasak dan minum keluarga Tn. Marudin menggunakan air
aqua galon.Keluarga Tn. Marudin mengaku selalu mencuci tangan
setelah melakukan aktivitas dan sebelum makan, namun tidak selalu
menggunakan sabun.

Gambar 1.7 Denah rumah keluarga Tn. Marudin

C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Marudin terletak di pemukiman yang padat
penduduk. Di bagian depan, bagian belakang, samping kiri, samping
kanan terdapat rumah tetangga. Terdapat selokan untuk mengalirkan
limbah cair.

28


D. Pola Makan
Ny. Hariya memasak makanan sendiri untuk keluarganya
setelah pulang dari bekerja dengan menu seperti tahu, tempe, sayur-
sayuran dan sesekali ikan, ayam. Jika pulang bekerja terlalu malam Ny
Hariya hanya memasak mie instan. Untuk keperluan makan kedua
anaknya, Ny Hariya menumpang dengan kakak iparnya. Mereka juga
mengatakan bahwa mereka mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, namun terkadang mencuci tangan hanya menggunakan air tanpa
sabun.

E. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Kedua anak Tn. Marudin lahir secara normal dengan usia
kehamilan 9 bulan. Setiap kehamilan, Ny. Hariya mengaku selalu rutin
untuk mengontrol kandungannya ke bidan.Anak pertamanya Sri
Nurfadilah lahir dirumah ditolong oleh bidan dirumah dengan berat
badan lahir 2800 gram, sedangkan anak keduanya Moh.Nurayan lahir
dirumah ditolong bidan dengan berat badan lahir 3000 gram. Untuk
imunisasi, Ny. Hariyah mengaku hanya membawa kedua anaknya
beberapa kali untuk dilakukan imunisasi, namun tidak lengkap dan Ny.
Hariyah tidak ingat imunisasi apa saja yang pernah diberikan kepada
kedua anaknya. Ny. Hariyah mengaku anak pertama dan anak kedua
hanya diberikan ASI eksklusif sampai usia 1 bulan dikarenakan sibuk
bekerja sehingga dilanjutkan dengan pemberian susu formula, namun
sudah mulai diberikan makanan pendamping ASI setelah usia 6 bulan.
Saat ini Ny. Hariyah menggunakan KB suntik untuk mengontrol jumlah
anak dalam keluarganya.

F. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Marudin belum pernah
mengalami sakit yang serius. Gangguan kesehatan yang sering dialami
anggota keluarganya antara lain batuk dan pilek. Menurut penuturan
Ny. Hariyah, mereka biasanya meminum obat warung terlebih dahulu,
jika tidak membaik baru dibawa berobat ke klinik, keluarga Ny.

29


Hariyah jarang memeriksakan ke puskemas karena jarak dari rumah ke
puskesmas jauh dan tidak ada kendaraan umum yang melintas ke arah
puskesmas.

G. Riwayat Penyakit
Tn. Marudin dan ketiga anaknya sering mengalami batuk dan
pilek. Keluarga Tn. Marudin tidak pernah mengalami sakit yang serius
yang membutuhkan pengobatan di Rumah Sakit.

H. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari


Tn.Marudin, memiliki kebiasaan merokok, dalam satu hari
mampu menghabiskan 2-3 bungkus rokok. Keluarga Tn. Marudin
mengaku mencuci tangan sebelum makan, jika tangan tampak kotor,
dan setelah melakukan aktivitas namun tidak selalu menggunakan
sabun.Kebiasaan berolahraga tidak perrnah mereka lakukan. Untuk
pembuangan sampah, keluarga Tn. Marudin biasanya membuang
sampah ditempat pembuangan sampah bersama dengan warga lainnya
dan sampah-sampah tersebut rutin dibakar setiap harinya.

Tabel 1.7 Faktor Internal Keluarga Tn. Marudin

No Faktor Internal Permasalahan


1 Kebiasaan Merokok Tn. Marudin merokok 2-3 bungkus/hari
2 Olah raga Tn. Marudin dan keluarga tidak pernah berolahraga.
3 Pola Makan Ny. Hariya memasak makanan sendiri untuk
keluarganya. Ia memasak makanan dengan menu seperti
tahu, tempe, sayur-sayuran dan sesekali ikan, ayam.
Sehari- harinya mereka makan besar 1 kali.
4 Pola Pencarian Apabila sakit, mereka membeli obat di warung, apabila
Pengobatan tidak sembuh maka berobat ke klinik kesehatan.
5 Menabung Tn. Marudin dan Ny. Hariya tidak pernah menyisihkan
uang untuk ditabung.
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai buruh pabrik , bekerja dari jam
7 pagi hingga jam 6 sore

30


No Faktor Internal Permasalahan
b. Ibu bekerja sebagai buruh pabrik, bekerja dari jam 7
pagi hingga jam 6 sore
c. Anak pertama masih bersekolah di sekolah dasar
d. Anak kedua dititipkan ke kakak ipar
7 Alat kontrasepsi Di keluarga Tn. Marudin, istrinya Ny. Hariya,
menggunakan kontrasepsi hormon yang di suntik setiap
bulan di bidan.

Tabel 1.18 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Marudin


No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas tanah 75 m
2. Ruangan dalam Ruang Tamu berukuran 3 x 3 m2. Dua kamar tidur
rumah berukuran 3 x 5 m2 dan 3 x 5 m2. Dapur Tn.
Marudinberukuran 2 x 3 m2. Terdapat 1 kamar mandi
berukuran 2 x 1 m2.

3. Jamban Kamar mandi dirumah Tn. Marudin tidak dilengkapi


oleh bak mandi dan jamban.
4. Ventilasi Terdapat ventilasi udara hanya pada ruang keluarga.

5. Pencahayaan Terdapat 1 lampu pencahayaan yang baik di setiap


kamar tidur. Terdapat 1 lampu pada ruang keluarga, 1
lampu di dapur dan di kamar mandi, 1 lampu di teras
depan rumah.
6. MCK Keluarga Tn. Marudin memiliki tempat MCK yang
kurang baik.
7. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Marudin menggunakan air
sumur yang digunakan untuk mandi dan mencuci baju.
Sedangkan untuk masak dan minum menggunakan air
aqua gallon.
8. Saluran pembuangan Terdapat saluran pembuangan limbah.
limbah
31


No Kriteria Permasalahan
9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Marudin memiliki tempat pembuangan
sampah sampah dirumahnya, lalu sampah dibuang ke tempat
pembuangan sampah bersama dengan warga lainnya
dan sampah-sampah tersebut rutin dibakar setiap
harinya.
10. Lingkungan sekitar Di bagian depan rumah Tn. Marudin, bagian belakang
rumah samping kiri, samping kanan terdapat rumah tetangga.
Rumah Tn. Marundi hanya berjarak 100 meter dari
Jalan raya

1.2.5. Keluarga Tn. M. Arsan


A. Data Dasar Keluarga
Keluarga binaan Tn. M.Arsan terdiri dari 2 anggota keluarga,
yaitu Tn. M.Arsan sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny.
Nurhayati.

Tabel 1.19 Data dasar keluarga Tn. M.Arsan


No Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
Keluarga Kelamin Terakhir

1. Tn. M. Suami Laki-laki 36 SD Pegawai Rp1.000.000/


Arsan (KK) th Pabrik bulan

2. Ny. Istri Perempu- 34 SD Pegawai Rp


Nurhayati an th Pabrik 1.500.000/bula
n

Keluarga Tn. M.Arsan tinggal di RT 003/RW 005 Kampung


Kebon Jamblang Desa Pangkalan. Di rumah ini Tn. M.Arsan tinggal
berdua dengan istri. Tn. M.Arsan yang saat ini berusia 36 tahun bekerja
sebagai pegawai pabrik dengan penghasilan Rp 1.000.000,00/bulan,
dengan latar belakang pendidikan sekolah dasar. Istrinya, Ny.
Nurhayati berusia 34 tahun bekerja sebagai pegawai pabrik dengan
32


penghasilan Rp 1.500.000,00/bulan dengan latar belakang pendidikan
sekolah dasar.

B. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. M.Arsan tinggal disebuah bangunan rumah diatas
tanah seluas 75 m. Rumah terdiri dari sebuah ruang tamu berukuran 3 x
3 m, terdapat 1 buah jendela yang selalu dibuka setiap hari. Di samping
ruang tamu terdapat kamar mandi yang hanya dibatasi dari ruang tamu
dengan lemari berukuran 1 x 3 m. Terdapat kamar tidur Tn. M.Arsan
berukuran 3 x 4 m dan disebelahnya kamar kosong berukuran 3 x 4 m
dengan ventilasi namun tidak terdapat jendela. Diantara kamar mandi
dan kamar tidur kosong terdapat dapur berukuran 1 x 3 m, terdapat
ventilasi namun tidak terdapat jendela. Seluruh ruangan di rumah ini
teralasi dengan lantai ubin, dinding rumah terbuat dari batako,
kemudian atap rumah tersebut terbuat dari genteng.
Keluarga Tn. M.Arsan sering menggunakan air sumur sebagai
sumber air untuk keperluan mandi, mencuci dan juga untuk memasak
dan minum. Tn. M.Arsan menggunakan air dari sumur di rumah sendiri
dengan cara menimba sumur. Keluarga Tn. M.Arsan mengaku selalu
mencuci tangan setelah melakukan aktivitas dan sebelum makan,
namun tidak menggunakan sabun dan air berasal dari ember.

33


Gambar 1.8 Denah rumah keluarga Tn. M.Arsan

C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. M.Arsan terletak di pemukiman yang padat
penduduk. Di bagian depan terdapat rumah tantenya yang berjarak 1 m,
bagian belakang terdapat rumah tetangga dan samping kiri terdapat
rumah kakaknya, samping kanan terdapat tembok belakang rumah
tetangga. Tidak ada selokan untuk mengalirkan limbah cair.

D. Pola Makan
Ny. Nurhayati memasak makanan sendiri untuk keluarganya
setiap sarapan dan makan malam setelah pulang bekerja dengan menu
seperti tahu, tempe, sayur-sayuran dan sesekali ikan, ayam atau daging
dan terkadang mie. Sehari-hari mereka makan besar sebanyak 3 kali.
Siang hari Ny. Nurhayati mengatakan makan siang di pabrik. Mereka
juga mengatakan bahwa mereka mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, namun terkadang mencuci tangan hanya menggunakan air dari
ember dan tanpa sabun.

34


E. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Tn. M.Arsan dan Ny. Nurhayati telah menikah selama 5 tahun
dan belum mempunyai keturunan.

F. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. M.Arsan belum pernah
mengalami sakit yang serius. Gangguan kesehatan yang sering dialami
anggota keluarganya antara lain demam, batuk dan pilek. Ny. Nurhayati
mengatakan jarang memeriksakan ke puskemas karena jarak dari rumah
ke puskesmas jauh dan tidak ada kendaraan umum yang melintas ke
arah puskesmas sehingga hanya meminum obat warung.

G. Riwayat Penyakit
Tn. M.Arsan dan istrinya sering mengalami batuk. Keluarga
Tn. M.Arsan tidak pernah mengalami sakit yang serius yang
membutuhkan pengobatan di Rumah Sakit.

H. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari


Tn. M.Arsan, memiliki kebiasaan merokok, dalam satu hari
mampu menghabiskan 2 bungkus rokok. Keluarga Tn. M.Arsan
mengaku mencuci tangan sebelum makan menggunakan air yang
berasal dari ember tetapi jarang menggunakan sabun. Kebiasaan
berolahraga hanya dilakukan oleh Ny. Nurhayati di depan rumahnya
dengan melakukan gerakan-gerakan kecil. Untuk pembuangan sampah,
keluarga Tn. M.Arsan biasanya membuang sampah ditempat
pembuangan sampah bersama dengan warga lainnya dan sampah-
sampah tersebut rutin dibakar setiap harinya.

Tabel 1.20 Faktor Internal Keluarga Tn. M. Arsan

No Faktor Internal Permasalahan


1 Kebiasaan Merokok Tn. M.Arsan merokok 2 bungkus/hari
2 Olah raga Tn. M.Arsan tidak pernah berolahraga.
Ny. Nurhayati rutin melakukan gerakan-gerakan kecildi
depan rumahnya.
35


No Faktor Internal Permasalahan
3 Pola Makan Ny. Nurhayati memasak makanan sendiri untuk
keluarganya setiap sarapan dan makan malam setelah
pulang bekerja dengan menu seperti tahu, tempe, sayur-
sayuran dan sesekali ikan, ayam atau daging dan
terkadang mie. Sehari-hari mereka makan besar
sebanyak 3 kali. Siang hari Ny. Nurhayati mengatakan
makan siang di pabrik.
4 Pola Pencarian Bila sakit minum obat warung karena jalan ke
Pengobatan Puskesmas jaraknya jauh.
5 Menabung Tn. M.Arsan dan Ny. Nurhayati mengaku tidak bisa
menabung karena penghasilan pas-pasan.
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai pegawai pabrik, bekerja dari
jam 7 pagi hingga jam 5 sore
b. Ibu bekerja sebagai pegawai pabrik, bekerja dari jam
7.00 pagi hingga jam 5 sore
7 Alat kontrasepsi Di keluarga Tn. M.Arsan, istrinya Ny. Nurhayati, tidak
menggunakan kontrasepsi.

Tabel 1.21 Faktor Eksternal Keluarga Tn. M.Arsan


No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas tanah 75 m
2. Ruangan dalam Ruang tamu berukuran 3 x 3 m, kamar mandi yang
rumah hanya dibatasi dari ruang tamu dengan lemari berukuran
1 x 3 m. Kamar tidur Tn. M.Arsan berukuran 3 x 4 m
dan disebelahnya kamar kosong berukuran 3 x 4 m.
Diantara kamar mandi dan kamar tidur kosong terdapat
dapur berukuran 1 x 3 m.
3. Jamban Kamar mandi dirumah Tn. M.Arsan dilengkapi oleh
sumur, ember, tidak ada jamban.

36


No Kriteria Permasalahan
4. Ventilasi Terdapat ventilasi udara pada setiap ruangan.

5. Pencahayaan Terdapat 1 lampu pencahayaan di setiap kamar


tidur.Terdapat 1 lampu pada ruang tamu, 1 lampu di
dapur, 1 lampu di kamar mandi, 1 lampu di teras depan
rumah.
6. MCK Keluarga Tn. M.Arsan memiliki tempat MC yang cukup
baik, tetapi K diluar karena tidak terdapat jamban.
7. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. M.Arsan menggunakan air
sumur yang digunakan untuk mandi, mencuci baju.,
masak dan minum.
8. Saluran pembuangan Tidak terdapat saluran pembuangan limbah.
limbah
9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. M.Arsan memiliki tempat pembuangan
sampah sampah di dalam rumahnya, lalu sampah dibuang ke
tempat pembuangan sampah bersama dengan warga
lainnya dan sampah-sampah tersebut rutin dibakar
setiap harinya.
10. Lingkungan sekitar Di bagian depan rumah Tn. M.Arsan terdapat tempat
rumah pembuangan sampah bersama, jamban bersama, bagian
belakang dan samping kanan terdapat rumah kakaknya,
samping kiri terdapat tembok tinggi yang membatasi
dengan rumah belakang tetangga. Bagian depan
berjarak 1 m terdapat rumah tante.

Masalah Medis dan Non Medis Pada Keluarga Binaan


a. Keluarga Tn. Abdul
Masalah Medis
- ISPA
- Diare
- Berat badan anak tidak naik
37


Masalah Non Medis
- Kurangnya kebiasaan berolahraga
- Kebiasaan merokok didalam rumah
- Kebiasaan mencuci tangan yang kurang baik
- Kebiasaan penggunaan jamban umum
- Kebiasaan menumpuk barang bekas
- Ketidaktersedianya tempat sampah dan pengelolaannya sampah
- Pencahayaan dan sirkulasi udara di dalam rumah yang kurang baik
- Pola makan sehari-hari tidak benar
b. Keluarga Tn. Asmar
Masalah Medis
- ISPA
- Tuberkulosis
- Asma
Masalah Non Medis
- Kurangnya kebiasaan berolahraga
- Kurangnya makan makanan yang bergizi dan sehat
- Kesadaran untuk berobat sangat kurang
- Kebiasaan merokok didalam rumah
- Kebiasaan mencuci tangan yang kurang baik
- Tidak tersedianya jamban sehat
- Tidak mempunyai kartu jaminan kesehatan
c. Keluarga Tn. Umar
Masalah Medis
- ISPA
Masalah Non Medis
- Pola makan yang tidak teratur
- Kebiasaan tidur yang tidak baik
- Kebiasaan merokok didalam rumah
- Kurangnya kebiasaan berolahraga
- Kebiasaan mencuci tangan yang kurang baik
- Tidak tersedianya jamban sehat
38


d. Keluarga Tn. Marudin
Masalah Medis
- ISPA
Masalah Non Medis
- Kurangnya kebiasaan berolahraga
- Kebiasaan mencuci tangan yang kurang baik
- Kebiasaan merokok didalam rumah
- Kebiasaan membakar sampah di lingkungan
- Tidak tersedianya jamban sehat
- Ketidaktersediaan tempat pembuangan limbah cair rumah tangga
- Kurangnya kesadaran dalam berobat ke tenaga kesehatan
e. Keluarga Tn. M.Arsan
Masalah Medis
- ISPA
- Diare
- Sesak nafas
Masalah Non Medis
- Kebiasaan pengunaan air bersih untuk minum yang tidak bersih
- Kebiasaan merokok didalam rumah
- Tidak tersedianya jamban sehat
- Kurangnya kesadaran dalam berobat
- Penghasilan keluarga dibawah rata-rata
- Pendidikan yang ditempuh dibawah standar pendidikan
- Kurangnya kebiasaan berolahraga
- Kebiasaan mencuci tangan yang kurang baik
- Ketidaktersediaan tempat pembuangan limbah cair rumah tangga
- Kebiasaan membakar sampah

1.3 Area Masalah Sebagai Diagnosis Komunitas


Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu dengan 4
menganalisis laporan tahunan puskesmas mengenai data program kesehatan
lingkungan, PHBS wilayah Puskesmas Tegal Angus, serta kemudian informasi

39


tersebut dibandingkan dengan laporan kader desa setempat yang menyatakan
bahwa jumlah perokok masih sangat banyak. Setelah mengamati, mewawancarai,
dan melakukan observasi masing-masing keluarga binaan di Desa Pangkalan,
Desa Tanjung Pasir terdapat berbagai area permasalahan, yaitu:
1. Kebiasaan merokok didalam rumah
2. Kebiasaan berolahraga yang tidak rutin
3. Penyakit ISPA pada keluarga binaan
4. Penyakit Tuberkulosis pada keluarga binaan ( Tn. Asmar )
5. Kebiasaan cuci tangan yang tidak benar
6. Tidak tersedianya jamban umum
7. Kebiasaan menumpuk barang bekas
8. Ketidaktersedianya tempat sampah dan pengelolaannya sampah
9. Pencahayaan dan sirkulasi udara di dalam rumah yang kurang baik
10. Kesadaran untuk berobat sangat kurang
11. Anak di keluarga binaan berat badan tidak bertambah secara signifikan sesuai
usianya ( Anak Tn. Abdul )

Dari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, diputuskan untuk
mengangkat permasalahan PERILAKU MEROKOK DIDALAM RUMAH
PADA KELUARGA BINAAN RT 003 RW 005 KAMPUNG KEBUN
JAMBLANG, DESA PANGKALAN KECAMATAN TELUK NAGA
KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN PADA OKTOBER 2016.
Dalam pengambilan sebuah masalah digunakan Metode Delphi.
Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat
oleh suatu kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang
akan diputuskan. Proses penetapan Metode Delphi dimulai dengan identifikasi
masalah yang akan dicari penyelesaiannya.
Pemilihan area masalah ini didasarkan atas pertimbangan yaitu :
1. Dari data sekunder yang didapat dari Puskesmas Tegal Angus tahun 2014,
mengenai PHBS, merokok merupakan indikator yang masih sangat tinggi di
desa pangkalan. Tercatat hanya 33,5% masyarakat yang tidak merokok di
dalam rumah, sebanyak 66,5% merokok di dalam rumah. Kemudian dari data
sekunder yang didapat dari Puskesmas Tegal Angus tahun 2015, Indeks
40


pencapaian angka kejadian Tuberkulosis masih 65,85%, dimana merokok
merupakan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya TB. Dari data
sekunder yang didapat dari puskesmas tegal angus tahun 2015, mengenai 10
besar penyakit di Puskesmas Tegal Angus didapatkan jumlah kasus ISPA
merupakan kasus terbanyak. Penyakit ini merupakan penyakit yang dapat
ditimbulkan akibat perilaku merokok terutama didalam rumah
2. Selama melakukan kunjungan beberapa kali ke keluarga binaan, kami
menemukan bahwa ke-5 keluarga binaan memiliki masalah kebiasaan merokok
didalam rumah. Dari hasil pre-survey pada perwakilan 5 keluarga binaan
didapatkan persentasi masing-masing keempat domain pembentuk perilaku
merokok yaitu, sebanyak 93% memiliki knowledge yang baik, sebanyak 92%
memiliki attitude yang positif dan sebanyak 40% memiliki practice yang
buruk, sehingga kami menyimpulkan bahwa terdapat masalah pada perilaku
merokok didalam keluarga binaan kami.

