Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Anestesi Perioperatif

[JAP. 2014;2(3): 2007]


ARTIKEL PENELITIAN

Efektivitas Pemberian Cairan Praoperatif Ringer Laktat


2 mL/kgBB/jam Puasa untuk Mencegah Mual Muntah Pascaoperasi

Andi Ade Wijaya, Bona A. Fithrah, Arif H. M. Marsaban, Jefferson Hidayat


Departemen Anestesiologi dan Intensive Care
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Cipto Mangunkusumo

Abstrak

Teknik nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian mual muntah pascaoperasi
adalah pemberian cairan praoperatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas pemberian
cairan praoperatif Ringer laktat 2 mL/kgBB/jam puasa untuk menurunkan angka kejadian mual muntah
pascamastektomi. Penelitian ini merupakan uji klinis acak yang dilakukan pada bulan MaretApril 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais, Rumah Sakit Persahabatan, Rumah Sakit Fatmawati, dan Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta, pada pasien status fisik American Society of Anesthesiologist (ASA) 12. Sebanyak
102 pasien diacak ke dalam kelompok hidrasi dan kelompok kontrol. Analisis data dilakukan menggunakan
uji chi-kuadrat. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam kejadian mual pada 01 jam pascaoperasi
(kelompok hidrasi 20% vs kelompok kontrol 39%) dan pada 024 jam pascaoperasi (kelompok hidrasi
22% vs kelompok kontrol 41%). Walaupun tidak berbeda secara statistik, angka kekerapan mual pada
124 jam pascaoperasi lebih rendah pada kelompok hidrasi 12% (6) dibandingkan dengan kelompok
kontrol 23% (12). Tidak ada perbedaan secara statistik pada angka kekerapan muntah di kedua kelompok
penelitian. Pemberian cairan praoperatif Ringer laktat 2 mL/kgBB/jam puasa efektif untuk menurunkan
angka kejadian mual pascaoperasi mastektomi pada 1 jam pertama pascaoperasi.

Kata kunci: Cairan praoperatif, mastektomi, mual muntah pascaoperasi

Effectiveness of Pre-operative Lactated Ringers Solution 2 mL/kgBW/h


in Fasting Patients to Prevent Post-operative Nausea and Vomiting
Abstract

Non pharmacologic approaches to overcome post operative nausea and vomiting include giving pre-
operative hydration. The objective of this study was to learn the efficacy of pre-operative lactated Ringers
solution (2 mL/kgBW/hour) in fasting patients to overcome the post-operative nausea and vomiting in
mastectomy surgery. This study was a randomized clinical trial that conducted in March to April 2013 in
Dharmais Hospital-National Cancer Center, Persahabatan Hospital, Fatmawati Hospital, and Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo Jakarta to patients with American Society of Anesthesiologist (ASA) physical status
12. A total of 102 patients were randomized into the hydration group and control group. Data analysis was
performed using chi-square test or appropriate test using SPSS ver. 15. There were statistically significant
differences in the incidence of nausea at 01 hour post-operative (19.6% in hydration group vs. 39.2% in
control group) and at 024 hours post-operative (21.6% in hydration group vs. 41.2% control group). The
incidence of 124 hours PONV, although not statistically significant, was higher in the control group (11.8%
in hydration group vs. 23.5% in control group). There was no difference in vomiting incidence between
the two groups. Pre-operative lactated Ringers solution 2 mL/kgBW/hour in fasting patients effectively
reduces the incidence of post-operative nausea one hour after operation.

Key words: Mastectomy, post-operative nausea and vomiting pre-operative hydration

Korespondensi: Andi Ade Wijaya, dr., Sp.An(K), Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif/RSUPN Cipto
Mangunkusumo, Jl. P. Diponegoro No. 71 Jakarta, Telp. 021-3143736, Mobile 08121038091, Email adwrfauzi@gmail.com

200
Efektivitas Pemberian Cairan Praoperatif Ringer Laktat 2 mL/kgBB/jam Puasa untuk 201
Mencegah Mual Muntah Pascaoperasi

Pendahuluan yang terjadi, penelitian ini bertujuan untuk


mengetahui bagaimana efektivitas pemberian
Mual muntah pascaoperasi masih merupakan Ringer laktat sebanyak 2 mL/kgBB/jam puasa
masalah yang sering kali terjadi pada pasien yang diberikan praoperatif dalam mengurangi
yang menjalani pembedahan dalam anestesia kejadian mual mutah pascabedah mastektomi.
umum. Sekitar 71 juta orang pasien per tahun
menjalani pembedahan di Amerika Serikat, Subjek dan Metode
dengan insidens kejadian mual dan muntah
pascaoperasi berkisar 2030% dari seluruh Penelitian ini merupakan uji klinis acak untuk
pembedahan umum dan lebih kurang 7080% mengetahui efek pemberian cairan praoperatif
pada kelompok risiko tinggi.1 Ringer laktat 2 mL/kgBB/jam puasa dan dibagi
Habib dan Gan2 menyatakan bahwa insidens dalam dua kelompok, yaitu kelompok hidrasi,
mual muntah pascaoperasi payudara berkisar kelompok kontrol dan juga tanpa pemberian
5065%,sedangkan pada kepustakaan lain cairan praoperatif. Penelitian ini dilakukan di
adalah 80%.3 Angka kejadian ini sangat tinggi, Rumah Sakit Kanker Dharmais, Persahabatan,
di tengah penggunaan obat antimual muntah Fatmawati, dan Cipto Mangunkusumo Jakarta
baru serta penggunaan teknik anestesia yang periode MaretApril 2013. Populasi penelitian
kurang emetogenik.4 Sebagian besar penelitian ini ialah pasien yang menjalani operasi bedah
mual muntah pascaoperasi tersebut dilakukan mastektomi.
pada operasi per laparoskopi, sedangkan pada Kriteria inklusi, yaitu wanita yang menjalani
mastektomi masih jarang. pembedahan mastektomi, berusia 18 hingga
Berbagai pendekatan dan juga investigasi 62 tahun, dengan status fisik American Society
klinis dilakukan untuk menurunkan insidens of Anesthesiologist (ASA) 12, bersedia menjadi
kejadian mual muntah pascaoperasi. Uji klinis peserta penelitian dan juga menandatangani
yang terbaru menunjukkan bahwa pendekatan formulir persetujuan, tidak ada riwayat mual
multimodal dalam pemberian obat antiemetik muntah atau motion sickness, tidak menderita
mampu menurunkan kejadian mual muntah, kelainan/gangguan jantung.
meningkatkan kepuasan, serta mempercepat Kriteria eksklusi, yaitu sedang mengonsumsi
masa pemulihan pasien.5 Metode pendekatan antiemetik secara rutin atau mempergunakan
multimodal ini menggunakan cara farmakologi antiemetik sesaat sebelum dilakukan operasi,
dan nonfarmakologi.6 perokok, serta pasien yang pernah menjalani
Salah satu pendekatan nonfarmakologi yang operasi telinga bagian dalam.
murah, mudah, serta aman adalah mencukupi Kriteria pengeluaran, yaitu terjadi hipotensi
status hidrasi.6,7 Beberapa penelitian dilakukan intraoperatif, perdarahan masif intraoperatif,
untuk mengetahui pengaruh pemberian cairan tindakan operasi bertambah atau dilanjutkan
praoperatif terhadap kejadian mual muntah dengan tindakan lain, operasi lebih dari 2,5
pascaoperasi.4,6,8 Penelitian tersebut dilakukan jam, dan perawatan pascaoperasi dilakukan di
melalui berbagai cara serta intervensi, seperti Unit Perawatan Intensif. Data disajikan dalam
jumlah, tipe, dan waktu pemberian cairan. bentuk tekstular dan juga tubular. Untuk data
Mencegah mual muntah dengan pemberian nonparametrik dilakukan analisis statistika
cairan praoperatif ini efektif diterapkan pada mempergunakan uji chi-kuadrat atau uji yang
pembedahan one day care (ODC) dengan lama sesuai dengan mengunakan statistical product
operasi 2030 menit, tetapi belum dilakukan and servise solution (SPSS) ver. 15. Perbedaan
penelitian pada operasi elektif dengan durasi bermakna jika p<0,05.
operasi 150 menit. Mastektomi adalah salah
satu jenis pembedahan yang memiliki angka Hasil
kejadian mual muntah yang tinggi dan durasi
operasi berkisar 150 menit. Pasien yang diambil sebagai subjek penelitian
Berdasarkan masalah dan juga kontroversi sebanyak 109 pasien. Penelitian ini dilakukan

JAP, Volume 2 Nomor 3, Desember 2014


202 Jurnal Anestesi Perioperatif

Pasien (n=109)
Ekslusi (n=7) lama operasi
lebih dari 150 menit
Randomisasi (n=102)

Hidrasi (n=51) Kontrol (n=51)

Hilang dari Pemantauan Hilang dari Pemantauan


(n=0) (n=0)

Analisis (n=51) Analisis (n=51)

Gambar 1 Diagram Alur Proses Pengambilan Sampel

pada periode MaretApril 2013. Pengambilan menjalani penelitian, yaitu kelompok kontrol
sampel dilakukan di Rumah Sakit (RS) Kanker dan hidrasi tidak berbeda (setara).
Dharmais, RS Persahabatan, RS Fatmawati, Angka kejadian mual 01 jam pascaoperasi
serta RS Cipto Mangunkusumo. Subjek diambil pada kelompok hidrasi ialah 10 orang (20%),
dari RS Persahabatan sebanyak 6 pasien, RS sedangkan kelompok kontrol 20 orang (39%).
Fatmawati 10 pasien, RS Cipto Mangunkusumo Berdasarkan analisis statistika menggunakan
2 pasien, sedangkan RS Kanker Dharmais 91 uji chi-kuadrat didapatkan perbedaan yang
pasien. Tujuh orang pasien dikeluarkan dari bermakna (p<0,05). Angka kejadian muntah
penelitian karena dilanjutkan dengan tindakan 01 jam pascaoperasi pada kelompok hidrasi
rekonstruksi hingga lama operasi >150 menit. sebanyak 7 orang (14%), sedangkan kelompok
Pemantauan dilakukan selama di ruang pulih kontrol yaitu 6 orang (12%) dengan perbedaan
dan di ruang perawatan selama 24 jam. yang bermakna berdasarkan pada hasil uji chi
Dari Tabel 1 demografik serta karakteristik kuadrat (p>0,05; Tabel 2).
sampel dapat ditarik kesan bahwa pasien yang Angka kejadian mual 124 jam pascaoperasi

Tabel 1 Demografik dan Karakteristik Sampel yang Menjalani Penelitian


Variabel Hidrasi (n=51) Kontrol (n=51)
Usia (tahun) 48,738,01 44,759,89
IMT (kg/m ) 2
23,44 (18,3735,16) 23,75
Skor Apfel 3 (33) 3 (33)
Lama puasa (jam) 8,0 (6,012,0) 8,0 (8,013,0)
ASA 1 23 (45%) 36 (71%)
ASA 2 28 (55%) 15 (29%)
Lama operasi (menit) 130,0 (75,0150,0) 130,0 (60,0145,0)
Lama pembiusan 140,0 (90,0150,0) 145,0 (75,0150,0)
Cairan praoperatif 1.200,0 (8001.500) 0
Cairan intraoperatif 1.000,0 (100,02.500,0) 1.000,0 (500,01.500,0)
Total pendarahan (mL) 200,0 (100,0600,0) 200,0 (50,0500,0)
Jumlah neostigmin 1,0 (0,52,0)
Keterangan: data numerik distribusi normal rata-rataSB; distribusi tidak normal median (minimum-maksimum)

JAP, Volume 2 Nomor 3, Desember 2014


Efektivitas Pemberian Cairan Praoperatif Ringer Laktat 2 mL/kgBB/jam Puasa untuk 203
Mencegah Mual Muntah Pascaoperasi

Tabel 2 Kekerapan Mual Muntah


Variabel Hidrasi (n=51) Kontrol (n=51) Nilai p RR (95% IK)
01 Jam
Mual
Ya 10 (20%) 20 (39%) 0,030* 0,50 (0,260,96)
Tidak 41 (80%) 31 (61%)
Muntah
Ya 7 (14%) 6 (12%) 0,767* 1,17 (0,423,23)
Tidak 44 (86%) 45 (88%)
124 Jam
Mual
Ya 6 (12%) 12 (23%) 0,119* 0,50 (0201,23)
Tidak 45 (88%) 39 (77%)
Muntah
Ya 3 (6%) 3 (6%) 1,000* 1,00 (0,214,72)
Tidak 48 (94%) 48 (94%)
024 Jam
Mual
Ya 11 (22%) 21 (41%) 0,033* 0,52 (0,280,97)
Tidak 40 (78%) 30 (59%)
Muntah
Ya 7 (14%) 7 (14%) 1,000* 1,00 (0,382,65)
Tidak 44 (86%) 44 (86%)
Keterangan: * uji chi-kuadrat, * Uji Fisher

pada kelompok hidrasi adalah 6 orang (12%), uji chi-kuadrat didapatkan perbedaan yang
sedangkan pada kelompok kontrol 12 orang tidak bermakna berdasarkan statistik(p>0,05).
(23%), dengan menggunakan uji chi-kuadrat Risiko relatif terjadi mual muntah pascaoperasi
didapatkan nilai p=0,119 (nilai p>0,05). Angka adalah 0,52 (0,280,97) kali pada pasien yang
kejadian muntah 124 jam pascaoperasi pada mendapat cairan praoperatif Ringer laktat 2
kelompok hidrasi sebanyak tiga orang (6%), mL/kgBB/jam puasa, dibandingkan dengan
sedangkan kelompok kontrol juga tiga orang yang tidak diberikan cairan (Tabel 2).
(6%). Dengan menggunakan Uji Eksak Fisher
didapatkan p=1 (p>0,05). Pembahasan
Kejadian mual saat 024 jam pascaoperasi
pada kelompok hidrasi adalah 11 orang (22%), Mual dan muntah pascaoperasi masih menjadi
sedangkan kelompok kontrol adalah 21 orang masalah besar di dalam praktik anestesia. Saat
(41%), berdasarkan hasil analisis memakai uji penggunaan antiemetik telah rutin dilakukan,
chi-kuadrat didapatkan perbedaan bermakna perkembangan obat-obatan antiemetik baru,
(p<0,05). Angka kejadian muntah 024 jam metode/pendekatan baru dan juga panduan
pascaoperasi pada kelompok hidrasi dan juga baru, ternyata risiko terjadi mual dan muntah
kontrol masing-masing adalah 7 (tujuh) orang pascaoperasi masih tinggi. Pada pasien elektif
(14%). Berdasarkan analisis mempergunakan angka kejadian mual dan muntah pascaoperasi

JAP, Volume 2 Nomor 3, Desember 2014


204 Jurnal Anestesi Perioperatif

45
40
35
30
25
Hidrasi
20
Kontrol
15
10
5
0
11 jam 124 jam 024 jam
Gambar 2 Diagram Batang Angka Kejadian Mual Muntah Pascaoperasi Mastektomi

adalah 30%, sedangkan pada kelompok risiko puasa mendapat angka kejadian mual muntah
tinggi adalah 7080% bila tanpa penggunaan 59% (hidrasi) vs 87% (kontrol). Maharaj dkk.12
antiemetik.5 menyimpulkan penggunaan cairan praoperatif
Pasien yang menjalani operasi mastektomi 2 mL/kgBB/jam puasa pada prosedur operasi
mempunyai risiko yang tinggi. Angka kejadian rawat jalan dapat menurunkan angka kejadian
mual muntah pascaoperasi pasien mastektomi mual muntah pascaoperasi.
sekitar 5580%.2,3,9,10 Kejadian mual muntah Subjek penelitian Maharaj dkk.12 tersebut
pascaoperasi mastektomi di Indonesia belum memiliki skor Apfel 3 (tiga), yaitu jenis kelamin
diketahui pasti, namun bila melihat risiko yang perempuan, bukan perokok, dan menggunakan
dimiliki pasien yang menjalani mastektomi opioid pascaoperasi, ini berarti sampel yang
diduga memiliki angka kejadian mual muntah digunakan pada penelitian tersebut termasuk
pascaoperasi tinggi. kelompok high risk untuk terjadi mual muntah
Pada penelitian ini, insidens mual muntah pascaoperasi. Lama operasi penelitian Maharaj
dalam 24 jam pascaoperasi adalah 31%. Angka dkk.12 adalah 22,4+2,7 menit pada kelompok
kejadian ini tidak jauh berbeda dengan angka hidrasi serta 21,5+3,4 menit kelompok kontrol.
kejadian mual dan muntah pada pasien elektif Lama operasi ini merupakan salah satu faktor
tetapi berbeda jauh pada angka mual muntah penentu kejadian mual muntah pascaoperasi,
pascaoperasi pada pasien risiko tinggi.5 Angka karena semakin lama operasi, maka semakin
kejadian 31% ini juga berbeda dengan angka lama kontak pasien dengan gas-gas anestesia
kejadian mual dan muntah pascaoperasi pada yang juga merupakan faktor penyebab mual
pasien yang menjalani operasi mastektomi muntah pascaoperasi.13
pada penelitian Sadharivan dkk.10 Maharaj dkk.12 melakukan penilaian mual
Risiko mual dan muntah pascaoperasi pada muntah pascaoperasi di ruang pulih, 1, 4, 24,
pasien yang menjalani prosedur mastektomi serta 72 jam pascaoperasi. Secara keseluruhan
ditentukan menggunakan Apfel Scoring System, angka kejadian mual muntah pada kelompok
yaitu jenis kelamin perempuan, riwayat mual hidrasi ternyata lebih rendah, dengan angka
dan muntah pascaoperasi sebelumnya, riwayat kejadian mual muntah di ruang pulih adalah
motion sickness sebelumnya, bukan perokok, 40% vs 60%, 1 jam pascaoperasi 44% vs
dan penggunaan opioid pascaoperasi.11 Setiap 75%, 4 jam pascaoperasi 30% vs 65%, 24
faktor akan meningkatkan risiko terjadi mual jam pascaoperasi 18% vs 65%, serta 72 jam
muntah pascaoperasi sebesar 1822%.11 pascaoperasi 10% vs 40%.12
Pada penelitian Maharaj dkk.12 terhadap 80 Berdasarkan analisis data demografik serta
pasien yang menjalani ginekologi laparoskopi karakteristik penelitian ini, didapatkan bahwa
diagnostik mempergunakan cairan praoperatif semua pasien mempunyai skor Apfel 3, yaitu
compound sodium laktat 2 mL /kgBB/jam jenis kelamin perempuan, tidak merokok, dan

JAP, Volume 2 Nomor 3, Desember 2014


Efektivitas Pemberian Cairan Praoperatif Ringer Laktat 2 mL/kgBB/jam Puasa untuk 205
Mencegah Mual Muntah Pascaoperasi

menggunakan opioid pascaoperasi (tramadol kristaloid pada saat praoperatif pada beberapa
2 mg/kgBB). Subjek penelitian ini termasuk penelitian menurunkan angka kejadian mual
pada kelompok risiko tinggi untuk terjadi mual dan muntah pascaoperasi, walaupun beberapa
muntah pascaoperasi, sama seperti penelitian penelitian gagal untuk mencapai kemaknaan
Maharaj dkk.12 statistik karena power penelitian yang kurang,
Data demografi dan karakteristik penelitian sehingga dibutuhkan penelitian dengan power
ini, didapatkan bahwa lama pembiusan pada yang lebih memadai untuk frekuensi yang lebih
kelompok hidrasi adalah 140 (90,0150,0) rendah (seperti pada muntah pascaoperasi) .17
menit serta pada kelompok kontrol adalah 145 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
(75,0150,0) menit. Ini berbeda sekali dengan pemberian cairan praoperatif sebanyak 2 mL/
penelitian yang dilakukan oleh Maharaj dkk.12 kgBB/jam puasa ternyata efektif menurunkan
Pada penelitian ini penilaian mual muntah angka kejadian mual pada 1 (satu) jam pertama
hanya dilakukan dua kali, yaitu satu jam serta pascaoperasi (19,6% vs 39,2%), tetapi tidak
24 jam pascaoperasi. Jarak waktu yang jauh terdapat perbedaan yang bermakna dalam hal
dalam melakukan penilaian mual dan muntah kekerapan muntah baik satu jam pascaoperasi
pascaoperasi tersebut membuat peneliti tidak maupun 24 jam pascaoperasi.
dapat menilai sampai berapa lama pemberian Beberapa hal diperkirakan memengaruhi
cairan praoperatif ini dapat menurunkan mual hasil penelitian ini, yaitu perhitungan jumlah
muntah pascaoperasi. Bila dilakukan penilaian cairan praoperatif yang tidak sesuai dengan
kembali setelah 4 jam atau 6 jam pascaoperasi jumlah cairan yang telah diberikan, monitoring
maka peneliti dapat melihat perubahan pada pasien yang tidak adekuat sehingga pemberian
angka kejadian mual dan muntah pascaoperasi cairan intraoperatif tidak terpelihara dengan
setelah 1 jam pascaoperasi. baik, pengawasan dan monitoring 24 jam di
Pendekatan mual dan muntah pascaoperasi ruangan tidak adekuat, serta cara pemberian
saat ini, yaitu dengan pendekatan multimodal, tramadol sebagai analgesik pascaoperasi yang
pencegahan mual muntah yang dilakukan tidak tidak tepat. Perhitungan cairan yang tidak
hanya di akhir pembedahan dengan memakai tepat akan menyebabkan cairan yang diberikan
dua-tiga obat sebagai pencegahannya tetapi tidak adekuat hingga tujuan pemberian cairan
dengan mengurangi risiko mual muntah sejak praoperatif untuk mencegah hipoperfusi usus
pra hingga pascaoperasi.1,2,14 Untuk melakukan tidak tercapai.
hal ini dilakukan pendekatan baik farmakologi Pemberian cairan kristaloid sebanyak 2 mL/
maupun nonfarmakologi. kgBB/jam puasa sebelum dilakukan tindakan
Pemberian cairan saat praoperatif memang anestesi bertujuan memindahkan penggantian
belum mendapatkan rekomendasi dari SAMBA cairan puasa yang umumnya diberikan saat
sebagai teknik dalam pencegahan mual muntah intraoperatif menjadi praoperatif. Kelemahan
pascaoperasi, tetapi pendekatan ini bukan hal penggantian cairan puasa yang dilakukan saat
yang baru, sudah banyak dilakukan uji coba intraoperatif ialah bahwa cairan tersebut tidak
tentang pendekatan ini dengan berbagai sudut akan tergantikan secara penuh karena cairan
pendekatan seperti jumlah, jenis, serta waktu pengganti puasa tersebut tergantikan secara
pemberian cairan.4,7,12,15,16 penuh setelah 4 jam operasi berjalan, padahal
Penelitian tersebut ingin menilai efektivitas prosedur mastektomi yang dilakukan hanya
penggunaan cairan praoperatif sebagai salah membutuhkan waktu sekitar 150 menit (2,5
satu metode mencegah kejadian mual muntah jam). Menurut teoritis cairan pengganti puasa
pascaoperasi. Penggunaan cairan praoperatif ini belum tergantikan, tetapi bila diperhatikan
yang efektif tentu ditunjukkan dengan angka cairan intraoperatif pada kelompok kontrol
kejadian mual muntah pascaoperasi yang lebih mendekati banyaknya cairan praoperatif yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok diberikan pada kelompok hidrasi, yaitu 1.200
kontrol. (8001.500) berbanding dengan 1.000 (500
Apfell dan Meyer17 menyatakan pemberian 1.500), kondisi ini terkait dengan pengawasan

JAP, Volume 2 Nomor 3, Desember 2014


206 Jurnal Anestesi Perioperatif

intraoperatif yang tidak begitu memadai serta rutin dan dapat diberikan bila pasien mengeluh
perhitungan cairan yang tidak teliti. mual ataupun muntah. Beberapa kejadian yang
Hasil penelitian Moretti dkk.16 menyatakan mungkin dapat merancukan hasil penelitian
bahwa pemberian cairan pra dan intraoperatif ini adalah pasien biasanya baru minum, makan
dalam jumlah yang sama menghasilkan angka per oral sore hari setelah dilakukan operasi
kejadian mual dan muntah pascaoperasi yang saat pagi hari, cairan infus biasanya diberikan
sama.16 Penggantian cairan puasa praoperatif dalam jumlah terbatas dan minimal, obat-obat
(baik intra maupun praoperatif) sendiri saat antiemetik seperti ondansentron menjadi hal
ini sedang menjadi suatu perdebatan, Chappel yang sudah rutin diberikan walaupun pasien
dan Jacob18 dalam beberapa tulisannya telah tidak mengeluhkan mual atau muntah.
menyatakan bahwa puasa praoperatif tidak
menimbulkan perubahan pada volume darah. Simpulan
Chappel dan Jacob18 tidak menyarankan untuk
dilakukan penggantian cairan puasa dan lebih Pemberian cairan praoperatif Ringer laktat 2
menyarankan penggunaan vasopresor bila mL/kgBB/jam puasa menurunkan insidensi
terjadi hipotensi saat induksi. Bahkan, Chappel mual pascamastektomi saat 1 jam pascaoperasi
dan Jacob19 menyatakan bahwa penggunaan (19,6%vs39,2%), namun tidak menunjukkan
cairan yang berlebih saat praoperatif maupun kemaknaan insidensi muntah pascamatektomi
intraoperatif tidak berpengaruh pada angka baik 1 (satu) jam maupun 24 jam pascaoperasi.
kejadian mual muntah pascaoperasi. Risiko relatif untuk terjadinya mual muntah
Penggunaan tramadol-parasetamol sebagai pascaoperasi mastektomi adalah 0,52 (0,28
analgesia pascaoperasi mungkin merancukan 0,97) kali pada pasien yang diberikan cairan
hasil yang didapat penelitian ini. Tramadol- praoperatif Ringer laktat bila dibandingkan
parasetamol yang bersifat inhibitor re-uptake dengan pasien yang tidak mendapatkan cairan
serotonergik dan agonis serotenergik sehingga praoperatif.
akan memicu terjadi mual muntah, sekalipun
pemberiannya dilakukan dengan drip selama Daftar Pustaka
15 menit. Belum terdapat penelitian yang jelas
tentang perbandingan mual muntah tramadol- 1. Gan TJ,Meyer TA,Apfel CC,Chung F,Davis
parasetamol intravena secara kontinu dengan PJ,Habib AS, dkk. Society for ambulatory
bolus.20 anesthesia guidelines for the management
Pengawasan saat pasien telah dipindahkan of post operative Nausea and vomiting.
ke ruangan menjadi kendala dan juga perancu Anesth Analg. 2007;105:161528.
tersendiri. Pemberian obat berbentuk cairan 2. Habib SA, Gan TJ. Combination therapy for
hampir tidak dapat diintervensi serta menjadi post operative nausea and vomiting more
wewenang penuh operator dan juga perawat effective prophylaxis?. Ambulatory Surg.
di ruangan. Pemberian antiemetik merupakan 2001(9):5971.
suatu hal yang rutin dan pemberian analgesik 3. Sighal AK. 5HT3 antagonist for prophylaxis
pascaoperasi (tramadol 2 mg/kgBB) hampir of post operative nausea and vomiting in
pasti diberikan secara bolus melalui intravena, breast surgery: a meta analysis. J Postgrad
sedangkan pemberian tramadol secara bolus Med. 2012 Jan-Mar;58(1):2331.
akan meningkatkan mual muntah yang akan 4. Adanir T,Aksun M,Ozgrbz U,Altin
merancukan penilaian mual muntah dalam 24 F,Sencan A. Does preoperative hydration
jam pertama. affect post operative nausea and
Pada penelitian ini pasien dikembalikan ke vomiting? A randomized control trial. J
ruangan setelah skor Aldrette minimal 8. Saat Laparoendoscopic and Advanced Surgical
itu pasien sudah dapat aktif berkomunikasi Techniques. 2008;18:15.
dan hemodinamik stabil. Selalu dituliskan juga 5. White PF,Zhao M,Tang J,Wender
bahwa antiemetik tidak perlu diberikan secara

JAP, Volume 2 Nomor 3, Desember 2014


Efektivitas Pemberian Cairan Praoperatif Ringer Laktat 2 mL/kgBB/jam Puasa untuk 207
Mencegah Mual Muntah Pascaoperasi

RH,Yumul R,Sloninsky AV,dkk. Use of Evidence based analysis of risk factors for
disposable acupressure device as part postoperative nausea and vomiting. Br J
of a multimodal antiemetic strategy Anaesth. 2012;276:112.
for reducing postoperative nausea and 14. Chandrakantan A, Glass PA. Multimodal
vomiting. Anesth Analg. 2012 ;115:317. therapies for postoperative nausea
6. White PF. Are nonpharmacologic and vomiting and pain. Br J Anaesth.
techniques useful alternatives to emetic 2011;107:12740.
drugs for the prevention of nausea and 15. Amireh AM, Al Ghoul, Jabir IA. Preoperative
vomiting?. Anesth Analg. 1997;84:7124. intravenous fluid supplements: a simple
7. Ali SZ,Taguchi A,Holtmann B,Kurz A. and inexpensive method to reduce
Effect of supplemental preoperative fluid postoperative nausea and vomiting
on postoperative nausea and vomiting. among patient underwent laparoscopic
Anesthesia. 2003;58:775803. cholecystectomy. J Royal Medical Services.
8. Tang J,Watcha MF,White PF. Comparison 2009 Dec;16(3):317.
of costs and efficacy of ondansentron and 16. Moretti EW, Robertson KM, El Moalem
droperidol as prophylactic antiemetic H, Gan TJ. Intraoperative colloid
therapy for elective outpatient gynecologic administration reduces post operative
procedure. Anesth Analg. 1996;83:30413. nausea and vomiting and improves post
9. Kovac AL. Prevention and treatment of operative out comescompared with
post operative nausea and vomiting. Drugs. crystalloid administration. Anesth Analg.
2000;59(2);21343. 2003;96:6117.
10. Sadharivan S, Saxena A, Kathrivel S, 17. Apfell CC, Meyer A. Supplemental
Kannan TR, Trikha A, Mohan V. The safety intravenous crystalloid for preventing
and efficacy of prophylactic ondansentron post operative nausea and vomiting: a
in patient undergoing modified radical quantitative review. Br J Anesth. 2012;
mastectomy. Anesth Analg. 1999;89:1340 108(6):893902.
5. 18. Chappel D, Jacob M. Blood volume is normal
11. Apfel CC, Laara E, Koivuranta M. A simplified after preoperative overnight fasting. Acta
risk score for predicting post operative Anesthesiol Scand. 2008(52):5228.
nausea and vomiting. Anesthesiology. 19. Chappel D, Jacob M. A rational approach
1999;91:693700. to perioperative fluid management.
12. Maharaj CH1,Kallam SR,Malik A,Hassett Anesthesiology. 2008(109):72340.
P,Grady D,Laffey JG. Preoperative 20. Macintyre EP, Scott DA, Schug SA, Visser EJ,
intravenous fluid therapy decreases Walker SM. Systematically administered
postoperative nausea and pain in high risk analgesic drugs in acute pain management:
patients. Anesth Analg. 2005;100:67582. scientific evidence. Edisi ke-3. Melbourne:
13. Apfel CC,Heidrich FM,Jukar-Rao ANZCA & FPM; 2010.
S,Jalota L,Hornuss C,Whelan RP, dkk.

JAP, Volume 2 Nomor 3, Desember 2014

Anda mungkin juga menyukai