Anda di halaman 1dari 16

MODUL LENGKAP

Modul 24 :
FIMOSIS DAN PARAFIMOSIS

TIM PENYUSUN MODUL


KOLEGIUM UROLOGI INDONESIA
2008

0
Mengembangkan Kompetensi Waktu
Sesi di dalam kelas 1 jam (classroom session)
Sesi dengan fasilitasi Pembimbing 1 minggu (coaching session)
Sesi praktik dan pencapaian kompetensi 1 minggu (facilitation and assessment)

Tujuan Umum
Setelah mengikuti modul ini peserta didik mampu menguraikan latar belakang, melakukan
diagnosis, melakukan penatalaksanaan, dan menangani komplikasi fimosis dan parafimosis.

Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan terampil:
1. Menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat fimosis dan parafimosis
2. Mengenali gejala dan tanda penderita fimosis dan parafimosis
3. Melakukan langkah-langkah diagnosis penderita fimosis dan parafimosis
4. Melakukan terapi pada fimosis dan parafimosis
5. Melakukan langkah follow-up penderita fimosis dan parafimosis

Strategi Pembelajaran
Diskusi, kuliah, latihan, praktek keterampilan klinik

Persiapan Sesi
Peralatan Audiovisual
Materi presentasi : PowerPoint fimosis dan parafimosis
Kasus : 1. Penderita fimosis dan parafimosis dengan infeksi saluran kemih
Referensi : 1. Campbells Urology edisi 9

Kompetensi
Mendiagnosis dan menatalaksana fimosis dan parafimosis.

Gambaran Umum
Fimosis merupakan kasus yang tersering pada bayi laki-laki. Fimosis yang berat sering
berhubungan dengan infeksi saluran kemih berulang. Fimosis perlu dilakukan tindakan bila
terdapat kelainan penyerta. Parafimosis merupakan salah satu kegawatdaruratan karena dapat
menimbulkan edema dan nekrosis. Tindakan segera berupa reduksi parafimosis dan dorsumsisi
harus dilakukan.

Contoh Kasus
Bayi, 1 tahun dengan keluhan selalu menangis saat buang air kecil

Diskusi:
Bagaimana cara mendiagnosis fimosis dan parafimosis pada penderita diatas?
Bagaimana cara menatalaksana kasus ini?

Uraian untuk pelatih


Bayi, 1 tahun dengan keluhan selalu menangis saat buang air kecil. Saat buang air kecil, kulit
preputium menggembung dulu sebelum keluar urin. Demam (-) Kondisi ini sudah terjadi sejak 3
bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik terdapat fimosis, yang tidak dapat ditarik. Kulit
preputium tidak hiperemis

1
Rangkuman hasil diskusi:
Diagnosis:
Anamnesis: preputium membengkak dulu sebelum keluar urin
Pemeriksaan fisik : fimosis
Tatalaksana: prosedur dorsumsisi atau sirkumsisi

Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk:

1. Menerangkan patofisiologi fimosis dan parafimosis


2. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan radiologis untuk
menegakkan diagnosis fimosis dan parafimosis
3. Menentukan pilihan terapi pada setiap kasus fimosis
4. Menentukan pilihan terapi pada setiap kasus parafimosis
5. Menentukan langkah-langkah follow-up setiap kasus fimosis dan parafimosis

Metode Pembelajaran

Menguatkan proses pembelajaran


Kenalkan diri anda, jabatan dan tanggung-jawab anda dalam proses pembelajaran serta
bagaimana anda berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan partisipasi penuh dari
peserta didik

Tujuan 1: Menerangkan patofisiologi fimosis dan parafimosis


Metode pembelajaran:
Diskusi tentang epidemiologi dan patofisiologi fimosis dan parafimosis
Must to know pointers:
1. Kelainan kongenital

Tujuan 2 : Melakukan langkah-langkah penegakkan diagnosis fimosis dan parafimosis


Metode pembelajaran:
Coaching dan praktik pada pasien sungguhan, yang berupa:
Curah pendapat dan diskusi tentang gejala dan tanda penderita dengan fimosis dan
parafimosis
Bedside teaching
Must to know pointers :
1. Frenulum tidak dapat diretraksi
2. Frenulum yang telah diretraksi tidak dapat dikembalikan ke posisi semula

Tujuan 3: Menentukan pilihan terapi pada setiap fimosis


Metode pembelajaran:

Curah pendapat dan diskusi kasus tentang sirkumsisi, dorsumsisi atau dilatasi sementara
Must to know pointers:

