Oleh :
G1A215030
Pembimbing:
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul KATARAK SENILIS IMATUR
untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Jambi
di Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi.
Dengan laporan kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan
orang banyak yang membacanya terutama mengenai masalah Katarak Senilis Imatur. Saya
menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saya harapkan
saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................ ii
DAFTAR ISI....................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
BAB II LAPORAN KASUS.............................. 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA... 7
3.1 Anatomi Lensa.................................................................................... 7
3.3 Fisiologi Lensa.................................................................................... 9
3.3 Definisi katarak........................... 10
3.4 Patogenesis katarak.............................................................................. 11
3.5 Faktor resiko katara.. 13
3.6 Klasifikasi Katarak................................................................................ 13
3.7 Manifestasi klinis.................................................................................. 18
3.8 Penatalaksanaan.................................................................................... 19
3.9 Komplikasi............................................................................................ 29
3.10 Prognosis............................................................................................. 30
BAB IV PEMBAHASAN........................ 31
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 33
BAB I
PENDAHULUAN
I. IDENTIFIKASI
Nama : Tn. F
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidkan : SLTA
Status : Menikah
Alamat : Jl. Insinyur Juanda Rt 29 Simpang 3 Sipin
2.6 Keadaan Sosial Ekonomi : Pasien tidak bekerja lagi sejak 1 tahun
terakhir. Sosial ekonomi cukup.
III. PEMERIKSAAN FISIK
3.1 Status Generalis
Keadaan umum : tampak baik
Kesadaran : kompos mentis
TB / BB : 160 cm / 70 kg
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respiratory rate : 20 x/menit
Suhu : afebris
3.2 Penyakit Sistemik
Trac. Respiratorius : Tidak ada keluhan
Trac. Digestivus : Tidak ada keluhan
Kardiovaskuler : Tidak ada keluhan
Endokrin : Tidak ada keluhan
Neurologi : Tidak ada keluhan
THT : Tidak ada keluhan
Kulit : Tidak ada keluhan
Duksi : baik
Duksi : baik
Versi : baik
Versi : baik
Pemeriksaan eksternal
Keruh sebagian
Keruh sebagian
Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
V. DIAGNOSIS KERJA
Katarak Senilis Imatur ODS
VI. DIAGNOSA BANDING
Katarak Senilis Insipien
Katarak Senilis Matur
VII. ANJURAN PEMERIKSAAN
Persiapan pre op : Darah rutin dan GDS, Rontgen Thorak, EKG
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa :
- Edukasi penyakit katarak
- Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor resikom diet dan olahraga
teratur
2. Tindakan operasi
3. Kacamata
Dapat diberikan kacamata dengan ukuran koreksi untuk membantu penglihatan
pasien. Namun pemberian kacamata disarankan diberikan setelah operasi dan
setelah visus pasien dievaluasi ulang.
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2. Epitel subkapsuler
Di bawah kapsul anterior lensa terdapat selapis sel epitel.Tidak terdapat epitel
lensa di bagian posterior.Epitel subkapsular terdiri atas selapis sel kuboid dan
menjadi kolumnar di daerah ekuator.Lensa akan terus bertambah besar dan
tumbuh seumur hidup dengan terbentuknya serat lensa baru dari sel-sel epitel
yang terdapat di daerah ekuator lensa.Perubahan morfologi terjadi ketika sel
epitel memanjang untuk membentuk serat lensa. Perubahan ini berhubungan
dengan peningkatan massa protein seluler pada membran setiap serat sel. Pada
saat yang sama, sel akan kehilangan organela, termasuk inti sel, mitokondria
dan ribosom.3,4,6,7
Lensa yang sedang dalam pembentukan katarak ditandai dengan sembab lensa,
perubahan protein, nekrosis dan terganggunya keseimbangan normal serabut-serabut
lensa. Pada umumnya, terjadinya perubahan lensa sesuai dengan tahap
perkembangan katarak (katarak insipient, immature matur dan hipermatur). Pada
katarak matur kekeruhan telah sempurna dan biasanya dapat kita lakukan ekstraksi.
Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan oksigen
dan mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi. Kandungan
natrium dan kalsium meningkat; kandungan kalium, asam askorbat dan protein
berkurang. Usaha usaha untuk mempercepat atau menahan perubahan-perubahan
kimiawi ini dengan terapi medis sampai saat ini belu berhasil.
3.4 Faktor resiko katarak
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Pekerjaan
d. Merokok
e. Penyakit diabetes mellitus
f. Trauma mata
g. Obat-obatan
h. Kortikosteroid
3.5 Klasifikasi katarak
Berdasarkan etiologinya katarak dapat diklasifikasikan menjadi:4
I. Katarak kongenital dan developmental
II. Katarak didapat
1. Katarak senilis
2. Katarak traumatik
3. Katarak komplikata
4. Katarak metabolik
5. Katarak elektrik
6. Katarak akibat radiasi
7. Katarak toksik, misalnya
i. Katarak yang diinduksi kortikosteroid
ii. Katarak yang diinduksi obat-obat miotik
8. Katarak yang berhubungan dengan penyakit kulit (dermatogenik katarak)
9. Katarak yang berhubungan dengan penyakit tulang
10. Katarak dengan sindrom lainnya
i. Dystrophica myotonica
ii. Downs syndrome
iii. Lowes syndrome
iv. Treacher Collins syndrome
1. Katarak kongenital
Katarak developmental adalah kekeruhan pada lensayang timbul saat lensa
dibentuk. Ini terjadi karena beberapa gangguan dalam pertumbuhan normal lensa.ini
merupakan kelainan kongenital. Pada katarak kongenital terjadi kekeruhan hanya
terbatas pada nukleus fetal atau embrionik.Katarak developmental terjadi dari bayi
sampai renaja. Oleh karenaitu kekeruhan dapat terjadi pada nukleus infantil sampai
dewasa.4,8
Bentuk katarak kongenital yang dapat terlihat memberikan kesan kepada kita
perkembangan embriogenik lensa disertai saat terjadinya gangguan perkembangan
lensa. Katarak kongenital tersebut dapat dalam bentuk katarak lamelar atau zonular,
katarak polaris posterior, katarak polaris anterior, katarak nuklear dan katarak sutural.9
Tindakan pengobatan katarak kongenital adalah operasi. Bila kekeruhan lensa
sudah demikian berat sehingga fundus bayi sudah tidak dapat dilihat pada funduskopi
maka untuk mencegah ambliopia dilakukan pembedahan secepatnya. Katarak
kongenital sudah dapat dilakukan pembedahan pada usia 2 bulan pada satu mata.6,9
2. Katarak Degeneratif3
Katarak degeneratif dibedakan menjadi katarak primer dan katarak komplikata
1. Katarak Primer
a. Katarak juvenile : katarak yang terjadi kurang dari 20 tahun
Katarak Juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak- anak sesudah lahir
yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih perkembangan serat-serat lensa
sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft
katarak.
Katarak juvenille biasanya merupakan lanjutan dari katarak kongenital. Katarak
juvenil biasanya merupakan penyulit dari penyakit sistemik atau penyakit
metabolik lainnya seperti :
1. Katarak metabolik : diabetik, galaktosemik, defisiensi gizi, penyakit
Wilson.
2. Penyakit otot : distrofi miotonik.
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik terjadi akibat adanya konstusi terhadap bola mata atau
paparan radiasi infra merah yang berulang dalam waktu yang lama. Katarak
ini sering terjadi berhubungan dengan pekerjaan dan bagian dari kecelakaan
olahraga. Insidennya lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita.
4. Katarak komplikata : kongenital dan herediter, degeneratif, toksik, radiasi.
Katarak juvenille yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi karena:
Lanjutan katarak kongenital yang makin nyata
Penyulit penyakit lain, katarak komplikata yang terjadi akibat :
- Penyakit lokal pada satu mata, seperti uveitis anterior, glaukoma, ablatio retrina,
miopia tinggi, ptosis bulbi yang mengenai satu mata.