1.4 Merokok Menurut Pandangan Islam

Islam mengharamkan segala sesuatu yang membahayakan tubuh,

mengganggu orang di dekatnya, atau menyia-nyiakan harta, termasuk salah

satunya yaitu merokok.Inilah dalil-dalil yang menunjukkan hukum rokok.

1. Allah taala berfirman:



Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan

mengharamkan bagi mereka segala yang buruk (Al-Araf: 157).

Berdasarkan ayat diatas, segala sesuatu yag buruk diharamkan oleh Allah

SWT dan pada dasarnya rokok mempunyai dampak yang buruk.

2. Allah taala berfirman:

41



Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam

kebinasaan. (Al-Baqarah: 195). Berdasarkan ayat diatas, kita sebagai umat

muslim jangan menjatuhkan diri ke dalam keburukan seperti merokok.

3. Allah taala berfirman:


Janganlah kalian membunuh jiwa-jiwa kalian. (An-Nisa: 29).

Ayat ini dikaitkan dengan rokok karena rokok dapat membunuh secara

perlahan-lahan.

4. Allah berfirman tentang mudharatnya:


Tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.(Al-Baqarah:

219). Bahaya rokok itu lebih besar dari manfaatnya

5. Allah taala berfirman:




Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara

syaitan(Al-Isra: 27). Rokok itu bentuk pemborosan dan berlebih-lebihan,

termasuk perbuatannya syaithan.

42


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas


Diagnosis dan Intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan
adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara
pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan
permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu
prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan
kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi
sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan
diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan
masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan,
promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi)
(Notoatmodjo, 2003).

2.2 Konsep Perilaku


2.2.1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),


merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui
proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus
Organisme Respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
43


1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.2.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan


Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit
atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta
lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi
3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau
sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya, dan sebagainya.

2.2.3. Domain Perilaku


Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun
1967, teori ini lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang
berhubungan dengan perilaku &norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun
1967, TRA mengalami perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk

44


mengerti/ memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi
sebelumnya dari hubungan ini yang menemukan secara relative korespondensi
yang rendah diantara sikap-sikap dan perilaku, serta beberapa teori yang
bertujuan menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku
(Fishbein, 1993; Abelson, 1972; Wicker, 1969).
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab
yang menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan
keyakinan norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah
laku, melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan
hubungan sebab musabab diantara komponen yang ditentukan dengan jelas
(Ajzen dan Fishbein, 1980).Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik
skala.Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a) Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan
kondisi fisik.
b) Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atau
sarana.
c) Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya
strategi dan metode dalam pembelajaran.

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :


1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya.
45


2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi / objek.

2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa
sikap mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)

46


Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik atau tindakan (practice)


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini
mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mancapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan


wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam,
hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara
langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

47


Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam
diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :

1. Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.2.4. Asumsi Determinan Perilaku


Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai
kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang
dominan pada diri orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan,
keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala
kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman,
keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya.
Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari
tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,
yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior
causes). Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :

48


1. Faktor-faktor perdisposisi (predisposing factors):
Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan
kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,
sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi dan lain sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
Untuk perilaku kesehatan misalnya: pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil
diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa
hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. disamping itu kadang-
kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat
mendorong atau menghambat ibu tersebut untuk periksa kehamilan. Misalnya
orang hamil tidak boleh di suntik (periksa hamil termasuk suntik anti tetanus),
karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat.Faktor-faktor ini terutama yang
positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor
pemudah.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors):
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, temapat pembuangan
sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan
sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas,
rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan
praktek swasta, dan sebagainya. Untuk berprilaku sehat, masyarakat
memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya: perilaku
pemeriksaaan kehamilan. ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya
karena dia tahu dan sadar manfaat perikksa hamil saja, melainkan ibu tersebut
dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil,
misalnya : puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah sakit. fasilitas
ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku
kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor
pemungkin.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors):
Faktor-faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh
agama (toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan termasuk juga disini

49


undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat
kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan
dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari
para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih pada petugas
kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat
perilaku masyarakat tersebut seperti perilaku periksa hamil, serta kemudahan
memperoleh fasilitas periksa hamil, juga diperlukan peraturan atau
perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil periksa hamil.

2.3 Health Belief Model


2.3.1 Pengertian Health Belief Model
Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa
seseorang secara sukarela memilih terlibat dengan aktivitas yang berkaitan
dengan kesehatan didasarkan pada tiga alasan utama yakni:
a. Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan
dengantindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga untuk mencegah sakit atau
mendeteksi penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi,
dan sebagainya.
b. Perilaku sakit (illness behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang
dilakukan oleh individu yang merasakan sakit, untuk merasakan dan
mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit, termasuk pengetahuan
identifikasi penyakit, penyebab penyakit, dan pencegahan penyakit.
c. Perilaku peran sakit (sick role behavior), yakni segala tindakan yang
dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.
Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatannya sendiri, juga
berpengaruh terhadap orang lain, terutama pada anak-anak yang mempunyai
kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.

Health Belief Model(HBM) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950-an


oleh kelompok psikolog yang bekerja di US Public Health Service Mereka fokus
dengan bagaimana meningkatkan penggunaan pelayanan preventif yang

50


digalangkan oleh pemerintah, seperti vaksinasi influenza. Mengasumsikan
bahwa tiap orang beresiko untuk terkena penyakit. Maka terdoronglah untuk
mengambil langkah-langkah sehat dalam rangka untuk mengurangi resiko sakit
(perceived thread) dan berharap serangkaian tindakan yang akan dilakukan
menguntungkan dalam mengurangi resiko sakit atau keparahan penyakit selama
keuntungan yang diperoleh melebihi hambatan yang di temui ketika melakukan
perilaku sehat. HBM di formulasikan untuk memprediksi kemungkinan individu
akan melibatkan diri dalam perilaku sehat atau tidak. HBM telah banyak di
aplikasikan pada penelitian-penelitian tentang berbagai macam perilaku
kesehatan (Rosenstock, 1966 dalam Purijayanti, 2012).
Menurut Nejad et. al. (2005) dalam Pratama (2010), HBM digunakan untuk
memprediksikan tindakan seseorang, memilih tindakan kesehatan untuk
mengurangi atau mencegah penyakit atau kematian dini. Berdasarkan HBM ada
dua tipe kepercayaan yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan
pencegahan:
1. Kepercayaan yang berhubungan dengan kesiapan untuk melakukan tindakan
2. Kepercayaan yang berhubungan dengan modifikasi faktor-faktor yang
mendukung atau mempengaruhi tindakan.
Dalam HBM seseorang akan melakukan tindakan untuk mecegah penyakit
tergantung pada persepsi individu bahwa:
a. Secara pribadi merasa rentan terhadap kondisi yang dirasakan,
b. Konsekuensi dari kondisi tersebut dapat menjadi serius,
c. Tindakan yang efektif untuk mencegah kondisi tersebut,
d. Manfaat yang diambil untuk mengatasi ancaman dilihat dari biaya yang
diambil (Redding et. al, 2000)

1. Teori Health Belief Model


HBM merupakan model kepercayaan kesehatan yang merupakan hasil
penjabaran dari model sosiopsikologi. HBM dikenal sebagai model
pengharapan suatu nilai, yang intinya mengacu kepada asumsi bahwa orang
yang akan melibatkan diri dalam perilaku sehat bila mereka menilai hasil
(menjadi sehat) terkait perilakunya dan mereka pikIr bahwa perilaku tersebut
sepertinya dapat memberikan hasil (Edberg, 2007).
51


Teori HBM ini mengacu pada Rosenstock (1966) yaitu Perceived Threat yaitu
penilaian individu akan ancaman yang akan terjadi akibat masalah kesehatan
yang mungkin akan beresiko terhadap penyakitnya. Terletak pada aspek
Perceived Susceptibility dan Perceived Severity. Serta perceived effectiveness,
yaitu penilaian akan keuntungan dan kerugian yang didapatkan dari tingkah
laku kesehatan yang dilakukan untuk menanggulangi masalah kesehatannya.
Terdiri dari perceived benefit dan perceived barrier (Smet, 1994).

a. Perceived Susceptibility adalah persepsi ancaman atau kerentanan yang


dirasakan terhadap resiko yang akan muncul terhadap penyakitnya.
Individu bervariasi dalam menilai kemungkinan tersebut walaupun kondisi
kesehatan mereka sama. Semakin tinggi perceived susceptibility, semakin
besar ancaman yang dirasakan, dan semakin besar kemungkinan individu
untuk mengambil tindakan guna mengatasi masalah yang mungkin muncul
(Sarafino, 2008). Kerentanan-kerentanan yang dirasakan atau (perceived
susceptibility) bagi masalah kesehatan mencerminkan bahwa individu
percaya bahwa kurang lebih mereka menderita hasil kesehatannya negatif
atau positif. Namun individu sering mengabaikan kemungkinan dirinya
tentang ancaman terhadap penyakitnya sehingga tidak jarang individu
tidak mengambil tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang
mengancam dirinya (Smet, 1994).
b. Perceived Severity adalah persepsi menyangkut perasaan akan keseriusan
penyakit tersebut apabila mereka membiarkan penyakitnya tidak ditangani,
termasuk konsekuensi dari masalah kesehatan seperti konsekuensi medis
(kematian, cacat, dan rasa sakit), konsekuensi psikologis (depresi, cemas
dan takut), dan konsekuensi social (dampak terhadap pekerjaan, kehidupan
keluarga dan hubungan social). Semakin banyak konsekuensi yang
dipercaya akan terjadi, semakin besar persepsi bahwa masalah tersebut
merupakan ancaman sehingga mengambil tindakan.
c. Perceived Effectiveness adalah penilaian individu tentang efektivitas dari
tingkah laku kesehatan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
masalah kesehatan yang dialaminya. Penilaian ini dihasilkan melalui
perbandingan antara penilaian akan keuntungan atau (perceived benefit)
52


dan penilaian akan kerugian (perceived barrier) dari tingkah laku tersebut.
Hasil perbandingan ini menentukan arah dari tindakan kesehatan individu
untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tersebut. Aspek negatif
yang dipersepsikan meliputi biaya, bahaya, ketidaknyamanan, emosi dan
waktu yang diluangkan untuk tindakan tersebut.
d. Cues to Action adalah sumber dari mana individu mendapatkan informasi
tentang masalah kesehatan yang mungkin terjadi kepadanya. Informasi
tersebut memberi syarat kepada individu untuk melakukan tingkah laku
kesehatan. Sumber informasi bisa bersifat internal (contohnya suasana
hati) maupun eksternal seperti media massa, kampanye, nasihat orang lain,
penyakit anggota keluarga atau teman, dan artikel dari koran (Albery &
Marcus, 2011 dalam Purijayanti, 2012).
Kekurangan dari teori HBM sebagai teori perilaku kesehatan tertua juga
memilikinya. Berikut adalah beberapa kritiknya:
a. HBM difokuskan terutama kepada keputusan individu dan tidak menangani
factor social dan lingkungan.
b. HBM mengasumsikan bahwa setiap orang memiliki akses yang setara dan
tingkat yang sama terhadap informasi untuk membuat perhitungan yang
rasional (Edberg, 2007 dalam Pratama, 2010).

