Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

Selasa, Mei 2017

KATARAK SENILIS IMATUR

Oleh :

Yuniasih Restu Putri

G1A215030

Pembimbing:

dr. Puji Lestari, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


SMF/BAGIAN MATA RSUD RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul KATARAK SENILIS IMATUR
untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Jambi
di Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi.

Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada dr.


Puji Lestari, Sp.M, selaku konsulen ilmu mata yang telah membimbing dalam mengerjakan
laporan kasus ini sehingga dapat diselesaikan tepat waktu.

Dengan laporan kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan
orang banyak yang membacanya terutama mengenai masalah Katarak Senilis Imatur. Saya
menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saya harapkan
saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan yang akan datang.

Jambi, Mei 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................ ii
DAFTAR ISI....................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
BAB II LAPORAN KASUS.............................. 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA... 7
3.1 Anatomi Lensa.................................................................................... 7
3.3 Fisiologi Lensa.................................................................................... 9
3.3 Definisi katarak........................... 10
3.4 Patogenesis katarak.............................................................................. 11
3.5 Faktor resiko katara.. 13
3.6 Klasifikasi Katarak................................................................................ 13
3.7 Manifestasi klinis.................................................................................. 18
3.8 Penatalaksanaan.................................................................................... 19
3.9 Komplikasi............................................................................................ 29
3.10 Prognosis............................................................................................. 30
BAB IV PEMBAHASAN........................ 31
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 33
BAB I
PENDAHULUAN

WHO 1972, mendefinisikan kebutaan sebagai tajam penglihatan dibawah 3/60.


kebutaan adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius bagi setiap negara. Berdasarkan
WHO (1979), prevalensi kebutaan lebih besar pada daerah berkembang. Kebutaan ini sendiri
akan berdampak secara sosial dan ekonomi bagi orang yang menderitanya. Ironisnya, 75 %
dari kebutaan yang terjadi dapat dicegah atau diobati.
Indonesia sebagai negara berkembang tidak luput dari masalah kebutaan. Indonesia
dalam catatan WHO berada dalam urutan ketiga dengan terdapat urutan angka kebutaan
sebesar 1,47%.
Untuk survei pada tahun 1995/1996 menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai 1,5%
denga 0,87% diantaranya disebabkan oleh katarak.
Katarak adalah perubahan pada lensa mata yang semula jernih dan tembus cahaya
menjadi keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya penglihatan menjadi kabur.
.BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI
Nama : Tn. F
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidkan : SLTA
Status : Menikah
Alamat : Jl. Insinyur Juanda Rt 29 Simpang 3 Sipin

II. ANAMNESIS (Autoanamnesis):


2.1 Keluhan Utama
Penglihatan mata kiri dan kanan kabur sejak 1 tahun yang lalu.

2.2 Anamnesa Khusus :


Pasien mengeluhkan penglihatan mata kanan dan kiri kabur sejak 1 tahun yang
lalu, keluhan timbul perlahan-lahan, semakin lama dirasakan semakin kabur dan
memberat, kabur yang dirasakan saat melihat jauh dan dekat. Penglihatan ganda (-
), silau (+), sakit pada mata (-), mata merah (-), gatal (-), berair (-), kotoran (-).
Keluhan sudah semakin memberat sejak 2 bulan ini. Penglihatan kedua mata
semakin kabur hingga mengganggu aktivitas. Pasien belum mengobati kedua
matanya. Keluhan dirasa semakin memberat hingga pasien merasa terganggu untuk
beraktivitas.

2.3 Riwayat Perjalanan Penyakit


Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat pakai kacamata baca (+)
- Riwayat memiliki penyakit yang sama sebelumnya (-)
- Riwayat trauma pada mata (-)
- Riwayat alergi (-)
Riwayat Penyakit Sistemik :
- Riwayat Hipertensi (-)
- Riwayat penyakit Diabetes Mellitus (+)

2.4 Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Saudara pasien mengalami keluhan yang sama (-)

2.5 Riwayat Gizi : IMT = 28 (Gemuk)

2.6 Keadaan Sosial Ekonomi : Pasien tidak bekerja lagi sejak 1 tahun
terakhir. Sosial ekonomi cukup.
III. PEMERIKSAAN FISIK
3.1 Status Generalis
Keadaan umum : tampak baik
Kesadaran : kompos mentis
TB / BB : 160 cm / 70 kg
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respiratory rate : 20 x/menit
Suhu : afebris
3.2 Penyakit Sistemik
Trac. Respiratorius : Tidak ada keluhan
Trac. Digestivus : Tidak ada keluhan
Kardiovaskuler : Tidak ada keluhan
Endokrin : Tidak ada keluhan
Neurologi : Tidak ada keluhan
THT : Tidak ada keluhan
Kulit : Tidak ada keluhan

3.3 Status Oftalmologikus


Pemeriksaan eksternal
OD OS
Visus Dasar 6/12 6/12
TIO : Digital Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Kedudukan bola mata
Ortoforia Ortoforia

Pergerakan bola mata

Duksi : baik
Duksi : baik
Versi : baik
Versi : baik

Pemeriksaan eksternal

Keruh sebagian
Keruh sebagian
Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)

Palpebra Superior Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-),edema (-)


Palpebra Inferior Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-),edema (-)
Konjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-), lytiasis Papil (-), folikel (-),
(-), hiperemis (-) lythiasis (-),hiperemis (-)
Konjungtiva Bulbi Injeksi (-), hiperemis (-) Injeksi (-),hiperemis (-)

Kornea Jernih, infiltrat (-) Jernih, infiltrat (-)

Bilik Mata Depan Sedang Sedang


Iris Coklat, Kripta iris normal Coklat, Kripta iris normal
Pupil Bulat, Isokor Bulat, Isokor
Diameter 3 mm 3mm
Lensa Keruh sebagian Keruh sebagian

Pemeriksaan Slit Lamp


Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Conjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-). Papil (-), folikel (-)
Conjungtiva bulbi Injeksi (-), hiperemis (-) Injeksi (-), hiperemis (-)
Kornea Jernih Jernih
Sklera Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Bilik mata depan Sedang Sedang
Iris Kripta iris normal Kripta iris normal
Lensa Keruh , iris shadow test (+) Keruh , iris shadow test (+)
VISUAL FIELD TIDAK DILAKUKAN
FUNDUSKOPI TIDAK DILAKUKAN

V. DIAGNOSIS KERJA
Katarak Senilis Imatur ODS
VI. DIAGNOSA BANDING
Katarak Senilis Insipien
Katarak Senilis Matur
VII. ANJURAN PEMERIKSAAN
Persiapan pre op : Darah rutin dan GDS, Rontgen Thorak, EKG
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa :
- Edukasi penyakit katarak
- Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor resikom diet dan olahraga
teratur
2. Tindakan operasi
3. Kacamata
Dapat diberikan kacamata dengan ukuran koreksi untuk membantu penglihatan
pasien. Namun pemberian kacamata disarankan diberikan setelah operasi dan
setelah visus pasien dievaluasi ulang.

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Lensa


Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir
transparan sempurna.Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Ketebalan lensa
bervariasi tergantung pada proses akomodasi. Berat lensa bervariasi dari 135 mg (0-9
tahun) sampai 255 mg (usia 40-60 tahun). Lensa memiliki dua permukaan yaitu
permukaan anterior dan permukaan posterior. Permukaan lensa bagian posterior lebih
melengkung dibandingkan anterior. Kedua pemukaan ini bertemu pada tepi lensa yang
disebut ekuator. Posisi lensa tepat di sebelah posterior iris dan disangga oleh serat-serat
zonula yang berasal dari korpus siliaris. Di sebelah anterior lensa terdapat akuous humor,
di sebelah posteriornya terdapat vitreus.1-5

Struktur lensa terdiri dari:


1. Kapsul
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel (sedikit lebih permeabel
daripada dinding kapiler) yang akan memperbolehkan air dan elektrolit
masuk.Kapsul ini merupakan suatu membran basal transparan dan elastis yang
terutama terdiri atas kolagen tipe IV dan glikoprotein. Kapsul anterior berasal
dari epitel, sedangkan kapsul posterior berasal dari perpanjangan serat sel lensa.
Kapsul pada ekuator lebih tebal dibandingkan sentral dan lebih tebal pada
anterior (814 m, meningkat dengan bertambahnya usia) dibandingkan
posterior (2-3 m).1,3,5,6

2. Epitel subkapsuler
Di bawah kapsul anterior lensa terdapat selapis sel epitel.Tidak terdapat epitel
lensa di bagian posterior.Epitel subkapsular terdiri atas selapis sel kuboid dan
menjadi kolumnar di daerah ekuator.Lensa akan terus bertambah besar dan
tumbuh seumur hidup dengan terbentuknya serat lensa baru dari sel-sel epitel
yang terdapat di daerah ekuator lensa.Perubahan morfologi terjadi ketika sel
epitel memanjang untuk membentuk serat lensa. Perubahan ini berhubungan
dengan peningkatan massa protein seluler pada membran setiap serat sel. Pada
saat yang sama, sel akan kehilangan organela, termasuk inti sel, mitokondria
dan ribosom.3,4,6,7

3. Nukleus dan korteks


Epitel subkapsuler lensa akan membentuk serat lensa terus menerus.
Pembentukkan serat lensa yang terus-menerus mengakibatkan memadatnya
serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Dibagian
luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda yang disebut sebagai
korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut
sebagai korteks anterior, sedang di belakangnya korteks posterior. Dengan
bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedangkan korteks makin
menipis, sehingga akhirnya seluruh lensa mempunyai konsistensi nukleus. Serat
lensa dihasilkan seumur hidup, namun kecepatan produksinya makin lama
makin berkurang.6,7

Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai


zonula (zonula zinnii), yang tersusun atas banyak fibril; fibril-fibril ini berasal dari
permukaan korpus siliaris dan menyisip ke dalam ekuator lensa.8

3.2 Fisiologi lensa


Selama hidup, sel epitel lensa pada ekuator akan terus membelah dan berkembang
menjadi serat lensa, menghasilkan pertumbuhan lanjut dari lensa. Area lensa dengan
tingkat metabolisme paling tinggi adalah epitelium. Oksigen dan protein yang akan
digunakan untuk sintesis protein serta transpor aktif elektrolit, karbohidrat, dan asam
amino disediakan oleh epitelium lensa. Energi kimia ini dibutuhkan untuk memelihara
pertumbuhan sel dan transparansi lensa. Karena lensa bersifat avaskular, akuous humor
berfungsi sebagai sumber nutrisi dan mengeluarkan produk sisa metabolik. Namun, hanya
bagian anterior lensa saja yang dibasahi oleh akuous humor.8
Lensa memiliki pH 6,9, suhu relatif rendah dan relatif hipoksia. Korteks lensa lebih
terhidrasi daripada nukleus lensa. Kadar natrium di dalam lensa sekitar 20 mM, dan kadar
kalium sekitar 120 mM. Kadar natrium dan kalium di sekitar akuoushumor dan vitreous
humor sedikit berbeda: natrium lebih tinggi, sekitar 150 mM, sedangkan kalium sekitar 5
mM.8
Faktor-faktor yang berperan penting dalam menjaga kejernihan dan tranparasi lensa
adalah avaskularisasi, susunan protein lensa, karakter semipermeabel kapsul lensa dan
mekanisme pompa membran serat lensa yang mengatur keseimbangan air dan elektrolit
pada lensa.4
Walaupun terjadi fosfolirasi oksidatif di epiltel lensa, kebanyakan produksi energi
dengan proses anaerob (melalui glikolisis, jalur pentose-fosfat dan HMP (hexose
monophosphate) shunt. Glukosa dikonversi menjadi glukosa-6-fosfat dan sedikit sorbitol.1
Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein (kandungan
proteinnya lebih tinggi di antara jaringan-jaringan tubuh) dan jumlah ini sedikit berubah
dengan bertambahnya usia. Selain itu, terdapat sedikit mineral seperti yang biasa ada di
jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan
jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun
tereduksi. Karena lensa bersifat avaskular dan tidak mempunyai persarafan, nutrisi lensa
didapat melalui difusi dari akuous humor. Metabolisme lensa terutama bersifat anaerob
akibat rendahnya kadar oksigen teralut di dalam akuous humor.2,8

3.3 Definisi katarak


Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan
latincataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa keruh.Katarak adalah setiap kekeruhan
atau berkurangnya tranparasi pada lensa. Normalnya lensa akan mengkonvergensikan
cahaya yang masuk. Kekeruhan pada lensa akan menyebarkan ataupun menghambat
cahaya. Jika kekeruhan sedikit dan letaknya di perifer, ini hanya sedikit ataupun tidak
akan mempengaruhi penglihatan.2-4,6
3.4 Patogenesis Katarak9
Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Terdapat 2 teori yang menyebabkan
terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosis:
Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang
berada di sbskapular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa.
Air yang banyak ini akan menimbulkan bertmabahnya tekanan osmotic yang
menyebabkan kekeruhan lensa.
Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa maula dimana serabut kolagen
terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah. Makin
lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis
nucleus lesa.

Pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang


menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan
protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau
coklat. Temuan tambahan mungkin berupa vesikel diantara serat-serat lensa atau
migrasi sel epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang. Sejumlah faktor
yang diduga berperan dalam terbentuknya katarak antara lain kerusakan oksidatif
(dari proses radikal bebas, sinar UV dan malnutrisi. Hingga kini belum ditemukan
pengobatan yang memperlambat atau membalikkan perubahan kimiawi yang
mendasari pembentukan katarak.
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:
1. Kapsul
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiop
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel makin tipis
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan merubah protein nucleus lensa,
sedang warna coklat protein lensa nucleus mengandung histidin dan tritofan
dibanding normal
d. Korets tidak berwarna karna
e. Kadar asam askrbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
f. Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