2
1. Indikasi masing-masing jenis terapi
2. Keuntungan dan kerugian masing-masing jenis terapi

Tujuan 4: Menentukan pilihan terapi pada setiap parafimosis


Metode pembelajaran:

Curah pendapat dan diskusi kasus tentang sirkumsisi atau dorsumsisi


Must to know pointers:
1. Indikasi masing-masing jenis terapi
2. Keuntungan dan kerugian masing-masing jenis terapi

Tujuan 5: Menentukan langkah-langkah follow-up setiap pilihan terapi fimosis dan


parafimosis
Metode pembelajaran:
Curah pendapat dan diskusi kasus mengenai prosedur follow-up penderita fimosis dan
parafimosis pada setiap pilihan terapi
Must to know pointers:
1. Algoritma follow up pasien fimosis dan parafimosis pasca tindakan

Rangkuman
Pada Modul ini peserta didik diharapkan menguasai pengetahuan tentang patofisiologi, gejala
dan tanda, serta penatalaksanaan diagnosis dan terapi menyeluruh penderita fimosis dan
parafimosis.

Evaluasi Penilaian Kompetensi


1. Hasil observasi selama proses alih pengetahuan dan keterampilan
2. Hasil kuesioner

Instrumen Penilaian Kompetensi Kognitif

Kuesioner sebelum sesi dimulai

I Modul Fimosis dan Parafimosis BAB I


1. Fimosis merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan urologi S/B
2. Nyeri pada fimosis merupakan indikasi untuk sirkumsisi S/B
3. Parafimosis dapat disebabkan oleh trauma S/B
4. Pada parafimosis yang berat harus dilakukan sirkumsisi segera S/B
5. Dorsumsisi tidak disarankan dilakukan pada kasus fimosis S/B

Kuesioner Tengah Pelatihan

I MODUL Fimosis dan Parafimosis


1. Yang termasuk tidak termasuk kegawatdaruratan urologi adalah :
a. Parafimosis
b. Fimosis
c. Retensio urin
d. Pionefrosis

3
2. Indikasi sirkumsisi pada fimosis :
a. Nyeri
b. Infeksi saluran kemih
c. Demam yang disebabkan fimosis
d. Kelainan buli-buli
e. Semua benar

3. Penatalaksanaan parafimosis :
a. Kulit yang tidak dapat diretraksi, dilubrikasi supaya dapat ditarik kembali
b. Dorsumsisi segera
c. Sirkumsisi
d. Semua benar

4
PENUNTUN BELAJAR
FIMOSIS DAN PARAFIMOSIS

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai.
2. Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya. Pelatih hanya
membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal.
3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannnya dan waktu kerja yang sangat
efisien.

T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak diperlukan)

KEGIATAN KASUS
I. Melakukan anamnesa penderita fimosis dan
parafimosis
II. Melakukan pemeriksaan fisik penderita fimosis dan
parafimosis
III. Menentukan pilihan terapi penderita fimosis dan
parafimosis
IV. Menentukan langkah-langkah follow up pada terapi
penderita fimosis dan parafimosis

5
PENUNTUN BELAJAR
SIRKUMSISI

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai.
2. Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya. Pelatih hanya
membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal.
3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannnya dan waktu kerja yang sangat
efisien.

T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak diperlukan)
KEGIATAN KASUS
V. PERSIAPAN TINDAKAN
o Menentukan indikasi sirkumsisi
o Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
Esesensial untuk prosedur sirkumsisi
o Persetujuan tertulis untuk dilakukan tindakan sirkumsisi yang
ditandatangani oleh pasien/keluarga terdekat dan dokter
operator maupun
VI. II. LANGKAH-LANGKAH PROSEDUR : SIRKUMSISI

1. Pasien dalam posisi terlentang di atas meja operasi

2. Cuci tangan, mengeringkan tangan, dan memakai


sarung tangan steril.

3. Tindakan antiseptik dan aseptik daerah operasi.


4. Lakukan anestesi lokal untuk memblok nervus dorsalis
pada pangkal penis dan infiltrasi jaringan superfisial
sirkumferensial pada bagian dorsal
5. Dilakukan pemeriksaan efektifitas anestesi yang
dilakukan sebelum dilakukan sirkumsisi
6. Pemasangan klem di tiga tempat yaitu daerah frenulum
(jam 8), daerah jam 11 dan jam 1

