Anda di halaman 1dari 35

BAB I

KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. W Jenis kelamin : Perempuan
Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 1 April 1987 Suku bangsa : Betawi
Status perkawinan : Kawin Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SLTA
Alamat : Jl. Telaga Jaya RT 16/01 no.36 G II P 1 A 0
Kel.Sunter Jaya Kec.Tj.Priok

IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn. BK
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Jl. Telaga Jaya RT 16/01 no.36 Kel.Sunter Jaya Kec.Tj.Priok

ANAMNESIS
Diambil secara autoanamnesis tanggal 27 Mei 2017 pukul : 12.00

Keluhan utama :
Sakit perut 1 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
1 hari SMRS Os mengeluh sakit perut. Sakitnya tidak begitu kencang namun
hilang timbul terasa seperti mau melahirkan. Air ketuban belum keluar maupun lendir
dan darah. Os mengatakan masih cukup sering merasakan gerakan janin. Ini merupakan
kehamilan kedua dengan HPHT (hari pertama haid terakhir) 20 Agustus 2016, usia
kehamilan 39 minggu dengan taksiran partus 27 Mei 2017. Keluhan sekarang tidak
disertai nyeri kepala hebat, tidak ada pandangan kabur, tidak ada rasa tidak nyaman di
sekitar tengkuk leher maupun kejang atau penurunan kesadaran.
Pasien memiliki berat badan berlebih sejak usia muda. Sering makan makanan
berlemak dan goreng-goreng. Tidak memiliki waktu olahraga rutin dan hanya aktifitas
fisik selama mengurus rumah. Orangtua dan saudara sekandung tidak ada yang

1
menderita hipertensi, diabetes, penyakit ginjal dan penyakit jantung. Riwayat merokok
disangkal.

Riwayat ANC
Os mengatakan rutin kontrol di klinik bidan setiap bulan dan selama ini tidak
ditemukan kelainan. Selama kontrol os mendapat vitamin penambah darah dan asam
folat, rutin setiap hari diminum. Selama masa kehamilan os juga pernah 1x dilakukan usg
di klinik spesialis dan dinyatakan normal.
Riwayat Menstruasi
Menarche usia 13 tahun, riwayat menstruasi teratur selama 7 hari setiap bulan,
ganti pembalut 2-3x setiap hari. Nyeri yang tak tertahankan pada saat menstruasi
disangkal.
Riwayat Pernikahan
Ini merupakan pernikahan pertama dengan suami pertama.
Riwayat Obstetri
Kehamilan pertama: lahir tanggal 17 Desember 2011, usia kehamilan 38
minggu, jenis kelamin laki-laki, lahir hidup, lahir normal pervaginam di klinik bidan,
BBL 3500gr, PBL 50cm, ASI sampai usia 2 tahun. Penyulit saat kehamilan pertama
adalah hipertensi saat hamil ketika menjelang persalinan dan kembali normal pasca
beberapa minggu setelah persalinan. Kehamilan kedua: hamil ini
Riwayat Sosial
Pasien bekerja mengurus rumah tangga, suami bekerja sebagai karyawan
wiraswasta, pendapatan diatas UMR. Pasien tinggal dirumah kontrakan. Lingkungan
rumah kawasan padat penduduk, komunikasi dengan tetangga terjalin baik. Memiliki
asuransi kesehatan berupa KJS. Hubungan dengan suami bagus.
Riwayat KB
Pasien menggunakan KB suntik 3 bulan sebelum kehamilan ini. Melepas KB
karena ingin berencana hamil.
Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit HT, DM, asma, dan riwayat alergi disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit HT, DM, asma, dan riwayat alergi disangkal.
Riwayat Kebiasaan
Merokok, alcohol, obat-obatan disangkal.

2
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan umum
Tinggi badan : 168 cm
Berat badan : 89 kg
Tekanan darah : 140/100 mmHg
Nadi : 86 kali/menit
Suhu : 36.7 C
Pernapasan : 22 kali/menit
Keadaan gizi : Obesitas
Kesadaran : compos mentis
Mata : CA- , SI-
Cor : BJI-II normal, murmur- , gallop n-
Pulmo : VBS+/+, Rh-/-, Wh-/-
Abdomen : membulat
Ekstremitas : akral hangat, edema-

Pemeriksaan Obstetri
Inspeksi : membulat, stria gravidarum+
Leopold 1 : teraba bagian bokong
Leopold 2 : teraba punggung kiri
Leopold 3 : teraba kepala sudah masuk PAP
Leopold 4 :-
His : 3 kali per 10 menit 30 detik
Denyut jantung janin : 148 kali/menit teratur.

Pemeriksaan Dalam
Vagina Toucher
Portio : Tebal, lunak, sedikit tipis
Pembukaan : 8cm
Air ketuban : ada
Penurunan : 2/5
Pelepasan : lendir +, darah +

3
LABORATORIUM RUTIN
Darah Rutin (tanggal pemeriksaan 27 Maret 2017 Pukul 17.00)
Darah Rutin Hasil
Hemoglobin 14.0
Eritrosit 4.6
Leukosit 2.300
Hematokrit 42
Trombosit 332.000
MCV 92
MCH 31
MCHC 33

Urinalisa Hasil
Warna Kuning Tua
Kejernihan Jernih
Berat Jenis 1.015
pH 6.5
Glukosa Negatif
Protein Negatif
Keton +3
Bilirubin Negatif
Urobilinogen Negatif
Darah Negatif
Nitrit Negatif
Leukosit Esterase Negatif

Sedimen Hasil
Leukosit 3-5
Eritrosit 0-1
Silinder Negatif
Epitel Positif

4
Bakteri Negatif
Jamur Negatif
Kristal Negatif

Hemostasis Hasil
Masa Perdarahan (BT) 2
Masa Pembekuan (CT) 14

Imunoserologi Hasil
HbsAg Non Reaktif
Anti HIV Non Reaktif
VDRL Negatif

PENATALAKSANAAN
- Drip MgSO4 6 gr dalam RL 28 tpm
- Drip Oksitosin 5iu dalam RL 8tpm
- Nifedipin 1 x 30mg (po)
- Metildopa 3 x 250mg (po)

RINGKASAN (RESUME)
Os datang dengan keluhan sakit perut terasa seperti mau melahirkan sejak 1 hari smrs.
Sakitnya tidak begitu kencang namun hilang timbul. Air ketuban, lendir dan darah belum
keluar. Os mengatakan masih cukup sering merasakan gerakan janin. Ini merupakan
kehamilan kedua dengan HPHT (hari pertama haid terakhir) 20 Agustus 2016, usia
kehamilan 39 minggu dengan taksiran partus 27 Mei 2017. Keluhan sekarang tidak
disertai nyeri kepala hebat, tidak ada pandangan kabur, tidak ada rasa tidak nyaman di
sekitar tengkuk leher maupun kejang atau penurunan kesadaran. Pasien memiliki berat
badan berlebih sejak usia muda. Sering makan makanan berlemak dan goreng-goreng.
Tidak memiliki waktu olahraga rutin dan hanya aktifitas fisik selama mengurus rumah.
Penyulit selama kehamilan pertama adalah hipertensi saat hamil ketika menjelang
persalinan dan kembali normal pasca beberapa minggu setelah persalinan Pada
pemeriksaan fisik ditemukan tensi 140/100 mmHg.
Status obstetricus : kepala letak di bawah, punggung kiri dan tinggi fundus uteri 37 cm

5
Leopold 1 : teraba bagian bokong
Leopold 2 : teraba punggung kiri
Leopold 3 : teraba sudah masuk PAP
Leopold 4 : -
His : 3 kali per 10 menit 30 detik
Denyut jantung janin : 132 kali/menit teratur.

Diagnosis
Diagnosis sebelum partus:
G II P I A 0 hamil 39 minggu, janin tunggal hidup intrauterine, kala 1 fase aktif +
Suspek Preeklamsia
Diagnosis Post Partum:
P II A 0 , post partum H-I, persalinan normal + Hipertensi Gestasional

PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

Follow Up
Tanggal 27/5/2017 Jam 13.00
S : Rasa ingin meneran+, bayi lahir spontan A/S 9/10, JK laki-laki, bayi IMD
O : TD:140/90, N:80, RR:20, T:36,7
Kontraksi uterus : baik
TFU : 2 jari dibawah pusat
kandung kemih : kosong
Mata : CA-/-, SI-/-
Cor : BJ I-II reg, murmur-, gallop-
Pulmo : VBS+/+, Rh-/-, Wh-/-
Abd : supel, bu+n, nte-
Eks : akral hangat, crt<2, edema-
A : P2A0 Persalinan Kala III + susp preeklamsia
- P : Drip MgSO4 6 gr dalam RL 28 tpm
Inj. Synto 10 U

6
Massase fundus uteri

Tanggal 27/5/2017 Jam 21.00


S : pusing, nyeri epigastrium, pandangan kabur disangkal
O : TD:140/90, N:80, RR:20, T:36,7
Kontraksi uterus : baik
TFU : 2 jari dibawah pusat
Mata : CA-/-, SI-/-
Cor : BJ I-II reg, murmur-, gallop-
Pulmo : VBS+/+, Rh-/-, Wh-/-
Abd : supel, bu+n, nte-
Eks : akral hangat, crt<2, edema-
Lab : Proteinuria (-) Negatif
A : P2A0 dengan Hipertensi Gestasional
P : IVFD RL 500cc + MgSO4 40% 6gr 28 tpm
Metildopa 3x250mg
Nifedipin 1x30mg

Tanggal 28/5/2017
S : pusing, nyeri epigastrium, pandangan kabur disangkal
O : TD:140/90, N:80, RR:20, T:36,7
Kontraksi uterus : baik
TFU : 3 jari dibawah pusat
Mata : CA-/-, SI-/-
Cor : BJ I-II reg, murmur-, gallop-
Pulmo : VBS+/+, Rh-/-, Wh-/-
Abd : supel, bu+n, nte-
Eks : akral hangat, crt<2, edema-
A : P2A0 Post Partum 1 hari
Akseptor KB IUD
Hipertensi Gestasional
P : IVFD RL 500cc + MgSO4 40% 6gr 28 tpm
Metildopa 3x250mg
Nifedipin 1x30mg

7
Tanggal 29/5/2017
S : pusing, nyeri epigastrium, pandangan kabur disangkal
O : TD:100/70, N:80, RR:20, T:36,7
Kontraksi uterus : baik
TFU : 3 jari dibawah pusat
Mata : CA-/-, SI-/-
Cor : BJ I-II reg, murmur-, gallop-
Pulmo : VBS+/+, Rh-/-, Wh-/-
Abd : supel, bu+n, nte-
Eks : akral hangat, crt<2, edema-
A : P2A0 Post Partum 2 hari
Akseptor KB IUD
Hipertensi Gestasional terkontrol
P : IVFD RL 500cc + MgSO4 40% 6gr 28 tpm
Metildopa 3x250mg
Nifedipin 1x30mg
Pasien boleh pulang

8
BAB II

Tinjauan Pustaka

I. Definisi dan Istilah

Disadur dari Report on the National High Blood Pressure Education Program
Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy (AJOG Vol 183 : S1, July
2000)
1. Hipertensi kronik
Hipertensi yang didapatkan sebelum kehamilan, dibawah 20 minggu umur kehamilan,
dan hipertensi tidak menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan.

2. Preeklamsia eklamsia
Hipertensi dan proteinuria yang didapatkan setelah umur kehamilan 20 minggu.

3. Hipertensi kronik (superimposed preeklamsi)


Hipertensi kronik yang disertai proteinuria

4. Hipertensi gestational
Timbulnya hipertensi pada kehamilan yang tidak disertai proteinuria hingga 12
minggu pascapersalinan. Bila hipertensi menghilang setelah 12 minggu persalinan,
maka dapat disebut juga Hipertensi Transien.

KLASIFIKASI
Disadur bebas dari Report on the National High Blood Pressure Education Program
Working Group on High Blood Pressure in pregnancy (AJOG Vol.183 : S1, July
2000)
1. Hipertensi Gestasional
Didapatkan desakan darah 140/90 mmHg untuk pertama kalinya pada kehamilan,
tidak disertai dengan proteinuria dan desakan darah kembali normal < 12 minggu
pasca persalinan.

2. Preeklamsi
Kriteria minimum

9
Desakan darah 140/ 90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertei dengan
proteinuria 300 mg/24 jam atau dipstick 1+

3. Eklamsi
Kejang-kejang pada preeklamsi disertai koma

4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsi


Timbulnya proteinuria 300 mg/ 24 jam pada wanita hamil yang sudah mengalami
hipertensi sebelumnya. Proteinuria hanya timbul setelah kehamilan 20 minggu.

5. Hipertensi kronik
Ditemukannya desakan darah 140/ 90 mmHg, sebelum kehamilan atau sebelum
kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan

FAKTOR RISIKO PREEKLAMSI


A. Faktor yang meningkatkan risiko terjadinya preeklamsi
1. Risiko yang berhubungan dengan partner laki
a. Primigravida
b. Primipaternity
c. Umur yang ekstrim : terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan
d. Partner laki yang pernah menikahi wanita yang kemudian hamil dan mengalami
preeklamsi.

2. Risiko yang berhubungan dengan riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit
keluarga

a. Riwayat pernah preeklamsi


b. Hipertensi kronik
c. Penyakit ginjal
d. Obesitas
e. Diabetes gestational, diabetes mellitus tipe 1

10
f. Antiphospholipid antibodies dan hiperhomocysteinemia

3. Risiko yang berhubungan dengan kehamilan


a. Mola hidatidosa
b. Kehamilan ganda
c. Infeksi saluran kencing pada kehamilan
d. Hydrops fetalis

PEMERIKSAAN KESEJAHTERAAN JANIN


1. Hipertensi gestasional
Pada waktu pertama kali diagnosis :
a. Pemeriksaan perkiraan pertumbuhan janin dan volume air ketubannya. Bila hasil
normal, dilakukan pemeriksaan ulang, bila terjadi perubahan pada ibu.
b. NST harus dilakukan pada waktu diagnosis awal. Bila NST non reaktif dan desakan
darah tidak meningkat, maka NST ulang hanya dilakukan bila ada perubahan pada
ibu.

2. Hipertensi ringan
a. Pemeriksaan perkiraan pertumbuhan janin dan volume air ketubannya. Bila hasil
normal, pengulangan pemeriksaan dilakukan tiap 3 minggu
b. NST harus dilakukan pada waktu diagnosis. Bila NST non reaktif dan desakan
darah meningkat, ulangi NST tiap minggu. NST segera diulangi bila terjadi perubahan
memburuk pada ibu.
c. Bila dengan USG didapatkan perkiraan berat janin < 10th percentile dari umur
kehamilan atau didapatkan oligohidramion : AFI 5, pemeriksaan dilakukan
sekurang2nya 2 minggu sekali.

3. Preeklamsi berat
Pemeriksaan NST dilakukan tiap hari.

PENCEGAHAN PREEKLAMSI
Yang dimaksud pencegahan ialah upaya untuk mencegah terjadinya preeklamsi pada wanita
hamil yang mempunyai risiko terjadinya preeklamsi.

11
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
B. Non medikal
C. Medikal

A. Pencegahan dengan non medikal


4. Restriksi garam : tidak terbukti dapat mencegah terjadinya preeklamsi.

5. Suplementasi diet yang mengandung :


a. Minyak ikan yang kaya dengan asam lemak tidak jenuh, misalnya omega-3 PFA
Antioksidan : vitamin C, vitamin E, eta-carotene, CoQ10, N-Acetylcysteine, asam lipoik.
b. Elemen logam berat : zinc, magnesium, calcium.

6. Tirah baring tidak terbukti :


a. Mencegah terjadinya preeklamsi
b. Mencegah persalinan preterm

Di Indonesia tirah baring masih diperlukan pada mereka yang mempunyai risiko tinggi
terjadinya preeklamsi.

B. Pencegahan dengan medikal


1. Diuretik : tidak terbukti mencegah terjadinya preeklamsi bahkan memperberat hipovolemia
2. Anti hipertensi tidak terbukti mencegah terjadinya preeklamsi
3. Kalsium : 1500 2000 mg/ hari, dapat dipakai sebagai suplemen pada risiko tinggi
terjadinya preeklamsi, meskipun belum terbukti bermanfaat untuk mencegah preeklamsi.
4. Zinc : 200 mg/hari
5. Magnesium : 365 mg/hari
6. Obat anti thrombotik :
a. Aspirin dosis rendah : rata2 dibawah 100 mg/hari, tidak terbukti mencegah preeklamsi.
b. Dipyridamole
7. Obat2 : vitamin C, vitamin E, eta-carotene, CoQ10, N- Acetylcysteine,
8. Asam lipoik.

12
PENGELOLAAN PREEKLAMSI
a. PREEKLAMSI RINGAN
a. Definisi klinik
b. Kriteria diagnostic
1. Tekanan darah sistolik 140 mmHg dan atau diatolik 90 mmHg.
2. Desakan darah : 30 mmHg dan kenaikan desakan diastolic 15 mmHg, tidak
dimasukkan dalam kriteria diagnostik preeklamsi, tetapi perlu observasi yang cermat
3. Proteinuria : 300 mg/ 24 jam jumlah urine atau dipstick : 1+
4. Edema : lokal pada tungkai tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik kecuali edema
anasarka.

c. Pengelolaan

Pengelolaan preeklamsi ringan dapat secara :


1. Rawat jalan ( ambulatoir )
2. Rawat inap ( hospitalisasi )

Ad. a. Pengelolaan secara rawat jalan (ambulatoir)


1. Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai keinginannya. Di Indonesia
tirah baring masih diperlukan.
2. Diet reguler : tidak perlu diet khusus
3. Vitamin prenatal
4. Tidak perlu restriksi konsumsi garam
5. Tidak pelu pemberian diuretic, antihipertensi dan sedativum.
6. Kunjungan ke rumah sakit tiap minggu

Ad. b. Pengelolaan secara rawat inap (hospitalisasi)


1. Indikasi preeklamsi ringan dirawat inap (hospitalisasi)
c. Hipertensi yang menetap selama > 2 minggu
d. Proteinuria menetap selama > 2 minggu
e. Hasil test laboratorium yang abnormal
f. Adanya gejala atau tanda 1 (satu) atau lebih preeklamsi berat

13
2. Pemeriksaan dan monitoring pada ibu
a. Pengukuran desakan darah setiap 4 jam kecuali ibu tidur
b. Pengamatan yang cermat adanya edema pada muka dan abdomen
c. Penimbangan berat badan pada waktu ibu masuk rumah sakit dan penimbangan dilakukan
setiap hari
d. Pengamatan dengan cermat gejala preeklamsi dengan impending eklamsi:
- Nyeri kepala frontal atau oksipital
- Gangguan visus
- Nyeri kuadran kanan atas perut
- Nyeri epigastrium

3. Pemeriksaan laboratorium
a. Proteinuria pada dipstick pada waktu masuk dan sekurang2nya diikuti 2 hari setelahnya.
b. Hematokrit dan trombosit : 2 x seminggu
c. Test fungsi hepar: 2 x seminggu
d. Test fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin serum, asam urat, dan BUN
e. Pengukuran produksi urine setiap 3 jam (tidak perlu dengan kateter tetap)
4. Pemeriksaan kesejahteraan janin
a. Pengamatan gerakan janin setiap hari
b. NST 2 x seminggu
c. Profil biofisik janin, bila NST non reaktif
d. Evaluasi pertumbuhan janin dengan USG, setiap 3-4 minggu
e. Ultrasound Doppler arteri umbilikalis, arteri uterina

d. Terapi medikamentosa
i. Pada dasarnya sama dengan terapi ambulatoar
ii. Bila terdapat perbaikan gejala dan tanda2 preeklamsi dan umur kehamilan 37 minggu,
ibu masih perlu diobservasi selama 2-3 hari kemudian boleh dipulangkan.

e. Pengelolaan obstetrik
Pengelolaan obstetrik tergantung usia kehamilan

1. Bila penderita tidak inpartu :

14
a. 1. Umur kehamilan < 37 minggu
Bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan sampai aterm.
a. 2. Umur kehamilan 37 minggu
1. Kehamilan dipertahankan sampai timbul onset partus
2. Bila serviks matang pada tanggal taksiran persalinan dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan induksi persalinan

2. Bila penderita sudah inpartu :


Perjalanan persalinan dapat diikuti dengan Grafik Friedman atau Partograf WHO.

3. Konsultasi
Selama dirawat di Rumah Sakit lakukan konsultasi kepada :
1. Bagian penyakit mata
2. Bagian penyakit jantung, dan
3. Bagian lain atas indikasi

PREEKLAMSI BERAT
1. Definisi klinik
Preeklamsi berat ialah preeklamsi dengan salah satu atau lebih gejala dan tanda dibawah ini :
a. Desakan darah : pasien dalam keadaan istirahat desakan sistolik 160 mmHg dan atau
desakan diastolik 110 mmHg
b. Proteinuria : 5 gr/ jumlah urin selama 24 jam. Atau dipstick : 4 +
c. Oliguria : produksi urin < 400-500 cc/ 24 jam
d. Kenaikan kreatinin serum
e. Edema paru dan sianosis
f. Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan abdomen : disebabkan teregangnya
kapsula Glisoni. Nyeri dapat sebagai gejala awal ruptur hepar.
g. Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran, nyeri kepala, skotomata, dan pandangan
kabur.
h. Gangguan fungsi hepar : peningkatan alanin atau aspartat amino transferase

15
i. Hemolisis mikroangiopatik
j. Trombositopenia : < 100.000 cell/ mm3
k. Sindroma HELLP

2. Pembagian preeklamsi berat


Preeklamsi berat dapat dibagi dalam beberapa kategori :
a. Preeklamsi berat tanpa impending eklamsi
b. Preeklamsi berat dengan impending eklamsi, dengan gejala2 impending :
- nyeri kepala
- mata kabur
- mual dan muntah
- nyeri epigastrium
- nyeri kuadran kanan atas abdomen

3. Pemeriksaan laboratorium
Lihat pemeriksaan laboratorium pada no. V.C. Tabel 2
4. Dasar pengelolaan preeklamsi berat
Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya, dilakukan pengelolaan dasar sebagai
berikut :
a. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya : yaitu terapi medikamentosa dengan
pemberian obat2an untuk penyulitnya
b. Kedua baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya :
yang tergantung pada umur kehamilan.
Sikap terhadap kehamilannya dibagi 2, yaitu :
b. 1. Ekspektatif ; konservatif : bila umur kehamilan < 37 minggu, artinya : kehamilan
dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi medikamentosa
b. 2. Aktif, agresif ; bila umur kehamilan 37 minggu, artinya kehamilan dikahiri setelah
mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.

5. a. Pemberian terapi medikamentosa


a. Segera masuk rumah sakit
b. Tirah baring miring ke kiri secara intermiten

16
c. Infus Ringer Laktat atau Ringer Dekstrose 5%
d. Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang.
e. Pemberian MgSO4 dibagi :
- Loading dose (initial dose) : dosis awal
- Maintenance dose : dosis lanjutan
f. Anti hipertensi
Diberikan : bila tensi 180/110 atau MAP 126
Jenis obat : Nifedipine : 10-20 mg oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg dalam
24 jam.
Nifedipine tidak dibenarkan diberikan dibawah mukosa lidah (sub lingual) karena absorbsi
yang terbaik adalah melalui saluran pencernaan makanan.
Desakan darah diturunkan secara bertahap :
1. Penurunan awal 25% dari desakan sistolik
2. Desakan darah diturunkan mencapai :
3. - < 160/105 - MAP < 125
Nicardipine-HCl : 10 mg dalam 100 atau 250 cc NaCl/RL diberikan secara IV selama 5
menit, bila gagal dalam 1 jam dapat diulang dengan dosis 12,5 mg selama 5 menit. Bila
masih gagal dalam 1 jam, bisa diulangi sekali lagi dengan dosis 15 mg selama 5 menit

g. Diuretikum
Diuretikum tidak dibenarkan diberikan secara rutin, karena :
1. Memperberat penurunan perfusi plasenta
2. Memperberat hipovolemia
3. Meningkatkan hemokonsentrasi

Diuretikum yang diberikan hanya atas indikasi :


1. Edema paru
2. Payah jantung kongestif
3. Edema anasarka
h. Diet

Diet diberikan secara seimbang, hindari protein dan kalori yang berlebih
5.b Sikap terhadap kehamilannya

17
Perawatan Konservatif ; ekspektatif
a.Tujuan :
1) Mempertahankan kehamilan, sehingga mencapai umur kehamilan yang memenuhi syarat
janin dapat dilahirkan
2) Meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa mempengaruhi keselamatan ibu

b. Indikasi : Kehamilan 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda dan gejala-gejala impending


eklamsi.

c. Terapi Medikamentosa :
1) Lihat terapi medikamentosa seperti di atas. : no. VI. 5.a
2) Bila penderita sudah kembali menjadi preeklamsi ringan, maka masih dirawat 2-3 hari
lagi, baru diizinkan pulang.
3) Pemberian MgSO4 sama seperti pemberian MgSO4 seperti tersebut di atas nomor VI. 5.a
Tabel 3, hanya tidak diberikan loading dose intravena, tetapi cukup intramuskuler
4) Pemberian glukokortikoid diberikan pada umur kehamilan 32-34 minggu selama 48 jam.

d. Perawatan di Rumah Sakit


1) Pemeriksaan dan monitoring tiap hari terhadap gejala klinik sebagai berikut :
- Nyeri kepala
- Penglihatan kabur
- Nyeri perut kuadran kanan atas
- Nyeri epigastrium
- Kenaikan berat badan dengan cepat
2) Menimbang berat badan pada waktu masuk Rumah Sakit dan diikuti tiap hari.
3) Mengukur proteinuria ketika masuk Rumah Sakit dan diulangi tiap 2 hari.
4) Pengukuran desakan darah sesuai standar yang telah ditentukan.
5) Pemeriksaan laboratorium sesuai ketentuan di atas nomor V. C Tabel 2
6) Pemeriksaan USG sesuai standar di atas, khususnya pemeriksaan :
a. Ukuran biometrik janin
b. Volume air ketuban

e. Penderita boleh dipulangkan :


18
Bila penderita telah bebas dari gejala-gejala preeklamsi berat, masih tetap dirawat 3 hari lagi
baru diizinkan pulang.

f. Cara persalinan :
1) Bila penderita tidak inpartu, kehamilan dipertahankan sampai kehamilan aterm
2) Bila penderita inpartu, perjalanan persalinan diikuti seperti lazimnya (misalnya dengan
grafik Friedman)
3) Bila penderita inpartu, maka persalinan diutamakan pervaginam, kecuali bila ada indikasi
untuk seksio sesaria.

6. Perawatan aktif ; agresif


a. Tujuan : Terminasi kehamilan
b. Indikasi :
1) Indikasi Ibu :
a. Kegagalan terapi medikamentosa :
1. Setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa, terjadi kenaikan darah yang
persisten.
2. Setelah 24 jam sejak dimulainya pengobatan medikamentosa terjadi kenaikan darah
desakan darah yang persisten.
b. Tanda dan gejala impending eklamsi
c. Gangguan fungsi hepar
d. Gangguan fungsi ginjal
e. Dicurigai terjadi solution placenta
f. Timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, pendarahan.
i. Indikasi Janin :
1. Umur kehamilan 37 minggu
2. IUGR berat berdasarkan pemeriksaan USG
3. NST nonreaktiv dan profil biofisik abnormal
4. Timbulnya oligohidramnion
ii. Indikasi Laboratorium :
Thrombositopenia progesif, yang menjurus ke sindroma HELLP

a. Terapi Medikamentosa :

19
Lihat terapi medikamentosa di atas : nomor VI. 5.a.
b. Cara Persalinan :
Sedapat mungkin persalinan diarahkan pervaginam
c. Penderita belum inpartu
a. Dilakukan induksi persalinan bila skor Bishop 8
Bila perlu dilakukan pematngan serviks dengan misoprostol. Induksi persalinan harus sudah
mencapai kala II dalam waktu 24 jam. Bila tidak, induksi persalinan dianggap gagal, dan
harus disusul dengan seksio sesarea
b. Indikasi seksio sesarea:
1. Tidak ada indikasi untuk persalinan pervaginam
2. Induksi persalinan gagal
3. Terjadi gawat janin
4. Bila umur kehamilan < 33 minggu

d. Bila penderita sudah inpartu


1. Perjalanan persalinan diikuti dengan grafik Friedman
2. Memperpendek kala II
3. Seksio sesarea dilakukan apabila terdapat kegawatan ibu dan gawat janin
4. Primigravida direkomendasikan pembedahan cesar
5. Anestesia : regional anestesia, epidural anestesia. Tidak diajurkan anesthesia umum .

7. Penyulit ibu
a. Sistem syaraf pusat
Perdarahan intrakranial
Trombosis vena sentral
Hipertensi ensefalopati
Edema serebri
Edema retina
Macular atau retina detachment
Kebutaan korteks retina

b. Gastrointestinal-hepatik
Subkapsular hematoma hepar

20
Ruptur kapsul hepar

c. Ginjal
Gagal ginjal akut
Nekrosis tubular akut

d. Hematologik
DIC
Trombositopeni

e. Kardiopulmoner
Edema paru : kardiogenik atau non kardiogenik
Depresi atau gagal pernafasan
Gagal jantung
Iskemi miokardium

f. Lain-lain
Asites

g. Penyakit janin
IUGR
Solutio plasenta
IUFD
Kematian neonatal
Penyulit akibat prematuritas
Cerebral palsy

9. Konsultasi
a. Obgin : fetomaternal, Anestiologi, Nenotalogi
b. Tergantung situasi klinis, dilakukan konsultasi ke bagian: Critical Care, Neurologi,
Nefrologi, Patologi Klinik.

c. EKLAMSI

21
1. Definisi Klinik
Eklamsi ialah preeklamsi yang disertai dengan kejang tonik-klonik disusul dengan koma.
2. Pengelolaan Eklamsi
Dasar-dasar pengelolaan eklamsi
a.Terapi supportiv untuk stabilisasi pada ibu
b.Selalu diingit ABC (Airway, Breathing, Circulation).
c.Pastikan jalan nafas atas tetap terbuka
d.Mengatasi dan mencegah kejang
e.Koreksi hipoksemia dan asidemia
f.Mengatasi dan mencegah penyulit, khususnya hipertensi krisis
g. Melahirkan janin pada saat yang tepat dengan cara persalinan yang tepat

10. Terapi Medikamentosa


Lihat terapi medikamentosa pada preeklamsi berat : nomor VI. 5.a

11. Perawatan kejang


a. Tempatkan penderita di ruang isolasi atau ruang khusus dengan lampu terang (tidak
diperkenalkan ditempatkan di ruangan gelap, sebab bila terjadi sianosis tidak dapat diketahui)
b. Tempat tidur penderita harus cukup lebar, dapat diubah dalam posisi trendelenburg, dan
posisi kepala lebih tinggi
c. Rendahkan kepala ke bawah : diaspirasi lendir dalam orofaring guna mencegah aspirasi
pneumonia
d. Sisipkan spatel-lidah antara lidah dan gigi rahang atas
e. Fiksasi badan harus kendor agar waktu kejang tidak terjadi fraktur
f. Rail tempat tidur harus dipasang dan terkunci dengan kuat

12. Perawatan koma


a. Derajat kedalaman koma diukur dengan Glasgow-Coma Scale
b. Usahakan jalan nafas atas tetap terbuka
c. Hindari dekubitus
d. Perhatikan nutrisi

13. Perawatan khusus yang harus berkonsultasi dengan bagian lain

22
Konsultasi ke bagian lain perlu dilakukan bila terjadi penyulit sebagai berikut :
a. Edema paru
b. Oliguria renal
c. Diperlukannya kateterisasi arteri pulmonalis

14. Pengelolaan eklamsi


a. Sikap dasar pengelolaan eklamsi : semua kehamilan dengan eklamsi harus diakhiri
(diterminasi) tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Berarti sikap terhadap
kehamilannya adalah aktif.
b. Saat pengakhiran kehamilan, ialah bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan) hemodinamika
dan metabolisme ibu.
c. Stabilisasi dicapai selambat-lambatnya dalam : 4-8 jam, setelah salah satu atau lebih
keadaan seperti dibawah ini, yaitu setelah :
1). Pemberian obat anti kejang terakhir
2). Kejang terakhir
3). Pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir
4). Penderita mulai sadar (dapat dinilai dari Glasgow-Coma-Scale yang meningkat)

15. Cara persalinan


Bila sudah diputuskan untuk melakukan tindakan aktif terhadap kehamilannya, maka dipilih
cara persalinan yang memenuhi syarat pada saat tersebut.

16. Perawatan pasca persalinan


a. Tetap di monitor tanda vital
b. Pemeriksaan laboratorium lengkap 24 jam pasca persalinan

B. HIPERTENSI KRONIK DALAM KEHAMILAN


1. Definisi klinik
Hipertensi kronik dalam kehamilan ialah hipertensi yang didapatkan sebelum kehamilan atau
sebelum umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi tidak menghilang setelah 12 minggu
pasca persalinan.

2. Etiologi hipertensi kronik dalam kehamilan


23
Etiologi hipertensi kronik dapat dibagi menjadi :
a. Primer ( idiopatik ) : 90%
b. Sekunder : 10% yang berhubungan dengan penyakit ginjal, penyakit endokrin ( diabetes
mellitus ), penyakit hipertensi dan vaskuler.

3. Diagnosis
a. Berdasarkan risiko yang mungkin timbul, maka hipertensi kronik dibagi :
1. Risiko rendah : hipertensi ringan tanpa disertai kerusakan organ
2. Risiko tinggi : hipertensi berat atau hipertensi ringan disertai dengan perubahan patologis,
klinis maupun biologis, sebagai tanda kerusakan organ.
b. Kriteria risiko tinggi pada hipertensi kronik dalam kehamilan:
1. Hipertensi berat :
- desakan sistolik 160 mmHg dan / atau
- desakan diastolic 110 mmHg, sebelum 20 minggu kehamilan

2. Hipertensi ringan < 20 minggu kehamilan dengan


- pernah preeklamsi
- umur ibu > 40 tahun
- hipertensi 4 tahun
- adanya kelainan ginjal
- adanya diabetes mellitus (klas B klas F)
- kardiomiopati
- meminumi obat anti hipertensi sebelum hamil

Pengelolaan hipertensi kronik dalam kehamilan


Tujuan pengobatan hipertensi kronik dalam kehamilan ialah
a. Menekan risiko pada ibu terhadap kenaikan desakan darah
b. Menghindari pemberian obat-obat yang membahayakan janin

Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan (test) klinik spesialistik :
- ECG
- Echocardiografi

24
- Ophtalmologi
- USG ginjal

b. Pemeriksaan (test) laboratorium


- Fungsi ginjal : - kreatinin serum, BUN serum, asam urat, proteinuria 24 jam
- Fungsi hepar
- Hematologik : - Hb, hematokrit, trombosit

Pemeriksaan Kesejahteraan Janin


a. Ultrasonografi :
b. Hipertensi kronik dalam kehamilan dengan penyulit kardiovaskuler atau penyakit ginjal
perlu mendapat perhatian khusus.

Pengobatan Medikamentosa
Indikasi pemberian antihipertensi adalah :
a. Risiko rendah hipertensi :
ii. Ibu sehat dengan desakan diastolik menetap 100 mmHg
iii. Dengan disfungsi organ dan desakan diastolik 90 mmHg
b. Obat antihipertensi :
1) Pilihan pertama : Methyldopa : 0,5 3,0 g/hari, dibagi dalam 2-3 dosis.
2) Pilihan kedua : Nifedipine : 30 120 g/hari, dalam slow-release tablet (Nifedipine harus
diberikan per oral)

Pengelolaan terhadap Kehamilannya


a. Sikap terhadap kehamilannya pada hipertensi kronik ringan : konservatif yaitu dilahirkan
sedapat mungkin pervaginam pada kehamilan aterm
b. Sikap terhadap kehamilan pada hipertensi kronik berat : Aktif, yaitu segera kehamilan
diakhiri (diterminasi)
c. Anestesi : regional anestesi.

Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsi


Pengelolaan hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsi sama dengan pengelolaan
preeklamsi berat.

25
C.SINDROMA HELLP
A. Definisi klinik
Sindroma HELLP ialah preeklamsi-eklamsi dengan adanya hemolisis, peningkatan enzim
hepar, disfungsi hepar, dan trombositopenia
H : Hemolysis
EL : Elevated Liver Enzym
LP : Low Platelets Count

B. Diagnosis
1.Tanda dan gejala yang tidak khas :
1. Mual
2. Muntah
3. Nyeri kepala
4. Malaise
5. Kelemahan
(semuanya ini mirip tanda dan gejala infeksi virus)

2.Tanda dan gejala preeklamsi


1. .Hipertensi
2.Proteinuria
3.Nyeri epigastrium
4.Edema
5.Kenaikan asam urat
Tanda-tanda hemolisis intravascular
1.Kenaikan LDH, AST dan bilirubin indirect
2.Penurunan haptoglobine
3.Apusan tepi : fragmentasi eritrosit
4.Kenaikan urobilinogen dalam urine

Tanda kerusakan / disfungsi sel hematocyte hepar


1.Kenaikan ALT, AST, LDH
2.Trombositopeni

26
3.Trombosit 150.000/ml
4.Semua wanita hamil dengan keluhan nyeri pada kuadran atas abdomen, tanpa memandang
ada tidaknya tanda dan gejala preeklamsi harus dipertimbangkan sindroma HELLP.

C. Klasifikasi
Klasifikasi Missisippi
Klas I : Thrombosit 50.000/ml
Serum LDH 600.000 IU/l
AST dan / atau ALT 40 IU /l

Klas II : Thrombosit > 50.000/ml sampai 100.000/ml


Serum LDH 600.000 IU/l
AST dan / atau ALT 40 IU/l

Klas III : Thrombosit > 100.000/ml sampai 15.000/ml


Serum LDH 600.000 IU/l
AST dan / atau ALT 40 IU/l

Klasifikasi Tennesse
Klas Lengkap
Thrombosit < 100.000/ml
Serum LDH 600.000 IU/l
AST 70 IU/l

Klas tidak lengkap


Bila ditemukan hanya satu atau dua tanda-tanda di atas.

D. Diagnosis banding preeklamsi sindroma HELLP


1. Trombotik angiopati
2. Kelainan konsmtiv fibrinogen
\Misalnya : - acute fatty liver of pregnancy
- hipovolemia berat/perdarahan berat
- sepsis

27
3. kelainan jaringan ikat : SLE
4. Penyakit ginjal primer

E. Terapi Medikamentosa
1. Mengikuti terapi medikamentosa : preeklamsi eklamsi
2. Pemeriksaan laboratorium untuk trombosit dan LDH tiap 12 jam
3. Bila trombosit < 50.000/ml atau adanya tanda koagulopati konsumtif, maka harus diperiksa
:
- Waktu protrombine
- Waktu tromboplastine partial
- Fibrinogen
4. Pemberian Dexamethasone rescue
a. Antepartum : diberikan double strength dexamethasone (double dose)
Jika didapatkan :
1) Trombosit < 100.000/cc atau
2) Trombosit 100.000 150.000/cc dan dengan

Eklamsi Hipertensi berat


Nyeri epigastrium Gejala Fulminant, maka diberikan dexametasone 10 mg IV tiap 12 jam
5. Dapat dipertimbangkan pemberian :
1. Tranfusi trombosit :

Bila trombosit < 50.000/cc


2. Antioksidan

F. Sikap : pengelolaan obstetrik


Sikap terhadap kehamilan pada sindroma HELLP ialah aktif, yaitu kehamilan diakhiri (
terminasi ) tanpa memandang umur kehamilan. Persalinan dapat dilakukan pervaginam atau
perabdominam.

28
29
Kepustakaan

30
1. Baker PN., Kingdom J., Preecclampsia Current Perpectives on Management. The
Parthenon Publishing Group, New York, USA, 2004 page 133-143.

2. Barton JR., Sibai BM, Acute Life-Threatening Emergencies in Preeclampsia-


Eclampsia in Pitkin RM., Scott JR., Clinical Obstetrics and Gynaecologyy, JB
Lippincott Company, June 1992; 35 : 2. page 402-412.

3. Birkenharger WH, Reid JL, Rubin P.C. Handbook of Hypertension Hypertension in


Pregnancy vol 10. Elsevier, Amsterdam-New York, 1988.

4. Bolte A. Monitoring and Medical Treatment of Severe Preeklamsi, Pharmacia and


Upjohn, Organon Nederland, 2000.

5. Brown MA. Diagnosis and Classification of Preeklamsi and Other Hypertensive


Disoders of Pregnancy in Belfort MA, Thornton S, Saade GR. Hypertension in
Pregnancy Marcel Dekker, Inc. New York, 2003, page 1-14.

6. Chapter 14: Complications of Preeclampsia in Clark SL, Cotton D, et al. Critical


Care Obstetrics third edition, Blackwell Science, USA, 1977. page 251-278.

7. Chkheidze.A.R. Standards in prevention, classification and sonography in


Standards in Gestosis : Consensus conference. Ed. Zichella, A. Vizzone, Organisation
Gestosis-press 1992.

8. Chronic Hyperetension in Pregnancy; ACOG Practise Bulletin; number 29, July 2001.

9. Churcill D. Beevers DG. Definitions and Classification Systems of the Hypertensive


Disoders in Pregnancy in Churchill D, Beevers DG. Hyperetension in Pregnancy.
BMJ Books, London, 1999.

10. Cunningham FG., Leveno KJ. Management of Preeclampsia in Marshall D,


Lindheimer, Robert MJ, Cunningham G. Chesleys Hypertensive Disoders in
Pregnancy 2nd edition. Appleton & Lange, Stamford, Connecticut, USA, 1999. page
: 543-580.

31
11. Cunningham FG., Gant N, et al. William Obstetrics 21st ed. McGraw-Hill, Medical
Publishing Division, 2001; page 567-618.

12. Clark SL, Cotton D, et al. Critical Care Obstetrics third edition, Blackwell
Science, USA, 1997, page 251-289.

13. Deeker GA, Risk Factor for Preeclampsia in Clinical Obstetrics and Gynecology,
Vol 42;422, 1999.

14. Diagnosis and Management of Preeclampsia and Eclampsia; ACOG Practise Bulletin,
number 33, January 2002.

15. Dieckmann; WJ The Toxemias of Pregnancy 2nd edition, St. Louis, The C.V.
Mosby Co., 1952.

16. Do women with preeclampsia, and their babies, benefit from magnesium sulphate?
The Magpie Trial: a randomized placebo-controlled trial, in The Magpie trial
Collaborative Group, Lancet 2002; 359: 1877-90

17. Gant NF, Worley RJ. Hypertension in Pregnancy Concepts and Management,
Appleton-Century-Crofts, New York, 1980, page : 107-165.

32
18. Ghulmiyah LM, Sibai BM. Gestasional hypertension-preeclampsia and eclampsia. In
: Queenan JT, Spong CY, Lockwood CJ. Management of High-Risk Pregnancy An
Evidence-Based Approach. Fifth Edition, 2007:271-9.
19. Gilstrap LC, Ramin SM. ACOG practice Bulletin no 33. Diagnosis and Management
of Preeclampsia and Eclampsia, 2002:159-67

20. Hnat MD, Sibai BM. Severe Preeclampsia Remote from Term in Belfort MA,
Thornton S, Saade GR. Hypertension in Pregnancy, Marcell Dekker, Inc. New
York, 2003, page 85-110.

21. Kaplan, N.M; Lieberman, E;Kaplans Clinical Hypertension Lippincot Williams &
Wilkins USA, 2002, page 25-55.

22. MacGillivray, Ian Preeklamsi The Hypertensive Disease of Pregnancy, W.B.


Saunders Company Ltd, Philadelphia, Toronto, 1983.

23. Magann EF., Martin JN. Jr. Twelve Steps to Optimal Management of HELLP
Syndrome in Pitkin RM., Scott JR. Clinical Obstetrics and Gynecology. JB
Lippincott Company, September 1999; 42: 3. page 532-550.

24. Marsh MS, Ling FW. Contemporary Cninical Gynecology Obstetrics. The
International Journal of Cntinuing Medical Education, September 2002. ISSN: 1471-
8359; 2:3

25. Marshall D, Lindheimer, Robert MJ, Cunningham G. Chesleys Hypertensive


Disoders in Pregnancy 2nd edtion. Appleton and Lange, Stamford, Connecticut,
USA, 1999.

26. Martin Jr., Magann EF., Isler CM., HELLP Syndrome: The Scope of Disease and the
Treatment in Belfort MA, Thornton S, Saade GR. Hypertension in Pregnancy
Marcel Dekker, Inc. New York, 2003, page 141-170

33
27. Myers J., Hayman r. Definition and Classification in Baker PN., Kingdom J.,
Preeclapmsia Current Perpectives on Management. The Parhenon Publishing
Group, New York, USA, 2004, page : 11-13.

28. Norwitz ER., Robinson JR., Repke TJ., Prevention of Preeclampsia: Is It Possible? in
Pitkin RM., Scott JR. Clinical Obstetrics and Gynecology. JB Lippincot Company,
September 1999; 42:3. page 436-449.

29. Odendaal, H.J. Severe preeklamsi eclampsia in Sibai, Baha M. Hypertensive


Disoders in Woman. WB Saunders Company, USA, 2001.

30. Page; E.W. The Hypertensive Disoders of Pregnancy Charles C Thomas Publisher,
Springfield, Illionis, USA, 1953. Pitkin RM., Scott JR. Clinical Obstetrics and
Gynecology. JB Lippincot Company, September 1999; 42:3

31. Pitkin RM., Scott JR. Clinical Obstetrics and Gynecology. JB Lippincot Company,
June 1992; 35:2

32. The Hypertensive Disoders of Pregnancy. Report of a WHO Study Group WHO,
Geneva, 1987

33. Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on
High Blood Pressure in Pregnancy, National High Blood Pressure Education
Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy,
Am.J,Ob.Gynecology; 183, S1, 2000

34. Riedman C., Walker I., Preeklamsi The Fact. Oxford University Press, New York,
1992

35. Satgas Gestosis POGI. Panduan pengelolaan hypertensi dalam kehamilan di


Indonesia edisi 1985

36. Sibai BM; Diagnosis, Prevention and Management of Eclampsia, Obstetrics &
Gynecology, vol 105, number 2, February 2005, page 405-410.

34
37. Working Group Report in High Blood Pressure in Pregnancy; National High Blood
Pressure Education Program (NHBPEP), Reprinted August 1991.

35

Anda mungkin juga menyukai