Lensa yang sedang dalam pembentukan katarak ditandai dengan sembab lensa,
perubahan protein, nekrosis dan terganggunya keseimbangan normal serabut-serabut
lensa. Pada umumnya, terjadinya perubahan lensa sesuai dengan tahap
perkembangan katarak (katarak insipient, immature matur dan hipermatur). Pada
katarak matur kekeruhan telah sempurna dan biasanya dapat kita lakukan ekstraksi.
Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan oksigen
dan mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi. Kandungan
natrium dan kalsium meningkat; kandungan kalium, asam askorbat dan protein
berkurang. Usaha usaha untuk mempercepat atau menahan perubahan-perubahan
kimiawi ini dengan terapi medis sampai saat ini belu berhasil.
3.4 Faktor resiko katarak
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Pekerjaan
d. Merokok
e. Penyakit diabetes mellitus
f. Trauma mata
g. Obat-obatan
h. Kortikosteroid
3.5 Klasifikasi katarak
Berdasarkan etiologinya katarak dapat diklasifikasikan menjadi:4
I. Katarak kongenital dan developmental
II. Katarak didapat
1. Katarak senilis
2. Katarak traumatik
3. Katarak komplikata
4. Katarak metabolik
5. Katarak elektrik
6. Katarak akibat radiasi
7. Katarak toksik, misalnya
i. Katarak yang diinduksi kortikosteroid
ii. Katarak yang diinduksi obat-obat miotik
8. Katarak yang berhubungan dengan penyakit kulit (dermatogenik katarak)
9. Katarak yang berhubungan dengan penyakit tulang
10. Katarak dengan sindrom lainnya
i. Dystrophica myotonica
ii. Downs syndrome
iii. Lowes syndrome
iv. Treacher Collins syndrome

Berdasarkan Nana Wijaya katarak diklasifikasikan menjadi:5


1. Katarak developmental/katarak kongenital
2. Katarak degeneratif

1. Katarak kongenital
Katarak developmental adalah kekeruhan pada lensayang timbul saat lensa
dibentuk. Ini terjadi karena beberapa gangguan dalam pertumbuhan normal lensa.ini
merupakan kelainan kongenital. Pada katarak kongenital terjadi kekeruhan hanya
terbatas pada nukleus fetal atau embrionik.Katarak developmental terjadi dari bayi
sampai renaja. Oleh karenaitu kekeruhan dapat terjadi pada nukleus infantil sampai
dewasa.4,8
Bentuk katarak kongenital yang dapat terlihat memberikan kesan kepada kita
perkembangan embriogenik lensa disertai saat terjadinya gangguan perkembangan
lensa. Katarak kongenital tersebut dapat dalam bentuk katarak lamelar atau zonular,
katarak polaris posterior, katarak polaris anterior, katarak nuklear dan katarak sutural.9
Tindakan pengobatan katarak kongenital adalah operasi. Bila kekeruhan lensa
sudah demikian berat sehingga fundus bayi sudah tidak dapat dilihat pada funduskopi
maka untuk mencegah ambliopia dilakukan pembedahan secepatnya. Katarak
kongenital sudah dapat dilakukan pembedahan pada usia 2 bulan pada satu mata.6,9

2. Katarak Degeneratif3
Katarak degeneratif dibedakan menjadi katarak primer dan katarak komplikata
1. Katarak Primer
a. Katarak juvenile : katarak yang terjadi kurang dari 20 tahun
Katarak Juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak- anak sesudah lahir
yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih perkembangan serat-serat lensa
sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft
katarak.
Katarak juvenille biasanya merupakan lanjutan dari katarak kongenital. Katarak
juvenil biasanya merupakan penyulit dari penyakit sistemik atau penyakit
metabolik lainnya seperti :
1. Katarak metabolik : diabetik, galaktosemik, defisiensi gizi, penyakit
Wilson.
2. Penyakit otot : distrofi miotonik.
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik terjadi akibat adanya konstusi terhadap bola mata atau
paparan radiasi infra merah yang berulang dalam waktu yang lama. Katarak
ini sering terjadi berhubungan dengan pekerjaan dan bagian dari kecelakaan
olahraga. Insidennya lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita.
4. Katarak komplikata : kongenital dan herediter, degeneratif, toksik, radiasi.
Katarak juvenille yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi karena:
Lanjutan katarak kongenital yang makin nyata
Penyulit penyakit lain, katarak komplikata yang terjadi akibat :
- Penyakit lokal pada satu mata, seperti uveitis anterior, glaukoma, ablatio retrina,
miopia tinggi, ptosis bulbi yang mengenai satu mata.
Biasanya katarak juvenille merupakan katarak yang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Tindakan bedah pada katarak juvenille dilakukan pada :
1. Monokular katarak, yaitu bila memerlukan pekerjaan dengan binokular, katarak
telah total dan kosmetik sangat terganggu.
2. Binokular katarak yaitu bila mengganggu pekerjaan sehari-hari
b. Katarak presenilis : katarak yang terjadi sampai umur 50 tahun
c. Katarak senilis : katarak yang terjadi pada umur 50 tahun
Katarak senilis dikenal dalam 3 bentuk katarak senilis, yaitu:
a. Katarak nuklear
b. Katarak kortikal
c. Katarak subkapular posterior (kupoliform)
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur
dan hipermatur5,6,9
1. Katarak insipien
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dengan
dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya. Pada stadium ini dapat menimbulkan
keluhan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian
lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan positif.
2. Katarak imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa
sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada katarak imatur
akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan
lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan
hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.
3. Katarak matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.Kekeruhan ini
akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak
dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran
yang normal. Akan terjadi kekeruhan lensa yang bila lama akan mengakibatkan
kalsifikasi lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.
4. Katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair dan dapat
keluar melalui kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengkerut dan berwarna
kuning. Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya korteks, nukleus lensa
tenggelam ke arah bawah (katarak Morgagni). Akibat masa lensa yang keluar
melalui kapsul lensa dapat menimbulkan penyulit berupa uveitis fakotoksik atau
galukoma fakolitik.

