(KAK)
Agustus 2014
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
PENGADAAN KONSULTAN PERORANGAN
TENAGA AHLI PROCUREMENT (PENGADAAN BARANG DAN JASA) # 3
UNTUK KEGIATAN OPERASIONAL KANTOR
KOMITE PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS
(KPPIP)
1. PENDAHULUAN
2. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan ekonomi terbesar ke 16 di dunia dengan total produk domestik bruto
(PDB) hampir mencapai USD 1 trilyun. Pendapatan per kapita Indonesia diprediksi akan
meningkat menjadi sebesar US$ 14,900 pada tahun 2025 (peringkat 12 dunia) serta US$
46,900 pada tahun 2045 (peringkat 7 atau 8 dunia). Jika sesuai dengan rencana Pemerintah,
maka Indonesia akan masuk ke dalam negara kategori high income country pada tahun 2025,
namun hal ini akan sangat tergantung kepada perkembangan penyediaan infrastruktur di
Indonesia.
Indonesia memiliki semua hal-hal fundamental yang diperlukan untuk mencapai target
tersebut berupa sumber daya alam yang berlimpah, lokasi yang strategis, jumlah penduduk
yang besar (tenaga kerja dan pasar yang besar), dan lain lain. Namun perlu disadari bahwa
potensi yang dimiliki Indonesia untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia tidak serta
merta bisa terwujud. Terdapat tantangan-tantangan yang perlu dihadapi, yaitu sebagai
berikut:
1) Saat ini Indonesia sedang dilanda fase krisis infrastruktur yang terindikasi
dari beberapa indikator competitiveness index serta biaya logistik sebagai
berikut:
a. Biaya logistik di Indonesia mencapai 17% dari total biaya yang
dikeluarkan oleh pengusaha. Angka itu tergolong paling boros dibanding
biaya logistik di Malaysia yang hanya 8%, Filipina 7% dan Singapura 6%;
b. Biaya logistik di Indonesia mencapai 24% dari total Produk Domestik
Bruto (PDB) dan merupakan biaya logistik paling tinggi di dunia.
2) Keterbatasan infrastruktur: Berdasarkan Global Competitiveness Report 2010,
infrastruktur Indonesia berada pada rangking 82 dari 139 negara dan
membaiknya pada tahun 2012 menjadi rangking 76 dari 142 negara, namun
pada tahun 2012 memburuk menjadi rangking 78 dari 144 negara.
3) Keterbatasan ketersediaan anggaran pembiayaan infrastruktur: Anggaran
infrastruktur di Indonesia hanya 3% dari PDB Indonesia, sementara misalnya
Pemerintah China menganggarkan setidaknya 8-10% dari PDB.
Peringkat daya saing infrastruktur di Indonesia meningkat lebih tajam dari posisi 78 di tahun
2012 menjadi posisi ke-61 ditahun 2013. Namun nilai investasi di Indonesia pada laporan
Bank Dunia untuk kuartal kedua tahun 2013 mengalami penurunan yang disebabkan oleh
pelemahan investasi dalam sektor transportasi serta mesin-mesin dan peralatan asing.
Peningkatan daya saing suatu negara berbanding sejajar dengan prospek pertumbuhannya,
sedangkan infrastruktur sebagai konektivitas antar pusat pertumbuhan merupakan pendorong
adanya pertumbuhan ekonomi. Kondisi pembangunan infrastruktur di Indonesia saat ini tidak
sejalan dengan kondisi perekonomian Indonesia. Indeks GCI tersebut diatas menunjukkan
bahwa peningkatan daya saing infrastruktur Indonesia masih tidak dapat mengimbangi
potensi daya saing Indonesia secara keseluruhan
Selain itu, defisit enerji dan ketenagalistrikan, khususnya di daerah luar pulau Jawa,
menyebabkan Indonesia menjadi kurang menarik bagi para investor untuk mengembangkan
bisnis di Indonesia1. Permasalahan ini tentu akan mengganggu kemajuan perusahaan yang
akan berinvestasi di Indonesia. Kondisi penyediaan infrastruktur yang kurang memadai saat
ini merupakan salah satu penyebab utama mengapa ekonomi di Indonesia saat ini kurang
kompetitif2.