2.4 Teori Perilaku Merokok


2.4.1 Definisi Merokok dan Kandungan Rokok
Menurut Sitepoe tahun 2000, merokok merupakan aktivitas membakar
tembakau kemudian menghisap asapnya dengan menggunakan rokok atau pipa.
Asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke, sedangkan
asap yang dihembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke yang
mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif. Sumarno (2007) menjelaskan
2 cara merokok yang umum dilakukan yaitu;
1. Menghisap dan menelan asap rokok kedalam paru paru dan dihembuskan;
2. Hanya menghisap sampai mulut lalu dihembuskan melalui mulut atau hidung.

Adapun definisi yang dikemukakan oleh Amstrong (2007) adalah menghisap


asap tembakau ke dalam tubuh lalu menghembuskannya keluar.

53


Kesimpulan dari perilaku merokok dengan merujuk pada definitas di atas adalah
aktivitas membakar tembakau dan menghisap atau menghirup asap rokok
dengan pipa atau langsung dari rokoknya (mainstream smoke), dan kemudian
menghembuskan kembali asap tersebut ke udara (sidestream smoke).

Racun pada rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan


setidaknya 2000 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Beberapa
elemen yang beracun, seperti:
1. Nikotin
Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah.
Zat ini bersifat karsinogen dan mampu memicu kanker paru-paru yang
mematikan. Komponen ini terdapat didalam asap rokok dan juga didalam
tembakau yang tidak dibakar. Nikotin diserap melalui paruparu dan
kecepatan absorpsinya hampir sama dengan masuknya nikotin secara
intravena. Nikotin masuk kedalam otak dengan cepat dalam waktu kurang
lebih 10 detik. Dapat melewati barrier diotak dan diedarkan keseluruh
bagian otak, kemudian menurun secara cepat, setelah beredar keseluruh
bagian tubuh dalam waktu 15- 20 menit pada waktu penghisapan terakhir
(Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).

2. Tar
Tar adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada dalam asap rokok,
tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat menumbuhkan kanker.
Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang berhubungan
dengan resiko timbulnya kanker. Sumber tar adalah tembakau, cengkeh,
pembalut rokok dan bahan organik lain yang terbakar (Pemerintah RI, 2003
dalam Sukendro, 2007)

3. Karbon monoksida (CO)


Karbon monoksida adalah gas yang bersifat toksin/ gas beracun yang tidak
berwarna, zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak
mampu mengikat oksigen. Kandungannya di dalam asap rokok 2-6%.
Karbon monoksida pada paru-paru mempunyai daya pengikat dengan
hemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dari pada daya ikat oksigen
54


(O2) dengan hemoglobin (Hb) membuat darah tidak mampu mengikat
oksigen (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).

2.4.2 Tahapan menjadi Perokok


Merokok tidak terjadi dalam sekali waktu karena ada proses yang dilalui,
antara lain : periode eksperimen awal (mencoba-coba), tekanan teman sebaya
dan akhirnya mengembangkan sikap mengenai seperti apa seorang perokok
(Taylor,2009). Ada 4 tahapan yang merupakan proses menjadi perokok (Ogden,
2000) antara lain :

1. Tahap I dan II: Initation dan Maintenance


Initation merupakan tahap awal atau pertama kali individu merokok atau
tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang meneruskan atau
tidak perilaku merokonya. Sedangkan maintenance merupakan tahap dimana
individu kembali merokok. Factor kognitif berperan besar ketika individu
mulai merokok, antara lain menghubungkan perilaku merokok dengan
kesenangan, kebahagiaan, keberanian, kesetiakawanan, dan percaya diri.
Faktor lainnya adalah memiliki orang tua perokok, tekanan teman sebaya
untuk merokok, menjadi pemimpin dalam kegiatan social.

2. Tahap III : Cessation


Merupakan proses dimana perokok akhirnya berhenti merokok. Tahap
cessation terbagi menjadi 4, yaitu: precontemplation (belum ada keinginan
untuk berhenti merokok), contemplation (ada pemikiran untuk berhenti
merokok), action (ada usaha untuk berubah), maintenance (tidak merokok
selama beberapa waktu). Tahapan tersebut bersifat dinamis karena seseorang
yang berada di tahap contemplation dapat menjadi tahap precontemplation.

3. Tahap IV : Relapse
Individu yang berhasil berhenti merokok tidak menjadi jaminan bahwa ia
tidak akan kembali menjadi perokok. Marlatt dan Gordon (dalam Ogden,
2000) membedakan antara lapse dan relapse. Lapse adalah kembali merokok
dalam jumlah kecil dan relapse adalah kembali merokok dalam jumlah besar.

55


Ada beberapa situasi yang mempengaruhi yaitu high-risk situation coping
behavior dan positive-negative outcome expectancies.

Saat dihadapkan dengan high risk situation maka individu akan melakukan
strategi coping behavior berupa perilaku atau kognitif. Bentuk perilaku
misalnya menjauhi situasi atau melakukan perilaku pengganti sedangkan
bentuk kognitif adalah mengingat alasan untuk berhenti merokok.Positive
outcome expectancies (misalnya merokok mengurangi kecemasan) dan
negative outcome expectancies (merokok membuatnya sakit) dipengaruhi
pengalaman individu. No lapse berhasil dilakukan jika individu memiliki
strategi coping dan negative outcome expectancies seta self efficacy yang
rendah maka individu akanmengalami lapse.

2.4.3 Kategori Perokok


Sitepoe (2000) mengkategorikan perokok berdasarkan jumlah konsumsi
rokok harian, yaitu
(a) Perokok ringan (1-10 batang/hari)
(b) Perokok sedang (11-20batang/hari)
(c) Perokok berat (>20 batang/hari)
Perokok yang mengkonsumsi rokok dalam jumlah yang lebih kecil
memiliki kecenderungan berhenti merokok lebih besar. Taylor (2009) menyebut
istilah chippers untuk menjelaskan perokok yang mengkonsumsi rokok kurang
dari 5 batang/hari, sehingga memiliki kemungkinan yang kecil untuk kecanduan
nikotin. Istilah lainnya adalah social smoker yaitu individu yang merokok hanya
pada situasi social.Situasi social itu merupakan syarat atau pemicu untuk
merokok.

2.4.4 Tipe-Tipe Perilaku Merokok


Silvan Tomkins (dalam sarafino, 2002) menyebutkan 4 tipe perilaku
merokok berdasarkan Management of affect theory, yaitu:
a) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif (positif affect
smoking). Tujuannya untuk mendapatkan/ meningkatkan perasaan positif,
misalnya untuk mendapatkan rasa nyaman dan membentuk image yang
diinginkan. Dalam hal ini dibagi dalam 3 sub tipe:
56


Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah
minum kopi atau makan.
Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan
memegang rokok.
b) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negative (negative affect
smoking). Tujuannya untuk mengurangi perasaan yang kuran
menyenangkan, misalnya keadaan cemas dan marah.
c) Perilaku merokok yang adiktif (addictive smoking). Individu yang sudah
ketergantungan nikotin cenderung menambah dosis rokok yang akan
digunakan berikutnya karena efek rokok yang dikonsumsi sebelumnya
mulai berkurang sesaat setelah rokok habis dihisap sehingga individu
mempersiapkan hisapan rokok berikutnya. Umumnya, individu dengan tipe
perilaku merokok yang adiktif merasa gelisah bila tidak memiliki persediaan
rokok.
d) Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan (habitual smoking). Dalam
hal ini, tujuan merokok bukan untuk mengendalikan perasaannya secara
langsung melainkan karena sudah terbiasa.
2.4.5 Faktor-Faktor Penyebab atau Pendorong Perilaku Merokok
Lewin (dalam Komasari dan Helmi, 2000) perilaku merokok merupakan
fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok disebabkan oleh
faktor dalam diri (seperti perilaku memberontak dan suka mengambil resiko)
dan faktor lingkungan (seperti orangtua yang merokok dan teman sebaya yang
merokok). Menurut Mutadin (dalam Aula, 2010) mengemukakan alasan
seseorang merokok, diantaranya:
a. Pengaruh Orangtua
Menurut Baer dan Corado, individu perokok adalah individu yang berasal
dari keluarga tidak bahagia, dimana orangtua tidak memperhatikan anak-
anaknya dibandingkan dengan individu yang berasal dari lingkungan rumah
tangga yang bahagia. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada individu
57


yang tinggal dengan satu orangtua (Single Parent). Individu berperilaku
merokok apabila ibu mereka merokok dibandingkan ayah mereka yang
merokok. Hal ini terlihat pada wanita.
b. Pengaruh Teman
Berbagai faktor mengungkapkan semakin banyak individu merokok maka
semakin banyak teman-teman individu yang merokok, begitu pula sebaliknya.
c. Faktor Kepribadian
Individu mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan dari rasa sakit atau kebosanan.
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan gambaran
bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour membuat seseorang
seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku yang ada di iklan tersebut.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen (dalam Nasution, 2007) tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu:

- Faktor Biologis
Banyak penelitian menunjukan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah
satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok.
Pendapat ini didukung Aditama (1992) yang mengatakan nikotin dalam darah
perokok cukup tinggi.
- Faktor Psikologis
Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa
kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat
memberikan kesan modern dan beribawa, sehingga bagi individu yang sering
bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit dihindari.
- Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan perhatian
individu pada perokok. Seseorang berperilaku merokok dengan
memperhatikan lingkungan sosialnya.

58


- Faktor Demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia
dewasa semakin banyak (Smet, 1994) akan tetapi pengaruh jenis kelamin
zaman sekarang sudah merokok.
- Faktor Sosial Kultural
Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, dan gengsi pekerjaan
akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu (Smet, 1994).
- Faktor Sosial Politik
Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik yang
bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha
melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi
perilaku merokok.Merokok menjadi masalah yang bertambah besar bagi
Negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Smet, 1994).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-


faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok yaitu faktor dari dalam diri
individu dan juga dari lingkungan.

2.4.6 Dampak dari perilaku merokok


Ogden (2000) membagi dampak perilaku merokok menjadi 2, yaitu:
1. Dampak positif
Merokok menimbulkan dampak yang sangat sedikit bagi kesehatan. Graham
(dalam Ogden, 2000), menyatakan bahwa perokok menyebutkan dengan
merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu
menghadapi keadaan-keadaan yang sulit.

2. Dampak negatif
Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang berpengaruh
bagi kesehatan. Merokok bukanlah suatu penyakit, namun dapat memicu
berbagai jenis penyakit. Sehingga boleh dikatakan merokok tidaklah
menyebabkan kematian, tetapi penyakit yang ditimbulkan dari perilaku
merokok yang bisa menyebabkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang
bisa ditimbulkan oleh rokok antara lain penyakit tekanan darah,
memperpendek umur, penurunan vertilitas dan nafsu sexual, sakit maag,
59


gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran air seni,
penglihatan kabur, kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi udara
dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokan).

Menurut Hahn & Payne, 2003, dampak positif merokok yaitu menimbulkan
perasaan bahagia karena kandungan nikotin pada tembakau menstimulasi
adrenocorticotropichormone yang terdapat pada area spesifik di otak. Rose
(Marks, Murray, et al, 2004) menyatakan bahwa nikotin yang dikonsumsi
dalam jumlah kecil memiliki efek psikologis, antara lain: menenangkan,
mengurangi berat badan, mengurangi perasaan mudah tersinggung,
meningkatkan kesiagaan dan memperbaiki fungsi kognitif. Hahn & Payne
(2003) mengatakan bahwa perokok aktif biasanya lebih mudah sakit,
menjalani proses pemulihan kesehatan yang lebih lama dan usia hidup yang
lebih singkat. Merokok tidak menyebabkan kematian tapi mendorong
munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian, antara lain :
penyakit kardiovaskular, kanker, saluran pernapasan, gangguan kehamilan,
penurunan kesuburan, gangguan pencernaan,, peningkatan tekanan darah,
peningkatan prevalensi gondok dan gangguan penglihatan (Sitepoe, 2000).

Secara signifikan, perokok memiliki kecenderungan lebih besar


mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan meningkatkan resiko disfungsi
ereksi sebesar 50% (Taylor, 2000). Merokok tidak hanya berbahaya bagi
perokok tetapi juga bagi orang-orang disekitar perokok dan lingkungan
(Fyold, Mimms & Yelding, 2003). Passive smokers memiliki kecendurungan
yang lebih besar mengalami gangguan jantung karena menghirup tar dan
nikotin 2 kali lebih banyak, karbonmonoksida 5 kali lebih banyak dan
ammonia 50 kali lebih banyak (Donatelle & Davis, 1999). Polusi lingkungan
yang menyebabkan kematian terbesar adalah karena asap rokok dan
dikategorikan sebagai penyebab paling dominan dalam polusi ruangan
tertutup karena memberikan polutan berupa gas dan logam-logam berat
(Donatelle & Davis, 1999).

60


2.4.7 Aspek-Aspek Perilaku Merokok
Menurut Kumalasari (dalam Triyono,2004) ada empat predictor dalam
mengukur perilaku merokok seseorang, yaitu :
a) Aktivitas merokok adalah seberapa sering individu melakukan aktivitas
yang berhubungan dengan perilaku merokoknya (menghisap asap rokok,
merasakan dan menikmatinya).
b) Tempat merokok adalah dimana individu melakukan aktivitas merokoknya
(rumah, sekolah, jalan, dan lain-lain).
c) Waktu merokok adalah kapan (pada momen-momen apa saja) individu
melakukan aktivitas merokoknya.
d) Fungsi merokok, yaitu seberapa penting aktivitas merokok bagi diri si
perokok dalam kehidupannya sehari-hari dan makna merokok itu sendiri
bagi individu yang bersangkutan.

2.5 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Perilaku Lawrence Green


Sumber : (Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2003)

61


2.6 Kerangka Konsep
Kerangka Konsep Perilaku Merokok Didalam Rumah Pada Keluarga Binaan
Di RT 003 / RW 005 Kampung Kebun Jamblang, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

PERILAKU MEROKOK
DIDALAM RUMAH PADA
MASYARAKAT DESA
PANGKALAN

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Perilaku Merokok di Dalam Rumah


Pada Keluarga Binaan

2.7. Definisi Operasional


Definisi operasional adalah pengukuran atau pengamanan terhadap variabel-
variabel yang bersangkutan serta mengembangkan instrumen (alat ukur)
(Notoatmodjo, 2003). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini sebagai
berikut :

62


Tabel 2.1 Definisi Operasional

NO VARIABEL DEFINISI ALAT CARA HASIL SKALA


UKUR UKUR UKUR PENGU
KURA
N
1. Perilaku Aktivitas Kuesioner Wawancara Ya, apabila Nominal
merokok responden berupa merokok di
di dalam menghisap rokok di dalam
rumah dalam rumah dan rumah,
di depan anggota merokok
keluarga, walaupun didepan
sudah mengetahui anggota
akibatnya. keluarga, dan
tetap
merokok
walaupun
mengetahui
akibatnya
(Skor = 3)
Tidak,
apabila tidak
merokok di
dalam
rumah, tidak
merokok
didepan
anggota
keluarga, dan
tidak
merokok
walaupun

63


mengetahui
akibatnya
(Skor = 0)

2. Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Wawancara Tiap jawaban Nominal


responden yang responden benar, skor : 1
tentang ketahui mengenai Baik (Skor <
merokok di akibat merokok di 3)
dalam rumah dalam rumah Buruk
(Minimal 4). (Skor > 3)
Jawaban yang
diharapkan Kanker
Paru, Bronkitis,
ISPA, Asma, TB,
Jantung, Pneumoni,
Stroke
Kandungan dalam
rokok ( Minimal 2)
Jawaban yang
diharapkan Tar,
Nikotin, Benzen,
Arsen,
Formaldehid,
Karbon monoksida
3. Sikap Penilaian mengenai Kuesioner Wawancara Skor tiap Nominal
responden sikap responden pilihan :
terhadap terhadap dampak Setuju,
merokok di merokok di dalam apabila
dalam rumah rumah bagi memberikan
kesehatan serta dampak
sikap responden buruk bagi
tetap merokok kesehatan

64


walaupun ada yang serta tetap
terganggu merokok
walaupun
sekitar
responden
terganggu
(Skor = 1)
Tidak
setuju,
apabila tidak
memberikan
dampak
buruk bagi
kesehatan
serta tidak
merokok
karena
sekitar
responden
terganggu
4. Keyakinan Penilaian yang Kuesioner Wawancara Skor tiap Nominal
Responden diyakini oleh pilihan :
terhadap responden bahwa Ya, apabila
merokok di merokok di dalam memberikan
dalam rumah rumah dapat ketenangan
memberikan dan
ketenangan keyakinan
walaupun banyak mengenai
yang mengatakan merokok itu
rokok itu haram, haram dan
dan tidak adanya tidak adanya
tokoh agama di tokoh agama

65


sekitar lingkungan di
responden. lingkungan
responden
(Skor = 1)
Tidak,
apabila tidak
memberikan
ketenangan
dan
keyakinan
mengenai
merokok itu
tidak haram,
dan adanya
tokoh agama
di
lingkungan
responden
(Skor = 0)

5. Lingkungan Keadaan sekitar Kuesioner Wawancara Skor tiap Nominal


yang responden yang pilihan :
mempengaru mempengaruhi Ya,
hi perilaku perilaku merokok Mempengaru
merokok di dalam rumah hi (Skor = 1)
seperti adanya Tidak
orang lain disekitar Mempengaru
responden yang hi (Skor =
juga merokok di 0)
dalam rumah.
6. Sarana dan Adanya sarana dan Kuesioner Wawancara Skor tiap Nominal
Prasarana prasarana yang pilihan :
66


yang menunjang seperti Ya,
mendukung penjual rokok yang Mendukung
perilaku mudah ditemui (Skor = 1)
merokok disekitar rumah Tidak
responden yang Mendukung
mendukung (Skor = 0)
perilaku merokok
di dalam rumah
walaupun harga
rokok itu sendiri
mahal
7. Petugas Adanya petugas Kuesioner Wawancara Ya, apabila Nominal
kesehatan kesehatan yang ada
memberitahukan (Skor = 1)
dampak dari Tidak,
merokok dan apabila tidak
kemudahaan untuk ada
menemukan (Skor = 0)
petugas kesehatan
di lingkungan
sekitar tempat
tinggal responden.

67


BAB III

METODE

3.1. Penentuan Instrumen Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini sebelumnya telah dilakukan presurvey dengan teknik
wawancara, untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga binaan
mengenai seputar masalah kesehatan yang kemudian kami kumpulkan data dan
kami angkat sebagai area masalah bersama. Selanjutnya kami lakukan survey
dengan tekhnik wawancara, dengan kuesioner sebagai instrumen untuk
mengumpulkan data. Selain itu, dilakukan juga observasi langsung ke lapangan
untuk memperoleh data yang lebih lengkap. Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah lima keluarga
binaan di Kampung Kebun Jamblang Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

3.2. Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang. Pengumpulan data ini dilakukan selama 7 hari, pada
tanggal 06 13 Oktober 2016. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
terpimpin. Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman - pedoman berupa
kuesioner yang telah disiapkan masak masak sebelumnya. Sehingga interview
hanya membacakan pertanyaan pertanyaan tersebut kepada interviewer.
Pertanyaan pertanyaan di dalam kuesioner tersebut disusun sedemikian rupa
sehingga mencakup variabel - variabel yang berkaitan dengan hipotesisnya.
Keuntungan dari wawancara terpimpin ini antara lain:
Pengumpulan dan pengolahannya dapat berjalan dengan cermat/teliti.
Hasilnya dapat disajikan kualitatif maupun kuantitatif.
Interviewer dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya
pertanyaan -pertanyaan yang uniform.
Sedangkan kelemahan wawancara jenis ini antara lain pelaksanaan
wawancara kaku, interview selalu dibayangi pertanyaan-pertanyaan yang sudah

68


tersusun. Disamping itu interview menjadi terlalu formal, sehingga hubungannya
dengan responden kurang fleksibel.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagaiberikut :


a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili
dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu :
1. Bersedia untuk menjadi informan
2. Merupakan anggota keluarga binaan
3. Merupakan seorang perokok
4. Usia di atas 17 tahun
5. Sehat jasmani dan rohani
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian,
yaitu :
1. Tidak bersedia menjadi informan
2. Bukan seorang perokok
3. Berusia di atas 75 tahun dan kurang dari 17 tahun.
4. Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui
5. Memiliki gangguan mental

Adapun kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data

No. Tanggal Kegiatan


1. Kamis, 6 Oktober 2016 a. Perkenalan dengan keluarga binaan.
b. Observasi rumah keluarga binaan.
c. Sambung rasa dengan masing masing
anggota keluarga binaan.
d. Pengumpulan data dari Puskesmas.
e. Pengumpulan data dasar dari masing-
masing keluarga binaan dilanjutkan
dengan penentuan area masalah dan
dokumentasi rumah keluarga binaan
69


2. Jumat, 07 Oktober 2016 a. Menentukan area permasalahan
b. Merancang pembuatan pre-survey.
3. Sabtu, 08 Oktober 2016 a. Membagikan formulir pre-survey pada
keluarga binaan.
b. Diskusi kelompok :
1. Menentukan prioritas masalah dari
hasil pre-survey
2. Mengumpulkan referensi literatur
yang berkaitan dengan area
masalah.
3. Membuat kerangka teori dan
pertanyaan mengenai faktor-faktor
yang berkaitan dengan area
masalah.
c. Menentukan teknik dan instrumen
pengumpulan data, disepakati melalui
observasi dan wawancara dengan
instrument kuesioner
d. Bimbingan dengan dr. Oscar mengenai
keluarga binaan

4 Senin,10Oktober2016 a. Diskusi kelompok menentukan area


permasalahan Perilaku merokok dalam
rumah pada Keluarga Binaan di RT 003/
RW 005,Desa Pangkalan Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Oktober
2016.
b. Diskusi kelompok:
1. Membuat kerangka konsep
2. Membuat definisi operasional
3. Membuat kuesioner survey

5. Selasa, 11 Oktober 2016 a. Pembagian dan pengambilan hasil


kuesioner survey kepada masing-masing
responden dari keluarga binaan.
b. Mengolah data yang diperoleh dari
kuesioner
c. Menganalisis data dan menarik kesimpulan
dari kuesioner
6 Kamis, 13 Oktober 2016 a. Mengunjungi keluarga binaan untuk
crosscheckdata dan membuat kesepakatan
waktu untuk menentukan hari intervensi
b. Bimbingan akhir bersama dr. Oscar,
70


Pembimbing sekaligus staff puskesmas
Tegal Angus

3.3.Pengolahan dan Analisa Data


Untuk pengolahan data tentang Perilaku Merokok Di Dalam Rumah Pada
Keluarga Binaan di Kampung Kebun Jamblang, Desa Pangkalan Kecamatan
Teluk Naga Kabupaten Tangerang Propinsi Banten digunakan cara manual dan
bantuan software pengolahan data menggunakan Microsoft Word. Untuk
menganalisa data-data yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa
univariat.
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap
variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas
kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi
informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel,
grafik. Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah :
Perilaku merokok di dalam rumah pada responden.
Pengetahuan responden tentang dampak merokok di dalam rumah.
Sikap reponden terhadap perilaku merokok di dalam rumah.
Keyakinan responden terhadap merokok di dalam rumah dapat memberikan
ketenangan.
Lingkungan sekitar responden yang mempengaruhi responden untuk merokok
di dalam rumah.
Sarana dan prasarana yang mendukung perilaku merokok di dalam rumah.
Perilaku petugas kesehatan yang berperan dalam pembentukan perilaku
merokok di dalam rumah.

71


BAB IV
HASIL

4.1 Analisis Univariant


4.1.1. Karakteristik Responden
Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk tabel dan diagram yang
diambil dari data karakteristik responden yang terdiri dari 5 orang dalam lima
keluarga binaan di RT 003/RW 005, Kampung Kebun Jamblang, Desa Pangkalan,
Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang,
Provinsi Banten yakni: Keluarga Tn. Abdul, Tn. Asmar, Tn. Umar, Tn. Marundi
dan Tn. M.Arsan.

Usia

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan di RT 003/RW 005,
Kampung Kebun Jamblang, Desa Pangkalan, Oktober 2016

NO USIA JUMLAH PERSENTASE(%)


RESPONDEN
1 16 tahun - -
2 17 30 tahun 2 40%
3 31 50 tahun 3 60%
4 >50 tahun - -

Berdasarkan Tabel 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia pada responden di


keluarga binaan didapatkan jumlah responden terbanyak adalah yang berusia 31
50th, sebanyak 3 orang (60%). Dan responden yang berusia 17 30 tahun
sebanyak 2 orang (40%).

72


PENDIDIKAN

40% SD

SMP/SLTP
60%

Diagram 4.1 Pie Chart Tingkat Pendidikan Responden di Keluarga Binaan, RT


003/RW 005, Kampung Kebun Jamblang, Desa Pangkalan, Oktober 2016.

Berdasarkan dari diagram 4.1 terlihat tingkat pendidikan terbanyak


responden di keluarga binaan adalah Sekolah Dasar (60%).

PEKERJAAN
PEKERJAAN

20%

Buruh

Nelayan
60%
20% Karyawan Swasta

Diagram 4.2 Pie Chart Pekerjaan Responden di Keluarga Binaan, di RT 003/RW


005, Kampung Kebun Jamblang, Desa Pangkalan, Oktober 2016.

Dari diagram 4.2 terlihat jenis pekerjaan terbanyak dari keluarga binaan
adalah Buruh Pabrik (Sebanyak 60%).
73


4.1.2. Variabel
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel
variabel dalam kuesioner yang dijawab 5 responden pada bulan Oktober 2016.

Tabel 4.2. Distribusi Responden mengenai perilaku merokok di dalam rumah


pada keluarga binaan di RT 003/RW 005, Kampung Kebun Jamblang, Desa
Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tanggerang, Provinsi Banten, Oktober 2016.

Perilaku Merokok Jumlah Responden Persentase (%)


Merokok di dalam rumah 5 100%
Merokok di luar rumah 0 0%

Total 5 100%

Berdasarkan tabel 4.2 Didapatkan responden terbanyak mengenai perilaku


merokok di dalam rumah pada keluarga binaan sebanyak 5 orang (Sebesar 100%).

Tabel 4.3. Distribusi responden mengenai pengetahuan tentang dampak merokok


di dalam rumah pada keluarga binaan di RT 003/RW 005, Kampung Kebun
Jamblang, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten, Oktober 2016.

Pengetahuan Responden Jumlah Responden Persentase (%)


Baik 3 60%
Buruk 2 40%
Total 5 100%

Berdasarkan tabel 4.3. Didapatkan responden terbesar memiliki pengetahuan yang


baik mengenai dampak merokok di dalam rumah (Sebesar 60%).

Tabel 4.4. Distribusi frekuensi responden tentang sikap terhadap perilaku


merokok di luar rumah dan dampak merokok di dalam rumah bagi kesehatan pada
keluarga binaan di RT 003/RW 005, Kampung Kebun Jamblang, Desa Pangkalan,
Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, Oktober 2016.
74


Sikap Responden Jumlah Responden Persentase (%)
Baik 3 60%
Buruk 2 40%

Total 5 100%

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan responden terbesar memiliki sikap yang baik
terhadap perilaku merokok di dalam rumah dan sikap mengenai dampak merokok
di dalam rumah bagi kesehatan (Sebesar 60%).

Tabel 4.5. Distribusi frekuensi responden tentang keyakinan merokok di dalam


rumah dapat memberikan ketenangan pada keluarga binaandi RT 003/RW 005,
Kampung Kebun Jamblang, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten, Oktober 2016.

Keyakinan Responden Jumlah Responden Persentase (%)


Baik 2 40%
Buruk 3 60%

Total 5 100%

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan responden terbesar memiliki keyakinan yang


buruk tentang perilaku merokok di dalam rumah (Sebesar 60%).

Tabel 4.6. Distribusi frekuensi responden tentang faktor lingkungan


mempengaruhi perilaku merokok di dalam rumah di RT 003/RW 005, Kampung
Kebun Jamblang, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Oktober 2016.

Lingkungan Responden Jumlah Responden Persentase %


Mempengaruhi 5 100%
Tidak Mempengaruhi 0 0%
Total 5 100 %

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan bahwa faktor lingkungan responden


mempengaruhi perilaku merokok di dalam rumah (Sebesar 100%)

75


Tabel 4.7. Distribusi frekuensi responden tentang sarana dan prasarana yang
mendukung perilaku merokok di dalam rumah pada keluarga binaan di RT
003/RW 005, Kampung Kebun Jamblang, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal
Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Oktober
2016.

Sarana dan Prasarana Jumlah Responden Persentase (%)


Mendukung 5 100%
Tidak Mendukung 0 0%

5 100%

Berdasarkan Tabel 4.7 didapatkan bahwa menurut seluruh responden sarana dan
prasarana mendukung perilaku merokok di dalam rumah (Sebesar 100%).

Tabel 4.8. Distribusi frekuensi responden tentang adanya penyuluhan petugas


kesehatan mengenai merokok di luar rumah di keluarga binaan RT 003/RW005,
Kampung Kebun Jamblang, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten, Oktober 2016.

Penyuluhan oleh Jumlah Responden Persentase (%)


Petugas Kesehatan
Ada 0 0%
Tidak 5 100%

Total 5 100%

Berdasarkan Tabel 4.8. didapatkan bahwa tidak adanya penyuluhan mengenai


merokok di luar rumah oleh petugas kesehatan menurut seluruh responden
(Sebesar 100%).

Tabel 4.9.Hasil Analisis Univariat tujuh variabel tentang perilaku merokok di


dalam rumah pada Keluarga Binaan di RT 003/RW 005, Kampung Kebun
Jamblang, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten, Oktober 2016.

76


Jumlah
No Variabel Hasil Ukur Persentase
(orang)
1 Perilaku Merokok Merokok di dalam 5 100%
rumah 0 0%
Merokok di luar rumah
2 Pengetahuan Baik 3 60%
Responden Buruk 2 40%

3 Sikap Responden Baik 3 60%


Buruk 2 40%

4 Keyakinan Baik 2 40%


Responden Buruk 3 60%

6 Lingkungan Mempengaruhi 5 100%


Responden Tidak mempengaruhi 0 0%
7 Sarana dan Prasarana Mendukung 5 100%
Tidak mendukung 0 0%
8 Petugas Kesehatan Ada 0 0%
Tidak ada 5 100%

4.2. Rencana Intervensi Pemecahan Masalah


Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana
intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan
diagram fishbone yaitu untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar
akar penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan
masalah dari setiap akar penyebab masalah tersebut. Adapun diagram fishbone
dapat dilihat sebagai berikut:
Sesuai dengan diagram fishbone tersebut, akar-akar penyebab masalah yang
ditemukan dapat dilihat melalui tabel 4.10, kemudian setelah ditemukan akar
penyebab masalah dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah dan rencana
intervensi.

77


78


Tabel 4.10 Tabel Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi Pada
Keluarga Binaan di RT 003/RW 005, Kampung Kebun Jamblang, Desa
Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tanggerang, Provinsi Banten, Oktober 2016.

Akar
Alternatif
No. Penyebab Rencana Intervensi
Pemecahan Masalah
Masalah

Tingkat Meningkatkan
Memberikan penyuluhan
pendidikan pengetahuan
1. tentang pentingnya
yang rendah responden tentang
pendidikan
pentingnya pendidikan
Kurangnya
kesadaran diri Memberikan Memberikan penyuluhan

untuk penjelasan dan arahan tentang merokok di luar


2. menghindari mengenai dampak rumah serta dampak merokok

bahaya merokok di dalam di dalam rumah bagi

merokok rumah bagi kesehatan kesehatan.

Tidak adanya Memberikan Memberikan penyuluhan


tokoh agama penjelasan dan arahan tentang dampak merokok di
3. setempat mengenai hukum dalam rumah bagi kesehatan
agama mengenai dan hukum agama dari
merokok merokok .

Kurangnya Memberikan

kesadaran penjelasan dan


Memberikan penyuluhan
orang sekitar pengarahan kepada
kepada orang sekitar
responden orang sekitar
responden mengenai dampak
4. mengenai responden mengenai
merokok di dalam rumah
dampak dampak merokok di
untuk meningkatkan
merokok di dalam rumah untuk
kesadaran.
dalam rumah meningkatkan
kesadaran.

79


Akar
Alternatif
No. Penyebab Rencana Intervensi
Pemecahan Masalah
Masalah
Kurangnya
Kesadaran diri Mengatur keuangan
dalam untuk membeli hal Memberikan saran kepada
mengatur yang lebih dibutuhkan responden untuk membeli hal
5. penggunaan seperti bahan pokok yang lebih dibutuhkan dan
keuangan ataupun mengatur mulai menabung untuk masa
untuk hal-hal keuangan untuk depan
yang lebih menabung
dibutuhkan

Kurangnya
Kesadaran diri
dalam Meningkatkan Memberi penyuluhan

mengatur Kesadaran responden mengenai kerugian merokok

penggunaan dalam mengatur dan keuntungan dari


6.
keuangan keuangan untuk hal- meninggalkan rokok sehingga

untuk hal-hal hal yang lebih dapat mengatur keuangan

yang lebih dibutuhkan dengan baik

dibutuhkan

Memberi tahu petugas


Petugas kesehatan untuk
Meningkatkan upaya
kesehatan meningkatkan upaya promosi
7. promosi kesehatan dan
sulit kesehatan dan tindakan
tindakan preventif
ditemukan preventif khususnya pada
responden.

80


4.3. Intervensi Pemecahan Masalah yang Terpilih
Intervensi terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Memberikan penyuluhan tentang merokok di luar rumah dan dampak
merokok di dalam rumah bagi kesehatan
Memberikan poster dan pemutaran video tentang dampak merokok bagi
kesehatan
Terpilihnya intervensi tersebut dikarenakan penyuluhan merupakan salah
satu cara yang cukup efektif dan efisien untuk mengubah persepsi masyarakat
tentang pentingnya merokok di luar rumah dan dampak merokok di dalam rumah
bagi kesehatan. Pemutaran video dampak merokok di dalam rumah bagi kesehatan
yang akan ditontonoleh seluruh keluarga binaan berfungsi sebaga alat bantu untuk
memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi. Selain itu juga
terpilihnya intervensi tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan dari peneliti
untuk melakukan intervensi.
Penyuluhan diselenggarakan pada hari Kamis tanggal 20 Oktober 2016
mengenai Pentingnya merokok di luar rumah dan dampak merokok di dalam
rumah bagi Kesehatan, menggunakan komunikasi secara massgroup dengan
jumlah peserta sebanyak +10 orang dari 5 keluarga binaan di Kampung Kebun
Jamblang RT 003/RW 005, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten.
Kami mempresentasikan materi penyuluhan dalam bentuk poster dan video
tentang pentingnya merokok di luar rumah dan dampak merokok di dalam rumah
bagi Kesehatan. Setelah pemberian materi oleh presentan berakhir, kami
membuka sesi tanya jawab. Peserta penyuluhan terlihat antusias dan
memperhatikan selama kegiatan penyuluhan berlangsung.

Menetapkan Kegiatan Operasional


1. Konsep acara
Persiapan
1. Menentukan waktu pelaksanaan penyuluhan
2. Mempersiapkan konsep acara dan media yang akan digunakan

81


3. Menghubungi pemilik tempat (Tn. Abdul) dan meminta izin
memakai tempat tersebut untuk kegiatan penyuluhan
4. Menghubungi seluruh kepala keluarga binaan untuk mengajak
seluruh anggota keluarga untuk berkumpul di tempat penyuluhan
pada waktu yang sudah ditentukan
Pelaksanaan
1. Penyuluhan dilaksanakan pada pukul 19:00 WIB
2. Peserta penyuluhan dipersilakan untuk berkumpul pada waktu dan
jam yang telah ditentukan
3. Teknik pelaksanaan acara dilaksanakan secara bersama dengan
anggota keluarga binaan sebagai peserta penyuluhan
4. Acara penyuluhan dilaksanakan menggunakan media informasi
dalam bentuk poster dan video
5. Acara berakhir pada pukul 20.00 WIB

2. Waktu dan Tempat


Acara penyuluhan dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 20 Oktober 2016 di
depan halaman rumah Tn. Abdul di Kampung Kebun Jamblang, Desa Pangkalan
dan berlangsung pukul 19.00 20.00 WIB.

82


BAB V
PENUTUP

5.1 SIMPULAN

1. Area Masalah
Perilaku Merokok Di Dalam Rumah pada Keluarga Binaan Di RT 003/ RW
005 Kampung Kebun Jamblang, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Periode 26 September 2016 29
Oktober 2016

2. Hasil
a. Perilaku merokok di dalam rumah
Perilaku merokok di dalam rumah didapatkan pada sebagian besar
responden (100%)
b. Pengetahuan Responden
Didapatkan sebagian dari seluruh responden memiliki pengetahuan yang
buruk mengenai dampak merokok di dalam rumah (60%)
c. Sikap Responden
didapatkan responden terbesar memiliki sikap yang buruk terhadap perilaku
merokok di luar rumah dan sikap mengenai dampak merokok di dalam
rumah bagi kesehatan (Sebesar 60%).
d. Keyakinan Responden
Didapatkan bahwa responden terbanyak memiliki keyakinan yang buruk
tentang perilaku merokok di dalam rumah (Sebesar 40%).
e. Lingkungan Responden
Didapatkan bahwa faktor lingkungan responden mempengaruhi perilaku
merokok di dalam rumah (Sebesar 100%).
f. Sarana dan Prasarana
Didapatkan bahwa menurut seluruh responden sarana dan prasarana
mendukung perilaku merokok di dalam rumah (Sebesar 100%).
g. Petugas Kesehatan
Didapatkan bahwa tidak adanya penyuluhan mengenai merokok di luar
rumah oleh petugas kesehatan menurut seluruh responden (Sebesar 100%).
83


3. Hasil Fishbone
1. Kurangnya pengetahuan responden disebabkan oleh tingkat pendidikan
yang rendah.
2. Sikap responden yang buruk terhadap perilaku merokok di dalam rumah
disebabkan oleh kurangnya kesadaran diri responden untuk menghindari
bahaya merokok.
3. Keyakinan responden yang salah bahwa merokok di dalam rumah dapat
menimbulkan ketenangan disebabkan oleh presepsi yang salah mengenai
keyakinan merokok
4. Keyakinan responden yang salah mengenai hukum merokok menurut
agama disebabkan oleh Kurangnya pemahaman hukum merokok dalam
agama karena Tidak adanya tokoh agama setempat
5. Lingkungan yang mempengaruhi responden untuk merokok di dalam
rumah disebabkan oleh adanya orang lain disekitar responden yang juga
merokok didalam rumah.
6. Sarana dan prasarana yang mendukung perilaku merokok di dalam rumah
karena Responden Selalu merasa memiliki cukup uang untuk rutin
membeli rokok akibat kurangnya Kesadaran diri dalam mengatur
penggunaan keuangan untuk hal-hal yang lebih dibutuhkan
7. Petugas kesehatan sulit ditemukan sehingga Kurangnya peranan dari
petugas kesehatan dan berakibat tidak ada penyuluhan mengenai merokok
di luar rumah dan dampak merokok di dalam rumah bagi kesehatan

5.2 Saran
Intervensi Pemecahan Masalah
1. Memberikan penyuluhan tentang merokok di luar rumah dan dampak
merokok di dalam rumah bagi kesehatan.
2. Memutarkan video tentang dampak merokok di dalam rumah bagi kesehatan.
3. Memberikan saran kepada pemilik warung disekitar tempat tinggal keluarga
binaan untuk mengurangi jumlah rokok yang dijual dan diganti dengan
Sembilan bahan pokok yang lebih bermanfaat dan memiliki daya jual tinggi.
4. Memberikan saran kepada petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan
mengenai merokok diluar rumah dan dampak merokok di dalam rumah.
84