Tabel 2.1 Perbedaan stadium katarak senilis


Insipien Imatur Matur Hipermatur
Visus 6/6 (6/6 (1/300- (1/300-
1/60) 1/~) 1/~)
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma

3.7 Manifestasi Klinis10


Anamnesis
Anamnesis yang cermat penting dalam menentukan progresi dan fungsional
penglihatan akibat katarak dan juga dalam mengidentifikasi penyebab lain kekeruhan
pada lensa.
Penurunan tajam penglihatan
Penurunan tajam penglihatan merupakan keluhan yang paling umum pada pasien
dengan katarak. Keluhan penglihatan berasap dan tajam penglihatan yang menurun
secara progresif. Bila kekeruhan lensa tipis, kemunduran visus sedikit atau
sebaliknya. Jika kekeruhan terletak di equator, penderita tidak akan mengalami
keluhan penglihatan.
Glare
Keluhan ini berupa menurunnya sensitifitas kontras pada cahaya yang terang atau
silau pada siang hari atau pada arah datangnya sinar pada malam hari. Gangguan ini
muncul utamanya pada pasien dengan katarak subcapsular posterior dan pada pasien
dengan katarak kortikal.
Myopic shift
Progresi katarak seringkali meningkatkan kekuatan dipotrik lensa menyebabkan
terjadinya myopic atau myopic shift derajat ringan maupun sedang. Akibatnya, ada
pasien presbiobic melaporkan peningkatan jarak dekat dan tidak membutuhkan
kacamata baca saat mereka mengalami hal yang disebut second sight. Namun
munculnya sementara saat kualitas lensa mengalami gangguan makan second sight
tersebut akan hilang.
Myopic shift dan second sight tidak terjadi pada katarak kortikal dan katarak
subkapsular posterior.
Monocular diplopia
Penderita melihat dua bayangan yang disebabkan refraksi dari lensa sehingga benda
benda yang dilihat penderita akan dilihat silau
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan mata lengkap dimulai dari pemeriksaan tajam penglihatan.
Pemeriksaan dengan slit lamp juga penting selain untuk memeriksa kekeruhan lensa
juga untuk pemeriksaan mata lainnya ( konjungtiva, kornea, iris, kamera anterior).
Selain itu pemeriksaan oftalmoskop direk dan indirek penting untuk mengevaluasi
posterior mata sehingga dapat diketahui prognosis setelah ekstraksi lensa.

3.8 Penatalaksanaan11
1. Pengobatan Preoperatif
- Antibiotik topical
- Preparasi pada mata sebelum operasi dilakukan
- Informed consent
- Menurunkan tekanan bola mata (TIO)
- Menjaga agar pupil tetap berdilatasi
2. Teknik anestesi yang digunakan:
1. Lokal
Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah anestesi `lokal.
Adapun anestesi lokal dilakukan dengan teknik:
a. Topikal anestesi
b. Sub konjungtiva ( sering digunakan ) obat anestesi yang dipakai Lidokain
+ Markain (1:1)
c. Retrobulbaer
d. Parabulbaer
2. Umum
Anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan anak.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahun-
tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga
tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan,
yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas
kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE)
dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum
tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE,
ECCE, dan phacoemulsifikasi.

Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)


Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa
dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi
korneal superior yang lebar. Oleh karena itu, zonule atau ligamen hialoidea yang telah
berdegenasi dan lemah adalah salah satu dari indikasi dari metode ini. Sekarang metode ini
hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan
terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.
Dapat dilakukan di tempat dengan fasilitas bedah mikroskopis yang terbatas, pada kasus-
kasus yang tidak stabil seperti intumescent, hipermatur, dan katarak luksasi, jika zonular
tidak berhasil dimanipulasi untuk mengeluarkan nukleus dan korteks lensa melalui prosedur
ECCE.
Pembedahan Katarak dengan Metode ICCE

Kontra indikasi:
Kontraindikasi absolut pada katarak anak dan dewasa muda dan kasus ruptur kapsula
traumatic. Sedangkan kontraindikasi relatif pada high myopia, marfan syndrome, katarak
morgagni, dan adanya vitreous di bilik mata depan.

Komplikasi:
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.
Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat
keluar melalui robekan meninggalkan kapsul posterior yang masih intak. ECCE melalui
ekspesi nukleus prosedur utama pada operasi katarak. Pelaksanaan prosedur ini tergantung
dari ketersediaan alat, kemampuan ahli bedah dan densitas nukleus. Pada saat ini hampir
semua kasus untuk katarak dilakukan pembedahan dengan teknik ini kecuali jika ada
kontraindikasi.9 Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan
kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah
glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya
telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan
sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder. Kontraindikasi yaitu adanya
subluksasi dan dislokasi dari lensa. Prosedur ECCE memerlukan keutuhan dari zonular
untuk pengeluaran nukleus dan materi kortikal lainnya. Oleh karena itu, ketika zonular tidak
utuh pelaksanaan prosedur yang aman melalui ekstrakapsular harus dipikirkan lagi.

Metode dengan ECCE

Ada 3 macam tipe dari ECCE:


Phakoemulsifikasi
Prosedur ekstrakapsular dengan mengemulsifikasi nukleus lensa menggunakan gelombang
ultrasonic (40.000 MHz) kemudian diaspirasi. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat
kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan
katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur
sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan
tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan
sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas
sehari-hari.10 Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan
katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi
limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun
sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui
incisi kecil seperti itu.
SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil. Di negara yang berkembang, teknik ini lebih dipilih karena biaya yang
lebih murah, teknik yang lebih mudah dipelajari, lebih aman untuk dilakukan dan
mempunyai aplikasi yang lebih luas. Sesudah ekstraksi katarak mata tak mempunyai lensa
lagi yang disebut afakia. Tanda-tandanya adalah bilik mata depan dalam, iris tremulans dan
pupil hitam. Pada (pseudofakia)
Menggunakan lensa kontak
Menggunakan kacamata afakia, kacamata ini tebal, berat, dan tidak nyaman. Kacamata
untuk penglihatan jauh dan dekat sebaiknya diberikan dalam dua kacamata untuk
menghindarkan aberasi sferis dan aberasi khromatis.
Kelebihan Conventional ECCE dibandingkan SICS:
Teknik yang lebih simple yang dapat dipelajari dalam waktu yang relatif lebih singkat
Kekurangan Conventional ECCE dibandingkan SICS:
Insisi yang panjang (10-12mm)
Jahitan yang dibutuhkan banyak
Membutuhkan tindakan lepas jahitan yang rentan terhadap infeksi
Iritasi dan abses pada suture postoperasi
Insiden yang cukup tinggi untuk astigmatisme pasca operasi
Prolaps iris, bilik mata depan menjadi dangkal, kebocoran jahitan dapat terjadi
Prolaps vitreous, operative hard eye, dan expulsive choroidal hemorrage dapat
terjadi
Keuntungan SICS dibandingkan dengan phacoemulsifikasi
Dapat dilakukan pada semua jenis katarak, termasuk hard cataract grade IV dan V
Prosedur yang lebih mudah untuk dipelajari dibandingkan dengan teknik
phacoemulsifikasi
Keuntungan yang paling signifikan dari SICS adalah tidak bergantung pada mesin dan
dapat dilakukan di mana saja
Komplikasi postoperasi lebih jarang
Waktu operasi yang dibutuhkan relatif lebih singkat
Biaya yang dibutuhkan lebih murah
Kekurangan SICS dibandingkan dengan phacoemulsifikasi
Injeksi konjungtiva selama 5-7 hari pada tempat dilakukannya pembedahan
Nyeri tekan yang ringan karena adanya insisi pada sclera
Terkadang postoperative hyphema dapat terjadi
Astigmatisma post operasi lebih mungkin terjadi karena insisi SICS (6mm) lebih besar
dibandingkan dengan phakoemulsifikasi.
Pemasangan Lensa Tanam (IOL)

Merupakan pilihan utama untuk kasus aphakia. Bahan dasar IOL yang dipakai sampai saat ini
yaitu polymethylmethacrylate (PMMA). Ada beberapa tipe dari IOL berdasarkan metode
fiksasinya di mata:
1. Anterior Chamber IOL

Lensa jenis ini berada di depan iris dan disuport oleh anterior chamber. ACIOL ini dapat
ditanam setelah proses ICCE dan ECCE. Jenis ini jarang dipakai karena mempunyai resiko
tinggi terjadinya bullous Keratopathy.
2. Iris-Supported lenses
Lensa difiksasi di iris dengan bantuan jahitan. Lensa jenis ini juga telah jarang dipakai
karena mempunya insidens yang tinggi terjadinya komplikasi post operatif

3. Posterior chamber lenses


PCIOL ini terletak di bagian belakang iris yang disuport oleh sulkus siliar atau oleh capsular
bag. Ada 3 jenis dari PCIOL yang sering dipakai:
o Rigid IOL
Terbuat secara keseluruhan dari PMMA
o Foldable IOL
Dipakai untuk penanaman melalui insisi yang kecil (3,2mm) setelah tindakan
phacoemulsifikasi dan terbuat dari silikom, akrilik, hydrogel dan collaner
o Rollable IOL
IOL yang paling tipis dan biasa dipakai setelah mikro insisi pada phakonit teknik, terbuat
dari hydrogel.

Indikasi pemasangan IOL:


Sebaliknya pemasangan IOL dilakukan pada setiap operasi katarak, kecuali ada
kontraindikasinya.
Pseudophakia
Adalah keadaan aphakia ketika sudah dipasang lensa tanam (IOL). Keadaan setelah
pemasangan lensa tanam:
Emmetropia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam tepat. Pasien yang demikian hanya
membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan dekat saja

Consecutive Myopia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam overkoreksi. Pasien yang demikian
membutuhkan kacamata untuk menangani myopia dan juga membutuhkan kacamata plus
untuk penglihatan dekatnya
Consecutive Hypermetropia
Keadaan dimana kekuatan lensa yang ditanam underkoreksi sehingga membutuhkan
kacamata plus untuk penglihatan jauhnya dan tambahan +2D dan +3D untuk penglihatan
dekatnya.
Tanda-tanda pseudophakia:
o Surgical scar, biasanya dapat dilihat di dekat limbus
o Anterior chamber biasanya sedikit lebih dalam dibandingkan dengan mata normal
o Iridodonesis ringan
o Purkinje image test menunjukkan empat gambaran.
o Pupil bewarna kehitam-hitaman tetapi ketika sinar disenter ke arah pupil maka akan
terlihat pantulan reflex. Ada tidaknya IOL dapat dikonfirmasi dengan mendilatasi pupil.
o Status visus dan refraksi dapat bermacam-macam, sesuai dengan IOL yang ditanam.

Perawatan Pasca Bedah


Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih pendek.
Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hati-
hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan,
olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanyadapat dibalut selama beberapa hari
pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi
dan matanya dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara
dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat melihat dengan
baik melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen (Biasanya 6-8 minggu
setelah operasi). Selain itu juga akan diberikan obat untuk :
Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat maka
diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul beberapa jam setelah
hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan
Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan perlu
diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak
sempurna.
Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk mengurangi
reaksi radang akibat tindakan bedah.
Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.

3.9 Komplikasi
Komplikasi tindakan pembedahan
Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, injuri pada iris/
iridodialisis, jatuhnya nucleus ke dalam rongga vitreous.
Komplikasi dini pasca operatif
Hyphema, COA dangkal, ruptur kapsul posterior,prolaps vitreus,prolaps iris,
pendarahan.
Komplikasi yang berhubungan dengan pemasangan IOL
Cystoid Macular Edema, kerusakan pada epitel kornea, uveitis, dan glaucoma
sekunder
Malposisi dari IOL
Sun set syndrome (Subluksasi inferior dari IOL)
Sun rise syndrome (Subluksasi superior dari IOL)
Lost lens syndrome yaitu dislokasi IOL ke vitreous

3.10 Prognosis12
Prognosis penglihatan untuk pasien katarak pada anak-anak yang memerlukan
pembedahan tidak sebaik prognosis untuk katarak senilis. Dengan tehnik bedah
yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang. Hasil pembedahan
yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan jarang
terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat
hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart..
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien laki-laki usia 62 tahun datang ke poliklinik mata RSUD Raden Mattaher Jambi
dengan mengeluhkan penglihatan mata kanan dan kiri kabur sejak 1 tahun yang lalu, keluhan
timbul perlahan-lahan, semakin lama dirasakan semakin kabur dan memberat, kabur yang
dirasakan saat melihat jauh dan dekat. Penglihatan ganda (-), silau (+), sakit pada mata (-), mata
merah (-), gatal (-), berair (-), kotoran (-). Namun karena keluhan pasien rasakan belum
menganggu, pasien tidak berobat ke Rumah Sakit.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD : 120/80 mmHg, HR: 82 x/menit, RR: 20
x/menit, Suhu: afebris.
Dari pemeriksaan visus didapatkan pada mata kanan tajam penglihatannya 6/12,
sedangkan mata kirinya 6/12, pada pemeriksaan bola mata versi dan duksi baik. Pemeriksaan
eksternal mata, didapatkan lensa mata kiri keruh seluruhnya. Pemeriksaan dengan slit lamp
didapatkan lensa mata kanan dan kiri keruh sebagian dan iris shadow (+).
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik maka pasien di diagnosa katarak senilis stadium
imatur ODS.
Pada peatalaksanaan sebaiknya dilakukan tindakan non medikamentosa, rujuk ke
dokter spesialis mata untuk dilakukan tindakan operasi, dan pemberian kacamata setelah
dilakukan tindakan operasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. James, T. Oxford American Handbook of Ophthalmology. New York: Oxford University


Press; 2011. p 228 230, 625
2. Gerhard, K.. Ophthalmology A Text Book Atlas. New York: Thieme Stuttgart; 2006. p
169-174
3. Crick RP, Khaw PT. A Textbook Of Clinical Ophthalmology. 3rdEdision. Singapore. World
Scientific; 2003. p 35,94
4. Khurana K.Comprehensive Ophthalmology. New Delhi: New Age International; 2007. p
167-170
5. Riordan Paul, Eva. Anatomi dan Embriologi Mata. Dalam: Vaughan & Asbury Oftalmologi
Umum.Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2010. hal 11-12
6. Ilyas Sidarta, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran.
Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto; 2010. hal. 6-7, 143-150
7. American Academy of Ophthalmology. Anatomy in Lens and Cataract. Section 11. Basic
and Clinical Science Course; 2009. p 5-6, 33, 50-54, 60-61
8. Sidarta, I. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2009. hal. 8-9, 200-208
9. Wva Riodan Paul, Eitcher P. Jhon. Ofthalmologi Umum. Edisi 17. Penerbit EGC. 2012
10. Sidarta I, Mailangkay H HB Hilman. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan
Mahasiswa Kedokteran. Jakarta. 2002. CV Sagung Seto. 2002.Hal: 491-6
11. Akura, J Kaneda, dkk. Manual Sutureles Cataract Surgery Using a Claw Vectis. J. Cataract
Refract Surgery, Vol 26. April 2002.
12. Vaughan. Katarak dalam Ofthalmologi Umum. Jakarta. 2007. Hal: 169-171

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • Rokok Elektronik dan Kanker Mulut
    Rokok Elektronik dan Kanker Mulut
    Dokumen11 halaman
    Rokok Elektronik dan Kanker Mulut
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • Depresi Dan TTH
    Depresi Dan TTH
    Dokumen5 halaman
    Depresi Dan TTH
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • Fish Oil
    Fish Oil
    Dokumen18 halaman
    Fish Oil
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • Kasus
    Kasus
    Dokumen34 halaman
    Kasus
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • Tempel
    Tempel
    Dokumen1 halaman
    Tempel
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • 58 Langkah APN
    58 Langkah APN
    Dokumen2 halaman
    58 Langkah APN
    Yayex Sri Bangsa
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen1 halaman
    Case
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • Tempel
    Tempel
    Dokumen1 halaman
    Tempel
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • 58 Langkah APN
    58 Langkah APN
    Dokumen2 halaman
    58 Langkah APN
    Yayex Sri Bangsa
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • TTH
    TTH
    Dokumen36 halaman
    TTH
    Yuniasih Restu Putri
    100% (1)
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen2 halaman
    Abstrak
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • Tempel
    Tempel
    Dokumen1 halaman
    Tempel
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • SESAK NAFAS DAN GANGGUAN JANTUNG
    SESAK NAFAS DAN GANGGUAN JANTUNG
    Dokumen47 halaman
    SESAK NAFAS DAN GANGGUAN JANTUNG
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • Tempel
    Tempel
    Dokumen1 halaman
    Tempel
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • Case Report Session KNF
    Case Report Session KNF
    Dokumen45 halaman
    Case Report Session KNF
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • Refrat
    Refrat
    Dokumen1 halaman
    Refrat
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • Kapita Selekta
    Kapita Selekta
    Dokumen226 halaman
    Kapita Selekta
    Any AkhFar
    73% (15)
  • KB
    KB
    Dokumen49 halaman
    KB
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • Abortus
    Abortus
    Dokumen22 halaman
    Abortus
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • Hiperemesis Gravidarum (Heg)
    Hiperemesis Gravidarum (Heg)
    Dokumen5 halaman
    Hiperemesis Gravidarum (Heg)
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • 18.1 Draf Standar Kompetensi Dokter Indonesia 16 Mei 2012
    18.1 Draf Standar Kompetensi Dokter Indonesia 16 Mei 2012
    Dokumen18 halaman
    18.1 Draf Standar Kompetensi Dokter Indonesia 16 Mei 2012
    Michael Griffin
    Belum ada peringkat
  • Tutorial Skenario 1 Blok 11 Fix
    Tutorial Skenario 1 Blok 11 Fix
    Dokumen38 halaman
    Tutorial Skenario 1 Blok 11 Fix
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Esensial
    Hipertensi Esensial
    Dokumen27 halaman
    Hipertensi Esensial
    Yuniasih Restu Putri
    Belum ada peringkat