Biasanya katarak juvenille merupakan katarak yang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Tindakan bedah pada katarak juvenille dilakukan pada :
1. Monokular katarak, yaitu bila memerlukan pekerjaan dengan binokular, katarak
telah total dan kosmetik sangat terganggu.
2. Binokular katarak yaitu bila mengganggu pekerjaan sehari-hari
b. Katarak presenilis : katarak yang terjadi sampai umur 50 tahun
c. Katarak senilis : katarak yang terjadi pada umur 50 tahun
Katarak senilis dikenal dalam 3 bentuk katarak senilis, yaitu:
a. Katarak nuklear
b. Katarak kortikal
c. Katarak subkapular posterior (kupoliform)
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur
dan hipermatur5,6,9
1. Katarak insipien
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dengan
dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya. Pada stadium ini dapat menimbulkan
keluhan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian
lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan positif.
2. Katarak imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa
sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada katarak imatur
akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan
lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan
hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.
3. Katarak matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.Kekeruhan ini
akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak
dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran
yang normal. Akan terjadi kekeruhan lensa yang bila lama akan mengakibatkan
kalsifikasi lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.
4. Katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair dan dapat
keluar melalui kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengkerut dan berwarna
kuning. Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya korteks, nukleus lensa
tenggelam ke arah bawah (katarak Morgagni). Akibat masa lensa yang keluar
melalui kapsul lensa dapat menimbulkan penyulit berupa uveitis fakotoksik atau
galukoma fakolitik.
3.8 Penatalaksanaan11
1. Pengobatan Preoperatif
- Antibiotik topical
- Preparasi pada mata sebelum operasi dilakukan
- Informed consent
- Menurunkan tekanan bola mata (TIO)
- Menjaga agar pupil tetap berdilatasi
2. Teknik anestesi yang digunakan:
1. Lokal
Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah anestesi `lokal.
Adapun anestesi lokal dilakukan dengan teknik:
a. Topikal anestesi
b. Sub konjungtiva ( sering digunakan ) obat anestesi yang dipakai Lidokain
+ Markain (1:1)
c. Retrobulbaer
d. Parabulbaer
2. Umum
Anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan anak.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahun-
tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga
tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan,
yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas
kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE)
dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum
tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE,
ECCE, dan phacoemulsifikasi.
Kontra indikasi:
Kontraindikasi absolut pada katarak anak dan dewasa muda dan kasus ruptur kapsula
traumatic. Sedangkan kontraindikasi relatif pada high myopia, marfan syndrome, katarak
morgagni, dan adanya vitreous di bilik mata depan.
Komplikasi:
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.
Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat
keluar melalui robekan meninggalkan kapsul posterior yang masih intak. ECCE melalui
ekspesi nukleus prosedur utama pada operasi katarak. Pelaksanaan prosedur ini tergantung
dari ketersediaan alat, kemampuan ahli bedah dan densitas nukleus. Pada saat ini hampir
semua kasus untuk katarak dilakukan pembedahan dengan teknik ini kecuali jika ada
kontraindikasi.9 Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan
kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah
glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya
telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan
sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder. Kontraindikasi yaitu adanya
subluksasi dan dislokasi dari lensa. Prosedur ECCE memerlukan keutuhan dari zonular
untuk pengeluaran nukleus dan materi kortikal lainnya. Oleh karena itu, ketika zonular tidak
utuh pelaksanaan prosedur yang aman melalui ekstrakapsular harus dipikirkan lagi.
Merupakan pilihan utama untuk kasus aphakia. Bahan dasar IOL yang dipakai sampai saat ini
yaitu polymethylmethacrylate (PMMA). Ada beberapa tipe dari IOL berdasarkan metode
fiksasinya di mata:
1. Anterior Chamber IOL
Lensa jenis ini berada di depan iris dan disuport oleh anterior chamber. ACIOL ini dapat
ditanam setelah proses ICCE dan ECCE. Jenis ini jarang dipakai karena mempunyai resiko
tinggi terjadinya bullous Keratopathy.
2. Iris-Supported lenses
Lensa difiksasi di iris dengan bantuan jahitan. Lensa jenis ini juga telah jarang dipakai
karena mempunya insidens yang tinggi terjadinya komplikasi post operatif
Consecutive Myopia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam overkoreksi. Pasien yang demikian
membutuhkan kacamata untuk menangani myopia dan juga membutuhkan kacamata plus
untuk penglihatan dekatnya
Consecutive Hypermetropia
Keadaan dimana kekuatan lensa yang ditanam underkoreksi sehingga membutuhkan
kacamata plus untuk penglihatan jauhnya dan tambahan +2D dan +3D untuk penglihatan
dekatnya.
Tanda-tanda pseudophakia:
o Surgical scar, biasanya dapat dilihat di dekat limbus
o Anterior chamber biasanya sedikit lebih dalam dibandingkan dengan mata normal
o Iridodonesis ringan
o Purkinje image test menunjukkan empat gambaran.
o Pupil bewarna kehitam-hitaman tetapi ketika sinar disenter ke arah pupil maka akan
terlihat pantulan reflex. Ada tidaknya IOL dapat dikonfirmasi dengan mendilatasi pupil.
o Status visus dan refraksi dapat bermacam-macam, sesuai dengan IOL yang ditanam.
3.9 Komplikasi
Komplikasi tindakan pembedahan
Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, injuri pada iris/
iridodialisis, jatuhnya nucleus ke dalam rongga vitreous.
Komplikasi dini pasca operatif
Hyphema, COA dangkal, ruptur kapsul posterior,prolaps vitreus,prolaps iris,
pendarahan.
Komplikasi yang berhubungan dengan pemasangan IOL
Cystoid Macular Edema, kerusakan pada epitel kornea, uveitis, dan glaucoma
sekunder
Malposisi dari IOL
Sun set syndrome (Subluksasi inferior dari IOL)
Sun rise syndrome (Subluksasi superior dari IOL)
Lost lens syndrome yaitu dislokasi IOL ke vitreous
3.10 Prognosis12
Prognosis penglihatan untuk pasien katarak pada anak-anak yang memerlukan
pembedahan tidak sebaik prognosis untuk katarak senilis. Dengan tehnik bedah
yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang. Hasil pembedahan
yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan jarang
terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat
hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart..
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien laki-laki usia 62 tahun datang ke poliklinik mata RSUD Raden Mattaher Jambi
dengan mengeluhkan penglihatan mata kanan dan kiri kabur sejak 1 tahun yang lalu, keluhan
timbul perlahan-lahan, semakin lama dirasakan semakin kabur dan memberat, kabur yang
dirasakan saat melihat jauh dan dekat. Penglihatan ganda (-), silau (+), sakit pada mata (-), mata
merah (-), gatal (-), berair (-), kotoran (-). Namun karena keluhan pasien rasakan belum
menganggu, pasien tidak berobat ke Rumah Sakit.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD : 120/80 mmHg, HR: 82 x/menit, RR: 20
x/menit, Suhu: afebris.
Dari pemeriksaan visus didapatkan pada mata kanan tajam penglihatannya 6/12,
sedangkan mata kirinya 6/12, pada pemeriksaan bola mata versi dan duksi baik. Pemeriksaan
eksternal mata, didapatkan lensa mata kiri keruh seluruhnya. Pemeriksaan dengan slit lamp
didapatkan lensa mata kanan dan kiri keruh sebagian dan iris shadow (+).
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik maka pasien di diagnosa katarak senilis stadium
imatur ODS.
Pada peatalaksanaan sebaiknya dilakukan tindakan non medikamentosa, rujuk ke
dokter spesialis mata untuk dilakukan tindakan operasi, dan pemberian kacamata setelah
dilakukan tindakan operasi.
DAFTAR PUSTAKA