Bagi Masyarakat Kampung Kebun Jamblang
a. Hendaknya mengajak masyarakat sekitar bersamasama untuk saling
mengingatkan satu sama lain mengenai perilaku merokok di dalam rumah
yang memberikan dampak buruk baik bagi kesehatan.
b. Diharapkan kepada keluarga binaan untuk menerapkan hasil dari penyuluhan
yang telah didapat dan mengajarkannya kepada seluruh anggota keluarga.
c. Hendaknya pemilik warung di Kampung Kebun Jamblang mengurangi
jumlah rokok yang dijual dan digantikan dengan sembilan bahan pokok yang
lebih bermanfaat bagi warga Kampung Kebun Jamblang

Bagi Puskesmas Tegal Angus


a. Meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan berupa penyuluhan
tentang merokok di luar rumah dan dampak merokok di dalam rumah bagi
kesehatan secara berkala serta melakukan pemantauan tentang perubahan
perilaku merokok di dalam rumah secara rutin di desa Pangkalan.
b. Meningkatkan kerjasama dengan pemegang program ataupun pelayanan
kesehatan untuk membuat dan menerapkan peraturan khusus dalam
masyarakat tentang larangan merokok di dalam rumah.
c. Meningkatkan pembinaan kader agar lebih optimal dalam hal kegiatan
penyuluhan mengenai merokok di luar rumah dan dampak merokok di dalam
rumah bagi kesehatan.
d. Meningkatkan kerjasama dengan tokoh agama setempat untuk meningkatkan
pemahaman agama khususnya hukum merokok dalam agama.

85


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S. 2003. Manajemen Penelitian.Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Azwar A. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Mutiara


Sumber Widya.

Depkes RI. 1992. Undang Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
1992. Jakarta

Entjang I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Penerbit Alumni.

Husaini, A. 2006. Tobat Merokok (Rahasia dan Cara Empatik Berhenti Merokok).
Jakarta: Pustaka Iman

Karman dan Suyasa, S. 2004. Stress, Perilaku Merokok dan TipeKepribadian,


Jurnal pron esis. Vol. 6, No. 11. Hal 19-39

Nainggolan, DR. 2006.Anda Mau Berhenti Merokok? Pasti Berhasil.Bandung:


Indonesia Publishing House

Notoatmodjo S. 2003. Pendidilkan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit Rineka


Cipta.

Notoatmodjo. 2007.Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Penerbit


Rineka Cipta.

Prabowo. 1996. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Remaja


Rodaskarya.

86


LAMPIRAN I
KUISIONER PRESURVEY KELOMPOK 2
TENTANG PHBS RUMAH TANGGA MEROKOK DI DALAM RUMAH
PADA 5 KELUARGA BINAAN DI RT 003/005 KAMPUNG KEBUN
JAMBLANG, DESA PANGKALAN, KECAMATAN TELUK NAGA,
KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN.

Identitas responden

1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Status dalam keluarga :
5. Alamat :
6. Pendidikan terakhir :
7. Pekerjaan :

Pengetahuan

1. Apakah Anda mengetahui kandungan dari rokok ?


a) Ya, Sebutkan.
b) Tidak
2. Apakah Anda mengetahui bahaya akibat merokok ?
a) Ya, Sebutkan.
b) Tidak
3. Jika Ya, berbahaya bagi kesehatan siapa saja?
a) Perokok itu sendiri
b) Orang di sekitar perokok tersebut
c) Perokok dan orang di sekitar perokok
4. Apakah Anda mengetahui penyakit apa yang dapat disebabkan oleh
perilaku merokok di dalam rumah ?
a) Ya, Sebutkan.
b) Tidak
5. Apakah Anda mengetahui tempat yang baik untuk merokok ?
a) Ya, Sebutkan.
b) Tidak
6. Apakah Anda mengetahui efek yang paling berbahaya dari merokok ?
a) Ya, Sebutkan.
b) Tidak
Sikap

7. Apakah Anda setuju kandungan dari rokok berbahaya ?

87


a) Ya
b) Tidak
8. Apakah Anda setuju bahwa bahaya merokok tidak hanya kepada yang
merokok saja ?
a) Ya
b) Tidak
9. Apakah Anda setuju bahwa merokok dapat menyebabkan penyakit ?
a) Ya
b) Tidak
10. Apakah Anda setuju bahwa merokok harus ditempat yang terbuka ?
a) Ya
b) Tidak
11. Apakah Anda setuju penyakit yang mematikan dapat disebabkan oleh
rokok ?
a) Ya
b) Tidak
Perilaku

12. Apakah Anda merokok ?


a) Ya
b) Tidak
13. Sudah berapa lama Anda merokok ?
a) Kurang dari 1 tahun
b) Lebih dari 1 tahun
14. Mulai dari usia berapa Anda merokok ?
a) Kurang dari usia 10 tahun
b) Lebih dari usia 10 tahun
15. Dalam satu hari berapa bungkus rokok yang anda habiskan ?
a) Kurang dari 1 bungkus
b) Lebih dari 1 bungkus
16. Keadaan apa yang membuat Anda merokok di dalam rumah ?
a) Saat merasa bosan
b) Saat stres/kesal/marah
c) Saat santai/kumpul bersama teman

88


KUISIONER SURVEY KELOMPOK 2
TENTANG PHBS RUMAH TANGGA PERILAKU MEROKOK DI
DALAM RUMAH PADA 5 KELUARGA BINAAN DI RT 003/005
KAMPUNG KEBUN JAMBLANG, DESA PANGKALAN, KECAMATAN
TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN.
I. Identitas Responden
a) Nama :
b) Umur :
c) Jenis kelamin :
d) Status dalam keluarga :
e) Alamat :
f) Pendidikan terakhir :
g) Pekerjaan :

II. Pertanyaan
Perilaku
1. Apakah Anda merokok di dalam rumah?
a. Ya
b. Tidak

2. Apakah Anda merokok di depan anggota keluarga anda ?


a. Ya
b. Tidak
3. Apakah Anda tetap merokok walaupun anda sudah mengetahui akibatnya
untuk anda dan keluarga?
a. Ya
b. Tidak

Pengetahuan
4. Sebutkan akibat merokok di dalam rumah?
Minimal 4

5. Sebutkan kandungan yang terdapat di dalam rokok?


Minimal 2

Sikap
6. Merokok di dalam rumah dapat memberikan dampak yang buruk bagi
kesehatan seluruh anggota keluarga.
a. Setuju
b. Tidak setuju
7. Saya akan tetap merokok walaupun ada orang yang terganggu dengan
asap rokok saya
89


a. Setuju
b. Tidak setuju

Keyakinan
8. Apakah merokok di dalam rumah dapat memberikan ketenangan bagi
anda?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah dilingkungan anda ada tokoh Agama yang menjelaskan hukum
tentang merokok?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah anda tidak akan berhenti merokok walaupun ada yang
mengatakan rokok itu haram?
a. Ya
b. Tidak

Lingkungan
11. Apakah keluarga Anda tidak marah ketika anda merokok ?
a. Ya
b. Tidak
12. Apakah ditetangga Anda ada orang yang juga merokok di dalam rumah?
a. Ya
b. Tidak

13. Jika Ya apakah keluarga mereka tidak terganggu?


a. Ya
b. Tidak

Sarana dan Prasarana


14. Apakah terdapat penjual rokok disekitar tempat tinggal Anda?
a. Ya
b. Tidak

15. Apakah Anda tetap membeli rokok walaupun harganya mahal?


a. Ya
b. Tidak

Petugas kesehatan
16. Apakah petugas kesehatan memberi tahu dampak dari merokok?
a. Ya
b. Tidak
17. Apakah petugas kesehatan sulit ditemukan ketika anda batuk?
a. Ya
b. Tidak

90


LAMPIRAN II

SKORING KUISIONER PERILAKU MEROKOK DI KELUARGA

BINAAN DI RT 003 / RW 005 KAMPUNG KEBUN JAMBLANG, DESA

PANGKALAN, KECAMATAN TELUK NAGA, KABUPATEN

TANGERANG, PROVINSI BANTEN

I. ASPEK PERILAKU MEROKOK DI DALAM RUMAH


Nilai tertinggi = 3
Hasil :
1 poin = Merokok di dalam rumah, 0 poin = Tidak merokok di dalam
rumah
1 poin = Merokok di depan anggota keluarga, 0 poin = Tidak merokok di
depan anggota keluarga
1 poin = Tetap merokok walaupun sudah mengetahui akibatnya, 0 poin =
Tidak merokok karena sudah mengetahui akibatnya
Ya (Skor = 1)
Tidak (Skor = 0)

II. ASPEK PENGETAHUAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI


DALAM RUMAH
Tiap jawaban benar, skor : 1
Baik (Skor < 3)
Buruk (Skor > 3)
III. ASPEK SIKAP TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI DALAM
RUMAH
Skor tiap pilihan :
Setuju, apabila memberikan dampak buruk bagi kesehatan serta tetap
merokok walaupun sekitar responden terganggu (Skor = 1)
Tidak setuju, apabila tidak memberikan dampak buruk bagi kesehatan serta
tidak merokok karena sekitar responden terganggu (Skor = 0)

91


IV.ASPEK KEYAKINAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI
DALAM RUMAH
Nilai tertinggi = 3
Hasil : 1 poin = Mempengaruhi, 0 poin = Tidak mempengaruhi
Ya (Skor = 1)
Tidak (Skor = 0)
V. ASPEK LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI
DALAM RUMAH
Nilai tertinggi = 3
Hasil : 1 poin = Mempengaruhi, 0 poin = Tidak mempengaruhi
Ya (Skor = 1)
Tidak (Skor = 0)

VI. ASPEK SARANA DAN PRASARANA TERHADAP PERILAKU


MEROKOK DI DALAM RUMAH
Nilai tertinggi = 2
Hasil : 1 poin = Mendukung, 0 poin = Tidak mendukung
Ya (Skor = 1)
Tidak (Skor = 0)

VII. ASPEK PETUGAS KESEHATAN TERHADAP PERILAKU


MEROKOK DI DALAM RUMAH
Nilai tertinggi = 2
Hasil : 1 poin = Ada, 0 poin = Tidak ada
Ya (Skor = 1)
Tidak (Skor = 0)

92


LAMPIRAN III
POSTER

93


LAMPIRAN IV
LEAFLET

94


LAMPIRAN V
KEGIATAN INTERVENSI

95


96


97


98


99

Anda mungkin juga menyukai