Anda di halaman 1dari 9

TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA

I. PEMBAHASAN
HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
Manusia diciptakan ALLAH SWT berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nuftah, alaqah dan
mudqah sehingga menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan.
Oleh karena itu, menusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan ALLAH SWT.
Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan mempergunakan
bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa
manusia diciptakan dari tanah umumnya dipahami secara lahiriah. Hal ini menimbulkan
pendapat bahwa manusia benar-benar dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa, maka
segala sesuatu dapat terjadi.
Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah, tidak berarti bahwa
semua unsur kimia yang ada dalam tanah ikut mengalami reaksi kimia. Oleh karena itu, bahan-
bahan pembuat manusia disebut dalam Al-Quran hanya merupakan petunjuk manusia dimana
sebenarnya bahan-bahan pembentuk manusia yaitu ammonia, humus dan air yang terdapat pada
tanah, untuk kemudian bereaksi kimiawi.
Yang perlu diingat sekarang adalah bahwa manusia oleh ALLAH diharapkan menjadi
khalifah. Status manusia sebagai khalifah, dinyatakan dalam Al-Baqoroh ayat 30:


Seesunggugnya Aku hendak menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. (Al-
Baqoroh, 2: 30)
Kata khalifah berasal dari kata khalafa yakhliful khilafatun atau khilafatan yang berarti
meneruskan. Kebanyakan umat islam menerjemahakan dengan pemimpin atau pengganti.
Perlu diingat bahwa istilah khalifah pernah dimunculkan Abu Bakar pada waktu dipercaya
untuk memimpin umat muslim. Pada waktu itu, beliau menucapakan inni khalifaurrasulillah
yang berarti: aku adalah pelanjut sunnah Rosulilah. Dalam pidatonya setelah diangakat oleh
umat islam, Abu Bakar antara lain menyatakan: selama saya mentaati Allah, maka ikutilah
saya, tetapi apabila saya menyimpang, maka luruskanlah saya. Jika demikian pengertian
halifah, maka tidak setiap manusia mampu menerima atau melaksanakan kehalifahannya. Hal itu
kerena menyatakan menunjukkan bahwa tidak semua orang mau memilih ajaran Allah.
Dalam penciptaanya, manusia dibekali beberapa unsur sebagai kelengkapan dalam
menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut adalah: jasad (Al-Anbiya.8, shad: 34); ruh (Al-Tujr
29, As sajadun 9, Al-Anbiya91 dll); Nafs (Al-Baqoroh 48); aqal (Al-Baqoroh 76); Qolb (Ali
Imran 159). Jasad adalah bentuk lahiriah manusia, ruh adalah daya hidup, nafs adalah jiwa, aqal
adalah daya fikir dan Qolb adalah daya rasa. Disamping itu manusia disertai dengan sifat-sifat
negative seperti lemah, suka berkeluh kesah, suka berbuat zalim dan ingkar, suka membantah,
suka melampaui batas, suka terburu nafsu dsb. Hal ini semua merupakan produk dari Nafs,
sedang yang dapat mengendalikan kecenderungan negative adalah aqal dan qolb. Kecenderungan
dsb belum sepenuhnya dapat terkendali, karena subyektif. Yang dapat mengendalikan adalah
wahyu, yaitu ilmu yang obyektif dari Allah.

KARAKTERISTIK MANUSIA
Pembahasan diatas menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang sangat
berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya di alam semesta.
*Diantara karakteristik manusia:*
a. Aspek kreasi
Apapun yang ada pada tubuh manusia sudah dirakit dalam suatu tatanan yang terbaik dan
sempurna. Hal ini bisa dibandingkan dengan makhluk lain dalam aspek penciptaanya.



sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk (Al-Tiin, 95:4)

b. Aspek ilmu
Hanya manusia yang mungkin punya kesempatan memahami lebih jauh hakikat alam
semesta disekilingnya. Pengetahuan hewan terbatas pada nalusi dasar yang tidak bisa
dikembangkan melalui pendidikan dan pengajaran.

dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) keseluruhanya(Al-Baqoroh,
2:31)

c. Aspek kehendak
Manusia memiliki kehendak yang menyebabkanya bisa mengadakan pilihan-pilihan dalam
hidup. Para malaikat yang mulia tidak akan pernah menjadi makhluk yang sombong atau
maksiat.



sesungguhnya kami telah menunjukkan (manusia) jalan yang lurus, ada syukur dan ada pula
yang kafar (Al-Insaan, 76:3)

d. Pengarahan akhlak
Manusia adalah makhluk yang dapat dibentuk akhlakanya. Ada manusia yang sebelumnya
baik-baik tetapi karena pengaruh lingkungan talenta dapat menjadi seorang penjahat. Demikian
pula sebaliknya.

TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA


Setiap penciptaan pasti memiliki tujuan. Robot deprogram untuk mematuhi setiap perintah
pembuatnya, begitu juga manusia yang diciptakan untuk beribadah mematuhi setiap perintah-
Nya dan menjahui semua larangan-Nya.
Seperti firman Allah dalam Al-Quran surat Adz Dzaariat ayat 56.


Dan tidak Ku-ciptakan jin dan manusia melainka untuk menyembah kepada-Ku.
Misi penciptaan manusia adalah untuk penyembahan kepada sang pencipta, Allah SWT.
Pengertian penghambaan kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit dengan hanya
membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam sholat saja. Penyembahan berarti ketundukan
manusia kepada hukum-hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini, baik
yang menyangkut hubungan vertical maupun horizontal.
Penyembahan manusia kepada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap
terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang baik dan adil. Oleh karena itu penyembahan
tersebut harus dilakukan secara sukarela tanpa paksaan, hanya karena Allah (penyembahan yang
sempurna dari seorang manusia akan menjadikan dirinya sebagai khalifah di muka bumi).
Keseimbangan alam dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh. Keseimbangan pada
kehidupan manusia dapat terjaga dengan tegaknya hukum. Hukum kemanusiaan yang telah Allah
tekankan. Kekacauan kehidupan manusia tidak sekedar akan menghancurkan tatanan kehidupan
kemanusiaan mereka sendiri, tetapi juga dapat menghancurkan bagian-bagian alam semesta yang
lain.

Dan tidaklah kami mengutus kamu melainkan untuk menjadikan rahmat bagi semesta alam
(Al-Anbiya 107)
Maka jalaslah kesatuan manusia dan alam semesta ini dapat terjaga dengan baik jika manusia
dapat menjalankan fungsi kekhalifahannya dimuka bumi ini. Manusia dibekali akal selain naluri
yang membedakan dengan hewan. Dan akal pula yang sering kali membuat manusia memiliki
agenda sendiri ketika melakukan penciptaan, bahkan tak jarang bertentangan dengan misi
penciptaan dirinya. Islam merupakan sistem hidup yang tidak memisahkan antara kehidupan
dunia dan akhirat. Apa yang kita lakukan di dunia menjadi rujukan dimana kelak Allah SWT
akan menempatkan kita, surge atau neraka. Para seniman, budayawan muslim, serta para ulama
yang dimotori oleh Djamaludin Malik menyatakan, bahwa yang disebut dengan kebudayaan,
kesenian Islam ialah manivestasi dari rasa, cipta dan karsa manusia muslim dalam mengabdi
kepada Allah untuk kehidupan umat manusia.
Manusia sebagai mahkluk ciptaan Allah memiliki kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.
Sastra juga dapat dipandang sebagai bentuk komunikasi antar manusia dengan manusia, dan
manusia dengan sang pencipta. Komunikasi merupakan proses yang dilakukan suatu system
untuk mempengaruhi sistem yang lain melalui pengaturan sinyal-sinyal disampaikan.
Memperoleh nilai dan menggerakkan tindakan adalah tujuan akhir dari seni sastra. Seperti apa
karya yang baik itu? Karya yang baik adalah karya yang mampu menggerakkan orang untuk
melakukan perubahan menuju arah kebaikan. Pemahaman ini sejalan dengan tujuan pencipta
manusia sebagai khalifah di muka bumi (Joni Ariadinata, aku bisa nulis cerpen, hal.34). Albert
camus dalam bukunya Mite Sisifus mengatakan bahwa sastra tidak boleh memihak apapun,
kecuali dirinya sendiri. Pernyataan ini jelas bertentangan sekali dengan apa yang disampaikan
Seno Gumiro Ajidaima dalam esainya kehidupan sastra dalam pikiran yang mengatakan, ketika
jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara. Karena jika jurnalisme bicara dengan fakta, sastra
bicara dengan kebenaran. Sastra tentu saja harus berfihak pada kebenaran dan keadilan, pada
nilai-nilai Islam tanpa harus kehilangan nilai estetikanya (Helfi Tiana, 2001)
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat sesungguhnya Aku hendak
menciptakan khalifah di muka bumi ini. Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi ini itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?. Tuhan berfirman
sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui (Al-Baqoroh 130). Manusia
diciptakan akan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Manusia bertugas menyuburkan
bumi dengan menjalankan syariat. Untuk menjalankan tugasnya, manusia dilengkapi dengan
perangakat yang sempurna. Perngakat itu dianugerahkan Allah secara bertahap, agar menusia
dapat memiliki waktu untuk mengembangaka potensi itu.
Pada saat lahir manusia, belum bisa melihat dan juga berbahasa seperti sekarang. Mereka baru
bisa mendengar. Setelah itu diberikanlah penglihatan, kemudian ia mengembangkan organ-
oragan geraknya agar dapat berdiri dan berjalan, ia mendapatkan informasi berupa suara, warna,
rasa, bau dan tekstur, mulailah memiliki kemampuan berbahasa. Dia mulai dapat mempelajari
hidup. Aqalnya semakin berkembang. Saat akalnya berkembang inilah seharusnya manusia
diajarkan tentang Allah dan syariat yang dibebankan padanya. Sebab pada masa ini, nafsu dan
emosi manusia belum sempurna, sehingga akal masih mendominasi fikiranya. Akal adalah
elemen hati yang patuh kepada Allah. Emosi dan keinginannya belum sempurna. Dia baru
memiliki keinginan makan, minum, perasaan sayang yang tulus, perasaan marah, sedih,
senang,dsb. Jika pada masa ini manusia diberi informasi dan pelatihan yang cukup tentang Allah,
syariat, akhlak mulia, tugas manusia, insya Allah manusia tersebut akan mudah menjalankan
tugas-tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Maka sangat penting nuntuk mengembangkan
akal secara maksimal pada tahap-tahap awal.
Setelah kedewasaan akal dan emosi berkembang, mulailah nafsu dan tubuhnya mulai menjadi
sempurna. Ia mulai memahami dan mengalami apa yang disebut syahwat terhadap lawan jenis.
Mulai saat itulah ia harus berdiri menjalankan tugasnya sebagai khalifah. Tetapi ada satu hal
yang mungkin dilupakan manusia, yaitu kedewasaan ruh. Dan ternyata tidak semua manusia
berkembang dengan pesat diwaktu dini dalam hal ini. Mungkin hanya ruh pada nabi dan rosul
saja yang berkembang pesat. Ruhnya disaan masih bayi. Sedangkan yang lain berumur tujuh
tahun barulah berkembang pesat dan ada pula yang ruhnya malah makin kedil tidak berkembang.
Ruh inilah yang didalamnya terdapat potensi pengenalan kepada Allah yang telah menciptakan
segalanya. Ruh inilah yang akan mencintai Allah. Dan itulah tujuan manusia diciptakan agar
mengenal Allah. Dengan mengenal Allah, ibadah dan perjalanan kita tidak salah alamat, dengan
syariat Allah, ibadah dan perjalanan kita tidak salah cara.
Allah mengajarkan manusia untuk menyembahNya agar manusia tidak menyembah selain-
Nya. Sebab nenyembah dan mencintai yang selain Dia akan menyebabkan manusia menjadi
resah gelisah dan gundah gulana.
Seharusnya kita sadar bahwa kita hanyal suatu ciptaan. Allah menciptakan kita bukan sekedar
iseng. Allah menciptakan kita untuk suatu yang besar,untuk menjadi khalifah di bumi. Tetapi
kita sering meipakan Allah disebabkan kta terlalu asyik dengan pekerjaan kita. Dan tidaklah kita
ciptakan langit dan bumi dan segalanya yang ada diantara keduanya dengan bermain-main (QS.
Al-Anbia: 16). Maka biarlah mereka tenggelam (dalam kesesatan) dan bermain-main sampai
mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka (Az-Zukhruf: 83). Sesunggunya kami telah
mengemukakan amanat pada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesunguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh (QS. Al-Absab:72).

Tujuan penciptaan manusia

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk penyembahan Allah. Pengertian penyembahan kepada
Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang
tercermin salam solat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia pada hukum Allah dalam
menjalankan kehidupan di muka bumi, baik ibadah ritual yang menyangkut hubungan vertical
(manusia dengan Tuhan) maupun ibadah sosial yang menyangkut horizontal ( manusia dengan
alam semesta dan manusia).

Penyembahan manusia pada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap


terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang adil dan baik. Oleh karena itu penyembahan
harus dilakukan secara sukarela, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia
termasuk pada ritual-ritual penyembahannya. Dalam hal ini Allah berfirman:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyambah-Ku. Aku
tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka
member aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah maha pemberi Rezeki yang mempunyai
kekuatan lagi sangat kokoh. (az-Zaariyaat, 51:56-58).

Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah


dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan degnan dekimikian itulah agama
yang lurus. (Bayinnah, 98:5)

Penyembahan yang sempurna dari seseorang manusia akan menjadikan dirinya sebagai khalifah
Allah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta. Keseimbangan alam dapat
terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh. Keseimbangan pada kehidupan manusia tidak
sekedar akan menghancurkan bagian-bagian alam semesta yang lain, inilah tujuan penciptaan
manusia di tengah-tengah alam.

2.5 Fungsi dan peranan manusia dalam islam

Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku
ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku
ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai
dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah,
diantaranya adalah :

1. Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat
pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Quran.

2. Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39) ; Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah
maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah
adalah Al Quran dan juga Al Bayan

3. Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk
disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar
membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.

Di dalam Al Quran disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia.
Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada Allah
dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada nafsu dan
syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah
Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan pernah
membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS Az Dzariyat : 56Dan tidak Aku
ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu
Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah bahwa hanya
Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir nanti.
Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi orang tuanya yang
menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS Al
Araf : 172
Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):Bukankah Aku ini Tuhanmu?. Mereka
menjawab:Betul (Engkau Tuhan Kami),kami menjadi saksi.(Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-
orang yang lengah terhadap ini(keesaan Tuhan)
Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan misi yang
telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk memakmurkan bumi. Khalifah
yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai Raja atau Presiden tetapi yang dimaksud
sebagai kholifah di sini adalah seorang pemimpin Islam yang mampu memakmurkan alam
dengan syariah-syariah yang telah diajarkan Rosulullah kepada umat manusia. Dan manusia
yang beriman sejatilah yang mampu memikul tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah wali
Allah yang mempusakai dunia ini.

Tanggung jawab manusia sebagai Hamba Allah

Kewajiban manusia kepada khaliknya adalah bagian dari rangkaian hak dan kewajiban
manusia dalam hidupnya sebagai suatu wujud dan yang maujud. Didalam hidupnya manusia
tidak lepas dari adanya hubungan dan ketergantungan. Adanya hubungan ini menyebabkan
adanya hak dan kewajiban. Hubungan manusia dengan allah adalah hubungan makhluk dengan
khaliknya. Dalam masalah ketergantungan, hidup manusia selalu mempunyai ketergantungan
kepada yang lain. Dan tumpuan serta ketergantungan adalah ketergantungan kepada yang maha
kuasa, yang maha perkasa, yang maha bijaksana, yang maha sempurna, ialah allah
rabbulalamin, Allah Tuhan yang Maha Esa.

Kebahagian manusia di dunia dan akhirat, tergantung kepada izin dan ridho allah. Dan untuk itu
Allah memberikan ketentuan-ketentuan agar manusia dapat mencapainya. Maka untuk
mencapainya kebahagian dunia dan akhirat itu dengan sendirinya kita harus mengikuti
ketentuan-ketentuan dari allah SWT. Apa yang telah kita terima dari allah SWT. Sungguh ak
dapat dihitung dan tak dapat dinilai dengan materi banyaknya. Dan kalau kita mau menghitung-
hitung nikmat dari Allah, kita tidak dapat menghitungnya, karena terlalu amat sangat banyaknya.
Secara moral manusiawi manusia mempunyai kewajiban Allah sebagai khaliknya, yang telah
memberi kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya.

Jadi berdasarkan hadits AL-Lulu uwal kewajiban manusia kepada Allah pada garis besar
besarnya ada 2 :
1) mentauhidkan-Nya yakni tidak memusyrik-Nya kepada sesuatu pun.

2) beribadat kepada-Nya

Orang yang demikian ini mempunyai hak untuk tidak disiksa oleh Allah, bahkan akan diberi
pahala dengan pahala yang berlipat ganda, dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat
bahkan dengan ganda yang tak terduga banyaknya oleh manusia. Dalam al-quran kewajiban ini
diformulasikan dengan :

1) iman.

2) amal saleh

Beriman dan beramal saleh itu dalam istilah lain disebut takwa. Dalam ayat (Q.S al-baqorah ayat
177) iman dan amal saleh, yang disebut takwa dengan perincian :

1) iman kepada Allah : kepada hari akhir, kepada malaikat-malaikat, kepada kitab-kitab, dan
kepada nabi-nabi.

2) amal saleh :

a. Kepada sesama manusia : dengan memberikan harta yang juga senang terhadap harta itu,
kepada kerabatnya kepada anak-anak yatim kepada orang-orang miskin kepada musafir yang
membutuhkan pertolongan (ibnu sabil)

b. Kepada Allah : menegakan / mendirikan shalat, menunaikan zakat

c. Kepada diri sendiri : menempati janji apabila ia berjanji, sabar delam kesempitan, penderitaan
dan peperangan.

Kesemuanya itu adalah dalam rangka ibadah kepada allah memenuhi manusia terhadap khalik.

Tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah

Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harus di pertanggung jawabkan di
hadapan-Nya. Tugas hidup yang di pikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifahan, yaitu
tugas kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi untuk mengelola dan memelihara alam.

Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah,
berarti manusia memperoleh mandate Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi.

Kekuasaan yang di berikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya
m,engolah dan mendayagunakanvapa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai
dengan ketentuan yang di tetapkan oleh Allah. Agar manusia bisa menjalankan kekhalifahannya
dengan baik, Allah telah mengajarkan kepadanya kebenaran dalam segala ciptaan-Nya dan
melalui pemahaman serta penguasaan terhadap hukum-hukum yang terkandung dalam ciptaan-
Nya, manusia bisa menyusun konsep-konsep serta melakukan rekayasa membentuk wujud baru
dalam alam kebudayaan.

Dua peran yang di pegang manusia di muka bumi. Sebagai khalifah dan abd merupakan
perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup, yang sarat dengan
kreatifitas dan amaliah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran. Oleh karena itu hidup
seorang muslim akan di penuhi dengan amaliah, kerja keras yang tiada henti, sebab bekerja bagi
seorang muslim adalah membentuk satu amal shaleh. Kedudukan manusia di muka bumi sebagai
khalifah dan sebagai makhluk Allah, bukanlah dula hal yang bertentangan melainkan suatu
kesatuan yang padu dan tidak terpisahkan. Kekhalifaan adalah ralisasi dari pengabdiannya
kepada Allah yang menciptakannya.

Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila
terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat
manusia meluncur jatuh ke tingkat yang paling rendah, seprti firman Allah dalam surat ath-
Thin:4.

Dengan demikian, manusia sebagai khalifah Allah merupakan satu kesatuan yang
menyampurnakan nilai kemanusiaan yang memiliki kebebasan berkreasi dan sekaligus
menghadapkannya pada tuntutan kodrat yang menempatkan posisinya pada ketrbatasan.

Perwujudan kualitas keinsanian manusia tidak terlepas dari konteks sosial budaya, atau dengan
kata lain kekhalifaan manusia pada dasarnya diterapkan pada konteks indvisu dan sosial yang
berporos pada Allah, seperti firman Allah dalam Muthathohirin:112.

II. KESIMPULAN
Ditegaskan dalam Al-quran surat adz-dzariad: 56


dan aku tidak menciptakan jin dan manusia supaya mereka menyebah kepada-Ku
Surat Al-Baqoroh 30





)(
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat sesunguhnya aku hendak menjadika
khalifah di muka bumi. Mereka berkata: mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi ini orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbis dengan memuji Engkau dan mensucikan Engaku?. Tuhan berfirman
sesungguhnya Aku mengtahui apa yang tidak kamu ketahui.
Dari dua ayat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan diciptakannya manusia (dari sisi manusia)
adalah untuk mengabdi kepada Allah dan emnjadi khalifah di muka bumi.

III. PENDAPAT SENDIRI


Dari kesimpulan tersebut, saya akan sedikit menambahka tujuan diciptakanya manusia. Di
kesimpulan tadi, dijelaskan bahwa tujuan diciptakannya manusia (dari sisi manusia) adalah untuk
mengabdi kepada Allah dan menjadi khalifah di muka bumi ini. Lalu bagaimana tujuan
penciptaan manusia dari persepsi Allah?. Kita tidak boleh mengira-ngira, tapi dalam hal ini saya
mencoba menjelaskan berdasarkan firman Allah surat Thoha ayat 14



sesungguhnya aku ini adalah Allah tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah
Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku.
Dan berdasarka ayat diatas saya tambahkan bahwa tujuan Allah menciptakan manusia adalah
agar Allah dikenal oleh mahkluknya. Benar bahwa Allah sudah agung tanpa atau dengan
penciptaan manusia, tapi tujuan akhir manusia itu sendiri adalah kesempurnaan manusia.
Kesempurnaan manusia bisa dicapai dengan taqwa dan beribadah kepada Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumrdi, dkk. 2002. Pendidikan agama islam untuk perguruan tinggi umum. Jakarta:
depag.
Muhayati, Siti, dkk. 2009. Pendidikan agama islam diperguruan tinggi. Madiun
www.google.co.id/m?q=tujuan+penciptaan +manusia
http://tafany.wordpiess.com/2007/1c/27/hakikat-manusia-menurut-islam-by-ana-a-aprianti-
muhammad-siti-khotipah/
http://dennyprabowo.multiply.com/jurnal/item/6
http://febrinaismyname.blogspot.com/2011/09/makalah-tujuan-penciptaan-manusia.html
- al Quran
https://aristasefree.wordpress.com/tag/tujuan-penciptaan-manusia/

Anda mungkin juga menyukai