7. Dilakukan dorsumsisi di antara klem jam 11 dan jam 1

8. Dilakukan penjahitan pada pangkal dorsumsisi untuk


menghentikan perdarahan

9. Selanjutnya dilakukan sirkumsisi ke sisi kanan dan kiri

10. Pada daerah frenulum, insisi dilebihkan + 2 mm

6
11. Dilakukan penjahitan pada daerah yang perdarahan

12. Pada daerah frenulum dilakukan penjahitan 0 atau


seperti angka 8
13. Dilakukan penjahitan kulit mukosa secukupnya di daerah
antara jam 6 dan jam 12

14. Balut luka sirkumsisi

7
Penilaian Kinerja Ketrampilan (ujian akhir)

DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA


FIMOSIS DAN PARAFIMOSIS

Berikan penilaian tentang kinerja psikomototrik atau ketrampilan yang diperagakan oleh peserta
pada saat melaksanakan status kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan sperti yang
diuraikan di bawah ini :
V : Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau
panduan standar.
X : Tidak memuaskan : Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan
prosedur atau panduan standar.
T/T: Tidak ditampilkan : Langkah, kegiatan atau ketrampilan tidak diperagakan oleh
peserta selama evaluasi oleh pelatih.

PESERTA :____________________________________ TANGGAL :

KEGIATAN Nilai
I. Melakukan anamnesa penderita fimosis dan
parafimosis
II. Melakukan pemeriksaan fisik penderita fimosis dan
parafimosis
III. Menentukan pilihan terapi penderita fimosis dan
parafimosis
IV. Menentukan langkah-langkah follow up pada terapi
penderita fimosis dan parafimosis

Komentar/Ringkasan :
Rekomendasi :

Tanda tangan Penguji_____________________ Tanggal

8
Materi Baku
PHIMOSIS

Phimosis ialah suatu kondisi di mana ujung kulit penis tidak dapat tertarik ke belakang
glands penis. Pada anak laki-laki kurang dari 4 tahun, adalah suatu kondisi yang normal bila
ujung penis tidak dapat ditarik. Pada anak yang lebih besar atau yang telah dewasa
bagaimanapun juga, ujung kulit penis dapat dengan mudah ditarik kebelakang ke arah korona.
Phimosis biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, tapi dapat meghasilkan obstruksi saluran
kencing dengan ballooning dari ujung kulit penis dan dapat berlanjut kearah inflamsi kronis dan
karsinoma. Phimosis dapat juga muncul dari episode balantitis yang berulang. Balantitis atau
infeksi glans dapat timbul akibat hygiene yang buruk, dari kegagalan untuk menarik dan
membersihkan kotoran di bawah ujung kulit penis.
Pada saat bayi lahir, phimosis muncul secara fisiologis atau ketidakmampuan untuk
menarik ujung kulit penis pada sebagian besar neonatus karena adanya gaya tarik alami
(adhesi) antara preputium dan glans. Selama usia 3 -4 tahun pertama, bersamaan dengan
berkembangnya penis, epitethelial debris (smegma) berakumulasi di bawah preputium, secara
bertingkat memisahkan ujung kulit penis dari glans. Ereksi penis secara intermitten
menyebabkan ujung kulit penis menjadi dapat ditariktarik. Pada saat usia 3 tahun, 90% ujung
kulit penis dapat tertarik, dan kurang dari 1% laki-laki mengalami phimosis pada usia 17 tahun.
Memaksakan retraksi ujung kulit penis secara umum tidak direkomendasikan karena
adhesi berulang antara de-epithelialized glans dan ujung kulit penis dapat timbul, dan dapat
membentuk sikatrik pada ujung dari ujung kulit penis sehingga menimbulkan phimosis
sekunder. Pada anak-anak yang lebih tua dari 4 atau 5 tahun dan mereka yang mengalami
balanitis atau balanoposthitis, pemakaian krim kortikosteroid topical (seperti 0,1%
dexamethasone) pada ujung kulit penis tiga sampai empat kali sehari selama 6 minggu
mengendorkan cincin phimotik pada dua pertiga kasus dan sering menyebabkan ujung kulit
penis beretraksi secara manual. Kortikosteroid topikal bermanfaat bahkan jika ujung kulit penis
terkena balanitis xerotika obliterans. Lisis secara formal dari adhesi sangat jarang terindikasi.
Pada anak laki-laki usia lebih tua dari 7 atau 8 tahun yang tidak di sirkumsisi dengan phimosis
yang resisten terhadap topikal kortikosteroid dan pada anak laki-laki dengan phimosis
menyebabkan ballooning dari ujung kulit kulit penis atau balanititis berulang, petimbangan yang
kuat harus diberikan untuk melakukan sirkumsisi atau dorsal slit.

PARAPHIMOSIS

Paraphimosis adalah suatu kondisi di mana kulit ujung penis mengalami retraksi dan tertinggal
di belakang glans penis, menjepit penis dan menimbulkan rasa sakit, pembesaran vascular, dan
edema. Paraphimosis biasanya iatrogenic dan sering muncul setelah tenaga kesehatan
profesional memeriksa penis atau memasukkan kateter uretra untuk menggantikan kulit depan
pada posisi yang seharusnya. Paraphimosis dapat menimbulkan pembengkakan dengan jelas
dari glans penis seperti kulit depan tidak dapat lagi didorong ke depan, membutuhkan dordal slit
secara emergency atau sirkumsisi.
Untuk meringankan paraphimosis lakukan tekanan secara lembut pada ujung kulit untuk
meringankan pembengkakan.khususnya pada anak-anak,hal yang terbaik untuk tindakannya
adalah dengan mengerjakannya di dalam ruangan yang sepi di mana orang tua anak tersebut
meremasnya dengan tangannya. Bungkus elastis dapat bermanfaat untuk beberapa kasus.
Memberikan terapi icepack di daerah yang sakit untuk jangka waktu pendek sebelum dibantu
dengan penekanan ringan bisa dilakukan, membuat bengkak tapi dapat berfungsi sebagai
analgetik. Saat pembengkakan sudah berkurang, ahli bedah dapat mendorong kearah glans
dengan menggunakan ibu jari, menarik kulit depan dengan jari-jari tangannya. Karena

9
parafimosis cenderung berulang, sebuah dorsal slit minimum atau sirkumsisi seharusnya
dilakukan sebagai prosedur elektif di hari kemudian. Seorang pasien jarang datang dengan
paraphimosis akut yang muncul pada beberapa jam sampai beberapa hari. Hal ini tampak
tipikal pada anak-anak yang ragu-ragu untuk mengungkapkan masalahnya kepada
orangtuanya. Dalam kasus ini, reduksi bisa tidak mungkin dan harus dilakukan dengan
emergency dorsal slit atau sirkumsisi. Pertimbangan terhadap edema pasca operasi merupakan
suatu aturan dalam kasus ini.

SIRKUMSISI
Sirkumsisi adalah pengangkatan sebagian atau semua kulit preputium dari penis. Kata
sirkumsisi berasal dari bahasa latin yaitu circum yang berarti melingkar, dan caedere yang
berarti memotong.

Teknik Sirkumsisi
Tenik sirkumsisi intinya yaitu memendekkan kulit yang melekat pada dasar penis pada
ujung yang satu, dan pada bagian korona dari glans pada ujung yang lain. Normalnya kulit lebih
panjang pada jarak tersebut dan kelebihannya melewati glans.
Pada kasus-kasus kosmetika , ada kebebasan di mana dan berapa banyak kulit yang
diambil. Setelah beberapa abad belakangan ini, ada banyak teknik yang berkembang.
Beberapa prinsip teknik yang diambil antara lain sebagai berikut:
1. Dorsal Slit. Dorsal slit bukan merupakan sirkumsisi yang sesungguhnya. Teknik ini
membolehkan diameter dari ring yang ketat dari kulit phimotik untuk membesar dengan
resiko pemendekan kulit dekat incisi. Kulit phimotik dibuang. Saat incisi melewati sepanjang
ujung kulit, hasil akhirnya adalah glans yang semuanya terlihat pada sisi dorsal, tapi
dengan banyak sisa kulit di bagian ventral. Dengan kata lain, hanya dengan minimal incisi
tipe ini membuat lebih panjang ujung kulit pada sisi ventral , sebuah tipe dari ujung kulit
yang tidak biasanya pada normal preputium. Dorsal slit biasanya digunakan selama
sirkumsisi untuk mendapatkan retraksi ujung kulit yang penting pada kebanyakan tipe
sirkumsisi.
2. Sleeve resection. Dengan kulit yang ditarik, dua incisi sirkuler dibuat sepanjang batang. Kulit
antara kedua incisi tersebut dibuang, dan kedua ujungnya disatukan. Teknik ini menawarkan
variasi model yang luas akan dimana ditempatkannya luka dan berapa jumlah kulit yang
akan dibuang.
3. Sirkumsisi. Dilakukan dorsumsisi terlebih dahulu, kemudian sirkumsisi.

Referensi
1. Walsh Patrick. Et al. Cambells Urology 9th ed. Saunders Company.2007
2. Diunduh dari http://en.wikipedia.org/wiki/Circumcision

10
11
12
13
14
15

Anda mungkin juga menyukai