II. ANAMNESIS :
Keluhan utama :
Pasien merasa sulit tidur
Keluhan tambahan :
Pasien merasa sering menelan lendir yang turun dari hidung, namun tidak terlalu sering
dirasakan, pasien juga mengaku sering mendengar bunyi sruk.. saat sedang tidur dengan posisi
miring ke satu sisi.
A. STATUS GENERALIS
Keadaan umum :
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 81x/ menit
Respirasi : 22x/ menit
Suhu : 36,7 derajat celcius
Fisik :
Kepala : Normocephal
Mata : SI -/- , CA -/-
Leher : Tidak terdapat benjolan
Torak : dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Tidak terdapat edema pada ekstremitas
THT : (status lokalis)
B. STATUS LOKALIS : Ka Ki
SINUS PARANASALIS
Eonoid/frontal/maxilla
FARING/NASOFARING:
Ka Ka
Faring
Gigi gebgi : N/caries
Gerakan lidah: N/ deviasi
Mukosa : N/kemerahan/merah (hiperemis)
Aircus faring : N / kemerahan / merah/ (hipercuis) ulkus
Pillacoul/post : perlekatan/menebal
Tensil : T1/T2/T3/T4 : Kriptus -/+/+/++; Detitus -/+/+/++
Dinding faring : N/ hiperemis/ menebal/ granuler
Post nasal drip : -/+/++
Supraclavicula
Ukuran : .../.../.../cm
LABORATORIUM
Hb: - Waktu perdarahan: - Radiologi Tgl ..............No............
Lembosit: - Trombosit: -
Waktu pembekuan: - PA
PEMERIKSAAN SARAF
Dalam batas normal
RINGKASAN
RESUME :
Seorang wanita 45 tahun dengan keluhan sulit tidur sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu.
Kemudian pasien datang ke poli syaraf lalu dari dokter syaraf merujuk pasien untuk ke poli THT. Pasien
juga mengeluh bahwa sering merasa tertelan lendir yang mengalir ke tenggorokan sejak kurang lebih 1
bulan yang lalu, namun tidak terlalu sering dirasakannya. Riwayat batuk (+) yang 2 minggu yang lalu
dengan dahak kental berwarna putih. Riwayat mengalami gigi berlubang pada molar 3 kanan dan kiri,
namun sudah diekstraksi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan mukoasa konka nasalis media dan konka
nasalis inferior livide serta edema selain itu ditemukan post nasal drip (+).
DIAGNOSA KERJA:
Suspek sinuisitis ethmoidalis posterior
Sinusitis etmoidalis akut terisolasi lebih lazim pada anak, seringkali bermanifestasi sebagai selulitis
orbita. Dari anamnesis didapatkan nyeri yang dirasakan di pangkal hidung dan kantus medius, kadang-
kadang nyeri di bola mata atau di belakangnya, terutama bila mata digerakkan. Nyeri alih di pelipis, post
nasal drip dan sumbatan hidung. Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada pangkal hidung.
DIAGNOSA BANDING:
Sinusitis sphenoidalis
Rhinosinusitis
Pemeriksaan mikrobiologik
Sebaiknya diambil sekret dari meatus medius atau meatus superior. Mungkin dapat ditemukan
bermacam-macam bakteri yang merupakan flora normal di hidung atau kuman patogen, seperti
pneumococcus, streptococcus, staphylococcus dan haemophylus influensa. Selain itu mungkin juga
ditemukan virus atau jamur.
RENCANA PENGOBATAN:
Medikamentosa:
Levofloxacin 1x500mg/hari (antibiotik golongan fluorokuinolon yang mempunyai spektrum luas, aktif
terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif.)
Klindamisin 1x300 mg/hari
Pseudoefedrin HCL 1x30mg/hari (sebagai dekongestan bersifat vasokontriktor local, bekerja melegakan
pernafasan dengan mengurangi oedema mukosa)
PROGNOSA:
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Sanam : Ad Bonam
Ad Functionam : Ad Bonam
Sinusitis akut memiliki prognosis yang sangat baik, dengan perkiraan 70% penderita sembuh tanpa
pengobatan. Sedangkan sinusitis kronik memiliki prognosis yang bervariasi. Jika penyebabnya adalah
kelainan anatomi dan telah diterapi dengan bedah, maka prognosisnya baik.lebih dari 90% pasien
membaik dengan intervensi bedah, namun pasien ini kadang mengalami kekambuhan.
KOMPLIKASI:
a. Komplikasi orbita
Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang tersering. Karna berdekatan
dengan mata. Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut, namun sinus
frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat menimbulkan infeksi isi orbita.
Terdapat lima tahapan :
1. Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita akibat infeksi sinus ethmoidalis
didekatnya. Keadaan ini terutama ditemukan pada anak, karena lamina papirasea yang
memisahkan orbita dan sinus ethmoidalis sering kali merekah pada kelompok umur ini.
2. Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi orbita namun pus
belum terbentuk.
3. Abses subperiosteal, pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang orbita menyebabkan
proptosis dan kemosis.
4. Abses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita. Tahap ini disertai
dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak otot
ekstraokular mata yang tersering dan kemosis konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita, juga
proptosis yang makin bertambah.
5. Trombosis sinus kavernosus, merupakan akibat penyebaran bakteri melalui saluran vena kedalam
sinus kavernosus, kemudian terbentuk suatu tromboflebitis septik.
Secara patognomonik, trombosis sinus kavernosus terdiri dari :
a) Oftalmoplegia.
b) Kemosis konjungtiva.
c) Gangguan penglihatan yang berat.
d) Kelemahan pasien.
e) Tanda-tanda meningitis oleh karena letak sinus kavernosus yang berdekatan dengan saraf kranial II,
III, IV dan VI, serta berdekatan juga dengan otak.
b. Mukokel
Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus, kista ini paling
sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista retensi mukus dan biasanya tidak
berbahaya.
Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan sphenoidalis, kista ini dapat membesar dan melalui atrofi
tekanan mengikis struktur sekitarnya. Kista ini dapat bermanifestasi sebagai pembengkakan pada dahi
atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke lateral. Dalam sinus sphenoidalis, kista dapat
menimbulkan diplopia dan gangguan penglihatan dengan menekan saraf didekatnya.
Piokel adalah mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel meskipun lebih akut
dan lebih berat.
Prinsip terapi adalah eksplorasi sinus secara bedah untuk mengangkat semua mukosa yang
terinfeksi dan memastikan drainase yang baik atau obliterasi sinus.
c. Komplikasi Intrakranial
1) Meningitis akut, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut, infeksi dari
sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau langsung dari sinus yang
berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus frontalis atau melalui lamina kribriformis di dekat
sistem sel udara ethmoidalis.
2) Abses dura, adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium, sering kali mengikuti
sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat, sehingga pasien hanya mengeluh nyeri kepala dan
sebelum pus yang terkumpul mampu menimbulkan tekanan intra kranial.
3) Abses subdural adalah kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid atau permukaan otak.
Gejala yang timbul sama dengan abses dura.
4) Abses otak, setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka dapat terjadi
perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak. Terapi komplikasi intra kranial ini adalah
antibiotik yang intensif, drainase secara bedah pada ruangan yang mengalami abses dan
pencegahan penyebaran infeksi.
e. Kelainana Paru
Seperti bronchitis kronik dan bronkhiektasis. Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan
kelainan paru ini disebut sinobronchitis. Selain itu juga dapatmenyebabkan kambuhnya asma bronkial
yang sukar dihilangkan sebelum sinusitisnya disembuhkan.
Universitas : YARSI
Nilai:
TTDPembimbing: