Anda di halaman 1dari 15

http://www.renunganharian.

net/2017/87-januari/2045-benteng-kekerasan-
hati.html

BENTENG KEKERASAN HATI


Tetapi para ahli Mesir membuat yang demikian juga dengan ilmu-ilmu mantera
mereka, sehingga hati Firaun berkeras dan ia tidak mau mendengarkan mereka
keduanya seperti yang difirmankan TUHAN. (Keluaran 7:22)

Bacaan Alkitab Setahun:


Keluaran 29-31

Para arkeolog dan ahli sejarah sepakat bahwa seluruh kemajuan dan prestasi
yang dicapai oleh kerajaan Mesir kuno tidak terlepas dari kehadiran Sungai Nil.
Sungai terpanjang di dunia ini telah memainkan perannya yang sangat vital bagi
seluruh aspek kehidupan Mesir kuno. Dunia cocok-tanam dan perikanan sangat
diuntungkan olehnya. Bahkan sistim kalender pun ditentukan oleh pasang-surut
sungai yang satu ini.
Bisa dibayangkan betapa mengerikannya kehidupan di seluruh Mesir ketika tulah
pertama menimpa negeri itu. Air sungai yang vital itu berubah menjadi darah!
(ay. 20). Seluruh rakyat kebingungan menggali tanah demi memperoleh air (ay.
24). Belum lagi bau amis dan bau busuk ikan mati tersebar dimana-mana (ay.
18). Namun demikian, Firaun tetap tidak peduli dan mengeraskan hati (ay. 22-
23). Bahkan para ahli sihirnya diperintahkan untuk melakukan hal yang serupa
demi menandingi tulah itu. Sungguh aneh! Bukankah itu justru membuat derita
rakyatnya kian parah? Begitulah, rupanya kekerasan hati sanggup
menyingkirkan semua akal-sehat manusia.

Kekerasan hati membuat telinga tebal, hati nurani kebal, dan selanjutnya jadilah
seorang sosok yang bebal. Segala yang dilakukannya akan melawan
pertimbangan akal-sehat. Yang dibela dan dipertahankannya tak lain kecuali
seonggok gengsi. Banyak pihak dikorbankan. Tuhan tak pernah bersenang hati
melihat celaka menimpa kita. Hanya kita yang seringdengan kebebalan kita
sepertinya tidak memberi jalan bagi Tuhan untuk bekerja. Sehingga Tuhan
terpaksa menimpakan hajaran telak untuk menaklukkannya.

http://www.renunganharian.net/2017/87-januari/2044-tak-mau-berkeringat.html
TAK MAU BERKERINGAT
Si pemalas dibunuh oleh keinginannya, karena tangannya enggan bekerja.
(Amsal 21:25)

Bacaan Alkitab Setahun:


Keluaran 26-28

Meski berkeringat itu normal dan sehat, kini tersedia


deodoran antiperspirant khusus untuk mengurangi, mencegah atau
menghilangkan keringat. Deodoran yang dikemas dalam botol semprot itu
banyak diburu oleh perempuan dan lelaki yang tak mau berkeringat terlalu
banyak, karena mengganggu penampilan.

Tak mau berkeringat, secara kiasan biasanya dikenakan pada orang yang tak
mau bekerja. Orang yang meninabobokan dirinya dalam kemalasan. Seperti
pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya (ay.
14). Si pemalas kemudian menjadi parasit, hanya berpangku tangan dan
mengandalkan jerih payah orang lain. Otot-otot tubuhnya pun dilemaskan oleh
kemalasannya. Ia masih bisa mengangkat sendok dan garpu, tetapi terlalu lemah
menyuapkan makanan ke mulutnya sendiri. Hati dan pikiran si pemalas pun
semakin tumpul, tetapi anehnya, kata Salomo, Si pemalas menganggap dirinya
lebih bijak daripada tujuh orang yang menjawab dengan bijaksana (ay. 16).

Adalah masalah besar kalau sampai kita menjadi pemalas seekstrem yang
digambarkan Salomo. Namun kenyataannya, banyak orang yang merebahkan
diri dalam kemalasan. Tidak seharusnya kita tak mau berkeringat. Kerja
membuat kita sehat rohani dan jasmani. Bekerja itu terhormat, memupuk harga
diri. Kita bukan saja produktif tetapi juga menjadi bahagia, seperti kata sang
pemazmur, Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu,
berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! (Mazmur 128:2).

http://www.renunganharian.net/2017/87-januari/2042-perbuatan-yang-
menyelamatkan.html
PERBUATAN YANG MENYELAMATKAN
Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa
perbuatan-perbuatan adalah mati. (Yakobus 2:26)
Bacaan Alkitab Setahun:
Keluaran 20-22

Saya pernah ditanya oleh seseorang, Mengapa harus hidup sungguh-sungguh


bagi Tuhan sejak masa muda? Bukankah kita diselamatkan oleh iman dan bukan
oleh perbuatan? Orang ini memperlihatkan pengertian yang kurang tepat
tentang iman. Pokoknya, asalkan beriman, kita pasti selamat. Pandangan
semacam ini dapat menjurus pada kehidupan yang sembarangan. Yakobus
berpendapat berbeda.

Yakobus jelas tidak menentang keselamatan melalui iman (Yak. 1:18; bdk. Flp.
2:12). Kritik Yakobus dialamatkan kepada mereka yang menganggap iman itu
berdiri sendiri, tanpa berdampak pada perbuatan orang percaya. Iman yang
demikian tidak berguna sebab tidak dapat menolong orang lain (ay. 15-17). Iman
seperti itu tidak berbeda dengan sikap Iblis, yang percaya bahwa Allah itu ada,
namun mereka toh melawan Dia (ay. 19). Sebaliknya, para tokoh iman dalam
Perjanjian Lama menunjukkan iman mereka melalui perbuatan (ay. 21-26). Iman
yang tidak berdampak pada perbuatan bukanlah iman yang sejati. Itu hanyalah
suatu pengakuan yang kosong dan tidak berguna. Sebaliknya, iman yang otentik
tentu akan memancar melalui perbuatan.

Tantangan Yakobus tersebut tetap relevan bagi umat percaya saat ini: iman
yang berguna! Iman bahwa Allah ada dan menyertai kehidupan kita mestinya
terlihat dalam kehidupan yang memberkati sesama. Iman itu menggerakkan kita
untuk mewujudkan kasih Allah bagi mereka yang memerlukan pertolongan.
Bagaimana kita akan mewujudkan iman kita pada hari ini?

http://www.renunganharian.net/2017/87-januari/2039-menjadi-saksi-kristus.html
MENJADI SAKSI KRISTUS
"Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu
yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?" (Yohanes 4:29)

Bacaan Alkitab Setahun:


Keluaran 11-13

Lina adalah salah satu jemaat di gereja kami. Meski tidak lulus SMP dan bekerja
sebagai pembantu rumah tangga, Lina suka bersaksi tentang Yesus Kristus
kepada orang-orang yang dia temui. Dimanapun dia berada, bila ada
kesempatan, Lina tak malu bersaksi. Lina berani bersaksi karena merasakan
betapa besar kasih Kristus terjadi dalam hidupnya.

Ada sebagian dari kita takut untuk bersaksi, padahal kita mengaku Kristen. Kita
merasa bukan siapa-siapa, biarlah pendeta saja yang bersaksi tentang Yesus.
Sebenarnya, bukan kita yang memilih Tuhan, namun Tuhan yang memilih kita.
Apa pun latar belakang kita, sebagai orang Kristen kita harus menjadi saksi
Kristus. Siapakah saksi Kristus pertama? Dia bukan Petrus, Filipus, atau Paulus
yang telah berkeliling memberitakan Injil. Alkitab mencatat ada dua saksi Kristus
pertama. Mereka adalah seorang Gerasa yang disembuhkan Yesus (Mar 5:19),
dan seorang wanita Samaria yang sudah punya lima suami, yang bercakap-
cakap dengan Yesus di tepi sumur. Perhatikan kedua orang ini. Di mata dunia
kedua orang ini sama sekali tak dipandang karena latar belakangnya yang buruk.
Namun mengapa mereka bisa bersaksi tentang Yesus? Karena mereka
berterima kasih atas kasih Tuhan.

Bersaksi tentang Yesus Kristus bukan hal sulit, dan mudah kita kerjakan setiap
saat, ketika kita memandang berharga kasih setia Tuhan. Pada prakteknya, tidak
setiap orang suka saat kita bersaksi tentang Kristus, namun pasti ada orang
yang mendengarkan dan akhirnya menerima Kristus. Mari kita berani menjadi
saksi Kristus.

http://www.renunganharian.net/2017/87-januari/2037-pl-digenapi-di-pb.html
PL DIGENAPI DI PB
Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu di atas gunung batu di Horeb;
haruslah kaupukul gunung batu itu dan dari dalamnya akan keluar air, sehingga
bangsa itu dapat minum. Demikianlah diperbuat Musa di depan mata tua-tua
Israel. (Keluaran 17:6)

Bacaan Alkitab Setahun:


Keluaran 5-7

Tuhan memakai Musa untuk menyelamatkan bangsa Israel. Ia memimpin


mereka keluar dari negeri perbudakan, yaitu Mesir, menuju Kanaan, tanah yang
dijanjikan Tuhan kepada nenek moyang mereka, agar Israel menjadi umat-Nya.
Nyatanya, tidaklah mudah bagi bangsa Israel mencapai tanah perjanjian itu.
Mereka harus melewati daerah yang sudah dihuni bangsa-bangsa lain yg
memusuhi mereka. Dan juga harus melintasi Padang gurun Sin dan Rafidim
yang tandus.

Ketika mereka kehabisan air, marahlah Israel kepada Musa. Mereka kehilangan
kepercayaan bahwa Tuhan ada di tengah-tengah perjalanan hidup mereka (ay.
7). Tuhan meminta Musa naik ke atas gunung batu di Horeb, dan kemudian
memerintahkan, Haruslah kaupukul gunung batu itu dan dari dalamnya akan
keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum (ay. 6).

Perjanjian Lama adalah bayang-bayang yang digenapi dalam Perjanjian Baru


(Kol 2:17). Gunung batu ini disamakan dengan Yesus Kristus, sumber air
kehidupan (1Kor 10:4). Seperti batu karang itu dipukul, Kristus juga dipukul oleh
kematian di kayu salib bagi segenap umat manusia (Yes 53:5). Sebagaimana
gunung batu itu menjadi sumber berkat bagi bangsa Israel, Kristus juga
merupakan sumber berkat dan pemberi Roh Kudus bagi gereja (Yes 53:4-5; Yoh
7:37-38; 20:22; Kis 2:1-4).

Sudahkah air hidup yang Kristus janjikan, yaitu Roh-Nya yang Kudus itu,
memenuhi hidup kita? Jika demikian, kita tidak akan haus lagi, tetapi disegarkan
oleh Dia yang selalu hadir di tengah kehidupan kita.

http://www.renunganharian.net/2017/87-januari/2035-kunci.html
KUNCI
Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan
berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" (Yohanes 20:19)

Bacaan Alkitab Setahun:


Kejadian 49-50

Dulu jika sedang menginap di rumah, mendiang kakek selalu tidur paling malam.
Ia punya kebiasaan mengecek pintu-pintu rumah berulang-ulang, memastikan
semuanya sudah terkunci dengan aman. Konon, menurut ibu, sikap was-was
tersebut merupakan warisan trauma masa penjajahan dahulu. Kakek dan saya
adalah dua pribadi yang berbeda, tetapi di satu sisi saya mewarisi sikap was-was
beliau meskipun dengan cara yang berbeda. Saya biasa mengunci diri rapat-
rapat bila sedang khawatir menghadapi persoalan.

Murid-murid Yesus berkumpul mengunci diri karena ketakutan. Mereka khawatir


penyaliban Yesus akan berdampak buruk bagi mereka. Meskipun tahu bahwa
Yesus telah bangkit, mereka masih gentar sampai Tuhan sendiri menjebol
perlindungan mereka: Dia masuk ke ruangan itu dan memberikan peneguhan.
Yesus seakan menegaskan pada mereka bahwa mengunci pintu tidak akan
memberikan solusi dan damai sejahtera, tetapi malah memperkuat rasa takut
dalam diri mereka.

Apakah yang dapat kita pelajari dari sini? Ketika menghadapi krisis atau
tantangan hidup yang menakutkan, refleks sebagian dari kita sebagai manusia
adalah mengunci diri rapat-rapat. Sekarang kita belajar, dalam situasi demikian,
kita justru perlu mempersilakan Tuhan masuk, menguatkan kita, dan kita
membuka diri untuk mendengarkan kehendak-Nya bagi hidup kita. Inilah momen
yang akan menyediakan jalan keluar yang sesungguhnya bagi persoalan kita.
Marilah sekarang kita membuka kunci hati kita dan mengakui bahwa kita
memerlukan kehadiran-Nya.

http://www.renunganharian.net/2017/87-januari/2033-kepala-orang-benar.html
KEPALA ORANG BENAR
Berkat ada di atas kepala orang benar, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan
kelaliman. (Amsal 10:6)

Bacaan Alkitab Setahun:


Kejadian 43-45

Seorang kawan saya mengalami kecelakaan saat naik motor. Nyawanya berhasil
diselamatkan, namun tingkah lakunya menjadi aneh dan ia sering sakit kepala.
Ternyata, saat jatuh kepalanya membentur aspal sehingga gegar otak. Karena
kepala itu sangat vital, saat naik sepeda motor atau mengunjungi proyek
pembangunan, kita diwajibkan memakai helm.

Menurut firman Tuhan, berkat ada di atas kepala orang benar. Mengapa? Di
dalam kepala, tepatnya otak atau pikiran, kita memikirkan dan memutuskan
tindakan kita. Keputusan kita sangat dipengaruhi berbagai pertimbangan atau
pengetahuan yang sebelumnya sudah kita miliki. Kalau kepala kita penuh
dengan kebenaran firman Tuhan, kita dapat relatif lebih mudah mengambil
keputusan yang benar. Namun, kalau pikiran kita dikuasai berbagai keinginan
daging, kita akan cenderung mudah berkompromi dengan dosa.

Orang Kristen perlu menjaga dan melindungi kepala atau pikirannya. Setiap
waktu, baik secara langsung maupun tidak langsung, godaan dosa dapat saja
muncul. Kita memerlukan kebenaran firman Tuhan untuk melindungi pikiran dan
menangkis godaan jahat tersebut. Karena itu, merenungkan kebenaran firman
Tuhan hari demi hari sungguh vital bagi orang percaya. Ketika kita hidup dalam
takut akan Tuhan dan berpegang pada firman-Nya, kita akan terlindung dari
godaan dosa sehingga dapat menikmati berkat-Nya. Saat kepala kita diisi segala
sesuatu yang benar dan kudus, kita akan lebih mudah mengucapkan dan
mengerjakan hal-hal yang benar.

http://www.renunganharian.net/2017/87-januari/2030-undangan-yang-tegas.html
UNDANGAN YANG TEGAS
Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada
mereka: Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya,
memikul salibnya dan mengikut Aku. (Markus 8:34)

Bacaan Alkitab Setahun:


Kejadian 34-36
Kebanyakan iklan dibuat sangat menarik. Tujuannya jelas: membujuk orang agar
tertarik, lalu membeli dan menggunakan produk yang diiklankan. Kadang-kadang
pembeli kecewa karena iklan produk tersebut tidak sesuai kenyataannya.
Mestinya kita tidak perlu heran karena iklan cenderung akan menonjolkan
kelebihan suatu produk dan tidak pernah menyebutkan kekurangannya. Iklan,
dalam hal ini, memang tidak jujur.

Berbeda dari iklan yang membujuk, Yesus menyampaikan suatu undangan yang
tegas bagi siapa saja yang mau mengikuti Dia. Kepada orang-orang itu, Yesus
secara jujur dan berterus-terang mengungkapkan harga yang harus dibayar
untuk menjadi pengikut-Nya: menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti Dia.
Yesus tidak membujuk mereka dengan iming-iming janji: bahwa kehidupan
mereka akan menjadi jauh lebih enak, mereka akan diberkati sehingga menjadi
kaya, masalah hidup mereka hanya sedikit dan ringan. Tidak. Sebaliknya, Dia
menantang mereka untuk menyerahkan nyawanya bagi Dia. Sungguh suatu
ucapan yang sulit dijalankan. Namun, bagi mereka yang bersedia mengikuti-Nya,
Yesus menjanjikan kehidupan kekal.

Ketika kita memilih untuk mengikuti Yesus, bisa jadi kehidupan kita malah
bertambah berat dan penuh tantangan. Menjadi pengikut Kristus berarti
menjalani hidup baru sesuai dengan perintah-Nya, dan hal ini dapat membuat
dunia menolak kita. Tidak perlu patah semangat karena Dia berjanji akan
senantiasa menyertai dan menolong kita. Dan, janji-Nya tidak pernah
mengecewakan.

http://www.renunganharian.net/2017/87-januari/2029-kompas-dan-
mercusuar.html
KOMPAS DAN MERCUSUAR
Andreas mula-mula menemui Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya,
Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus). (Yohanes 1:41)

Bacaan Alkitab Setahun:


Kejadian 31-33

Suatu ketika saya bercakap-cakap dengan Bayu, seorang pelaut yang telah
singgah di banyak pelabuhan di berbagai negara. Apa yang paling dibutuhkan
untuk sampai ke tujuan dalam sebuah pelayaran? tanya saya. Oh, kompas di
kapal dan mercusuar di pelabuhan, Mas, jawabnya. Tanpa kedua alat ini kita
akan sangat sulit sampai ke tujuan.

Kita semua tengah melakukan perjalanan rohani. Sayangnya, banyak orang


tidak menyadarinya. Atau, menyadarinya, tetapi menggunakan kompas yang
salah dan mercusuar yang tidak tepat. Akibatnya, mereka kesulitan mencapai
pelabuhan hidup, atau malah berlayar menjauhinya. Untuk mencapai pelabuhan
yang benar, mereka memerlukan kompas dan mercusuar yang tepat.

Yesus adalah pelabuhan yang benar itu. Adapun kompas dan mercusuarnya
adalah firman Tuhan dan Roh Kudus. Setiap orang beriman dapat dipakai Allah
untuk membimbing orang lain dalam perjalanan rohani mereka dengan
menuntun mereka berdasarkan pimpinan Roh Kudus dan kebenaran firman-
Nya.

Kita dipanggil untuk menjadi penunjuk arah bagi orang-orang di sekitar kita
dalam perjalanan rohani mereka, mengarahkan mereka menuju pelabuhan yang
benar. Untuk menjadi pemandu yang andal ini, kita tidak dituntut untuk menjadi
orang yang pandai dan mengetahui segala sesuatu. Kita memandu orang lain
bukan menurut kehebatan kita. Sebaliknya, kita perlu merendahkan diri,
berpegang pada kebenaran firman-Nya, dan memberi diri untuk dipimpin oleh
Roh Kudus.

http://www.renunganharian.net/2017/87-januari/2027-kaca-atau-baja.html
KACA ATAU BAJA
Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun
tidak putus asa. (2 Korintus 4:8)

Bacaan Alkitab Setahun:


Kejadian 25-27

Ada pepatah Palu menghancurkan kaca, tetapi palu membentuk baja. Kaca
memiliki sifat rentan, mudah retak, pecah, dan hancur bila terkena benturan.
Sebaliknya, baja memiliki sifat kuat, kokoh, dan tidak mudah pecah. Jika jiwa kita
rapuh seperti kaca, ketika masalah menghantam, kita akan mudah hancur.
Sebaliknya jika kita bermental baja, kita akan tetap tangguh di tengah deraan
masalah yang berat.

Rasul Paulus contoh pribadi yang tangguh dan bermental baja. Dari mana ia
mendapatkan watak itu? Hal itu dimulai dengan tidak mengandalkan
kekuatannya pribadi, melainkan menyadari bahwa kekuatan yang melimpah-
limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami (ay. 7). Kesadaran itu
membuatnya tidak tawar hati. Dalam segala hal ia ditindas, namun tidak terjepit;
ia habis akal, namun tidak putus asa; ia dianiaya, namun tidak ditinggalkan
sendirian; ia dihempaskan, namun tidak binasa. Inilah rahasia mental bajanya.
Rasul Paulus senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuhnya supaya
kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuhnya.

Jika saat ini kita sedang mengalami masalah dan hantaman, jangan
meresponsnya secara keliru. Jika kita mengandalkan kekuatan dan kemampuan
pribadi, kita akan seperti kaca atau, meminjam istilah Paulus, bejana tanah liat.
Kita akan mudah retak dan hancur. Namun, ketika kita meminta hikmat dan
kekuatan dari Allah, kita akan mengalami kuasa-Nya. Dia sungguh-sungguh turut
bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya.

http://www.renunganharian.net/2017/87-januari/2019-penyebar-optimisme.html
PENYEBAR OPTIMISME
Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang. (Amsal
23:18)

Bacaan Alkitab Setahun:


Kejadian 4-6

Suatu ketika saya membaca teks berjalan di layar televisi yang berisi imbauan
pemerintah kepada para blogger, para penulis yang menyuarakan pendapatnya
melalui blog di internet. Pemerintah mengharapkan para blogger agar tidak ikut
menyebarkan pesimisme publik lewat tulisan mereka. Saat ini sering tersebar
tulisan bernada pesimistis di masyarakat, seolah-olah sudah tidak ada harapan
lagi di negeri kita. Kiranya imbauan tadi ditanggapi dengan baik.

Firman Tuhan menyatakan suatu jaminan akan masa depan kita dengan
harapan yang tidak akan hilang.Yeremia menegaskan akan hal ini ketika
menyatakan bahwa Tuhan memiliki rancangan yang indah dan penuh harapan
bagi masa depan umat-Nya (Yer. 29:11). Suatu janji yang diperkuat dengan janji
lainnya yang berkata bahwa Tuhan sendiri akan menyertai umat-Nya sampai
akhir zaman (Mat. 28:20). Jika memang demikian, bukankah tak ada alasan
untuk pesimistis dalam menjalani hidup ini? Sebaliknya, sudah selayaknya bagi
orang percaya untuk menyuarakan atau menuliskan pesan yang membangkitkan
harapan dan optimisme kepada sekelilingnya. Ya, tidak ada harapan yang lebih
kuat atau lebih baik selain harapan di dalam Tuhan.

Menyebarkan pesimisme dapat memudarkan harapan dan semangat hidup


orang lain. Namun, optimisme dan harapan dapat membangkitkan semangat
hidup kita dan orang-orang yang ada di sekitar kita. Sudahkah kita menjadi
penyebar optimisme dan harapan bagi orang lain?

Anda mungkin juga menyukai