1
Berdasarkan survey yang dikerjakan oleh The Asian Foundation, hampir 50% dari 13.000 perusahaan mengalami
pemadaman listrik 3 kali dalam seminggu selama tahun 2010-2012.
2
Global Competitiveness Report
biasa memenuhi kekurangan anggaran ini dari pinjaman luar negeri. Melihat kondisi
perekonomian dunia dan potensi Indonesia, skema pinjaman luar negeri untuk infrastruktur
tidak lagi selalu diterapkan oleh Pemerintah dan skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta
(KPS) diharapkan dapat menjadi solusi dalam meningkatkan pembiayaan infrastruktur.
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6,8% dan juga bersaing dengan negara lain,
pembangunan infrastruktur di Indonesia memerlukan percepatan baik dalam tahap persiapan
maupun konstruksi. Namun yang dibutuhkan bukan hanya percepatan, namun juga
pembangunan infrastruktur yang memiliki kualitas baik dan memenuhi standar internasional.
Untuk meningkatkan penyediaan infrastruktur di Indonesia tersebut diatas, Pemerintah telah
memutuskan untuk menyusun proyek-proyek infrastruktur prioritas yang mempunyai dampak
secara nasional maupun lokal. Proyek-proyek infrastruktur prioritas yang dipilih akan
diberikan perlakuan khusus, misalnya prioritas mendapatkan ijin, alokasi anggaran dan
bantuan teknis lainnya. Dalam hal ini, diperlukan sebuah kebijakan percepatan penyediaan
infrastruktur yang tepat sasaran dengan menggunakan standar prioritasi dan perencanaan
yang matang sehingga Indonesia dapat memanfaatkan momentum untuk bergabung ke dalam
negara-negara emerging market.
Pada tahun 2005, pemerintah Indonesia telah membentuk Komite Kebijakan Percepatan
Penyediaan Infrastruktur (KKPPI) yang memiliki tugas untuk merumuskan strategi dan
koordinasi pelaksanaan percepatan penyediaan infrastruktur. Dalam perjalanannya, KKPPI
memerlukan revitalisasi guna menciptakan momentum dalam rangka usaha menyelesaikan
isu-isu strategis infrastruktur melalui pengambilan keputusan yang cepat dan memberikan
solusi atas akar permasalahan yang ada. Dalam revitalisasi ini, diperlukan fungsi koordinasi
dalam penyusunan rencana percepatan dan standar kriteria untuk prioritasi dan penyiapan
proyek infrastruktur serta pengembangan skema pendanaan KPS. Sebagai revitalisasi dari
KKPPI, maka Pemerintah berencana membentuk Komite Percepatan Penyediaan
Infrastruktur Prioritas (KPPIP) yang diharapkan dapat terwujud pada tahun 2014 ini. KPPIP
akan memiliki fungsi-fungsi koordinasi, prioritasi, pengkajian Pra Studi Kelayakan dan
debottlenecking, monitoring dan evaluasi, peningkatan kemampuan staf dan sosialisasi
program bagi penyediaan infrastruktur prioritas di Indonesia, dimana pengambilan keputusan
akan dilaksanakan secara kolektif oleh anggota KPPIP. Sedangkan fungsi-fungsi penyiapan
proyek, implementasi proyek, dukungan fiskal dan lainnya akan tetap dijalankan oleh
Kementerian dan Lembaga (K//L) atau instansi terkait.
Saat ini Pemerintah telah memilih 56 proyek infrastruktur prioritas yang ditargetkan untuk
direalisasikan hingga tahun 2017 dan akan menjadi fokus pertama dari KPPIP. Pemilihan
proyek prioritas ini melibatkan instansi-instansi terkait pembangunan infrastruktur, mulai
tingkat kementerian pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, hingga masyarakat. Selain itu,
pemilihan juga dilakukan secara terintegrasi dengan mempertimbangkan berbagai data atau
dokumen infrastruktur yang ada di Indonesia, seperti Sislognas, Blue Book, PPP Book, serta
list-list rencana pembangunan infrastruktur strategis lainnya dari berbagai instansi terkait. Ke
56 proyek infrastruktur prioritas ini masuk kedalam prioritas MP3EI, dimana 17 proyek
diantaranya merupakan proyek yang telah siap dan akan didorong oleh KPPIP untuk
terealisasi pada tahun 2014, sehingga dibutuhkan perencanaan debottlenecking yang matang.
Identifikasi detail tentang kebutuhan bantuan dalam rangka penyiapan proyek-proyek
infrastruktur prioritas ini juga menjadi tugas dan fungsi utama dari KPPIP. Kedepannya
KPPIP juga memiliki tugas untuk memastikan skema-skema pembiayaan infrastruktur non-
konvesional seperti KPS menjadi skema pembiayaan infrastruktur reguler dan menjadi opsi-
opsi utama pembiayaan penyediaan infrastruktur.
2.2.1 Maksud:
a. Tujuan:
Sehubungan dengan tujuan KPPIP tersebut diatas, tujuan dari pengadaan Tenaga Ahli
Pengadaan # 3 adalah untuk membantu dan mendukung KPPIP dalam penyiapan dan
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang berkaitan dengan kegiatan operasional
kantor KPPIP agar kelancaran usaha pencapaian target kegiatan KKPPI dapat dicapai,
meliputi:
1) Memberi input dalam pembuatan Rencana Pengadaan Barang dan Jasa KPPIP,
Jadwal Pengadaan Barang dan Jasa KPPIP, Standar Dokumen Pengadaan
(SDP) dan dokumen pengadaan lainnya yang telah disusun oleh Tenaga Ahli
Pengadaan Senior dan akan dilaksanakan oleh pihak ketiga (lelang, maupun
metode pengadaan lainnya), serta membuat revisi terhadap rencana dan jadwal
pengadaan, SDP dan dokumen pengadaan lainnya tersebut diatas sesuai
dengan kebutuhan dan kemajuan proses pengadaan yang ada;
2) Memonitor pelaksanaan pengadaan barang dan jasa agar sesuai dengan skema,
metode dan jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menyalahi peraturan yang
berlaku;
3) Membantu dan memberi input terhadap Laporan Hasil Kajian Pengadaan
Barang dan Jasa yang akan dikeluarkan secara periodik (tahunan, triwulanan
dan bulanan) sesuai kebutuhan KPPIP;
4) Membantu dan memberi input dalam pembuatan pedoman-pedoman
pengadaan barang dan jasa untuk mendukung kegiatan operasional
pengelolaan proyek infrastruktur prioritas; dan
5) Membantu mengkaji Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk kegiatan
operasional dan administrasi harian KPPIP.
b. Sasaran:
Berkaitan dengan tujuan tersebut diatas, maka sasaran pengadaan Tenaga Ahli
Pengadaan Barang dan Jasa # 3 ini, adalah:
4. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan dari Tenaga Ahli Pengadaan # 3 yang berkaitan dengan kegiatan
operasional kantor KPPIP, secara detail, meliputi:
Untuk memenuhi hal-hal tersebut Tenaga Ahli Pengadaan # 3 perlu mengumpulkan data-data
primer yang dibutuhkan dari KPPIP, khususnya tentang kebutuhan barang dan jasa untuk
pencapaian kinerja KPPIP, data dari asosiasi-asosiasi terkait, serta berbagai pihak swasta dan
instansi pemerintah terkait lainnya, termasuk Pemerintah Daerah. Tenaga Ahli Pengadaan # 3
dapat mengumpulkan data secara langsung dengan kunjungan lapangan, maupun dengan
metode pengumpulan data lainnya sesuai kebutuhan. Sementara untuk data-data sekunder
dapat juga diperoleh dari instansi tersebut diatas dan instansi penyedia data lainny, seperti
BPS dan institusi/badan/lembaga internasional terkait lainnya.
1) Laporan Substansi/Teknis:
Laporan kemajuan pelaksanaan proses pengadaan barang dan jasa yang berkaitan
dengan kegiatan operasional kantor KPPIP, mencakup laporan tentang:
a. Rencana Pengadaan Barang dan Jasa KPPIP dan Jadwal Pengadaan Barang
dan Jasa KPPIP sesuai dengan kemajuan proses pengadaan barang dan jasa
KPPIP yang ada;
b. Pengumuman/iklan, Standar Dokumen Pengadaan (SDP), Berita Acara dan
dokumen pengadaan lainnya dari kegiatan2 pengadaan barang dan jasa KPPIP
yang telah dilakukan;
c. Laporan Hasil Kajian Pengadaan Barang dan Jasa secara periodik sesuai
kebutuhan KPPIP;
d. Kumpulan basis data pengadaan barang dan jasa KPPIP sebagai acuan
sistematis bagi pengambil keputusan dalam melakukan pengadaan barang dan
jasa KPPIP;
e. Laporan-laporan lainnya sesuai kebutuhan KPPIP.
2) Laporan Bulanan
Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan ini adalah 4 (empat) bulan kalendar.
Diharapkan pekerjaan sudah dapat dimulai pada tanggal 1 Agustus dan berakhir pada tanggal
30 Nopember 2014.. Konsultan perlu bekerja secara penuh waktu (full time) sekurang-
kurangnya 50 jam per minggu dengan perkiraan input sebesar 4 (empat) Orang Bulan
(OB)/Person Month.
Month 2014
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des
Perlu diketahui bahwa sesuai rencana jangka panjang yang ada, maka program KPPIP akan
dilaksanakan selama 3 (tiga) tahun mulai tahun 2014 sampai dengan 2017. Penugasan
Konsultan bisa diperpanjang sesuai kebutuhan dengan mempertimbangkan kinerja dan hasil
pekerjaan Konsultan sebelumnya serta anggaran yang tersedia.
8. ALIH PENGETAHUAN
Pemerintah memberikan prioritas yang tinggi untuk menjamin terjadinya alih pengetahuan,
kemampuan dan keahlian yang efektif dari Konsultan kepada Tim Pendamping dari
pemerintah maupun pihak swasta lainnya. Berdasarkan kenyataan, transfer hal-hal teknis
dengan efektif membutuhkan staf dengan motivasi yang kuat dan kualifikasi yang memadai
untuk dapat bekerja sama dengan Konsultan. Sebaliknya Konsultan perlu mengusahakan
secara maksimal agar Tim Pendamping dapat menyediakan waktu yang cukup untuk
mengambil manfaat dengan bekerjasama dengan Konsultan. Konsultan diharapkan dalam
kegiatannya dapat melibatkan Tim Pendamping secara maksimal dan menyediakan pelatihan
dan training secara informal untuk menyebarkan dan memdiskusikan kesimpulan dan
rekomendasi penting yang telah dihasilkan.
Konsultan sebagai akan melapor kepada PPK dan Tenaga Ahli Pengadaan Senior dalam hal
yang berhubungan dengan pelaksanaan teknis pekerjaan dan kepada PPK dalam hal yang
berhubungan dengan administrasi dan pembayaran sesuai dengan kontrak yang berlaku.
Selain inputs yang perlu disediakan oleh Konsultan seperti tercantum dalam Bab 4, maka
Konsultan juga bertanggung jawab untuk menyediakan kendaraan sendiri untuk pergi ke dan
pulang dari kantor serta mobile phone dalam rangka pelaksanaan pekerjaan ini.
Kemenko melalui Tim Teknis/Sekretariat KPPIP dan PPK akan menyediakan beberapa
fasiltas penunjang dalam rangka pelaksanaan pekerjaan, yaitu:
12. PEMBIAYAAN
Pembiayaan kebutuhan Tenaga Ahli Pengadaan # 3 ini akan dibebankan pada APBN KPPIP
Tahun Anggaran 2014 dengan anggran biaya sebesar Rp. 50.000.000 (Lima Puluh Juta
Rupiah), dengan perincian sebagai berikut: